Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Jika mendengar kata “ arisan”, kata yang langsung terlintas di pikiran adalah kaum hawa,
uang, dan perkumpulan. Dan barang yang lazim digunakan untuk arisan adalah uang.Tapi,
ada yang unik di dalam arisan di Kecamatan Sadaniang, kabupaten mempawah. Mereka
membuat arisan jamban Sadaniang atau yang biasa disingkat ( ARJUNA )
Arisan ini merupakan inovasi yang diinisiasi oleh Tim Dari Nusantara Sehat Bekerjasama
Dengan Puskesmas Rawat Jalan Sadaniang melalui program STBM dengan metode
pemicuan kepada masyarakat.
Inovasi ini sederhana, tetapi hasilnya sangat bagus karena berkelanjutan dan mampu
menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam menyelenggarakan kegiatan Prilaku
Hidup Bersih dan Sehat di lingkungan tempat tinggal meraka mangsing – masing.
Arisan jamban ini dibentuk dengan sistem yang tidak jauh berbeda dengan
kebanyakan arisan pada umumnya. Pembentukan kelompok, pemilihan ketua, sekretaris
dan juga bendahara. Struktur kepengurusan seperti ini bertujuan Agar arisan yang sudah
terbentuk ini nantinya dapat berjalan sebagaimana yang kita inginkan. Tiap – tiap
kelompok arisan beranggotakan sepuluh sampai dengan lima belas kepala keluarga,
dimana setiap kepala keluarga dikenakan iuran wajib sebesar seratus ribu rupiah setiap
bulannya. Dengan dana arisan warga sebesar satu juta sampai satu juta lima ratus ribu
inilah maka pembangunan jamban dimulai. Pembagunan jamban dilaksanakan warga
secara bergotong royong .
Inovasi ini berawal dari situasi masyarakat Kecamatan Sadaniang. Dari hasil pendataan
melalui Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK), Dikatakan bahwa pada
tahun 2017 hanya ada 30 persen warga yang memiliki jamban keluarga. Padahal, Puskesmas
Rawat Jalan Sadaniang selalu mensosialisasikan betapa pentingnya hidup bersih dan sehat.
namun hingga saat ini kepemilikan jamban sehat oleh masyarakat setempat masih rendah. Untuk
itu perlu dilakukan suatu inovasi untuk meningkatkan jumlah kepemilikan jamban oleh
masyarakat di Kecamatan Sadaniang, agar tujuan program Stop Buang Air besar sembarangan di
kecamatan sadaniang dapat tercapai.
Selama ini di beberapa desa di kecamatan Sadaniang sudah pernah mendapat pemicuan
dan penyuluhan mengenai Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dari Puskesmas Sadaniang, namun
hingga saat ini kepemilikan jamban sehat oleh masyarakat setempat masih rendah. Untuk itu
perlu dilakukan suatu inovasi untuk meningkatkan jumlah kepemilikan jamban oleh masyarakat
di Kecamatan Sadaniang, agar tujuan program Stop Buang Air besar sembarangan di kecamatan
sadaniang dapat tercapai.

1.2 Peryataan Permasalahan


 Kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak BAB sembarangan
 Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat
 Mahalnya biaya yang dikeluarkan untuk membuat jamban (Faktor ekonomi)

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
 Menuju Desa ODF (Open Defication Free ) di Kecamatan Sadaniang
1.3.2 Tujuan Khusus
 Meningkatkan Kesadaran masyarakat untuk tidak BAB sembarangan
 Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat
 Meringankan biaya yang dikeluarkan untuk membuat jamban (Arisan)
1.4 Manfaat
 Meningkatkan kebersihan lingkungan
 Memutus mata rantai penyebaran penyakit yang terkait dengan sanitasi
 Sebagai landasan menuju desa ODF

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Arisan Jamban

Arisan jamban adalah pengumpulan uang yang bernilai sama oleh beberapa orang/kepala
keluarga, lalu diundi diantara mereka. Undian tersebut dilaksanakan secara berkala sampai semua
anggota memperolehnya. Uang hasil undian tersebut digunakan untuk biaya pembangunan jamban.

2.2 Tujuan Arisan Jamban

Tujuan Arisan Jamban adalah untuk menjadi solusi bagi masalah kesehatan di
Kecamatan Sadaniang yang berkaitan dengan jamban sehat. Juga biaya pembangunan jamban
tidak menjadi beban yang tertalu berat karena ditanggung bersama dari waktu-kewaktu,
selain itu juga masyarakat dapat mempraktekan budaya gotong-royong dan kerja sama
yang sudah mulai pudar di masyarakat. Sehingga dalam jangka waktu tertentu, semua
masyarakat Kecamatan Sadaniang akan memiliki jamban sehat.

2.3 Jamban Sehat

Jamban Sehat adalah pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan
penyakit untuk mencegah sekurang kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap
lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Suatu jamban
disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persaratan sebagai berikut : tidak
mencemari tanah, tidak megotori air permukaan, tidak mengundang datangnya serangga
terutama lalat dan kecoa dan lainnya, tidak menimbulkan bau, mudah digunakan dan
dipelihara dan dapat diterima oleh pemakainya.
3.1 Jenis – Jenis Jamban

 Jamban Leher Angsa


Jamban ini, perlu air untuk menggelontor kotoran. Air yang terdapat pada leher angsa
adalah untuk menghindarkan bau dan mencegah masuknya lalat dan kecoa.

 Jamban Cemplung
Jamban ini, tidak memerlukan air untuk menggelontor kotoran. Untuk mengurangi bau
serta agar lalat dan kecoa tidak masuk, lubang jamban perlu ditutup.

 Jamban Plengsengan
Jamban ini, perlu air untuk menggelontor kotoran. Lubang jamban perlu juga ditutup.
BAB III

DESKRIPSI KONDISI DAN POTENSI KECAMATAN SADANIANG

II.1 KONDISI GEOGRAFIS, EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

II.1.1 KONDISI GEOGRAFIS

1) Jumlah Wilayah Binaan

Kecamatan Sadaniang dalam hal ini, mempunyai Enam (6) Desa Binaan antara
lain yaitu :
 Desa pentek, terdiri dari empat (4) Dusun
 Desa Amawang,terdiri dari empat (4) Dusun
 Desa Sekabuk,terdiri dari empat (4) Dusun
 Desa Bumbun, terdiri dari empat (4) Dusun
 Desa Ansiap, terdiri dari tiga (3) Dusun
 Desa Suak Barangan,terdiri dari empat (4) Dusun
Dengan demikian Jumlah Wilayah binaan Puskesmas Rawat Jalan Sadaniang

secara keseluruhan adalah enam (6) Desa.

2) Batas Kecamatan
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Landak
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Mempawah Timur
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Toho
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bengkayang
3) Luas Wilayah

Kecamatan Sadaniang, memiliki Wilayah seluas 213,90 Km2 yang meliputi :

 Desa Pentek : 45,90 Km2


 Desa Amawang : 39 Km2
 Desa Sekabuk : 31 Km2
 Desa Bumbun : 33 Km2
 Desa Ansiap : 29 Km2
 Desa Suak Barangan : 36 Km2

a. Kependudukan

Jumlah Penduduk Kecamatan Sadaniang Sampai tahun 2015 adalah 11.733 Jiwa

yang terdiri dari :

 Jumlah Laki – laki : 6.250 Jiwa

 Jumlah Perempuan : 5.483 Jiwa

Secara rinci penyebaran Penduduk menurut jenis kelamin pada setiap Desa sebagai

mana dalam tabel dibawah ini.

II.1.2 KONDISI EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

Hasil Pertanian Desa Klepu

1.Padi

2. Karet

3. Sawit

Indusri Rumah tangga

1. Pembuat Kue

Transportasi

1. Mini Bus Jurusan Sadaniang Sungai Pinyuh

Komunikasi
Saat ini komunikasi sudah terjangkau hanya Telkomsel

Seni Budaya

Di kecamatan masih terpelihara baik:

1. Tarian Khas Dayak


2. Yonggan

Tradisi

1. Naik Danggo
2. Gawai Padi

II.2 PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN

Menurut kualitasnya bangunan rumah dikategorikan menjadi bangunan permanen, semi


permanen dan bangunan tidak permanen. Kualits ekonomi suatu keluarga salah satunya
ditunjukkan oleh kualitas bangunan rumah keluarga tersebut. Bangunan rumah di Desa
Klepu sebanyak 705 bangunan, yang terdiri dari 504 bangunan rumah permanen, 171 unit
rumah semi permanen dan 29 bangunan rumah tidak permanen.

Meskipun jaringan listrik sudah masuk ke wilayah desa ini. Namun belum semua keluarga
menggunakan listrik PLN sebagai sumber penerangan. Dari 926 keluarga yang tinggal di
desa ini, tercata sebanyak 901 keluarga yang telah menggunakan listrik PLN sebagai
sumber penerangan. Selebihnya menggunakan sumber penerangan dari bukan lisrik,
karena sumber listrik non PLN tidak ada di desa ini. Di jalan utama yang melintasi desa ini
baru sebagian terpasang penererangan yang disediakan oleh warga secara swadaya.

Sebagian bear keluarga di desa ini masih memanfaatkankayu bakar untuk memassak
sehari-hari.Kayu bakar dinilai lebih ekonomis dibandingkan bahan bakar yang lain seperti
gas LPG dan minyak tanah karena sebagian besar keluargaa di desa ini tidak perlu
mengeluarkan biaya ubtuk mendapatkannya.

Fasilitas perumahan dan pemukiman yang memenuhi syarat kesehatan tentunya menjadi
idaman bagi setiap keluarga. Fasilitas tersebut antara lain tempat buang sampah dan tempat
buang air besar. Sebagian besar keluarga di desa Klepu ini telah cukup baik dalam
mengelola sampah, yaitu dengan cara menampung dalam lubang dan dibakar yang
selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk komposs. Sebagian besar kleuarga juga
sudah mempunyai jamban sendiri sebagi tempat buang air besar keluarga. Akan tetapi
Kami dapatkan temuan bahwa dari 285 RTS di Desa Klepu hampir semunya masih
menggunakan WC cemplung bukan WC leher angsa sebagaimana standart kesehatan.

Dalam penataan perumahan masih bisa didapatkan kandang-kandang ternak baik kambing
maupun sapi ditempatkan di depan rumah, akan tetapi sudah terpisah dari rumah tinggal
penduduk.
Kondisi geografis desa yang sebagian merupakan lereng pegunungan menyebabkan masih
adanya bencana yang melanda desa ini. Bahkan penulis sempat menyaksikan sendiri tanah
longsor di Dusun Mulyosari pada bulan September 2010 yang mengakibatkan tumpukan
lorokan tanah di ruas jalan dan beberapa pohon tumbang sehingga merusak jaringan kabel
PLN. Selama kurun waktu tiga tahun terakhir terjadi bencana tanah longsor sebanyak 8
kali. Meskipun tidak ada korban jiwa, namun kerugian materi diperkirakan 25 juta rupiah.
Namun demikian upaya antisipasi penanggulangan benacana alam tetap dilakukan. Warga
secara gotong royong melakukan berbagai kegiatan guna menanggulangi bencana
didukung bantuan yang diterima dari Pemkab Pacitan.

II.4.PENDIDIKAN

Fasilitas Pendidikan di Desa Klepu cukup memadai. Di desa ini tersedia telah tersedia
sarana pendidikan para sekolah yaitu Taman Kanak-kanak dan Pos Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD), sebanyak 4 PAUD kunjungan dengan pendidikan berpusat di Sunduk.
Sarana Pendidkan Dasar tersedia Sekolah Dasar sebanyak 3 unit. Juga terdapat sarana
pendidikan informal TPQ (Taman Pendidikan Qur’an/ di masjid desa sebagai media
pendidikan agama bagi anak-anak di Desa Klepu.Untuk jenjang lanjutan mulai dibangun
SMP Negeri 5 Sudimoro (Satu Atap) yang masih dalam tahap penyelesaian bangunan,
terletak di sebelah SD Negeri 01 Klepu.Dengan demikiaan anak-anak yang akan
melajutakan pendidikan menengah pertama tidak usah menempuh jarak jauh ke desa
sebelah baik di Desa Karang Tengah maupun ke Desa Ketanggung yang berjarak 5 km
dari desa Klepu.Sedangkan untuk sekolah SMA dan SMK anak-anak Desa Klepu belum
tersedia, mereka harus menggunakan fasilitas yang berada di desa lain dengan jarak sekitar
14 km.

Dari penuturan Bapak Mujiono, S.Pd salah satu tokoh pendidikan Desa Klepu. Beliau telah
berkecimpung dalam dunia pendidikan di Desa Klepu sejak tahun 1982. Kami dapatkan
informasi bahwa Status pendidikan penduduk rata-rata desa Klepu masih belum bagus,
yang lulusan SMA dan sederajat masih sangat sedikit. Hal ini disebabkan oleh faktor orang
tua dan anakanak didik belum memiliki motivasi yang kuat untuk meraih jenjang
pendidikan yang tinggi disamping tuntutan ekonomi keluarga yang memaksa anak-anak
harus bekerja membantu orang tuanya mencari nafkah keluarga.

Masih menurut Bapak Mujiono, S.Pd, kondisi pendidikan desa Klebu dibandingkan 25
tahun yang lalu jauh lebih baik Dulu pada tahun 80-an rata-rata yang bisa menyelesaikan
pendidikan SD hanya 50% dari siswa yang masuk pada awal ajaran dari kelas satu,
misalnya saat masuk kelas satu didapatkan 40 siswa, maka yang mampu menyelsaikan
sampai lulus SD hanya 20 orang, sisanya biasanya putus sekolah.

II.5 KESEHATAN

Sarana kesehatan di Desa Klepu sudah cukup memadai untuk melayani kesehatan tingkat
dasar bagi warga. Di desa ini telah tersedia sebuah Puskesmas Pembantu (Pustu), sebuah
Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), sebuah Pos Bersalin Desa (Polindes) dan dua Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu). Bagi warga yang membutuhkan pelayanan kesehatan dari
praktek dokter, mereka bisa mengakses fasilitas di desa lain dengan menempuh jarak
sejauh 12 kilometer. Demikian juga untuk mendapatkan pelayanan dari Puskesmas warga
desa ini harus mengakses fasilitas di luar desa dengan jarak sejauh 12 kilometer.
Kecendrungan lain warga desa Klepu untuk mendapatkan rawat inap dasar ke kecamatan
Panggul, Kabupaten Trenggalek atau ke Puskesmas di Lorok.

Apabila masyarakat membutuhkan pelayanan kesehatan, lebih lanjut mereka , warga


klepu masih harus pergi ke ibukota Kabupaten Pacitan dengan menempuh jarak 72 km, tau
ke ibukota Kab. Trenggalek dengan jarak tempuh tidak jauh beda. Demikian juga apabila
warga membutuhkan pelayanan kesehatan dari Poliklinik dan rumah bersalin mereka
biasanya memanfaatkan fasilitas kesehatan yang berada di ibukota Kabupaten Pacitan.

Selam kurun satu tahun terakhir terjadi wabah Chikungunya yang melanda masyarakat
Klepu. Beberapa keluhan akibat penyakit ini masih dirasakan warga, rasa nyeri di sendi-
sendi tangan dan kaki yang berkepanjangan. Tidak ditemukan penduduk yang menderita
gizi buruk dalam tiga tahun terakhir. Sejumlah kasus Morbus Hansen juga ditemukan di
Desa Klepu, dan sudah mendapatkan penanganan dari Puskesmas Sudimoro.

Sebagai upaya pelayanan sosial, pemerintah telah memberikan fasilitas asuransi kesehatan
bagi warga miskin dengan membagikan kartu Jamkesmas kepada 268 warga miskin di
desa Klepu.Namun demikian , dalam setahun terakhir pemerintah Desa Klepu masih
mengeluarkan 54 surat keterangan tidak mampu untuk memberikan fasilitas bagi waarga
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dan pendidikan secara murah, bahkan gratis sama
sekali.

Anda mungkin juga menyukai