Anda di halaman 1dari 72

PENGGERAKAN

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT


(PHBS)

Disampaikan pada :
Kegiatan Evaluasi Program Puskesmas se Kota Tangerang
Tentang Sosialisasi PHBS
Kamis, 9 Juli 2009
KAMPUNG (URBAN SLUM)

2
Pasar—Traditional Market
DESA DI BANTEN
4
http://www.arsip.banten.go.id/gambar/JB%205701-139%20(50).jpg

5
http://rumametmet.com/wp-content/uploads/2007/12/kampung-air-2.JPG
DESA (VILLAGE) IN
YOGYAKARTA

DESA (VILLAGE) IN 6
DIENG, CENTRAL JAVA
DESA DI TORAJA
SULAWESI

7
Source: http://www.britannica.com/eb/art/print?id=2005
DESA PENGLIPURAN DI BALI
Source: alambudaya.blogspot.com

8
DESA NELAYAN
(FISHERMAN VILLAGE)

9
http://www.papuaweb.org/main/wallpapers/alhamid-jende-350-250.jpg
http://www.papuaweb.org/main/wallpapers/alhamid-jende-350-250.jpg

http://www.peterloud.co.uk/photos/Indonesia/baliem2.jpg

10
http://www.janesoceania.com/papua_history/papua_village.jpg http://www.fotochris.com/images/Indonesie-Irian-Jaya-Dani-3-village.jpg
Modal sosial

11
SASARAN STRATEGIS PROMKES
SESUAI KEBIJAKAN KESEHATAN

 PROMOSI KESEHATAN  PERUBAHAN


PERILAKU YANG MENDUKUNG PENINGKATAN
DERAJAT KESEHATANKEMANDIRIAN
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

 PEMBERDAYAAN MASYARAKATPROSES
PENGORGANISASIAN POTENSI MASY DI BID
KESEHATAN SHG MAMPU MENGATASI DAN
MENINGKATKAN KESEHATANNYA
PERAN AKTIFKEMANDIRIANDESA SIAGA
12
Peran Promosi kesehatan
 Kampanye melalui
media massa
elektronik, website,
cetak dan pameran
 Pemantapan jejaring
kemitraan
 Mengembangkan
Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS)
disemua tatanan.
PERILAKU HIDUP
BERSIH DAN SEHAT
 PHBS adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran yang menjadikan seseorang atau
keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakatnya.

 PHBS Bidang Gizi, PHBS Bidang Kesehatan


Lingkungan, PHBS Bidang Kesehatan Ibu
dan Anak serta Keluarga Berencana, PHBS
Bidang Pemeliharaan Kesehatan, PHBS Bidang
Gaya Hidup Sehat, serta PHBS Bidang Obat dan
Farmasi dan sebagainya.
PHBS
PHBS PHBS BIDANG
BIDANG GIZI PHBS BIDANG KIA
KESEHATAN LINGKUNGAN
DAN KB
MISAL: MISAL:
- MAKAN DENGAN GIZI MISAL:
SEIMBANG - MEMERIKSAKAN -MENGHUNI RUMAH
-MINUM TABLET BESI KEHAMILAN SEHAT
SELAMA HAMIL - PERSALINAN -PUNYA PERSEDIAAN
- MEMBERI BAYI ASI DITOLONG NAKES AIR BERSIH
EKSKLUSIF - MENIMBANG - PUNYA AKSES
- MENGONSUMSI BALITA SETIAP BULAN JAMBAN
GARAM BERYODIUM -MENGIMUNISASI - CUCI TANGAN SETELAH BAB
-MEMBERI BAYI DAN BALITA LENGKAP BAYI - MEMBERANTAS JENTIK
KAPSUL VITAMIN A - PUNYA TEMPAT SAMPAH

PHBS BIDANG PHBS


PEMELIHARAAN BIDANG GAYA PHBS BIDANG OBAT
KESEHATAN HIDUP SEHAT DAN FARMASI
MISAL:
MISAL: MISAL: - MEMILIKI TANAMAN
- PUNYA JAMINAN - TIDAK MEROKOK OBAT KELUARGA
PEMELIHARAAN KESEHATAN DI DALAM RUMAH - TIDAK MENGGUNAKAN
- AKTIF MENGURUS -MELAKUKAN NAPZA
UKBM/SEBAGAI KADER AKTIVITAS FISIK/ - MINUM ORALIT JIKA DIARE
- MEMANFAATKAN OLAHRAGA - JAUHKAN ANAK DARI BAHAN
PUSKESMAS/SARANA KES -MAKAN SAYUR BERBAHAYA
DAN BUAH -
PHBS DI 5 TATANAN
 PHBS Rumah Tangga
 PHBS di Sekolah
 PHBS di Tempat Kerja
 PHBS di Tempat-tempat Umum
 PHBS di Institusi Kesehatan
PHBS DI RUMAH TANGGA
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi bayi ASI Eksklusif
3. Menimbang bayi dan balita
4. Mencuci tangan dengan air bersih
dan sabun
5. Menggunakan air bersih
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah
8. Makan sayur dan buah setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok
1 2 3

Timbang Balita

4 5 6 7
4

Rumah Bebas Jentik Cuci tangan dengan sabun


& air mengalir

8 9
10

18
PHBS
1.
DI SEKOLAH
Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun
2. Mengkonsumsi jajanan di warung/ kantin sekolah
3. Menggunakan jamban yang bersih & sehat
4. Olahraga yang teratur dan terukur
5. Memberantas jentik nyamuk
6. Tidak merokok
7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
setiap bulan
8. Membuang sampah pada tempatnya
PHBS DI TEMPAT KERJA
1. Kawasan tanpa
asap rokok
2. Bebas jentik
3. Jamban Sehat
4. Kesehatan dan
keselamatan kerja
5. Olah raga teratur
PHBS di Tempat-tempat Umum
(Mushola Sehat)
 Menggunakan jamban sehat
 Memberantas jentik nyamuk
 Menggunakan Air Bersih
PHBS di Institusi Kesehatan

1. Menggunakan air bersih


2. Menggunakan jamban yang bersih & sehat
3. Membuang sampah pada tempatnya
4. Tidak merokok
5. Tidak meludah sembarangan
6. Memberantas jentik nyamuk
PHBS Di Rumah Tangga
adalah upaya untuk memberdayakan anggota
rumah tangga agar tahu, mau dan mampu
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat
serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di
masyarakat

Sasaran PHBS di Rumah Tangga adalah seluruh


anggota keluarga dalam rumah tangga
 Pasangan usia subur
 Ibu hamil atau ibu menyusui
 Anak dan remaja
 Usia lanjut
 Pengasuh anak
MANFAAT PHBS
DI RUMAH TANGGA

 Setiap anggota keluarga meningkat


kesehatannya dan tidak mudah sakit.
 Anak tumbuh sehat dan cerdas

 Produktivitas kerja anggota keluarga


meningkat
 Pengeluaran biaya rumah tangga dapat
difokuskan untuk pemenuhan gizi keluarga,
pendidikan dan modal usaha untuk peningkatan
pendapatan keluarga
PERAN PKM DALAM PENINGKATAN PHBS
di RUMAH TANGGA

Meningkatkan Persentase Pertolongan Persalinan


 Melakukan analisis dan merumuskan permasalahan ibu hamil di
wilayah kerjanya berdasarkan hasil pendataan pada rapat internal
Puskesmas dan mini lokakarya.
 Bersama pimpinan Puskesmas melakukan advokasi kepada Camat
dan lintas sektor terkait seperti Kesra, Kantor Urusan Agama (KUA),
PLKB, Penyuluh Lapangan Pertanian, dunia usaha/swasta,
organisasi profesi (Ikatan Bidan Indonesia dan Ikatan Dokter
Indonesia) untuk mendapat dukungan kebijakan dan dana untuk
membantu memecahkan permasalahan ibu hamil dan peningkatan
keselamatan persalinan.
PERAN PKM DALAM PENINGKATAN PHBS
di RUMAH TANGGA

Menyusun rencana kegiatan peningkatan pertolongan persalinan oleh


tenaga kesehatan melalui mini lokakarya.
Sosialisasi permasalahan ibu hamil dan menyusun rencana pemecahan
masalah pada kelompok potensial yang berada di wilayah kerja
Puskesmas (TP-PKK, tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi
masyarakat, dunia usaha, RT, RW, Forum Kelurahan/Kelurahan
Desa Siaga)
Melaksanakan orientasi, pembinaan kepada kader tentang peningkatan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang meliputi :
Pembagian tugas kader berdasarkan jumlah sasaran di wilayah kerjanya
Membina kader dalam memberi penyuluhan pada ibu hamil tentang
pengenalan tanda bahaya pada ibu hamil, Keluarga Berencana,
ASI eksklusif dan cara merawat bayi.
Menempelkan stiker perencanaan persalinan dan komplikasi (P4K) di
seluruh rumah ibu hamil
PERAN PKM DALAM PENINGKATAN PHBS
di RUMAH TANGGA

Membantu ibu hamil dan nifas untuk :


•Membahas permasalahannya dengan kelompok sayang
ibu
•Melakukan perawatan payudara dalam rangka
mempersiapkan pemberian ASI Eksklusif.
•Membuat amanat persalinan untuk melakukan
persalinan pada tenaga kesehatan.
•Mengupayakan setiap ibu hamil mendapatkan buku KIA
•Membahas Buku KIA pada kelompok ibu hamil, agar
ibu mengetahui dan memanfaatkannya
•Memutuskan metode Keluarga Berencana pasca
persalinan
PERAN PKM DALAM MENINGKATKAN
PHBS di RUMAH TANGGA

•Membantu mengembangkan upaya-upaya peningkatan kesehatan


bersumberdaya masyarakat seperti Tabulin, Dasolin, Ambulan Desa,
donor darah, dll
•Melakukan monitoring dan evaluasi :
•Adanya dukungan dari Camat, lintas sector terkait dalam
meningkatkan persalinan oleh tenaga kesehatan.
•Adanya kelompok pemberdayaan masyarakat (Tabulin, Dasolin,
donor darah, Ambulan Desa) yang siap membantu ibu hamil.
•Jumlah kader yang dibina petugas kesehatan (bidan) dalam
melakukan pendataan ibu hamil dan dipasang stiker.
•Jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan terus meningkat.
Meningkatkan Persentase Peningkatan
Pemberian ASI Eksklusif

 Melakukan analisis dan merumuskan permasalahan ibu


menyusui di wilayah kerjanya berdasarkan hasil pendataan pada
rapat internal Puskesmas.
 Mendata ibu menyusui, dan yang mempunyai buku KIA
 Menyusun rencana kegiatan peningkatan pemberian ASI
eksklusif pada mini lokakarya
 Bersama pimpinan Puskesmas melakukan advokasi kepada
Camat dan lintas sektor terkait seperti Kesra, Kantor Urusan
Agama (KUA), penyuluh lapangan pertanian, dunia
usaha/swasta,Ikatan Bidan Indonesia untuk mendapat dukungan
kebijakan dan dana untuk membantu memecahkan
permasalahan ibu-ibu menyusui.
Meningkatkan Persentase Peningkatan
Pemberian ASI Eksklusif

 Sosialisasi permasalahan ibu menyusui dan rencana pemecahan


masalah pada kelompok potensial yang berada di wilayah kerja
Puskesmas (PKK, tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi
masyarakat, dunia usaha, RT, RW)
 Membahas permasalahan yang dialami Ibu-Ibu menyusui di
kelompok Sayang Ibu.
 Mengupayakan setiap bayi mempunyai buku KIA, dan
memanfaatkannya setiap kali kunjungan ke petugas kesehatan.
Meningkatkan Persentase Peningkatan
Pemberian ASI Eksklusif

 Melaksanakan orientasi dan pembinaan kader tentang


pemberian ASI eksklusif meliputi :
• Membekali dan membina kader dengan pengetahuan,
keunggulan dan manfaat ASI, kapan ASI diberikan,
bagaimana menjaga mutu dan produksi ASI sera bagaimana
cara menyusui yang benar.
• Membina kader agar dapat memotivasi suami ibu menyusui
untuk memberi dukungan pada istrinya agar memberikan ASI
eksklusif.
• Membagi tugas kader berdasarkan jumlah sasaran di wilayah
kerjanya.
• Membina kader dalam memberi penyuluhan pada ibu
menyusui tentang menyusui yang benar, ASI eksklusif dan
cara merawat bayi
Meningkatkan Persentase Peningkatan
Pemberian ASI Eksklusif

 Melakukan monitoring dan evaluasi :


 Adanya dukungan dari Camat, lintas sector terkait dalam
meningkatkan pemberian ASI Eksklusif.
 Ada kelompok Sayang Ibu (peduli KIA) yang dapat membantu
ibu menyusui bayinya, bila ada permasalahan.
 Jumlah kader yang dibina oleh petugas Puskesmas, yang
melakukan pembinaan dan penyuluhan KIA pada Ibu
menyusui.
 Jumlah ibu yang memberikan ASI Ekslusif meningkat
Meningkatan Persentase Penimbangan Bayi dan
Balita

 Melakukan analisis situasi dan merumuskan penyebab


rendahnya penimbangan bayi dan balita di wilayah kerjanya
berdasarkan hasil pendataan dan pemetaan PHBS pada rapat
internal Puskesmas.
 Menyusun rencana kegiatan peningkatan penimbangan bayi dan
balita pada mini lokakarya dan rapat koordinasi kader
 Bersama pimpinan Puskesmas melakukan advokasi kepada
Camat dan lintas sektor terkait seperti kesehatan rakyat,
penyuluh lapangan Keluarga Berencana, penyuluh lapangan
pertanian, penilik sekolah, dunia usaha/swasta, organisasi
profesi), tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk mendapat
dukungan kebijakan dan dana untuk membantu memecahkan
permasalahan tentang upaya peningkatan penimbangan bayi
dan balita
Meningkatan Persentase Penimbangan Bayi dan
Balita

 Sosialisasi permasalahan penimbangan bayi dan balita dan


rencana pemecahan masalah pada kelompok potensial yang
berada di wilayah kerja Puskesmas seperi TP-PKK, tokoh
masyarakat, tokoh agama, organisasi masyarakat, dunia usaha,
RT dan RW)
Meningkatan Persentase Penimbangan Bayi dan
Balita

 Melaksanakan orientasi dan pembinaan kader tentang


peningkatan penimbangan bayi dan balita yang meliputi :
 Melakukan pemetaan ulang pada bayi dan balita yang jarang
atau tidak hadir pada penimbangan di Posyandu, dengan
fokus pada kasus yang tidak terakses pada pelayanan
kesehatan, misalnya :
 § berapa bayi dan balita yang tidak hadir ke Posyandu
 § alasan mengapa tidak datang
 Melakukan kunjungan rumah pada keluarga yang memiliki
bayi atau balita untuk membahas permasalahan dan
pemecahannya, misalnya mengapa tidak pernah hadir ke
Posyandu, dan apa kendalanya yang dihadapi
 Mengupayakan setiap Ibu balita mendapatkan Buku KIA.
Meningkatan Persentase Penimbangan Bayi dan
Balita

 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap :


 Wilayah binaannya bersama kader, khususnya pada kasus
yang dilakukan pada kunjungan rumah.
 Melalui pertemuan di Kecamatan, mengevaluasi adanya
dukungan dari Camat, lintas sektor terkait dalam
meningkatkan jumlah kemauan masyarakat untuk menimbang
balitanya secara rutin.
 Adanya kelompok potensial yang peduli pada permasalahan
penimbangan bayi dan balita di lingkungan Desa/Kelurahan
Siaga.
 Jumlah kader yang dibina melakukan kunjungan rumah pada
keluarga yang memiliki bayi atau balita
 Jumlah penimbangan bayi dan balita.
Meningkatan persentase penggunaan air bersih

 Melakukan analisis dan merumuskan permasalahan


penggunaan air bersih dan ketersediaannya berdasarkan hasil
pendataan dan pemetaan PHBS di Rumah Tangga di wilayah
kerja Puskesmas pada rapat internal.
 Bersama pimpinan Puskesmas melakukan advokasi kepada
Camat dan lintas sektor terkait untuk mendapat dukungan
kebijakan dan dana untuk membantu memecahkan
permasalahan penggunaan air bersih.
 Bersama lintas sektor terkait menyusun Rencana Kegiatan
Peningkatan Penggunaan Air Bersih pada Mini Lokakarya.
Meningkatan persentase penggunaan air bersih

 Sosialisasi permasalahan dan rencana pemecahan masalah


penggunaan air bersih pada kelompok-kelompok potensial yang
berada di wilayah kerja Puskesmas kepada TP-PKK, tokoh
masyarakat formal (Ketua RT/RW), tokoh masyarakat informal,
tokoh agama, organisasi masyarakat, dunia usaha.
 Melaksanakan orientasi dan pembinaan kader dan kelompok
potensial tentang penggunaan air bersih yang meliputi:
 Membagi tugas kader dalam membina rumah tangga
berdasarkan wilayah binaan.
 Melakukan pemetaan dengan memberi tanda bagi rumah-
rumah yang belum memiliki akses air bersih.
 Melatih kader dan masyarakat setempat tentang ketrampilan
mencari sumber air bersih dan membuat sumur gali, sumur
pompa tangan , perpipaan, dan penyaringan air secara
sederhana.
Meningkatan persentase penggunaan air bersih

 Bersama kader dan tokoh masyarakat setempat melakukan


penyuluhan tentang pentingnya penggunaan air bersih melalui
pertemuan-pertemuan yang ada.
 Menggalang kemitraan dengan dunia usaha/swasta dan donatur
untuk mendukung upaya masayarakat untuk penggunaan air
bersih di wilayah kerja Puskesmas.
 Mengembangkan upaya-upaya bersumber daya masyarakat
dalam penyediaan air bersih, seperti Kelompok Pemakai Air
(Pokmair), arisan penyediaan air bersih.
 Menggerakkan pelaksanaan penggunaan air bersih di seluruh
wilayah kerja Puskesmas.
 Memantau dan menilai upaya-upaya yang dilakukan dalam
penggunaan air bersih.
Meningkatan Persentasi Penggunaan Jamban
Sehat

 Melakukan analisis dan merumuskan permasalahan perilaku buang


air besar sembarangan di masyarakat berdasarkan hasil pendataan
dan pemetaan PHBS di Rumah Tangga di wilayah kerja Puskesmas
pada rapat internal.

 Bersama pimpinan Puskesmas melakukan advokasi kepada Camat


dan lintas sektor terkait untuk mendapat dukungan kebijakan dalam
membantu memecahkan permasalahan agar terjadi perubahan
perilaku buang air besar

 Bersama lintas sektor terkait menyusun Rencana Kegiatan


Peningkatan Penggunaan Jamban Sehat pada Mini Lokakarya
Meningkatan Persentasi Penggunaan Jamban
Sehat

 Sosialisasi permasalahan dan rencana pemecahan


masalah pada kelompok-kelompok potensial yang
berada di wilayah kerja Puskesmas
 Melaksanakan kegiatan pemicuan bersama tim
fasilitator ke lokasi sasaran (desa/dusun)
 Memberikan bimbingan teknis tentang cara – cara
membuat jamban sehat yang sesuai dengan situasi dan
kondisi setempat.
Meningkatkan Persentase Perilaku Cuci Tangan
Pakai Sabun

 Sosialisasi permasalahan dan rencana pemecahan masalah


perilaku cuci tangan pakai sabun pada kelompok-kelompok
potensial yang berada di wilayah kerja Puskesmas kepada Tim
Pembina PKK, tokoh masyarakat formal (Ketua RT/RW), tokoh
masyarakat informal, tokoh agama, organisasi masyarakat, dunia
usaha.
 Menggalang kemitraan dengan pihak non pemerintah termasuk
perusahaan swasta, lembaga swadaya masyarakat dan kelompok
masyarakat.
 Menyelenggarkan acara-acara khusus bersama pihak swasta pada
hari-hari khusus yang berkaitan dengan CTPS, seperti Hari
Pendidikan Nasional (2 Mei), Hari Kesehatan Nasional (12
Nopember) dan Hari Ibu (22 Desember).
Meningkatkan Persentase Perilaku Cuci Tangan
Pakai Sabun

 Sosialisasi permasalahan dan rencana pemecahan masalah pada


kelompok-kelompok potensial yang berada di wilayah kerja
Puskesmas (TP-PKK, tokoh masyarakat formal (Ketua RT/RW),
tokoh masyarakat informal, tokoh agama, organisasi masyarakat,
dunia usaha.
 Melaksanakan kegiatan pemicuan bersama tim fasilitator ke lokasi
sasaran (desa/dusun)
 Memberikan bimbingan teknis tentang cara – cara membuat jamban
sehat yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
Meningkatkan Persentase Perilaku Cuci Tangan
Pakai Sabun

 Melaksanakan orientasi kader tentang peningkatan perilaku cuci


tangan pakai sabun meliputi :
 Pembagian tugas kader dalam membina rumah tangga
berdasarkan wilayah binaan
 Rencana melakukan penyuluhan tentang pentingnya perilaku
CTPS bersama tokoh masyarakat setempat
 Pengembangan sarana CTPS sesuai dengan kondisi lokal

 Memantau dan menilai upaya-upaya yang dilakukan dalam


peningkatan perilaku CTPS, diantaranya dengan melihat adanya
peningkatan jumlah sarana CTPS, pemahaman tentang CTPS,
peningkatan praktik CTPS dan meningkatnya partisipasi pihak
swasta
Meningkatan Persentase Rumah Bebas Jentik
Nyamuk

 Melakukan identifikasi keadaan gambaran situasi sesuai wilayah


kerja mengenai:
 Jumlah penduduk setiap desa

 Jumlah kader yang telah dilatih

 Jumlah juru pemantau jentik (Jumantik) setiap desa

 Data jumlah penderita dan kematian akibat DBD setiap desa


(data setiap minggu atau setiap bulan)
 Data angka bebas jentik (ABJ) setiap desa yaitu alat indikator
keberhasilan kegiatan PSN.
 Data Sesa Siaga aktif melaporkan adanya kasus DBD dan
melakukan pemantauan jentik
Meningkatan Persentase Rumah Bebas Jentik
Nyamuk

 Melakukan orientasi kader dalam rangka peningkatan rumah


bebas jentik meliputi :
 pemetaan PHBS seluruh rumah tangga berdasarkan hasil
kerja kader/Jumantik.
 menggalang kader untuk melakukan pendataan PHBS di
rumah tangga
 pemberdayaan anggota rumah tangga dalam melaksanakan
PSN secara serentak.
 Melakukan analisis dan merumuskan permasalahan dalam
pencapaian rumah bebas jentik berdasarkan hasil pendataan
pada rapat internal puskesmas
Meningkatan Persentase Rumah Bebas Jentik
Nyamuk
 Bersama pimpinan Puskesmas melakukan advokasi kepada
Camat dan lintas sektor terkait (Pokjanal DBD Kecamatan terdiri
dari PKK, unsur pendidikan, agama, Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Desa/Kelurahan (LPMD/K), dunia usaha/swasta,
Ikatan Perusahaan Pengendali Hama Indonesia ( IPPHAMI),
Asosiasi Pengendalai Nyamuk Indonesia (APNI) dan organisasi
profesi untuk mendapatkan dukungan kebijakan dan dana.
 Menyusun rencana kegiatan peningkatan pencapaian rumah
bebas jentik
 Survei vektor/jenis tempat penampungan air (TPA) potensial
berkembang biaknya jentik di wilayahnya.
 Mencari kader yang tepat untuk melakukan kegiatan Jumantik

 Menyiapkan materi penyuluhan yang sesuai dengan masalah


di wilayahnya masing-masing
 Membuat kesepakatan untuk melakukan gerakan PSN secara
serentak satu kali seminggu.
Meningkatan Persentase Rumah Bebas Jentik
Nyamuk

 Melakukan sosialisasi permasalahan dan rencana peningkatan


rumah bebas jentik pada kelompok potensial di wilayah kerjanya
(PKK, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, organisasi masyarakat,
dunia usaha/Swasta, RT, RW, Kelurahan/Desa Siaga)
 Bersama kader menempelkan dan mengisi Kartu Jentik
Rumah/Bangunan di setiap rumah tangga dan mencatat serta
merekapitulasi untuk bahan laporan ke Puskesmas.
 Menyiapkan sarana dan prasarana kegiatan PSN (PSN Kit)
antara lain senter, buku catatan, alat tulis, Kartu Jentik
Rumah/Bangunan, bubuk pembunuh larva (larvasida), leaflet,
stiker/bendera untuk rumah yang ditemukan adanya larva.
Meningkatan Persentase Rumah Bebas Jentik
Nyamuk

 Melakukan monitoring dan evaluasi hasil pemantauan


angka bebas jentik, adanya kasus DBD atau tidak,
observasi lapangan terhadap pelaksanaan kegiatan
kader.
 Melakukan penyegaran kader setiap 3 bulan sekali,
dengan sumber dana Puskesmas, Kabupaten/Kota,
Provinsi atau sumber lain yang tidak mengikat.
Meningkatan Persentase Konsumsi Sayur dan
Buah Setiap Hari.

 Melakukan identifikasi jenis sayur dan buah lokal yang dapat


dimanfaatkan sebagai sumber serat, vitamin, mineral dan juga
sebagai sumber pendapatan masyarakat
 Melakukan analisis dan merumuskan permasalahan konsumsi sayur
dan buah masyarakat di wilayah kerjanya berdasarkan hasil
pendataan pada rapat internal Puskesmas.
 Bersama pimpinan Puskesmas melakukan advokasi kepada Camat
dan lintas sektor terkait seperti partai politik, Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI), produsen/penjual sayur dan buah,
pemilik/pengusaha makanan/warung/kantin, kelompok restoran
makanan tradisional, penyuluh lapangan pertanian untuk
mendukung dikeluarkan kebijakan dan dana untuk membantu
memecahkan permasalahan dalam peningkatan ketersediaan
aneka ragam sayur dan buah.
Meningkatan Persentase Konsumsi Sayur dan
Buah Setiap Hari.

 Menyusun rencana kegiatan peningkatan konsumsi sayur dan buah


pada mini lokakarya
 Sosialisasi situasi permasalahan konsumsi sayur dan buah dan
rencana pemecahan masalah pada kelompok potensial yang
berada di wilayah kerja Puskesmas (kelompok dasa wisma,
kelompok usaha tani sayur dan buah, tokoh masyarakat, tokoh
agama, organisasi masyarakat, RT dan RW)
 Melaksanakan orientasi kader tentang peningkatan konsumsi sayur
dan buah meliputi :
 Pembagian tugas kader berdasarkan jumlah sasaran di wilayah
kerjanya.
 membuat food model sayur dan buah sebagai alat bantu
peyuluhan.
Meningkatan Persentase Konsumsi Sayur dan
Buah Setiap Hari.

 Petugas Puskesmas membantu mengembangkan


upaya-upaya peningkatan kesehatan bersumberdaya
masyarakat berupa lomba makanan olahan dari bahan
sayur dan buah nusantara dalam rangka memperingati
hari pangan sedunia ( setiap 16 Oktober), Lomba PKK
 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan, aplikasi
kebijakan/peraturan yang telah dibuat, atau pemantauan
realisasi dukungan sarana, dana yang diberikan oleh
mitra
Meningkatan persentase Aktivitas Fisik Setiap
Hari.

 Identifikasi jenis aktivitas masyarakat sehari-hari, fasilitas umum


yang dapat dimanfaatkan untuk sarana olahraga bagi masyarakat.
 Melakukan analisis dan merumuskan permasalahan aktivitas fisik
masyarakat di wilayah kerjanya berdasarkan hasil pendataan pada
rapat internal Puskesmas.
 Menyusun rencana kegiatan peningkatan aktivitas fisik pada forum
bulanan atau mini lokakarya
 Bersama pimpinan Puskesmas melakukan advokasi kepada Camat
dan lintas sektor terkait seperi Persatuan Guru Republik Indonesia,
Dewan Kelurahan, Kelompok pemuda/Karang Taruna, pengusaha
alat olah raga/pengelola sarana olah raga, kelompok senam (senam
jantung sehat, senam Lansia, senam Osteoporosis, Kelompok
Senam Indosesia Bersatu, Senam Tera/Thaichi, Senam Tongkat)
untuk mendapat dukungan kebijakan, sarana, alat dan dana untuk
membantu kegiatan peningkatan aktivitas fisik di masyarakat.
Meningkatan persentase Aktivitas Fisik Setiap
Hari.

 Sosialisasi permasalahan aktivitas fisik dan rencana pemecahan


masalah pada kelompok potensial yang berada di wilayah kerja
Puskesmas kepada partai politik, PKK, tokoh masyarakat, tokoh
agama, organisasi masyarakat, dunia usaha, RT dan RW)
 Melaksanakan orientasi dan pembinaan kader tentang peningkatan
aktivitas fisik masyarakat :
 pelatihan berbagai jenis senam masyarakat

 membagi tugas kader berdasarkan jumlah sasaran di wilayah


kerjanya.
 membuat jadual kegiatan senam masyarakat sesuai dengan
kelompoknya
Meningkatan persentase Aktivitas Fisik Setiap
Hari.

 Membantu mengembangkan upaya-upaya peningkatan


kesehatan bersumberdaya masyarakat seperti
pemeriksaan tekanan darah secara berkala pada
kelompok usia tertentu dan mengupayakan ada buku
pencatatan tekanan darah, pemanfaatan lahan untuk
peningkatan aktivitas fisik masyarakat di Kelurahan.
 Melakukan monitoring dan evaluasi
Meningkatan persentase Rumah Tanpa Asap
Rokok
 Melakukan pendataan perokok aktif dan yang menggunakan
tembakau (menyirih) di wilayah kerja berdasarkan :
 Jenis kelamin

 Jenis dan jumlah rokok yang di hisap

 Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk membeli rokok

 Melakukan analisis dan merumuskan permasalahan penduduk


perokok (individu maupun dirumah tangga) di wilayah kerjanya
berdasarkan hasil pendataan pada rapat internal Puskesmas.
 Menyusun rencana kegiatan pencegahan dan pengendalian
penggunaan tembakau dan rokok pada mini lokakarya
Meningkatan persentase Rumah Tanpa Asap
Rokok

 Bersama pimpinan Puskesmas melakukan advokasi kepada


Camat dan lintas sektor terkait (Kesra,Penilik dan Komite
Sekolah, pengelola sarana publik (terminal, stasiun, pasar, tata
kota),pengusaha dan distributor rokok, Majelis Ulama Indonesia,
petani tembakau, penyuluh pertanian, pengusaha angkutan,
dunia usaha/swasta untuk mendapat dukungan kebijakan dan
dana untuk membantu memecahkan permasalahan perokok dan
dampaknya.
 Sosialisasi permasalahan penggunaan tembakau/rokok dan
rencana pemecahan masalah pada kelompok potensial di
wilayah kerja Puskesmas ke institusi pendidikan, PKK, kelompok
pemuda, tempat kerja, tempat umum (tempat ibadah, pasar,
terminal, sarana angkutan), tokoh masyarakat, tokoh agama,
organisasi masyarakat, dunia usaha, RT dan RW
Meningkatan persentase Rumah Tanpa Asap
Rokok
 Melaksanakan orientasi kader meliputi :
 pembagian tugas kader berdasarkan jumlah sasaran di
wilayah kerjanya
 persiapan melakukan konseling, dan metode berhenti
merokok.
 Bersama kader menempelkan stiker ” Rumah Tangga Tanpa
Asap Rokok ”
 Bersama kader memberikan penghargaan kepada mantan
perokok dan membuat komitmen bersama menjadi konselor
berhenti merokok.
 Membantu mengembangkan upaya-upaya peningkatan
kesehatan bersumberdaya masyarakat seperti mengembangkan
kawasan tanpa rokok di RT, RW dan Balai Desa.
 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penerapan
kebijakan/peraturan adanya kawasan tanpa rokok, pelaksanaan
kegiatan pencegahan dan pengendalian masalah merokok
khususnya di rumah tangga.
PHBS : PERSALINAN DITOLONG OLEH
TENAGA KESEHATAN
Persalinan atas kesadaran dan permintaan
si Ibu ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter,
bidan dan para medis lainnya) dirumah atau
disarana kesehatan

Target : 58% ( 2009)


Capaian : 61.7% ( 2007)

Angka Kematian Ibu : 250 dari 100.000 KH


Penyebab Utama : Anemia, 3T, bukan Nakes
PHBS : BERI BAYI ASI EKSKLUSIF

Ibu dengan kesadaran penuh memberi Bayi


nya ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan.

Target : 58% (2009)


Capaian : 49% (2007)
Masalah :
 Masih adanya kebiasaan memberikan makanan
tambahan pada usia 5 minggu
 Adanya kepercayaan masyarakat bayi diberi
makanan akan cepat tumbuh
 Produksi ASI tidak cukup karena ibu kurang
konsumsi makanan yang cukup gizi
o Setelah lahir langsung dipisah dari ibu untuk
dimandikan.
o Kolostrum dibuang karena dianggap kotor.
o Pemberian makanan pre-lakteal (pemberian
makanan terlalu dini, sebelum bayi mendapat
ASI): nasi papah, air gula, air putih, madu,
pisang dikerok.
o Bayi tidak didekat ibu, terjangkau setiap saat,
sehingga tidak dapat ASI semau bayi
o Ibu dan bayi tidak boleh keluar rumah sampai
40 hari.
61
PHBS : TIMBANG BAYI DAN BALITA

Menimbang bayi/balita setiap bulan dan


mencatat berat badan bayi/balita dalam
Kartu Menuju Sehat (KMS)
 Target : 58% (2009)

 Capaian :

-> 4 kali ( 45.4%)

-1-3 kali (29.1%)

-Tidak pernah ditimbang ( 25.5%)

 Masalah :

- Jarak ke Posyandu jauh (2-5 bulan/X)


- budaya/kebiasaan/kepercayaan
- Masih sering kejadian GIBUR/GIRANG
PHBS : CUCI TANGAN DENGAN AIR
DAN SABUN
Anggota rumah tangga selalu mencuci tangan
dengan air bersih yang mengalir dan memakai
sabun.
Target : 58% (2009)
 Capaian : (2006)

- 12 % CTPS sesudah BAB


- 14 % CTPS sebelum makan
- 7 % CTPS sebelum memberi makan bayi
- 9 % CTPS setelah bersihkan tinja bayi
(Sumber : Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, Depkes RI, 2008)

 Masalah : -Belum dibudayakan di keluarga/RT


 MANFAAT : Menurunkan angka Kematian
akibat Diare, Kholera, Disentry dan penyakit
Infeksi Pencernaan lainnya 43-45% (WHO).
PHBS : MENGGUNAKAN AIR BERSIH

Anggota rumah tangga yang menggunakan air bersih


untuk kebutuhan sehari-hari yang berasal dari ; air
kemasan, air ledeng, air pompa, sumur terlindung,
mata air terlindung dan penampungan air hujan.
Target : 58% (2009)
 Capaian : 88% (2008) di 50 kab/kota

Manfaat : Terhindar dari penyakit Diare,


kolera, disentri, typus, kecacingan ,kulit atau
keracunan
PHBS : MENGGUNAKAN JAMBAN
SEHAT
Anggota rumah tangga yang menggunakan jamban
leher angsa dengan tangki septik atau lubang
penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir.
Target : 58% (2009)
 Capaian : 64% (2008)

MANFAAT : Terhindar dari sumber


penularan peny. Diare, Kholera, Disentry
dan penyakit Infeksi Pencernaan lainnya
PHBS : MEMBERANTAS JENTIK
NYAMUK
Anggota rumah tangga melakukan
pemberantasan jentik nyamuk aedes aegypty di
dalam dan atau diluar rumah seminggu sekali dengan
cara 3M plus /abatisasi/ikanisasi atau cara lain yang
direkomendasikan
Target : 58% (2009)
 Capaian : 59.5% (2008)

(Sumber : Evaluasi PHBS di 50 kab/kota, Depkes RI, 2008)

 Masalah : ¾ kab/kota endemis DBD


 Manfaat : Menurunkan populasi nyamuk,
terhindar dari berbagai peny akibat vektor
nyamuk dan lingkungan RT bersih & sehat
PHBS : MAKAN SAYUR DAN BUAH
SETIAP HARI
Anggota rumah tangga (terutama usia 10 tahun
keatas) mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan
2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari
 Target : 58% (2009)

 Capaian :
- 17% : sesuai porsi dan hari
- 25 % : 1 kali/hari
 Masalah :
- Pengetahuan masyarakat kurang ttg pentingnya
konsumsi sayur & buah (walaupun ketersediaan
memadai)
- Meningkatnya angka incidens Penyakit Kanker
termasuk Kanker Usus Besar
PHBS : MELAKUKAN AKTIVITAS FISIK
SETIAP HARI
Anggota rumah tangga umur 10 tahun + melakukan
aktivitas fisik ( ringan – sedang ) minimal 30 menit
setiap hari
Target : 58% (2009)
 Capaian : 51.8% (2007)

(Sumber : Riset Kesehatan Dasar ,Depkes RI, 2007)

Manfaat : Terhindar dari penyakit jantung,


Stroke, tekanan darah tinggi,
PHBS : TIDAK MEROKOK DALAM
RUMAH
Anggota rumah tangga umur 10 tahun ke atas tidak
merokok di dalam rumah ketika berada bersama
anggota keluarga lainnya.
Target : 58% (2009)
 Capaian : 30% (2008)

(Sumber : Evaluasi PHBS di 50 kab/kota ,Depkes RI, 2008)

 Masalah : - Belum berjalannya peraturan KTR


 MANFAAT : Anggota RT terhindar dari
penyakit paru kronis termasuk perokok pasif
dan gangguan kesehatan lainnya

3 indikator tersebut secara bersama merupakan


pencetus terjadinya PTM
Persentase Rumah Tangga berPHBS

Diukur dari proporsi rumah tangga yang memenuhi 10 Indikator


PHBS Di Rumah Tangga. Apabila dalam rumah tangga tersebut
tidak ada ibu yang pernah melahirkan dan tidak ada balita, maka
pengertian rumah tangga sehat adalah rumah tangga yang
memenuhi 8 indikator PHBS.

 Jumlah rumah tangga yang diklasifikasikan ber-


PHBS dibagi dengan seluruh jumlah rumah tangga
yang ada di desa/kelurahan dikali dengan 100%
Atau
 Jumlah rumah tangga yang diklasifikasikan ber-
PHBS di bagi seluruh jumlah rumah tangga yang
ada di desa/kelurahan x 100%
30.13
Persentase PHBS Rumah Tangga Sehat

43,2

Riau
40,5

Sumatera Barat
39,2 39,9

Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
37,1 37,2 37,4 38,3

Sulawesi Selatan
(ada yang perlu dicermati)

Bali
di Indonesia, Tahun 2006

Kalimantan Barat
Sumatera Selatan
35,0

DI Yogyakarta
33,6 34,1

Sumatera Utara
Sulawesi Tengah
32,5

kepulauan Riau
28,7 28,8 29,8

Sulawesi Tenggara
Bangka Belitung
Jambi
26,9 28,0

Nusa Tenggara Barat


Jawa Timur
25,3

Lampung
21,7 Papua
20,1 20,7 20,8
Kalimantan Selatan
Maluku
Nusa Tenggara Timur

19,1 19,4
Bengkulu
Jawa Barat

16,5 17,0 17,1 17,5


Kalimantan Tengah
Irian Jaya Barat
Maluku Utara
DKI Jakarta

15,0
Gorontalo

13,5
Banten

37,00

Anda mungkin juga menyukai