Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN

PENGENALAN DAN PENILAIAN PARAMETER KUALITAS

FISIK, KIMIA, BIOLOGI AIR

Dosen Pengampu :

Triana Srisantyorini, SKM, M.Kes

Kelompok I :

Alamsyah Rakhmawan 2017710033


Diah Kusumawidiastani 2017710031
Fidiya Sukawuni Puteri 2017710025
Hanum Fathiyah 2017710058
Husna Shofiyah 2017710061
Intan Rosenanda Sofiany 2017710051
Mutia Ika Setyawati 2017710062

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1

DAFTAR TABEL 2

DAFTAR GAMBAR 3

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang 4

Rumusan Masalah 5

Tujuan 5

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Titik Sampling 6

Pengertian Sampel Air 6

Jenis-jenis Sampel Air 6

Tujuan Pengkuran Sampel Air 7

Parameter dan Interpretasi Kualitas Air 7

Fisik 7

Kimia 10

Biologi 15

Studi Kasus Penilaian Parameter Kualitas Fisik, Kimia, Biologi Air 17

BAB III PENUTUP

Kesimpulan 26

Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 27

1
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Parameter Fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk

Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi 10

Tabel 2. Parameter Kimia Kualitas Air Bersih 14

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Parameter Salinitas pada Air Tawar, Air Payau, dan Air Asin 12

Gambar 2. Sebaran Nilai Rata-rata Suhu di Perairan Situ Lebak Wangi 19

Gambar 3. Sebaran Nilai Rata-rata Zat Padat Terlarut (TDS) di Perairan Situ Lebak Wangi 19

Gambar 4. Sebaran Nilai Rata-rata Kecerahan di Perairan Situ Lebak Wangi 20

Gambar 5. Sebaran Nilai Rata-rata pH di Perairan Situ Lebak Wangi 21

Gambar 6. Sebaran Nilai Rata-rata Kandungan Oksigen Terlarut di Perairan Situ Lebak

Wangi 22

Gambar 7. Sebaran Nilai Rata-rata BOD5 di Perairan Situ Lebak Wangi 23

Gambar 8. Sebaran Nilai Rata-rata Daya Hantar Listrik di Perairan Situ Lebak Wangi 24

3
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang sangat berperan bagi kelangsungan hidup
manusia. Kebutuhan akan air sebagai kebutuhan dasar merupakan hak setiap manusia. Menurut
Chow et al (1988) dalam Novilyansa (2017), jumlah air yang ada di bumi diperkirakan sebesar
96.5% berupa air laut dan air tawar, 1.7% dalam bentuk es di kutub, 1.7% berupa air tanah dan
0.1% berupa air permukaan dan di udara. Namun menurut Shiklomanov (1998) dalam
Novilyansa (2017), air yang dapat dimanfaatkan langsung oleh manusia hanya sekitar 31.1% dari
seluruh jumlah air tawar yang berada di sungai, danau, dan penampungan di alam.

Seiring berjalannya waktu, ketersediaan air semakin tidak seimbang dengan kebutuhan
yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang terus bertambah. Berbagai
aktivitas manusia yang berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, dan pertanian akan
menghasilkan limbah yang memberi sumbangan pada penurunan kualitas/mutu air.

Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penentuan Status Mutu Air, yang dimaksud mutu air adalah tingkat kondisi cemar atau kondisi
baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan kualitas air eksisting
dengan baku mutu air yang ditetapkan. Pemantauan status kualitas air penting dilakukan untuk
mengukur tingkat pencemaran yang terjadi agar sumber air tersebut dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukannya.

Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain
di dalam air. Kualitas air juga merupakan istilah yang menggambarkan kesesuaian atau
kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya air minum, perikanan, pengairan/irigasi,
industri, rekreasi dan sebagainya.

Pemanfaatan air harus dilakukan dengan bijaksana, selain itu, kegiatan pengendalian
kualitas maupun kuantitas air sangat perlu dilakukan untuk menjamin ketersediaan air bersih dan

4
menjamin kualitas air yang akan dikonsumsi oleh generasi selanjutnya. Makalah ini akan
membahas mengenai parameter kualitas air baik dari segi fisik, kimia dan biologi, serta
membahas mengenai titik sampling dan sampling air.

Rumusan Masalah

1. Apa itu titik sampling ?


2. Apa itu sampel air ?
3. Apa tujuan dari pengukuran sampel air ?
4. Bagaimana parameter dan interpretasi kualitas fisik air ?
5. Bagaimana parameter dan interpretasi kualitas kimia air ?
6. Bagaimana parameter dan interpretasi kualitas biologi air ?

Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian titik sampling


2. Untuk mengetahui pengertian dan jenis-jenis sampel air
3. Untuk mengetahui tujuan dari pengukuran sampel air
4. Untuk mengetahui parameter dan interpretasi kualitas fisik air
5. Untuk mengetahui parameter dan interpretasi kualitas kimia air
6. Untuk mengetahui parameter dan interpretasi kualitas biologi air

5
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Titik Sampling

Titik sampling atau titik sampel adalah semua elemen yang ada di dalam suatu ruangan
sampel (Luknis dan Sutanto, 2014). Menurut Walpole (1995:70) dalam Jurnal Universitas Negeri
Yogyakarta (2007), istilah percobaan digunakan untuk sembarang proses yang dapat
membangkitkan data. Himpunan semua hasil suatu percobaan disebut ruang sampel yang
dilambangkan dengan huruf S. Ruang sampel beranggotakan hasil dari suatu percobaan yang
disebut sebagai titik sampel. Titik-titik sampel ini kemudian dapat membentuk beberapa
himpunan yang merupakan himpunan bagian dari ruang sampel dan disebut sebagai kejadian.

Menurut (Walpole & Myers, 2012) dalam LKM Universitas Brawijaya (2011)
menyebutkan bahwa setiap outcome pada ruang sampel disebut sebagai elemen atau anggota dari
ruang sampel, atau titik sampel. Sedangkan Sufyani (1998) mengatakan bahwa titik sampel
adalah unsur kemungkinan dari suatu kejadian tertentu bila suatu percobaan dilakukan.

Pengertian Sampel Air


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
907/MENKES/SK/VII/2002/Tanggal 29 Juli 2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum, sampel air adalah air yang diambil sebagai contoh yang digunakan untuk
keperluan pemeriksaan laboratorium.

Jenis-jenis Sampel Air


 Sampel Sesaat (Grab Sample)
Merupakan contoh air yang diambil sesaat pada suatu lokasi tertentu.

 Sampel Komposit (Composite Sample)


Sampel gabungan waktu / sampel komposit adalah campuran contoh-contoh sesaat yang
diambil dari satu lokasi pada waktu yang berbeda.

6
 Sampel Gabungan Tempat (Integrated Sample)
Sampel gabungan tempat adalah campuran contoh-contoh sesaat yang diambil dari
lokasi/tempat yang berbeda pada waktu yang sama.

Tujuan Pengukuran Sampel Air


Pengukuran kualitas air dilaksanakan oleh Kepala Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II.
Pengukuran kualitas sampel air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan
air yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan, serta meningkatkan kualitas air.

Pengukuran kualitas air mencakup :


1. Pengamatan lapangan dan pengambilan contoh air termasuk pada proses produksi
dan distribusi
2. Pemeriksaan contoh air
3. Analisis hasil pemeriksaan
4. Perumusan saran dan cara pemecahan masalah yang timbul dari hasil kegiatan (1),
(2), dan (3)
5. Kegiatan tindak lanjut berupa pemantauan upaya penanggulangan/perbaikan
termasuk kegiatan penyuluhan

Parameter dan Interpretasi Kualitas Air


 Fisik
1. Suhu
Suhu udara adalah derajat panas dan dingin udara di atmosfer. Suhuh
udara dapat di bedakan menjadi dua, yaitu penyebaran secara horizontal dan
vertikal. Air sebagai lingkungan hidup organisme air relatif tidak begitu banyak
mengalami fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara, hal ini disebabkan oleh
panas jenis air lebih tinggi daripada udara. Pada perairan dangkal akan
menunjukan fluktuasi suhu air yang lebih besar daripada perairan dalam. Perlu
adanya penyebaran suhu agar suhu air di perairan berfluktuasi rendah. Suhu air
yang ideal bagi organisme air yang dibudidayakan sebaiknya adalah tidak terjadi
perbedaan suhu yang tidak mencolok antara siang dan malam (tidak lebih dari
5°C).

7
2. Warna
Warna pada perairan di sebabkan adanya bahan organik (keberadaan
plankton atau humus) maupun anorganik (seperti ion-ion logam besi, dan
mangan). Adanya kandungan bahan-bahan anorganik seperti oksida pada besi
menyebabkan air bewarna kemerahan, sedangkan oksida pada mangan
menyebabkan air menjadi berwarna kecoklatan/kehitaman. Kalsium karbonat
yang berasal dari daerah berkapur juga dapat menimbulkan warna kehijauan pada
air. Sementara itu, warna air pada umumnya disebabkan oleh partikel koloid
bermuatan negatif, sehingga pemurnian warna pada air dilakukan dengan cara
menambahkan bahan koagulan yang bermuatan positif seperti alumunium dan
besi (Gabriel, 2001).

3. Bau
Sumber utama bau adalah hidrogen sulfida dan senyawa organik yang
dihasilkan oleh dekomposisi anaerob. bau mungkin merupakan salah satu tanda
dari adanya gas beracun atau kondisi anaerob pada unit yang dapat memiliki efek
merugikan bagi kesehatan atau dampak lingkungan (Vanatta, 2000). Pengukuran
bau dapat dilakukan dengan metode analisis organoleptik secara langsung yaitu
dengan cara membandingkan bau tiap sampel, dimana ada dua indikator bau
sebagai batas penilaian.

4. Daya Hantar Listrik


Daya hantar listrik adalah bilangan yang menyatakan kemampuan larutan
cair untuk menghantarkan arus listrik, tingginya daya hantar listrik menandakan
banyaknya jenis bahan organik dan mineral yang masuk sebagai limbah ke
perairan. alat yang digunakan dalam pengukuran daya hantar listrik adalah
konduktivitimeter. Prinsip kerja alat ini adalah perhitungan banyaknya ion yang
terlarut dalam larutan sampel berbanding lurus dengan daya hantar listrik.
Pengukuran DHL berguna untuk ( Effendi, 2003) :
a. Menetapkan tingkat mineralisasi dan derajat disosiasi dari air destilasi
b. Memperkirakan efek total dari konsentrasi ion

8
c. Mengevaluasi pengolahan yang cocok dengan kondisi mineral air
d. Memperkirakan jumlah zat padat terlarut dalam air
e. Menentukan air layak dikonsumsi atau tidak

5. Total Padatan Terlarut


Padatan total adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami
evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu (APHA, 1989). Masuknya padatan
tersuspensi ke dalam perairan dapat menimbulkan kekeruhan air. Hal ini
menyebabkan menurunnya laju fotosintesis fitoplankton, sehingga produktivitas
primer perairan menurun, yang pada gilirannya menyebabkan terganggunya
keseluruhan rantai makanan. Padatan tersuspensi yang tinggi akan mempengaruhi
biota di perairan melalui dua cara. Pertama, menghalangi dan mengurangi
penentrasi cahaya ke dalam badan air, sehingga menghambat proses fotosintesis
oleh fitoplankton dan tumbuhan air lainnya. Kedua, secara langsung TDS yang
tinggi dapat mengganggu biota perairan seperti ikan karena tersaring oleh insang.

6. Kekeruhan
Mahida (1986) mendefinisikan kekeruhan sebagai intensitas kegelapan di
dalam air yang disebabkan oleh bahan-bahan yang melayang. Kekeruhan perairan
umumnya disebabkan oleh adanya partikel-partikel suspensi seperti tanah liat,
lumpur, bahan-bahan organik terlarut, bakteri, plankton dan organisme lainnya
(Mukarromah, 2016).

Standar Baku
Parameter wajib Unit
No Mutu

1. Kekeruhan NTU 25

2. Warna TCU 50

Zat Padat Terlarut (Total


3. Mg/ l 100
Dissolved Solid)

9
4. Suhu °C Suhu Udara ±3

5. Rasa Tidak berasa

6. Bau Tidak berbau

Tabel 1. Parameter Fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Media Air
untuk Keperluan Higiene Sanitasi

 Kimia
1. pH (Tingkat Keasaman)
Tingkat keasaman (pH) merupakan angka dari terlepasnya konsentrasi
ion-ion hydrogen dalam suatu cairan dan merupakan indicator baik tidaknya
kualitas suatu perairan (Simanjuntak, 2009 dalam Hamuma dkk, 2018). pH
memiliki tingkat mulai 0 sampai 14. Ph 7 artinya bersifat netral, pH kurang dari 7
artinya asam, sedaangkan pH lebih dari 7 berarti bersifat basa. Kualitas air yang
baik harus memiliki tingkat keasaman yang normal atau netral berarti tidak terlalu
asam maupun basa. pH menggunakan persamaan hydrogen yaitu pH = -log(H+).
Air murni sendiri meliliki ion H+ dan ion OH dengan kondisi yang sama,
sehingga air yang baik harus memiliki pH 7. Namun sebagian diberbagai belahan
bumi lainnya tingkat keasaman berkisar 7,0-8,2 dan adapula yang masih memiliki
pH dibawah 6,5 ataupun masih diatas 9,5. Tingkat keasaman sangat penting bagi
perairan karena jika terlalu asam atau basa sudah tentu akan mengganggu
kesehatan sebab kandungan oksigen dalam air berkurang.
Untuk menggukur tingkat keasaman dalam menganalisis kualitas air maka
diperlukan alat yang dinamakan pH-meter dan bisa juga menggunakan kertas
lakmus, cara menggunakannya mudah hanya mencelupkan kertas lakmus dan
mencocokkan standar perubahan warna hingga bisa terlihat tingkat keasamannya
melalui perubahan warna ada kertas lakmus tersebut.

2. Dissolved Oxygen (DO)


Oksigen terlalut (Dissolved Oxygen/DO) adalah jumlah total oksigen yang
terlalut didalam air. DO ini sangat penting dalam perairan karena dapat berfungsi

10
sebagai pertukaran zat dan dibutuhkan juga untuk mengoksidasi bahan organic
ataupun nonorganic dalam proses oksidasi (Hamuma dkk, 2018). Pada dasarnya
oksigen dapat ditemukan pada dasar lapisan permukaan air karena dekat dari
udara sehingga langsung larut berdifusi keperairan.
Tingkat oksigen terlarut dipengaruhi oleh suhu, salinitas dan ketinggian
dari permukaan laut (dpl). Salinitas, suhu, dan ketinggian dpl meningkat maka
oksigen terlarut akan menurun. Oksigen terlarut di air laut lebih rendah dibanding
dengan air tawar. Faktor biologi yang mempengaruhi jumlah oksigen terlarut di
dalam air adalah proses respirasi dan fotosintesis. Respirasi mengurangi oksigen
di dalam air sedangkan fotosintesis menambah oksigen ke dalam air. Dari sisi lain
oksigen terlarut akan berkurang akibat organisme aerobik yang menghancurkan
bahan organik di dalam air dan oleh proses respirasi berbagai organisme yang ada
di dalam air.
Menurut Subarijanti (2005) kandungan oksigen dalam air yang ideal yaitu
berkisar 3-7 mg/l. kandungan DO pada suatu perairan sangat berhubungan dengan
tingkat pencemaran air, jenis limbah dan banyaknya bahan organic di suatu
perairan. Oksigen terlarut biasanya diukur dengan menggunakan DO-meter.
Dimana alat ini terbagi menjadi dua, yakni DO-meter manual, dan DO-meter
digital.

3. Salinitas
Konsentrasi seluruh larutan garam yang ada di perairan, dimana akan
mempengaruhi tekanan osmotic air, sematin tinggi salinitas maka akan semakin
besar tekanan osmotiknya (Widiadmoko, 2013). Salinitas juga dapat diartikan
sebagai total konsentrasi dari semua ion terlarut di dalam air. Ion-ion diantara lain
yaitu kalium, potassium, sodium, klorida, magnesium, sulfat dan juga karbonat.
Kadar salinitas di suatu perairan dapat dihitung dengan jumlah kloryang ada di
dalam suatu sampel. Salinitas dapat dinyatakan dalam gram/liter, ppt (part per
thousand) atau permil. Tingkatan salinitas dapat diukur dengan menggunakan alat
refraktometer.

11
Salinitas dipengaruhi oleh beberapa hal, yakni :
a. Pola sirkulasi air
b. Penguapan
c. Curah hujan, dan
d. Aliran air

Gambar 1. Parameter Salinitas pada Air Tawar, Air Payau, dan Air Asin

4. Alkalinitas
Alkalinitas yaitu kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa
menurunkan tingkat keasaman (pH) di dalam air. Alkalinitas dapat dijadikan
buffer (penyangga) dalam pengaruh keasaman. Umumnya alkalinitas disusun oleh
anion bikarbonat(HCO3-), hidroksida (OH-), karbonat (CO32-) serta ion-ion
lainnya. Alkalinitas optimal pada nilai 90-150 ppm, dimana alkalinitas yang
rendah diatasi oleh pengapuran dosis 5 ppm yang akan berpengaruh pada pH air.
Perbedaan antara pH yang tinggi (basa) dengan alkalinitas yang tinggi
yaitu :
a. Tingkat basa tinggi ditunjukkan oleh pH tinggi
b. Alkalinitas yang tinggi dapat dilihat dari kemampuan menerima
proton tinggi (partikel)

5. Ammonia
Ammonia berasal dari kandungan nitrogen yang bersumber dari limbah
rumah tangga ataupun industri. Di lain pihak bisa berasal dari sisa pakan dan sisa
feses (sisa metabolisme protein oleh ikan) yang dihasilkan ikan itu sendiri dan
bahan organik lainnya. Hampir 85% nitrogen pakan untuk udang dikonversi

12
menjadi ammonia (Svobodova, at al, 1993). Ammonia di dalam air ada dalam
bentuk molekul (non disosiasi/unionisasi) ada dalam bentuk NH3 dan ada dalam
bentuk ion ammonia (disosiasi) dalam bentuk NH4+. Kedua bentuk ammonia
tersebut sangat bergantung pada kondisi pH dan suhu air.
Dinding sel tidak dapat ditembus oleh ion ammonia (NH4+), akan tetapi
ammonia (NH3) akan mudah didifusi melewati jaringan jika konsentrasinya
tinggi dan berpotensi menjadi racun bagi tubuh ikan. Sehingga kondisi normal ada
dalam kondisi asam seimbang pada hubungan air dengan jaringan. Jika
keseimbangan dirubah, seperti nilai pH di salah satu bagian turun akan
mengudang terjadinya penambahan molekul ammonia (Svobodova, at al, 1993).
Tingkat racun dari ammonia selain karena faktor pH dan ammonia juga
dipengaruhi oleh kandungan oksigen di dalam air. Air dengan nilai pH rendah
maka yang dominan adalah ammonium (NH4+), sebaliknya bila nilai pH tinggi
yang dominan adalah ammonia (NH3). Ammonia adalah bentuk yang paling
beracun dari ammonia.
Pengukuran kadar ammonia :
a. Metode spektrofotometri
b. Tes kit (alat tes cepat)

Menurut Peraturan Mentri Kesehatan no.32 tahun 2017 terdapat daftar


parameter kimia yang harus diperiksa dalam kebutuhan hygiene sanitasi yang
melipuri 10 parameter wajib dan 10 parameter tambahan. Daftar parameter kimia
terhadap kualias air sebagai berikut :

Standar baku mutu


No Parameter Unit
(kadar maksimum)

Wajib

1. pH Mg/l 6,5-8,5
2. Besi Mg/l 1
3. Fluoride Mg/l 1,5

13
4. Kesadahan (CaCO3) Mg/l 500
5. Mangan Mg/l 0,5
6. Nitrat Mg/l 10
7. Nitrit Mg/l 1
8. Sianida Mg/l 0,1
9. Detergen Mg/l 0,05
10. Pestisida total Mg/l 0,1

Tambahan

1. Air raksa Mg/l 0,001

2. Arsen Mg/l 0,05

3. Cadmium Mg/l 0,005

4. Kromium Mg/l 0,05

5. Selenium Mg/l 0,01

6. Seng Mg/l 15

7. Sulfat Mg/l 400

8. Timbal Mg/l 0,05

9. Benzene Mg/l 0,01


10. Zat organic (KMNO4) Mg/l 10
Tabel 2. Parameter Kimia Kualitas Air Bersih

 Biologi
Air merupakan salah satu penunjang kehidupan manusia. Tidak hanya penting
bagi manusia, air juga bagian penting bagi makhluk hidup lain seperti hewan dan
tumbuhan. Tanpa air, mungkin kehidupan tidak akan ada karena semua makhluk hidup
memerlukan air untuk bertahan hidup. Manusia mungkin dapat hidup beberapa hari akan
tetapi manusia tidak akan bertahan selama beberapa hari jika tidak minum karena sudah

14
mutlak bahwa sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia itu terdiri dari 73% adalah
air.
Dari sisi biologi, air memiliki fungsi sebagai media yang baik untuk kegiatan
biologis dalam pembentukan dan penguraian bahan-babhan organik. Manajjemen kualitas
air adalah cara untuk mengatur kondisi lingkungan pada kisaran untuk meningkatkan
pertumbuhan atau produksi ikan. Kualitas air dinyatakan baik apabila air tersebut
memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Dimana hal tersebut tak terlepas mengenai
plankton, terutama fitoplankton sebagai produktifitas primer dalam rantai makanan
(Rudiyanti, 2009).
Dalam suatu ekosistem air, terdapat 4 komponen, yaitu :
1. Komponen abiotik, merupakan bahan dasar pembentuk senyawa organik
2. Komponen produsen, merupakan organisme hidup yang dapat mengubah
unsur anorganik seperti fotosintesis
3. Komponen consumer, merupakan organisme yang bersifat heterotroph
4. Komponen decomposer, merupakan organisme yang tidak memiliki zat
hijau daun, tidak memanfaatkan organisme hidup, tetapi menggunakan
energi dari senyawa organic yang sedang terurai.

Organisme yang hidup dalam perairan dibagi menjadi 5 golongan, yaitu :

1. Plankton
Plankton merupakan jasad renik yang melayang di dalm perairan,
tidak bergerak atau bergerak sedikit mengikuti arus air. Plankton dibagi
menjadi fitoplankton (plankton nabati) dan zooplankton (plankton
hewani).

2. Perifion
Perifion merupakan kumpulan jasad renik hewan maupun tumbuh-
tumbuhan (kumpulan ganggan Cynobacteria dan mikroinvertebrata) yang
hidup menetap di sekitar epifiton dalam perairan tawar. Sebagian perifiton
beruoa amoeba, cacing Rotaroria, dan udang renik. Perifiton berfungsi
sebagai sumber makanan penting bagi konsumen kecil, seperti

15
invertebrate dan beberapa ikan. Perifiton juga dapat menstabilklan polusi
yang ada di dalam air. Perifion menjadi indicator penting yang memonitor
kualitas air (indicator perubahan kondisi) karena mampu merespon dengan
cepat perubahan lingkungan yang terjadi.

3. Bentos
Bentos adalah organisme yang di hidup baik di permukaan air
maupun di dasar air dan dapat menjadi pakan alami bagi ikan dan
sebaliknya apabila dalam jumlah banyak, Benton menjadi pesaing ataupun
predator bagi ikan.

4. Neuston
Organisme ini didapatkan pada di atas ataupun di bawah film air
(batas antara air dan udara) termasuk tumbuhan terapung.

5. Nekton
Nekton merupakan organisme laut yang sangat bermanfaat bagi
manusia terutama untuk perbaikan gizi dan peningkatan ekonomi.
Tumpukkan bangkai nekton merupakan bahan dasar bagi terbentuknya
mineral laut seperti gas dan minyak bumi setelah mengalami proses
panjang dalam jangka waktu ribuan bahkan jutaan tahun.

Studi Kasus Penilaian Parameter Kualitas Fisik, Kimia, Biologi Air

Situ Lebak Wangi merupakan situ yang berada di daerah Bogor, dan awalnya
dimanfaatkan sebagai tempat penampungan air saat musim hujan untuk peningkatkan persediaan
air tanah. Saat ini, Situ Lebak Wangi dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan limbah oleh
masyarakat. Hal ini dapat menyebabkan perubahan kualitas baik fisik, kimia dan biologi perairan
situ. Untuk itu perlu dilakukan penelitian terhadap kualitas fisik, kimia dan biologi perairan Situ
Lebak Wangi agar diperoleh informasi mengenai kualitas perairannya sehingga dapat

16
disosialisasikan kepada masyarakat di sekitarnya nilai penting konservasi, pengelolaan dan
pemanfaatan situ tersebut.

 Metode

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2014 di Situ Lebak Wangi – Parung
Kabupaten Bogor. Pembuatan bahan percobaan dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
Prodi Biologi Universitas AlAzhar Indonesia.

Pengambilan sampel air danau dilakukan di 6 titik saat pagi hari (pukul 07.00 –
09.00) dengan 3 ulangan. Posisi pengambilan sampel air ditandai dengan menggunakan
alat GPS. Pengambilan sampel menggunakan botol winkler. Botol dimasukkan perlahan
ke dalam air. Posisi mulut botol berlawanan dengan arah aliran air sehingga air dapat
masuk ke dalam botol tanpa adanya gelembung udara. Botol disimpan dan diberi label
untuk analisa fisika dan kimia air danau. Sampel untuk analisis mikroba dilakukan
dengan cara mengambil langsung air danau ke dalam botol sampel steril dan segera
ditutup rapat lalu disimpan di cool box.

 Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia


Sampel air yang disimpan di Botol Winkler segera diukur oksigen terlarut dengan
DO meter, suhu air dengan termometer, nilai pH dengan pH meter digital, zat padat
terlarut dengan TDS meter, dan daya hantar listrik dengan Conductivity meter.
Kecerahan air danau dan intensitas cahaya diukur langsung di danau dengan cakra Secchi
dan lux meter. Kebutuhan oksigen biokimia (BOD) diukur dengan menghitung selisih
nilai DO setelah 5 hari penyimpanan pada suhu 40 C.

 Pengukuran Kualitas Mikrobiologi


Sampel air danau dari ke-6 titik diencerkan dengan menggunakan larutan
fisiologis (NaCl 0,85%) hingga pengenceran ke-10. Setelah itu, sebanyak 0,1 ml
diinokulasikan ke media uji dan disebar secara merata dengan menggunakan batang L.
Setelah itu, diinkubasi di suhu ruang selama 24 jam dan dihitung jumlah koloninya untuk

17
mengetahui jumlah total mikroba. Khusus, untuk pengukuran bakteri Salmonella-
Shigella, pengenceran yang ditanam adalah ke-0 sampai dengan ke-3.

 Hasil dan Pembahasan


 Kualitas Fisika dan Kimia Air Suhu Air
Hasil pengukuran suhu pada lokasi penelitian secara keseluruhan tidak
memperlihatkan variasi yang besar, bahkan relatif stabil yaitu berkisar antara
29,2–30,2 0C, dengan nilai ratarata 29,6 0C (Gambar 3). Melihat keadaan suhu di
daerah penelitian, dapat disimpulkan bahwa kondisi suhu di perairan Situ Lebak
Wangi masih memenuhi baku mutu air kelas 1. Dengan demikian, perairan Situ
Lebak Wangi dapat digunakan sebagai sumber air baku air minum. Suhu air
mempunyai peranan dalam mengatur kehidupan biota perairan, terutama dalam
proses metabolisme. Kenaikan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan
konsumsi oksigen, namun di lain pihak juga mengakibatkan turunnya kelarutan
oksigen dalam air. Oleh karena itu, maka pada kondisi tersebut organisme akuatik
seringkali tidak mampu memenuhi kadar oksigen terlarut untuk keperluan proses
metabolisme dan respirasi (Effendi, 2003).

 Zat Padat Terlarut (TDS)


Hasil pengukuran total padatan terlarut (TDS) di perairan Situ Lebak
Wangi berkisar antara 53,67 – 58,67 mg/l dengan rata-rata 56,78 mg/l (Gambar
4). Baku mutu kualitas air kelas 1 berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 untuk total

18
padatan terlarut maksimum 1000 mg/l. Nilai total padatan terlarut perairan danau
masih di bawah ambang batas baku mutu yang dipersyaratkan. Dengan demikian,
perairan Situ Lebak Wangi masih layak digunakan sebagai sumber air baku air
minum.

 Kecerahan Air
Nilai kecerahan suatu perairan berhubungan erat dengan penetrasi cahaya
matahari ke dalam badan air. Cahaya matahari akan membantu proses terjadinya
fotosintesis yang akan menghasilkan oksigen terlarut yang merupakan faktor
penting dalam kehidupan akuatik. Nilai kecerahan di perairan Situ Lebak Wangi
berkisar antara 67,17 – 80,83 cm dengan nilai rata-rata 74,46 cm (Gambar 5).
Nilai kecerahan antar stasiun penelitian mempunyai variasi yang relatif kecil dan
hampir menyebar merata pada setiap stasiun. Adanya perbedaan nilai kecerahan
ini diduga karena pengaruh dari kuantitas maupun kualitas air dari daerah aliran
sungai yang membawa partikel-partikel bahan organik ke perairan danau.

19
 pH Air
Hasil pengukuran pH di perairan Situ Lebak Wangi memperlihatkan
bahwa nilai pH perairan danau lebih rendah dari perairan sungai, yaitu berkisar
antara 6,60–8-80, dengan nilai rata-rata 7,82 (Gambar 5). Hal ini diduga akibat
adanya pengaruh buangan limbah penduduk yang masuk ke perairan danau.
Limbah atau sampah tersebut mengandung berbagai macam senyawa kimia yang
bersifat basa seperti buangan deterjen, yang dapat meningkatkan nilai pH di
perairan. Namun demikian, secara keseluruhan pH perairan danau masih berada
pada kisaran yang aman sebagai sumber air baku air minum berdasarkan ambang
batas baku mutu kualitas air kelas 1 yang mensyaratkan nilai pH antara 6–9.
Dengan demikian, pH perairan Situ Lebak Wangi dapat mendukung kehidupan
yang ada di dalamnya dan dapat dipergunakan sebagai sumber air baku air
minum.

20
Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa parameter, antara lain aktivitas
biologi, suhu, kandungan oksigen dan ion-ion. Dari aktivitas biologi dihasilkan
gas CO2 yang merupakan hasil respirasi. Gas ini akan membentuk ion buffer atau
penyangga untuk menjaga kisaran pH di perairan agar tetap stabil (Pescod, 1978).

 Kelarutan Oksigen (DO)


Hasil pengukuran kandungan oksigen terlarut di perairan Situ Lebak
Wangi berkisar antara 4,81 – 6,20 mg/l, dengan nilai rata-rata 5,28 mg/l (Gambar
6). Hal ini menunjukkan bahwa di perairan danau konsumsi oksigennya lebih
tinggi sebagai akibat dari terjadinya peningkatan jumlah limbah organik yang
berasal dari kegiatan di badan perairan danau, terutama kegiatan budidaya ikan
dan sampah atau sisa makanan. Kandungan oksigen terlarut di perairan danau
tidak melebihi baku mutu air kelas 1 sebagai sumber air baku air minum yang
mensyaratkan kandungan oksigen terlarut > 6 mg/l. Kandungan oksigen terlarut
ini memberikan gambaran bahwa secara umum perairan danau sudah mulai
tercemar oleh bahan organik yang mudah terurai karena nilainya sudah mendekati
baku mutu. Hal ini menunjukkkan bahwa perairan danau Situ Lebak Wangi layak
digunakan sebagai sumber air baku air minum.
Penyebab kandungan oksigen terlarut di titik sampling 1 di atas ambang
batas baku mutu diduga karena padatnya pemanfaatan lahan pada ekosistem
perairan danau terutama untuk pertanian, sehingga dekomposisi bahan organik
menjadi bahan anorganik oleh mikroorganisme pengurai juga semakin meningkat.
Selain itu, menurunnya kandungan oksigen terlarut ini juga disebabkan oleh
banyaknya limbah organik yang berasal dari limbah domestik dari daerah
sempadan danau.

21
 BOD 5
BOD5 merupakan parameter yang dapat digunakan untuk
menggambarkan keberadaan bahan organik di perairan. Hal ini disebabkan BOD5
dapat menggambarkan jumlah bahan organik yang dapat diuraikan secara
biologis, yaitu jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
untuk memecahkan atau mengoksidasi bahan-bahan organik menjadi
karbondioksida dan air. Nilai BOD5 yang tinggi menunjukkan semakin besarnya
bahan organik yang terdekomposisi menggunakan sejumlah oksigen di perairan.
Adapun sebaran nilai rata-rata BOD5 di perairan Situ Lebak Wangi diperlihatkan
pada Gambar 7. Gambar 7 mempresentasikan bahwa nilai BOD5 di perairan
danau berkisar antara 1,6- 3,1 mg/l, dengan rata-rata 2,4 mg/l. Berdasarkan baku
mutu air kelas 1, nilai BOD5 yang dipersyaratkan < 2 mg/l. Dengan demikian,
disimpulkan bahwa perairan Situ Lebak Wangi sudah tercemar oleh bahan
organik mudah urai (BOD5) dan tidak layak dipergunakan sebagai sumber air
baku air minum. Tingginya kadar BOD5 tersebut terutama disebabkan oleh
padatnya pemanfaatan areal di sekitar sungai untuk permukiman penduduk. Hal
ini akan mengintroduksi limbah domestik masuk ke perairan danau.

22
Pada perairan yang relatif tenang (stagnant) seperti Situ Lebak Wangi,
limbah organik yang masuk dimungkinkan akan mengendap dan terakumulasi
pada subtrat dasar perairan, sehingga proses dekomposisi meningkat dan
menyebabkan kandungan oksigen terlarut menurun. Hal ini sesuai dengan
pendapat Anggoro (1996) yang menyatakan bahwa menumpuknya bahan
pencemar organik di perairan akan menyebabkan proses dekomposisi oleh
organisme pengurai juga semakin meningkat, sehingga konsentrasi BOD5 juga
meningkat. Di samping itu menurut Canter and Hill (1979), peningkatan nilai
BOD5 merupakan indikasi menurunnya kandungan oksigen terlarut di perairan
karena adanya aktivitas organisme pengurai.

 Daya Hantar Listrik (Conductivity)


Untuk nilai daya hantar listrik (Conductivity),kondisi air danau Situ Lebak
Wangi yang diteliti sebanding dengan kandungan TDS yang mana pada tingkat
nilai TDS tinggi, nilai daya hantar listrik juga tinggi (Gambar 8). Hasil
pengukuran daya hantar listrik di perairan Situ Lebak Wangi berkisar antara 112,0
– 118,0 µhos/cm, dengan nilai rata-rata rata-rata 114,6 µhos/cm. Dalam hal ini
tidak ada acuan mengenai persyaratan baku mutu yang ditentukan. Daya hantar
listrik sendiri merupakan gambaran mengenai banyaknya kandungan garam-
garam terlarut yang mana semakin tinggi ion-ion garamgaram yang ada akan
semakin efektif sebagai konduktor dalam mengantarkan arus listrik.

23
Kualitas Mikrobiologi Bakteri coliform dapat digunakan sebagai indikator
adanya pencemaran feses atau kotoran manusia dan hewan di dalam perairan.
Golongan bakteri ini umumnya terdapat di dalam feses manusia dan hewan. Oleh
sebab itu keberadaannya di dalam air tidak dikehendaki, baik ditinjau dari segi
kesehatan, estetika, kebersihan maupun kemungkinan terjadinya infeksi yang
berbahaya. Beberapa jenis penyakit dapat ditularkan oleh bakteri coliform melalui
air, terutama penyakit perut seperti tipus, kolera dan disentri (Suriawiria, 1993).
Hasil analisis kandungan bakteri coliform di perairan danau berkisar antara 1 x
104 – 1 x 107 cfu/ml, yang menunjukkan bahwa perairan Situ Lebak Wangi
mengandung bahan organik yang cukup tinggi sebagai sumber kehidupan
mikroorganisme. Suriawiria (1993) menyatakan bahwa kehadiran mikroba
patogen di dalam air akan meningkat jika kandungan bahan organik di dalam air
cukup tinggi, yang berfungsi sebagai tempat dan sumber kehidupan
mikroorganisme. Kualitas air Situ Lebak Wangi secara keseluruhan tidak layak
untuk dijadikan sebagai air baku, didukung oleh hasil penelitian yang
memperlihatkan adanya jenis bakteri patogen Salmonella- Shigella yang
merupakan penyebab tifus dan kolera.

 Fitoplankton

Hasil peamatan fitoplankton yang dilakukan didapatkan bahwa pada setiap


stasiun diperoleh jumlah jenis yang berbeda. Stasiun 1 ditemukan 15 jenis
fitoplankton, sedangkan stasiun 2, 3 dan 4 ditemukan 9, 22 dan 14. Plankton
dalam perairan memegang peranan penting selain sebagai produsen utama.

24
Plankton juga dapat dijadikan sebagai bioindikator atau penentuan kualitas
perairan karena plankton mempunyai lingkungan hidup yang sempit dan
merespon dengan cepat saat terjadi perubahan pada lingkungan. Salah satu contoh
jenis plankton yang menjadi bioindikator terjadinya eutrofikasi adalah
Mycrocystis (Belinger&Sige, 2010).

25
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Pemeriksaan kualitas air sangat penting dilakukan untuk mengetahui kualitas dan
kelayakan dari air tersebut untuk digunakan sesuai peruntukannya. Parameter kualitas air yang
dapat dilihat terbagi menjadi 3 komponen, yakni fisik, kimia dan biologi. Apabila air yang
dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan adanya komponen yang merugikan baik dari segi fisik,
kimia dan biologi maka air tersebut dapat digunakan sebagaimana mestinya. Selain itu,
pengukuran kualitas sampel air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan
air yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan, serta meningkatkan kualitas air.

Saran
Pemeriksaan kualitas air harus dilakukan secara berkala untuk memastikan kualitas air
yang ada di masyarakat sehingga tidak menimbulkan efek yang membahayakan bagi kesehatan
masyarakat dan lingkungan tempat tinggal.
Seorang ahli kesehatan masyarakat diharapkan mampu mengenal dan mengetahui apa
saja parameter kualitas fisik, kimia dan biologi air yang baik sehingga mampu melakukan
pemeriksaan kualitas air yang ada di masyarakat.

26
DAFTAR PUSTAKA

Sabri, L., & Priyo, S.H. (2014). Statistik Kesehatan. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Universitas Negeri Yogyakarta. (2007). BAB II Kajian Pustaka UNY Volume 1 Pages 11-34.

Sufyani, P. (1998). PENGANTAR TEORI PELUANG Pendahuluan. Pages 5-6.

Universitas Brawijaya. (2011). LKM Teori Probabilitas. Pages 1-8.

Elfidasari, D., Noriko, N., Effendi, Y., & Puspitasari, R. L. (2015). Kualitas Air Situ Lebak
Wangi Bogor Berdasarkan Analisa Fisika, Kimia dan Biologi. Al-Azhar Indonesia Seri
Sains Dan Teknologi, 3(2), 104–112.

Hamuna, B, dkk. (2018). Kajian Kualitas Air Laut dan Indeks Pencemaran Berdasarkan
Parameter Fisika-Kimia di Perairan Distrik Depapre, Jayapura. Journal Ilmu Lingkungan,
16(1), 35-43.

Indonesia, P. M. K. R. (2017). ‘Solus per aqua ’, Peraturan Menteri kesehatan Republik


Indonesia.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal


29 Juli 2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum

Mukarromah, R. (2016). ‘Analisis Sifat Fisis Dalam Studi Kualitas Air Di Mata Air Sumber
Asem Dusun Kalijeruk, Desa Siwuran, Kecamatan Garung, Kaputen Wonosobo’, Skripsi.

Mutmainah, H., & Adnan, I. (2018). Status Kualitas Perairan Kawasan Terpadu Pelabuhan
Perikanan Samudera Bungus Menggunakan Metode Indeks Golongan Air. Jurnal
Teknologi Lingkungan, 19(1), 107. https://doi.org/10.29122/jtl.v19i1.2030

Peraturan Menteri Kesehatan. (2017). PMK nomor 32 tahun 2017 tentang standar baku mutu
kesehatan lingkungan dan persyaratan air untuk keperluan hygiene sanitasi, kolam
renang,solus per aqua dan pemandian umum. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia

27
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/PER/IX/1990 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Pusat, P. (2001). PP RI NO 82 TAHUN 2001. Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian


Pencemaran Air, (1), 20–23.

Rudiyanti, S. (2009) ‘KUALITAS PERAIRAN SUNGAI BANGER PEKALONGAN


BERDASARKAN INDIKATOR BIOLOGIS’, 4(2), pp. 46–52.

Simanjuntak, M. (2009). Hubungan Faktor Lingkungan Kimia, Fisika Terhadap Distribusi


Plangkon di Perairan Belatung Timur. Journal of Fisherries Scences, 11(1), 31-45 dalam
Hamuna, B, dkk. 2018. Kajian Kualitas Air Laut dan Indeks Pencemaran Berdasarkan
Parameter Fisika-Kimia di Perairan Distrik Depapre, Jayapura. Journal Ilmu Lingkungan,
16(1), 35-43.

Widiadmoko, W. (2013). Pantauan Kualitas Air Secara Fisika dan Kimia Di Perairan Teluk
Hurun. Bandar Lampung: Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL)
Lampung.

https://www.academia.edu/25071290/parameter_biologi_kualitas_air

https://www.academia.edu/32477950/MAKALAH_TENTANG_PARAMETER_KUALITAS_A
IR

28

Anda mungkin juga menyukai