Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAH ADAT LA PAGO

Nama Kelompok :
1. Debi Restu Tri Susanti
(20170711014036)
2. Rahayu Putri Dewanty
(20170711014117)
3. Nico Riky Faluk (20170711014161)
4. Ega Widya Narto (20170711014201)
5. Vika Aprilia (20170711014233)
6. Clara M Korisano (20160711014016)
Wilayah Adat La Pago

Wilayah adat La Pago terdiri dari kabupaten-kabupaten


yang ada di wilayah pegunungan tengah sisi timur, yaitu
Kabupaten Jayawijaya, Pegunungan Bintang, Lanny Jaya,
Tolikara, Nduga, Puncak Jaya, Yalimo, Yahukimo,
Membramo Tengah dan Kabupaten Puncak. Secara umum
kabupaten yang ada di wilayah La Pago adalah kabupaten
hasil pemekaran dari Kabupaten induk yaitu Kabupaten
Jayawijaya. Wilayah La Pago membawahi kurang lebih 19
Suku seperti Dani, Dem, Ndugwa, Ngalik, Ngalum,
Nimbora, Pesekhem, Pyu, Una, Uria, Himanggona,
Karfasia, Korapan, Kupel, Timorini,Wanam, Biksi, Momuna,
Murop, Sela Sarmi.
Lanjutan
wilayah pegunungan :
 Pegunungan Tengah (Central Ranges) Papua merupakan jalur
pegunungan lipatan dan sesar paling tinggi di Indonesia dengan
gunung-gunungnya menjadi puncak-puncak tertinggi di Indonesia,
yaitu: Puncak Jaya 5030 mdpl, Puncak Trikora 4730 mdpl, Puncak
Yamin 4595 mdpl, dan Puncak Mandala 4700 mdpl. Puncak Jaya
(Carstensz Pyramid) adalah puncak tertinggi di Indonesia, yang
bersalju abadi karena ketinggiannya di atas tropical snowline 5000
mdpl.
• Dari pegunungan mengalir sungai-sungai besar yang menembus
hutan belantara, sebelum bermuara ke Samudera Pasifik dan ke
Laut Arafuru. Sungai terbesarnya adalah Sungai Membramo yang
memiliki anak sungai Taiku dan Taritatu. Sungai-sungai ini memiliki
air yang merupakan campuran antara air tanah dan air hasil
pencairan es (gelster). Diantara pegunungan di utara dan
pegunungan di selatan terdapat lembah yang sangat luas, yang
biasa disebut Lembah Baliem.
Data 10 Besar Penyakit Kabupaten Jayawijaya Tahun 2016

Jenis Kelamin
No. Penyakit Jumlah %
L P
1 ISPA 8.171 8.999 17.170 15,76

2 Diare 2.369 2.291 4.660 4,28

3 Gastritis 1.654 2.549 4.203 3,86

4 Gangguan lain pada jaringan otot 1.249 1.657 2.906 2,67

5 Penyakit pulpa dan jaringan periapikal 995 1.065 2.060 1,89

6 AIDS/Tersangka AIDS 848 1.043 1.891 1,74

7 Gangguan sendi 860 827 1.687 1,55

8 Scabies 875 782 1.657 1,52

9 Luka terbuka 1.053 540 1.593 1,46

10 Faringitis akut 632 653 1.285 1,18

Total 20.772 22.239 43.011  


Manajemen Penyakit ISPA Berbasis Wilayah

 Melakukan pendekatan Manajemen Pemberantasan


Penyakit Menular Berbasis Wilayah yang dilakukan
untuk menanggulangi secara komprehensif faktor-
faktor yang berhubungan dengan ksakitan dan
kematian balita dan penanganan kasus yang
dilakukan secara terpadu dengan mitra kerja terkait
yang didukung oleh surveilans yang baik serta
tercemin dalam perencanaan dan penganggaran
kesehatan secara terpadu (P2KT).
 Tatalaksana Kasus dan Pengobatan
 Pengendalian Faktor Risiko
Teori Simpul ISPA
Simpul 1  sumber penyebab bakteri, virus, atau polutan udara (berasal dari
lingkungan rumah, dari penderita ISPA, dari aktivitas manusia yang
mempengaruhi lingkungan ; memasak, merokok, obat nyamuk; atau aktivitas
luar rumah manusia, gas buang dari tempat sampah atau kandang ternak yang
mempengaruhi kualitas udara dan tinggal dirumah adat (honai).
Simpul 2  percikan air liur (droplet) dari penderita, bisa dengan kontak
langsung.
Simpul 3  droplet yang mengandung mikroorganime jika tersembur dalam
jarak < 1m di udara akan masuk melalui mata, mulut, hidung tenggorokan atau
faring yang akan menyerang sistem pernapasan manusia.
Simpul 4  reaksi atas agen yang masuk  peradangan dengan gejala panas,
demam, tenggorokan sakit, nyeri telan, pilek, dan batuk. Jika masuk lebih
dalam , menyerang paru dan menimbulkan nana dan cairan yg memenuhi
alveoli sehingga terjadi seask napas krn kesulitan penyerapan oksigen (ISPA
Pneumonia), jika infeksi menyeluruh bisa berujung kematian
Simpul 5  Iklim ; iklim tropis basah dengan curah hujan tinggi membuat
daerah menjadi dingin, topografi wilayah pegunungan
Manajemen Kasus ISPA di Kabpaten JAYAWIJAYA

• Salah satu penyebab tingginya angka kematian


yang disebabkan oleh pneumonia yaitu tidak
tertanganinya penderita secara maksimal, hal
ini disebabkan karena hanya sebagian kecil saja
kasus yg terlaporkan dan tertangani dengan
baik.
• Program penanggulangan yang harus dilakukan
yaitu MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sehat).
Lanjutan...
• menemukan, mengobati dan memberikan penyuluhan
tentang ispa terutama jika terjadi pneumonia
• Dokter dan tenaga kesehatan lainnya rutin ke kampung-
kampung melakukan pemeriksaan kesehatan,
imunisasi, dan posyandu.
• Sejak tahun 2010 WVI, Unicef, dan Dinkes Jayawijaya
berkolaborasi merintis program Manajemen Terpadu
Balita Sakit Berbasis Masyarakat (MTBSM) untuk
pengendalian ispa. Ini adalah upaya pelayanan
kesehatan berbasis masyarakat melalui kader.
MANAJEMEN FAKTOR RESIKO
Intervensi Dampak
Pemberian Asi Eksklusif selama 6 bulan - Penurunan 15-23% insiden Pneumoni
- Penurunan 13% kematian anak

Kecukupan Gizi, termasuk gizi mikro, dalam 5 Penurunan 6% kematian anak, dengan pemberian
tahun pertama kehidupan makanan pendamping ASI dalam usia 6-23 bulan

Pengurangan polusi dalam rumah - Penurunan resiko (RR) dengan penggunaan bahan bakar
minyak
- Pengurangan 75% insiden pneumonia dengan peningkatan
penggunaan bahan bakar padat.

Cuci tangan pakai sabun Penurunan 3% kematian anak ketika dikombinasikan


dengan intervensi peninggkatan air minum dan sanitasi
Faktor Risiko ISPA

• Faktor Risiko Balita


• Fakto Risiko Lingkungan Fisik Rumah
• Faktor Risiko Lingkungan Fisik Luar
Rumah
• Faktor Risiko Lingkungan Sosial
Ekonomi
Kegiatan Pokok Pengendalian ISPA

1. Advokasi dan Sosiolisasi


2. Penemuan dan Tata Laksana
3. Manajemen Logistik
4. Supervisi
5. Pencatatan dan Laporan
6. Kemitraan dan Jejaring
7. Peningkatan Kapasitas SDM
8. Autopsi Verbal
9. Pengembangan Program
10.Monitoring dan Evaluasi
Advokasi dan Sosiolisasi Penemuan dan Tata Laksana

1. penemuan
1. Advokasi Dapat dilakukan - Penemuan penderita secara pasif
melalui pertemuan dalam rangka - Penemuan penderita secara aktif
mendapatkan komitmen dari 2. Tata laksana
semua pengambil kebijakan. - Pengobatan dengan
2. Sosialisasi Tujuannya adalah menggunakan antibiotik:
- Tindak lanjut bagi penderita
untuk meningkatkan
yang kunjungan ulang yaitu
pemahaman, kesadaran,
penderita 2 hari setelah
kemandirian dan menjalin mendapat antibiotik di fasilitas
kerjasama bagi pemangku pelayanan kesehatan.
kepentingan di semua jenjang - Rujukan bagi penderita
melalui pertemuan berkala, pneumonia berat atau penyakit
penyuluhan/KIE. sangat berat.
Ketersediaan Logistik Supervisi

Logistik yang dibutuhkan antara lain:


1. Obat
Tablet Kotrimoksazol 480 mg
Sirup Kotrimoksazol 240 mg/5 ml supervisi mencakup
Sirup kering Amoksisilin 125 mg/5 ml aspek manajemen
Tablet Parasetamol 500 mg
Sirup Parasetamol 120 mg/5 ml. program (pencapaian
2. Alat
- Acute Respiratory Infection
target, pelatihan,
Soundtimer logistik) dan aspek
- Oksigen konsentrator
- Oksimeter denyut (Pulseoxymetry) tatalaksana.
3. Media KIE (Elektronik dan Cetak)
4. Media pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan Laporan Kemitraan dan Jejaring

a. Pelaporan rutin berjenjang


dari fasilitas pelayanan
Kemitraan dalam program
kesehatan hingga ke pusat
Pengendalian ISPA diarahkan
setiap bulan.
untuk meningkatkan peran
b. Pelaporan surveilans sentinel
serta masyarakat, lintas
Pneumonia semua golongan
program, lintas sektor terkait
umur dari lokasi sentinel
dan pengambil keputusan
setiap bulan.
termasuk penyandang dana.
c. Laporan kasus influenza pada
saat pandemic.
Peningkatan Kapasitas SDM Autopsi Verbal

1. Pelatihan pelatih (TOT) TOT


Tatalaksana Pneumonia Balita,
Manajemen Pengendalian ISPA
dan Pandemi Influenza. Autopsi verbal Balita merupakan
2. Pelatihan bagi Tenaga Kesehatan kegiatan meminta keterangan atau
Tatalaksana ISPA, Pelatihan informasi tentang berbagai
Manajemen Program kejadian yang berkaitan dengan
Pengendalian ISPA Pelatihan kesakitan dan/atau tindakan yang
Promosi Pengendalian dilakukan pada Balita sebelum
Pneumonia Balita yang bersangkutan meninggal
3. Pelatihan Autopsi Verbal dunia,
4. Pelatihan Pengendalian ISPA Bagi
Tenaga Non Kesehatan
Pengembangan Program Monitoring dan Evaluasi

Sentinel surveilans pneumonia


Kegiatan di Puskesmas dan RS
sentinel meliputi: Kegiatan monitoring dan
- Penemuan dan tatalaksana evaluasi dalam Pengendalian
pneumonia semua golongan ISPA :
umur Indikator masukan : SDM,
- Pengumpulan data Sarana dan Prasarana, Logistik
pneumonia untuk semua Indikator luaran (Evaluasi) :
golongan umur.
- Pelaporan dari Puskesmas Cakupan tatalaksana
dan RS sentinel langsung ke Pneumonia Balita Jumlah
Subdit P ISP dengan Kasus dan CFR di rumah sakit
tembusan ke kab/kota dan Cakupan profilaksis massal
propinsi pada penanggulangan
- Umpan balik dari Pusat ke episenter pandemic
Puskesmas dan RS sentinel

Anda mungkin juga menyukai