Oleh:
Rombel : 1
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 1
BAB II DESKRIPSI KEGIATAN KKL ................................................................ 2
2.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan .................................................................... 2
2.2 Deskripsi Kegiatan ........................................................................................ 3
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................... 5
3.1 HSE dan Pengelolaan Limbah Perusahaan PLTU PT. PJB PAITON ........... 5
3.1.1 Sejarah Perusahaan ................................................................................. 5
3.1.2 Kunjungan ke PT PJB UP Paiton, Probolinggo, Jawa Timur ................. 5
3.2 Tata Kelola Layanan Kesehatan dan Jaminan Mutu Layanan Kesehatan di
Puskesmas Kuta 1 ................................................................................................ 8
3.2.1 Sejarah Puskesmas Kuta 1 ...................................................................... 8
3.2.2 Kunjungan ke Puskesmas Kuta 1............................................................ 9
3.3 Determinan Sosial Budaya Kesehatan dan Program Kesehatan di Desa Adat
Panglipuran ........................................................................................................ 12
3.3.1 Sejarah Desa Adat Panglipuran ............................................................ 12
3.3.2 Kunjungan ke Desa Adat Penglipuran .................................................. 12
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 14
4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 14
4.2 Saran ............................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15
DOKUMENTASI ................................................................................................. 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
DESKRIPSI KEGIATAN KKL
2
Jam 17.00 Pantai Kedonganan (Jimbaran Bali)
WITA makan malam di lanjutkan makrab
Jam 21.00 Kembali ke Hotel Istrahat
WITA
Jam 06.00 Sarapan Hotel dilanjutkan Check out
WITA
Jam 09.00 Pura Luhur Tanahlot
WITA
Jam 11.30 Wisata Belanja di Jogger Luwus
WITA
Jam 13.30 Makan siang di RM Tepi Beratan
Jum’at, 9 Agustus WITA dilanjutkan menikmati danau beratan
2019 Bedugul
Jam 17.00 Penyeberangan Gilimanuk - Ketapang
WITA
Jam 20.00 Makan malam di Local Restaurant
WITA
Jam 21.30 Melanjutkan perjalanan ke Semarang
WITA
Sabtu, 10 Agustus Jam 08.00 Tiba di UNNES Semarang
2019 WIB
2.2 Deskripsi Kegiatan
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
angkatan 2017 FIK UNNES diikuti oleh Program Studi Kesehatan Masyarakat
136 mahasiswa dengan komposisi 17 mahasiswa dan 119 mahasiswi, sedangkan
dari Program Studi Gizi 65 mahasiswa, serta enam dosen pendamping yakni dua
dosen perempuan dan empat dosen laki-laki. Kunjungan antara masing-masing
prodi tersebut berbeda, yaitu disesuaikan dengan bidang keilmuannya. KKL
menggunakan jasa biro Aji Tour, dengan lima Tour Leader (TL). Transportasi
yang digunakan adalah Putra Jaya.
Rombongan KKL berkumpul di Dekanat FIK UNNES pada hari Selasa,
06 Agustus 2019 pukul 01.00 WIB. Setelah seluruh peserta dirasa lengkap, dosen
pendamping melakukan presensi kepada seluruh mahasiswa. Pada pukul 01.00
dilakukan doa bersama dengan tujuan agar selamat dan tidak terjadi kendala di
sepanjang perjalanan.
Rombongan berangkat pada pukul 02.20 WIB, menuju Surabaya. Pukul
05.00 WIB sampai di Ngawi untuk meaksanakan ibadah solat subuh dan makan
pagi. Kemudian pukul 13.00 WIB, rombongan prodi Kesmas melakukan
kunjungan di kota Probolinggo, yakni PLTU Paiton. Memasuki hari kedua yakni
Rabu tanggal 07 Agustus 2019, rombongan KKL mulai memasuki kawasan Pulau
Dewata, dengan menyusuri selat Bali yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau
Bali dengan waktu kurang lebih 1 jam. Hari pertama di Bali, peserta KKL
melakukan transit penginapan di hotel dan kunjungan ke Puskesmas Kuta 1,
melakukan kunjungan di Desa Adat Panglipuran, menyaksikan salah satu budaya
3
Bali, yakni tari kecak. Dilanjutkan berbelanja di Pusat Oleh-Oleh Cening Bagus.
Kembali ke hotel untuk istirahat.
Kemudian hari ketiga dan keempat, mahasiswa Prodi Kesmas melakukan
kegiatan kunjungan ke beberapa tempat wisata di Bali. Hari terakhir pukul 17.00
WIB, rombongan mulai meninggalkan Pulau Dewata dan kembali ke Unnes.
4
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 HSE dan Pengelolaan Limbah Perusahaan PLTU PT. PJB PAITON
3.1.1 Sejarah Perusahaan
Unit Pembangkitan Paiton, terbentuk berdasarkan Surat Keputusan Direksi
PLN No. 030K/023/DIR/19931, tanggal 15 maret 1992 merupakan unit kerja yang
di kelola oleh PT. PLN (Persero) Pembangkitan dan P enyaluran Jawa Bagian
Timur dan Bali (PT. PLN KJT dan BALI) Sektor Paiton. Restrukturikasi di PT.
PLN (Persero) pada tahun 1995 mengakibatkan di bentuknya dua anak perusahaan
pada tanggal 3 oktober 1995, yaitu PT. PLN. Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-
Bali I dan PT. PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali II. Kemudian pada
tahun 1997 Sektor Paiton diubah namanya menjadi PT. PLN Pembangkitan
Tenaga Listrik Jawa-Bali II Unit Pembangkitan Paiton (PT. PLN PJB II UP
Paiton).
Berdasarkan surat keputusan Direksi No. 039K/023/Dir/1998 tentang
pemisahan fungsi pemeliharaan dan fungsi operasi pada PT. PLN Pembangkitan
Tenaga Listrik Jawa-Bali II Unit Pembangkitan Paiton, maka unit pembangkitan
menjadi organisasi yang lean dan clean dan hanya mengoperasikan pembangkit
untuk menghasilkan GWh, sedangkan untuk fungsi pemeliharaan di lakukan oleh
PT. PLN PJB II Unit Bisnis Pemeliharaan.
Organisasi Unit Pembangkitan Paiton seja tanggal 3 Juni 1999 mengalami
perubahan mengikuti perkembangan organisasi di PLN PJB II yang fleksibel dan
dinamis sehingga mampu menghadapi dan menyesuaikan situasi bisnis yang
selalu berubah. Perubahan yang mendasar dari Unit Pembangkitan adalah
dipisahkan fungsi operasi dan fungsi pemeliharaan, sehingga Unit Pembangkitan
menjadi organisasi yang lean and clean dan hanya mengoperasian pembangkit
untuk menghasilkan GWh.
Sejak tanggal 3 oktober 2000, PT. PLN Pembangkitan Listrik Jawa-Bali II
berubah menjadi PT. Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa Bali, kemudian berubah
menjadi PT. Pembangkitan Jawa Bali (PT. PJB).
3.1.2 Kunjungan ke PT PJB UP Paiton, Probolinggo, Jawa Timur
Mahasiswa jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat program studi Kesehatan
Masyarakat (Bis 1) melakukan kunjungan perusahaan yang pertama ke PT
Pembangkit Jawa Bali Unit Pembangkitan Paiton yang berlokasi di Jalan Raya
Surabaya—Situbondo KM 142, Desa Binor, Kecamatan Paiton, Kabupaten
Probolinggo. Rombongan tiba di lokasi sekitar pukul 12.30 WIB yang kemudian
langsung diarahkan menuju aula pertemuan.
Kegiatan dimulai dengan sambutan dari HRD PT PJB UP Paiton sebagai
perwakilan dari perusahaan, beliau menyampaikan ucapan selamat datang dan
5
terima kasih atas kunjungan mahasiswa IKM Unnes. Selanjutnya sambutan dari
Bapak Sofwan Indarjo, S.K.M.,M.Kes. sebagai perwakilan dari mahasiswa, yang
menyampaikan terima kasih karena sudah diterima dan disambut dengan sangat
baik di PT PJB UP Paiton. Beliau juga menyampaikan bahwa ini merupakan
kunjungan yang pertama bagi mahasiswa IKM Unnes ke PT PJB UP Paiton
sehingga harapannya akan ada kerja sama yang baik antara jurusan IKM Unnes
dengan PT PJB UP Paiton untuk kegiatan Kuliah Kerja Lapangan maupun Praktik
Kerja Lapangan ke depannya.
Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti yaitu penyampaian materi.
Materi disampaikan oleh seorang staf K3 di PT PJB UP Paiton yang juga
merupakan alumni Universitas Negeri Semarang jurusan Teknik Kimia .Kegiatan
penyampaian materi diawali dengan pemutaran video profil PT PJB UP Paiton
dilanjutkan materi seputar pelaksanaan HSE dan sistem pengelolaan limbah
perusahaan.
Generator di PLTU PT PJB Paiton terdiri dari 2 unit dengan kapasitas daya
400 MW per unit. Sehinga total produksi unit di PT PJB adalah 800 MW. Daya
netto yang dihasilkan pada kondisi normal sebesar 760 MW dengan beban rata-
rata harian 88% atau sekitar 704 MW. Melalui dua unit pembangkitnya, PT PJB
UP Paiton dapat menghasilkan energi listrik rata-rata 4.924 GWh pertahun yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Jawa, Bali dan Madura. Energi
listrik tersebut kemudian dikirim ke pusat-pusat beban melalui jaringan transmisi
saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) 500 kV dalam sistem interkoneksi
Jawa-Bali.
Batu bara merupakan bahan bakar utama pada pembakaran di boiler
dengan nilai kalori antara 4830 s/d 5140 Kcl/Kg dan HSD (High Speed Diesel)
yang digunakan untuk proses pembakaran awal (start up) sampai pembebanan di
generator mencapai 120 MW. Konsumsi bahan bakar mengahbiskan 2.578.900
ton batu bara dan HSD sebanyak 3.330 kiloliter dalam waktu satu tahun. Selain
bahan bakar, dalam prosesnya juga membutuhkan boiler make up water sebanyak
438.000 ton yang bersumber dari air tanah dan cooling water condenser yang
bersumber dari air laut. Cooling water condenser menggunakan sistem sirkulasi
terbuka dengan satu laluan (one through).
Kegiatan kemudian dilanjutkan ke sesi tanya jawab. Mahasiswa diberi
kesempatan untuk bertanya terkait HSE dan sistem pengelolaan limbah di PT PJB
UP Paiton. Pertanyaan pertama datang dari Sdr. Putri Nur Tamalla dengan
pertanyaan, “Darimana sumber air yang digunakan dalam proses itu? Lalu apabila
laut tercemar limbah apakah akan mempengaruhi hasil dari listrik tersebut?”.
Pertanyaan tersebut kemudian dijawab bahwa sumber air yang digunakan dalam
proses berasal dari sumber air pemukiman desa atau yang disebut Desa Klontong
yang telah melalui proses Water Treatment Plant (WTP) sehingga tidak akan
tercemar.
6
Pertanyaan selanjutnya dari Sdr. Yulia Santi dengan pertanyaan,
“Darimana batu bara itu diambil dan berapa banyak batu bara yang dibutuhkan
dalam proses setiap harinya? Lalu berapa banyak air yang dibutuhkan dalam
proses ini? Serta menanggapi kejadian listrik padam di Jakarta itu penyebab
utamanya apa?. Pertanyaan itu kemudian dijawab bahwa tiap harinya PT PJB UP
Paiton membutuhkan kurang lebih 1 ton batu bara yang diangkut oleh tongkang-
tongkang dari Kalimantan. Air yang dibutuhkan tidak bisa diperkirakan karena
bisa jadi setiap produksi membutuhkan jumlah air yang berbeda-beda. Mereka
menjelaskan bahwa kejadian listrik padam di Jakarta beberapa waktu yang lalu
bukan disebabkan karena adanya masalah di pembangkitnya, tapi masalah terletak
pada pendistribusiannya, karena pembangkit sudah siap kapanpun menyuplai
listrik, namun terkadang terdapat masalah/ kendala dalam distribusi.
Pertanyaan selanjutnya dari Sdr. Fiki Hidayati dengan pertanyaan,
“Kandungan apa yang paling banyak terdapat dalam endapan dari limbah PT PJB
UP Paiton? Lalu apakah limbah dimanfaatkan atau hanya dibiarkan mengendap?.
Pertanyaan itu dijawab bahwa kandungan paling banyak dalam limbah adalah
jenis logam, tetapi untuk jenis logamnya apa saja belum diketahui. Untuk
pemanfaatan limbah, PT PJB UP Paiton bekerjasama dengan perusahaan lain,
dimana perusahaan tersebut secara berkala mengirimkan truk truk untuk
mengangkut limbah-limbah yang selanjutnya akan diolah dan dimanfaatkan. PT
PJB UP Paiton Unit 1 dan 2 ini sedang merencanakan untuk memanfaatkan
limbah ini sendiri.
Secara sederhana, proses alur PLTU Paiton yaitu mulai dari sumber air
pemukiman desa atau yang disebut Desa Klontong yang telah melalui proses
Water Treatment Plant (WTP). Air yang didapatkan dalam proses Water
Treatment Plant adalah berupa air demin, setelah itu di pompa menuju Hotwell
yang ada di Condenser. Kemudian di pompa dengan menggunakan Condensate
Extracion Pump menuju Low Pressure Heater (LPH) 1, 2, dan 3, dimana pada
LPH ini air dipanaskan dengan suhu yang bertekanan rendah atau sebagai
pemanas awal. Kemudian air menuju ke Daerator, fungsi daerator ini adalah
untuk memisahkan oksigen dari air, selain itu daerator juga berfungsi sebagai
pemanas. Lalu,dari Dearator air dipompa menggunakan Boiler Feed Pump
menuju High Pressure Heater (HPH) 5, 6, dan 7. HPH berfungsi sebagai
menaikkan tekanan dan temperatur agar tidak terjadi perbedaan yang signifikan
antara panas air di dalam Boiler dengan temperatur air yang masuk ke Boiler.
Sebelum menuju Boiler air di pompa menggunakan Boiler Circulating
Water Pump menuju Economizer. Fungsi economizer adalah sebagai penukar
kalor atau (Heat Exchanger), dimana pada economizer temperatur gas lebih besar
daripada temperatur air, kerena jika temperatur air lebih tinggi daripada
temperatur gas maka temperatur air tidak akan melampaui titik didih dan akan
menyebabkan terjadinya uap, maka akan terjadi overheating pada boiler. Setelah
air berada di economizer air menuju ke walltube dan akan menuju Steam Drum, di
7
dalam steam drum air dan uap dipisahkan dengan menggunakan separator atau
elemen pemisah di dalam steam drum. Pada boiler air yang berasal dari steam
drum akan menuju Superheater terjadi pemanasan air oleh bahan bakar sehingga
air akan menjadi uap panas dengan tekanan tinggi yang akan digunakan untuk
memutar HP Turbine (High Pressure Turbine). Setelah dari HP turbin, air
dialirkan menuju reheater untuk dipanaskan kembali suhunya, setelah dari
reheater menuju ke Intermediete Pressure Turbine (IP Turbin). Selanjutnya uap
kering pada IP Turbin akan memutar Low Pressure Turbine, dimana LP Turbin
dibedakan menjadi LP A & LP B. Uap sisa yang berasal dari LP A dan LP B
menuju condenser untuk diproses ulang. Setelah memutar turbin otomatis
generator akan terkopling antara poros generator dan poros turbin yang berputar
dan menghasilkan energi listrik.
Setelah sesi penyampaian materi dan tanya jawab selesai, mahasiswa
diarahkan untuk keluar dari aula menuju pelataran depan PT PJB UP Paiton untuk
berfoto bersama. Sangat disayangkan karena mahasiswa belum mendapat
kesempatan untuk berkeliling perusahaan karena alasan keamanan, namun secara
keseluruhan mahasiswa merasa puas dan senang karena dapat berkunjung ke PT
PJB UP Paiton yang merupakan PLTU terbesar se-Asia Tenggara serta
mendapatkan banyak pengetahuan mengenai proses produksi listrik serta sistem
pengelolaan limbah perusahaan.
3.2 Tata Kelola Layanan Kesehatan dan Jaminan Mutu Layanan Kesehatan
di Puskesmas Kuta 1
3.2.1 Sejarah Puskesmas Kuta 1
Bali merupakan salah satu pulau tujuan wisata yang terkenal di dunia.
Jumlah kunjungan di Bali yang semakin meningkat, menuntut pemerintahan
provinsi Bali untuk mendukung segala aspek yang berhubungan baik langsung
ataupun tidak langsung dengan sektor pariwisata.
Salah satu aspek yang menjadi perhatian dalam mendukung pariwisata di
Bali adalah aspek kesehatan, dimana program pemerintah provinsi Bali adalah
menjalin kerjasama lintas sektoral antara sektor pariwisata dan sektor kesehatan
dengan mengembangkan puskesmas wisata. Puskesmas wisata merupakan sebuah
unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab
terhadap pembangunan kesehatan pariwisata di wilayah kerjanya. Salah satu
Puskesmas wisata yang ada di Bali adalah Puskesmas Kuta 1 yang terletak di
kecamatan Kuta, Kabupaten Badung.
UPT. Puskesmas Kuta I terletak di Jln. Srikandi No. 40A, Benoa, Kuta
Selatan, dengan nomor kode klinik yang 2904 berada di Kecamatan Kuta,
Kabupaten Badung, dengan luas wilayah kerja 11,82 km persegi meliputi
kelurahan Kuta, Tuban, dan Kedonganan. Ketiga kelurahan merupakan daerah
pantai dengan rata–rata curah hujan 2.000—3000 mm. Kuta merupakan daerah
destinasi pariwisata nasional dan internasional. Potensi kompleksitas masalah
8
kesehatan masyarakat dan kemajemukan latar belakang masyarakat menjadi
tantangan untuk dihadapi.
3.2.2 Kunjungan ke Puskesmas Kuta 1
Mahasiswa program studi Kesehatan Masyarakat UNNES melakukan
kunjungan lapangan ke puskesmas Kuta 1 untuk melihat dan mempelajari lebih
dekat tentang tata kelola layanan kesehatan dan jaminan mutu layanan kesehatan
di puskesmas kuta 1. Rombongan Prodi Kesehatan Masyarakat UNNES disambut
oleh Kepala UPT. Puskesmas Kuta I dr. Indira Pudi Asri didampingi beberapa staf
UPT Puskesmas Kuta I. Dalam sambutannya, dr. Indira Pudi Asri memberi
ucapan selamat datang kepada rombongan prodi Kesehatan Masyarakat dan
memberikan beberapa materi terkait Puskesmas Kuta 1.
UPT. Puskesmas Kuta I, memiliki fungsi untuk mendukung visi dan misi
yang telah ditetapkan. UPT. Puskesmas Kuta I memiliki fungsi sebagai berikut.
Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Pusat pemberdayaan masyarakat
Pusat pelayanan kesehatan strata pertama, yaitu: pelayanan kesehatan dan
masyarakat dalam bentuk pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
Untuk melaksanakan fungsi tersebut, dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan kesehatan nasional, maka dilaksanakan 18 kegiatan pokok
puskesmas, pembinaan peran serta masyarakat, kerja sama dengan lintas sektoral,
dan memberikan pelayanan rawat inap.
Dalam melaksanakan peran puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan,
UPT. Puskesmas Kuta I memiliki moto pelayanan: S = SENYUM, E = EMPATI,
H = HARMONIS, A = ASRI, T = TERTIB, I = INOVATIF (SEHATI). Tata Nilai
UPT. Puskesmas Kuta I: K = KOMITMEN, U = UTAMAKAN PENCEGAHAN
DAN PELAYANAN, T = TANGGUNGJAWAB, A = AKUNTABEL (KUTA).
Sedangkan Tata Budaya UPT. Puskesmas Kuta I: adalah
SENYUM,SAPA,SALAM dan TANGGAP.
Penanggung jawab keselamatan pasien di UPT Puskesmas Kuta 1 berada
dibawah koordinasi Penanggungjawab Manajemen Mutu Puskesmas. Dalam
organisasi ini terdapat sebuah tim keselamatan pasien yang merupakan struktur
kecil dalam sebuah manajemen mutu puskesmas dan bertanggungjawab langsung
pada pimpinan Puskesmas.
Panduan program keselamatan pasien di UPT Puskesmas Kuta 1 disusun
oleh tim keselamatan pasien dan manajemen mutu puskesmas. Adapun isi
panduan tersebut adalah definisi, ruang lingkup, tata laksana, serta dokumentasi.
Secara berkala, tim manajemen mutu melakukan rapat manajemen mutu
yang bertujuan untuk meninjau kinerja sistem manajemen mutu, dan kinerja
pelayanan/upaya puskesmas untuk memastikan kelanjutan, kesesuaian,
kecukupan, dan efektifitas sistem manajemen mutu dan sistem manajemen mutu
dan sistem pelayanan. Rapat tinjauan manajemen ini dilaksanakan 3 bulan sekali
9
(4 kali dalam setahun). Rapat ini dipimpin oleh Penanggungjawab Manajemen
Mutu dan dilaksanakan dengan agenda yang jelas. Pihak manajemen dann
pelaksana yang terkait diundang dalam rapat. Pertemuan biasa diawali dengan
pembahasan hasil dan tindak lanjut pertemuan tinjauan manajemen sebelumnya.
Dari rapat tersebut menghasilkan luaran rekomendasi perbaikan untuk ditindak
lanjuti.
Tim manajemen mutu terdiri dari:
Pj. Msnajemen mutu
Tim audit internal
Tim keselamatan pasien (KP)
Tim K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), terdiri dari koordinasi PPI
(Pencegahan dan Pengendalian Infeksi), koordinasi tanggap darurat,
koordinasi kecelakaan akibat kerja, koordinasi penyakit akibat kerja,
koordinasi pemeriksaan berkala.
Pj. Mutu admin
Pj. Mutu UKM
Pj. Mutu UKP
Tim Survey dan keluhan pelanggan
Puskesmas Kuta I memiliki layanan yang berkaitan dengan upaya
kesehatan lingkungan meliputi segala upaya untuk menyehatkan dan memelihara
lingkungan Puskesmas dan pengaruhnya terhadap manusia serta upaya
penyehatan lingkungan Puskesmas Kuta 1 yang diantaranya penyuluhan
kesehatan lingkungan, sterilisasi/desinfeksi, penanganan sampah dan limbah, dll.
Masyarakat akan mudah terinfeksi dan tertular penyakit apabila lingkungan
Puskesmas tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu ada persyaratan kesehatan
lingkungan, ruang dan bangunan serta fasilitas sanitasi yang tidak jauh beda
dengan persyaratan untuk Rumah Sakit.
Penerapan program untuk layanan kesehatan lingkungan puskesmas Kuta
1 diantaranya, penyuluhan terkait sanitasi keamanan pangan untuk anak sekolah
dan keluarga, penyuluhan terkait langkah sederhana mengurangi sampah
kemasan, sosalisasi bahaya merokok bagi kesehatan pribadi dan orang lain,
pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi
tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan
perbaikan desain rumah. Selain itu, puskesmas Kuta 1 juga memiliki fasilitas
untuk pengelolaan limbah puskesmas yang berasal dari pelayanan medis,
perawatan, pengobatan, penelitian atau pendidikan yang menggunakan bahan-
bahan yang beracun, infeksius, berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika
dilakukan pengamanan tertentu. Terhadap limbah tersebut perlu pengelolaan
terlebih dahulu sebelum diangkut ketempat pembuangan atau dimusnahkan
dengan unit pemusnah setempat.
Audit lingkungan puskesmas menjadi penting karena berkaitan dengan
kesehatan penghuninya seperti pasien, pegawai, dan mereka yang berkepentingan
10
daan masyarakat sekitarnya. Audit Puskesmas Kuta 1 merupakan pemeriksaan
kesehatan dilingkungan puskesmas dari aspek lingkungan. Upaya pengawasan
kesehatan lingkungan diantaranya, Penyehatan Air, Penyehatan lingkungan
pemukiman, Penyehatan tempat tempat umum (TTU).
Selain dalam bidang kesehatan lingkungan, Puskesmas Kuta I juga
melaksanakan program berkaitan dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Bidang K3 yang digunakan di Puskesmas Kuta 1 di paparkan oleh petugas K3
puskesmas Kuta 1 adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi dan Pengendalian Bahaya di Tempat Kerja. Meliputi:
Pemantauan Kondisi Tidak Aman, Pemantauan Tindakan Tidak Aman.
2. Pembinaan dan Pengawasan. Meliputi: Pelatihan dan Pendidikan, Konseling
& Konsultasi, Pengembangan Sumber Daya.
3. Sistem Manajemen. Meliputi: Prosedur dan Aturan, Penyediaan Sarana dan
Prasarana, Penghargaan dan Sanksi.
Materi selanjutnya adalah pemaparan tentang pelayanan yang ada di
puskesmas Kuta 1 oleh dr. Indira Puji Asti. Menurut pemaparan beliau,
puskesmas Kuta 1 memiliki beberapa program unggulan di banding puskesmas
yang lain yaitu Poliklinik VCT dan Program Terapi Rumatan Methadone
(PTRM).
Kegiatan yang dilakukan di klinik VCT meliputi pelayanan dalam gedung
dan pelayanan luar gedung. Pelayanan dalam gedung mencakup pemeriksaan
yang dilakukan ke pasien yang datang mandiri atau dengan rujukan dari petugas
penjangkau/ lapangan. Konseling HIV dilakukan oleh tujuh orang konselor
terlatih .Dalam menegakkan diagnosis HIV, dilakukan pemeriksaan darah di
pemeriksaan laboratorium UPT. Puskesmas Kuta I dengan menggunakan cara
Rapid Test dan hasil pemeriksaan dapat ditunggu saat hari tersebut. Bila hasil
pemeriksaan darah menunjukkan hasil HIV positif, maka pasien akan dirujuk ke
rumah sakit atau klinik swasta untuk mendapatkan pengobatan selanjutnya.
Disamping itu pasien juga akan dikenalkan dengan LSM guna mendapatkan
dukungan psikososial.
Sedangkan pelayanan luar gedung dilakukan dalam bentuk kegiatan
mobile klinik dengan menjangkau tempat resiko tinggi tertular HIV dan AIDS
yang mana seseorang yang berriseko tertular HIV belum sempat datang ke
layanan kerena terkendala dengan waktu.Tempat yang dikunjungi seperti Kafe,
Bar, karaoke, Salon, Panti pijat, Lokalisasi, serta Bedeng proyek. Hasil
pemeriksaan akan dibawakan ke tempat masing-masing sesuai dengan
kesepakatan yang telah ditentukan. Dalam kegiatan mobile klinik ini memerlukan
kerjasama antara LSM, KPA dan dinas kesehatan.
Program Terapi Rumatan Methadone (PTRM) adalah program yang
bertujuan membantu pecandu narkotika khususnya opioid untuk berhenti
menggunakan atau mengurangi dampak buruk dari penyalahgunaan opioid.
11
Menurut kelompok kami sebagai salah satu Puskesmas yang berada di
tengah-tengah tempat pariwisata di Bali, seharusnya ada sebuah program khusus
untuk pelayanan wisatawan baik wisatawan domestic maupun mancanegara.
Karena permasalahan kesehatan yang timbul bukan hanya dari masyarakat di
daerah Badung saja melainkan dapat berasal dari wisatawan yang berkunjung ke
daerah ini.
3.3 Determinan Sosial Budaya Kesehatan dan Program Kesehatan di Desa
Adat Panglipuran
3.3.1 Sejarah Desa Adat Panglipuran
Desa Adat Tradisional Penglipuran terletak di Kabupaten Bangli yang
berjarak 45 KM dari kota Denpasar. Luas keseluruhan desa ini sekitar 112 Hektar.
Penglipuran berasal dari kata “penglipur” yang maknanya adalah menghibur atau
menyenangkan orang. Artinya, di desa ini dulunya masyarakat bertugas untuk
membantu dan membuat sang raja terhibur.
Desa ini telah dianugrahi penghargaan kalpataru. Kalpataru adalah
penghargaan yang diberikan kepada perorangan atau kelompok atas jasanya dalam
melestarikan lingkungan hidup di Indonesia. Kalpataru sendiri adalah bahasa
Sanskerta yang berarti pohon kehidupan (Kalpavriksha). Dilihat dan prasarana
pelayanan yang tersedia, meliputi prasarana produksi prasarana pemasaran yang
terdiri dan adanya warung-warung tradisional yang tersebar di sekitar desa, kios-
kios juga ada yang menjual hasilhasil kerajinan untuk cenderamata yang dijual
kepada para wisatawan yang berkunjung ke daerah penelitian ini. Prasarana
perhubungan di sekitar Desa Adat Penglipuran yang tersedia berupa jalan
beraspal, jalan berpaving dan jalan tanah (jalan setapak). Keberadaan jalan-jalan
ini bagi masyarakat sangat besar manfaatnya. Daerah kunjungan bagi para
wisatawan, di mana pada jalan ini hanya boleh dilewati oleh pejalan kaki dan
sepeda motor.
Desa Penglipuran merupakan suatu desa konservasi, yaitu suatu desa yang
berusaha untuk melestarikan budaya, adat istiadat, hukum adat (awig-awig), dan
tata cara kehidupan sehari-hari serta lingkungannya untuk diwariskan kepada
generasi penerus agar tidak pudar seiring berjalannya waktu. Hal ini disampaikan
oleh Bendesa Adat, I Wayan Supat sebagai berikut : “Kalau hambatan berkaitan
dengan penawaran konsep dijadikan obyek wisata waktu itu tidak ada, berjalan
begitu saja dan mulai dari tahun 90-an kita sudah menambah greget untuk upaya
pelestarian lagi jadi ada pembenahan-pembenahan”
3.3.2 Kunjungan ke Desa Adat Penglipuran
Desa adat Panglipuran adalah suatu kekayaan ilmiah yang merupakan
objek untuk terus dipelajari guna peningkatan pengetahuan. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Wayan jumlah warga (Krama) Desa Adat panglipuran
sebanyak 76 orang. Warga aktif dalam kegiatan PKK dan Posyandu. situasi dan
kondisi masyarakat yang memiliki pola berpikirdari masyarakat setempat yang
terlihat dari keterlibatan mereka dalam menjaga dan merawat kebersihan dan
12
kenyamanan leingkungan, melestarikan budaya baik secara fisik maupun non fisik
serta partisipasi mereka dalam mendukung berbagai kegiatan atraksi.
Untuk mengantisipasi masalah di desa ini telah menyediakan beberapa
tempat sampah di tempat-tempat strategis, pemasangan papan peringatan yang
bertuliskan “Dilarang Buang Sampah Sembarangan”, dan juga menambah tenaga
pembersih untuk membersihkan fasilitas umum. kemudian penggunaan lahan.
Dampak kegiatan pariwisata terhadap lingkungan lainnya adalah alih fungsi lahan.
Selain karena berkembangnya jumlah penduduk, alih fungsi lahan lainnya terjadi
karena peningkatan jumlah pengunjung tiap tahun yang berdampak pada
ketidakmampuan daerah tersebut untuk menampung jumlah kendaraan, solusi dari
masalah ini ada pembukaan lahan parkir baru.
Pemindahan rumah warga ataupun pembukaan ladang yang lahannya
kemudian digunakan sebagai tempat parkir kendaraan tentu berdampak pada
berkurangnya lahan bercocok tanam bagi masyarakat setempat.
Salah satu upaya untuk menjaga kelestarian alam lingkungan, masyarakat
Desa Penglipuran berusaha menggunakan pupuk organik untuk menyuburkan
tanaman. Selain pupuk organik dari kotoran hewan ternak, akhir-akhir ini
masyarakat memanfaatkan daun-daun bambu yang sudah kering dari hutan bambu
dan diolah untuk digunakan sebagai pupuk tanaman. Menurut penuturan I Nengah
Moneng pupuk yang berasal dari daun bambu ini sangat bagus karena
mengandung zat anti jamur. Usaha pengolahan pupuk ini dilakukan masyarakat
setempat yang berlokasi di sebelah selatan desa di belakang karang memadu. Di
samping itu warga juga memanfaatkan hasil limbah pengolahan loloh cemcem
untuk menyuburkan tanaman.
Beberapa hal yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan yaitu:
1. Jaringan Sampah
Sistem pembungan sampah pada desa panglipuran ini adalah
menggunakan sistem desentralisasi, yaitu pengumpulan sampah yang dilakukan di
beberapa bak koleksi yang ditempatkan diluar masing-masing rumah.
2. Jaringan Air Kotor
Air kotor pada Desa Panglipuran yang dihasilkan dari masing-masing RT
langsung di tampung ke Septic Tank (Limbah Padat). Sedangkan untuk limbah
cair di buang ke selokan yang dihubungkan melalui pipa-pipa.
3. Jaringan Air Bersih
Air bersih yang digunakan untuk mencukupi konsumsi air bersih pada
Desa Panglipuran berasal dari PDAM.
4. Penghawaan
Sistem penghawaan pada Desa Panglipuran menggunakan sistem
penghawaan alami berupa alami jendela dan lubang dinding lainnya yang juga
memanfaatkan terang langit sebagai media penerangan pada siang hari.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kunjungan di instansi yang berkaitan dengan mata kuliah Kesmas, seperti
PLTU Paiton memberikan informasi yang begitu banyak dan bermanfaat bagi
mahasiswa, karena meskipun program studi berinduk pada prospek K3 tidak akan
menutup kemungkinan para mahasiswa juga mampu menjadi seorang ahli Kesling
di instansi tersebut.
Kunjungan di Puskesmas di wilayah wisata memberikan banyak informasi
pada mahasiswa mengenai bagaimana tata kelola layanan kesehatan dan jaminan
mutu layanan kesehatan di puskesmas Kuta 1.
Kunjungan di Desa Adat Panglipuran Bali memberikan banyak informasi
pada mahasiswa mengenai bagaimana sosial budaya kesehatan dan program
kesehatan di Desa Adat Panglipuran.
4.2 Saran
Pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat FIK UNNES pasti ada kelebihan serta kekurangannya.
Disini penulis akan memberikan beberapa saran, antara lain:
1. Alangkah lebih baiknya dalam kunjungan ke Perusahaan PLTU Paiton tidak
sekedar menampilkan presentasi tentang perusahaan tersebut, tetapi
mahasiswa juga diperbolehkan untuk terjun ke lapangan atau diadakan
pelatihan tentang K3.
2. Kunjungan ke Puskesmas akan lebih lengkap apabila mahasiswa juga diajak
untuk mengelilingi puskesmas dan ikut mengamati proses kegiatan di
puskesmas.
3. Kunjungan ke Desa Adat Panglipuran sangat menarik. Akan lebih menarik
apabila mahasiswa juga diajak melihat upaya kesehatan secara langsung di
sana.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
DOKUMENTASI
16