Anda di halaman 1dari 29

MORFOLOGI DAN KAJIAN KUALITAS AIR PERAIRAN

SITU BURUNG

KELOMPOK 5

Dinda Febta Melyani C24180002


Milla Rizki C24180007
Melda Uli Sitindaon C24180022
Sepriandi Fernando C24180030
Alif Samudera Rusdi C24180055
Muhammad Faqih C24180064
Yosephin Gita Merina S C24180067

LABORATORIUM BIOLOGI MIKRO


DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN PRAKTIKUM DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini kami menyatakan bahwa laporan praktikum berjudul Morfologi


dan Kajian Kualitas Air Perairan Situ Burung adalah benar karya kami dengan
arahan dari asisten pembimbing. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir laporan
praktikum ini.

Bogor, Oktober 2019

Kelompok 5
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat-Nya kepada kami sehingga pada kesmepatan kali ini kami
dapat menyelesaikan laporan praktikum ini dengan tepat waktu. Laporan
praktikum yang berjudul Morfologi dan Kajian Kualitas Air Perairan Situ Burung
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kualitas Air.
Laporan praktikum ini dapat diselesaikan tidak lepas dari beberapa pihak
yang telah memebantu dalam menyelesaikan tugas ini, pada kesempatan ini kami
ingin menyampaikan rasa terima kasih khususnya kepada para asisten praktikum
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga laporan ini dapat
terselesaikan. Laporan praktikum kali ini menggunakan hasil kajian kualitas air
dari perairan Situ Burung yang telah dilakukan selama pelaksaaan praktikum yang
berjalan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Praktikum ini diharpkan dapat menjadi bahan kajian bagi mahasiswa
perikanan dan ilmu kelautan khsusnya mahasiswa jurusan Manajemen
Sumberdaya Perairan dan perairan dan kualitas perairan Situ Burung. Kelompok
kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna mengingat
kurangnya pengetahuan dan pengalaman kelompok kami. Oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran yang baik dan
konstruktif.

Bogor, Oktober 2019

Kelompok 5
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Praktikum 2
Manfaat 2
METODE 2
Waktu dan Tempat 2
Alat dan Bahan 3
Prosedur Analisis Sampel 4
Analisis Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 12
Hasil 12
Parameter Fisika Perairan 12
Pembahasan 13
SIMPULAN DAN SARAN 17
Simpulan 17
Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Alat untuk parameter kimia 3


tabel 2 Alat untuk parameter fisika 3
tabel 3 Alat pendukung 4
tabel 4 Bahan-bahan praktikum 4
Tabel 5 Prosedur analisis sampel 4
Tabel 6 Parameter Fisika Perairan 12
Tabel 7 Parameter Kimia Perairan 12
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2 Peta pengambilan sampel (Situ Burung) 3


DAFTAR LAMPIRAN

Grafik 1 Analisis COD low 19


Grafik 2 Analisis COD high 19
Grafik 3 P terlarut dan Ptotal 20
Grafik 4 P terlarut dan P total 20
Grafik 5 Analisis Nitrat 21
Grafik 6 Analisis Amonia 21
Grafik 7 Analisis Nitrit 22
Grafik 8 Analisis Total N 22
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Situ adalah wilayah cekungan yang dapat menampung air dan merupakan
bagian dari sungai yang melebar. Situ dapat digunakan sebagai tempat rekreasi,
pengendali banjir, kekeringan, daerah resapan untuk meningkatkan ketersedian air.
dan tempat mata pencaharian masyarakat disana. Situ memiliki ukuran yang lebih
kecil dibandingkan dengan danau (Sriyono 2012). Salah satu contoh Situ di Bogor
ialah Situ Burung terletak didaerah Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten
Bogor. Situ Burung memiliki luas sebesar 2,50 Ha dengan kedalaman rata-rata 3
m dan memiliki kedalaman maksimal 4,69 m. Situ burung memiliki empat inlet
dan dua outlet. Sumber air Situ Burung adalah air hujan dan air dari bawah tanah.
Keberadaan Situ Burung memiliki fungsi utama sebagai sumber pengairan untuk
kegiatan pertanian disekitar (Ghufrona et al. 2009).
Perairan menggenang memiliki karakter fisika kimia, dan biologi yang
dapat menjadi parameter kualitas diperairan tersebut (Augusta dan Evi 2014).
Analisis kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran karakterisik fisik,
kimiawi dan, biologisnya. Kualitas air juga menunjukan ukuran kondisi air relatif
terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas air seringkali menjadi ukuran
standar terhadap kondisi kesehatan ekosistem air (Ikhtiar 2017). Kualitas air
dinyatakan dalam beberapa parameter yaitu parameter fisika meliputi suhu,
kekeruhan, padatan terlarut , dan sebagiannya,. Parameter kimia meliputi pH,
oksigen terlarut, BOD, kadar logam, nirit, nitrat dan sebagiannya. Parameter
biologi meliputi plankton, perifiton, bentos, nekton dan, neuston (Effendi 2003).
Kualitas air ditentukan berdasarkan keadaan air dalam keadaan normal,
dan bila terjadi penyimpangan dari keadaan normal disebut sebagai air yang
mengalami pencemaran, atau disebut air terpolusi. Analisis penentuan kualitas air
sangat penting bagi pengguna air sebagai informasi keberadaan senyawa kimia
yang terkandung didalam air (Agustira et al. 2013).Kualitas air tidak terbatas pada
karakteristik air, tetapi lebih dinamis yang merupakan hasil dari proses faktor-
faktor lingkungan dalam proses biologi. Oleh karena itu untuk menghasilkan
kualitas air yang baik diperlukan kegiatan kontroling atau pengontrolan secara
rutin (Maniagasi et al. 2013).
2

Tujuan Praktikum

Praktikum lapang ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan praktek


kepada mahasiswa dalam menganalisis kualitas air. Parameter yang dianalisis
ialah parameter fisika dan kimia di kawasan Situ Burung.

Manfaat

Mahasiswa dapat mengetahui kualitas di suatu perairan tertentu dengan


melihat parameter fisika, kimia serta, biologinya. Perairan yang memiliki kualitas
air yang baik dapat membantu dalam melakukan pengelolaan perairan tersebut.
Penentuan kualitas perairan tersebut dapat dilihat dengan membangdingkan
dengan kadar baku mutu dan kadar alamiah yang ada menurut sumber terpecaya.

METODE

Waktu dan Tempat

Praktikum lapang kualitas air dilakukan di Situ Burung, Bogor, Jawa Barat.
Praktikum lapang dilakukan pada Minggu, 4 September 2019. Praktikum lapang
tersebut dilaksanakan pada pukul 07.00 WIB – selesai. Tempat pengambilan
sampel ini terletak pada koordinat 06°32.831' S dan 106°44.027' BT. Analisis
sampel yang didapat ketika praktikum lapang dilaksanakan setiap hari Rabu pukul
15.00 WIB sampai 18.00 WIB di Laboratorium Proling tepatnya di Laboratorium
BioMikro 1 dan Laboratorium BioMikro2, Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
3

Gambar 1 Peta pengambilan sampel (Situ Burung)

Sumber: googleearth.com

Alat dan Bahan

Tabel 1 Alat untuk parameter kimia

Alat Fungsi
DO meter Mengukur DO
Van dorn Mengambil sampel air
pH meter Mengukur pH
Refraktometer Mengukur salinitas
Botol gelap Menempatkan air sampel
Botol 250 ml Menempatkan air sampel
Botol putih besar Menempatkan air sampel
Botol winkler 100 ml Menempatkan air sampel
Botol winkler 125 ml Menempatkan air sampel

tabel 2 Alat untuk parameter fisika

Alat Fungsi
Secchi disk Mengukur kecerahan
SCT meter Mengukur daya hantar listrik (DHL)
Termometer Mengukur suhu perairan
Stopwatch Menghitung waktu

tabel 3 Alat pendukung


4

Alat Fungsi
Perahu karet Alat transportasi ke tengah danau
Dayung karet Membantu menjalankan perahu
Life jacket Alat keselamatan praktikan
Pompa Memompa perahu
Alat tulis Mencatat data
Baki abu Tempat alat-alat lain
Gayung Mengambil air sampel
Ember Mengambil aie sampel
Box es Tempat menyimpan es

tabel 4 Bahan-bahan praktikum

Alat Fungsi
NHO3 Menurunkan pH sampel
H2SO4 Menurunkan pH sampel
Es batu Mendinginkan sampel

Prosedur Analisis Sampel

Parameter yang diamati pada perairan di Situ Burung ada dua yaitu
parameter fisika dan kimia. Parameter fisika adalah parameter yang berhubungan
dengan sifat fisika seperti dapat dilihat dan dirasa. Parameter kimia adalah
parameter yang berhubungan dengan proses kimia dalam perairan. Melakukan
analisis sampel untuk menghitung parameter kualitas air dibutuhkan prosedur
sesuai jenis parameter itu sendiri. Prosedur analisis sampel dibuat dalam bentuk
tabel, dipisahkan antara parameter fisika dan kimia.

Tabel 5 Prosedur analisis sampel

No. Parameter Satuan Metode Pengukuran/Alat


Parameter Fisika
1 Suhu ˚C Insitu/SCT
2 TSS Mg/l Gravimetri/Vacum pum, oven,
desicator, neraca analitik
3 TDS Mg/l SCT meter
4 Kedalaman Meter Secchi disk
5 Kecerahan cm Secchi disk
6 Warna Ptco Visual comparasion visual

Parameter Kimia
1 Amonia Mg/l Spektofotometri
2 pH CTD
3 Alkalinitas Ppm CaCO3 Titimetri
4 Kesadahan Titimetri
5

5 Nitrat ppm spektofotometri


6 Nitrit ppm Spektofotometri
7 BOD Mg/l Titimetri
8 COD Mg/l Spetrofotometri
9 CO2 bebas Mg/l Titimetri
10 DO Mg/l Metode Winkler

Analisis Data

Paremeter Fisika

Kecerahan
Kecerahan adalah salah satu parameter yang dapat diukur dengan secchi disk
menggunakan rumus berikut

Kecerahan =

D1 = kedalaman awal mencelupkan secchi disk


D2 = kedalaman akhir saat mengangkat secchi disk

D1 Adalah ukuran kedalaman saat tepat dimana warna hitam dan putih
pada secchi disk tidak terlihat saat dicelupkan. D2 adalah hasil ukuran kedalaman
saat secchi disk warnanya mulai terlihat saat diangkat dari dalam perairan.Hasil
pengukuran dari kecerahan bisa langsung didapat dan dihitung saat penelitian
dilakukan di lapangan. Satuannya adalah cm (centi meter).

TSS

TSS (Total suspended solid) atau total padatan tersuspensi adalah material padat
yang tersuspensi termasuk kedalam bahan organik dan anorganik diwilayah
perairan. TSS dapat diukur dengan metode gravimetric lalu di hitung dalam rumus
berikut

TSS =

Bobot akhir kertas saring adalah hasil dari bobot kertas saring yang telah
digunakan untuk menyaring sampel dan telah di oven setelah itu bobotnya
6

dihitung. Hasil dari pengukuran bobot kertas saring ini dikurangi dengan bobot
awal kertas saring saat sebelum digunakan lalu dibagi volume dari sampel untuk
mendapatkan hasil TSS.

TDS

TDS (Total dissolved solid) aatau total padatan terlarut adalah padatan yang
memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan dengan TSS, dapat diukur dengan
metode gravimetri yang dihitung dengan rumus berikut

TDS =

Bobot akhir dari kertas saring pada TDS didapatkan melalui hasil
penimbangan cawan yang telah digunakan untuk menampung sampel yang telah
disaring menggunakan filter aparas lalu dipanaskan dan didiamkan didalam
desikator. Bobot awal kertas saring didapatkan dari hasil penimbangan cawan
porselen tak berisi yang sudah dioven dan disimpan dalam desikator. Selisih dari
bobot akhir dan awal kertas saring kemudian dibagi dengan volume sampel, maka
didapatkan hasil pengukuran TDS.

PARAMETER KIMIA

Pengukuran parameter kimia dapat diukur menggunakan metode


spektrofotometri, metode titimetri, juga dengan metode winkler. Spektrofotometri
adalah prinsip analisis yang didasari pada pengukuran serapan sinar
monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik
dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor
fotoutube. Metode spektrofotometri adalah metode yang dapat mengukur COD, N
total, nitrat, nitrit, juga ammonia.

COD
7

COD (Chemical Oxygen Demand) merupakan jumlah oksigen yang


diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organic yang terkandung dalam air.
Untuk memntukan nilai dari COD dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

Y= a + bx
Diketahui : y = absorbansi
X = konsentrasi
a dan b = persamaan kalkulator
Konsentrasi COD dihitung menggunakan rumus regresi linear. Y
merupakan nilai absorbansi yang nilainya didapat melalui hasil pengukuran
sampel yang telah ditambahkan dan digest solution yang kemudian di
vortex lalu dipanaskan setelah itu di spektro menggunakan spektrofotometer. Nilai
a dan b didapatkan melalui persamaan kalkulator. Setelah hasil dari y, a, dan b
didapat, maka konsentrasi dari COD dapat dicari melalui rumus diatas.

Total N
Total N merupakan jumlah keseluruhan kandungan nitrogen yang terdapat
dalam perairan. Nitrogen dalam suatu peraran memiliki berbagai bentuk
diantaranya seperti nitrat, nitrit, dan ammonia. Untuk menghitung N total dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

Y= a + bx
Diketahui : y = absorbansi
X = konsentrasi
a dan b = persamaan kalkulator
Konsentrasi total N dihitung menggunakan rumus regresi linear. Y
merupakan nilai absorbansi yang nilainya didapat melalui hasil pengukuran
sampel yang sudah ditambahkan beberapa larutan. Kemudian absorbansinya di
hitung menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 410 nm. Nilai
a dan b didapatkan melalui persamaan kalkulator. Setelah hasil dari y, a, dan b
didapat, maka konsentrasi dari total N dapat dicari melalui rumus diatas.
8

Nitrat
Nitrat merupakan salah satu zat hara organic utama yang diperlukan oleh
fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang biak. Nitrat berasal dari amonium
yang masuk kedalam sungai. Untuk menghitung konsentrasi nitat dibutuhkan
rumus sebagai berikut :

Y= a + bx
Diketahui : y = absorbansi
X = konsentrasi
a dan b = persamaan kalkulator
Konsentrasi nitrat dihitung menggunakan rumus regresi linear. Y
merupakan nilai absorbansi yang nilainya didapat melalui hasil pengukuran
sampel yang sudah disaring dan ditambahkan brucine 10 tetes dan sudah
dipanaskan. Kemudian nilai absorbansinya dihitung menggunkan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 410 nm. Nilai a dan b didapatkan
melalui persamaan kalkulator. Setelah hasil dari y, a, dan b didapatkan, maka
konsentrasi dari Nitrat dapat dicari melalui rumus diatas.

Nitrit
Nitrit adalah senyawa intermediet antara ammonia dan nitirit yang
pembentukan nya sangatlah dipengaruhi oleh kandungan DO diperairan.Nilai
konsentrasi nya lebih kecil dari nitrat karena bersifat stabil. Untuk menghitung
konsentrasi nitrrit diperairan dapat menggunakan rumus berikut :
Y= a + bx
Diketahui : y = absorbansi
x = konsentrasi
a dan b = persamaan kalkulator
Konsentrasi dari nitrit dihitung menggunakan rumus regresi linear. Y
merupakan nilai absorbansi yang nilainya didapat melalui hasil pengukuran
sampel yang sudah disaring dan ditambahkan sulphanilomide yang kemudian di
vortex. Setelah itu untuk mendapatkan nilai absorbansi adalah dengan
menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 543 nm. Nilai a dan b
didapatkan melalui persamaan kalkulator. Setelah hasil dari y, a, dan b didapat,
maka konsentrasi dari nitrit dapat dicari melalui rumus diatas.
9

Ammonia
Ammonia adalah senyawa kimia berupak gas dengan bau tajam yang khas
yang dapat berasal dari metabolism ikan dan sisa pakan dari budidaya. Dibutuhkan
rumus dibawah ini untuk menghitung konsentrasi ammonia

Y= a + bx
Diketahui : y = absorbansi
X = konsentrasi
a dan b = persamaan kalkulator
Konsentrasi dari ammonia dihitung menggunakan rumus regresi linear. Y
merupakan nilai absorbansi yang nilainya didapat melalui hasil pengukuran
sampel yang sudah disaring dan ditambahkan beberapa larutan yang kemudian di
vortex. Setelah itu sampel dimasukkan kedalam ruang gelap dan untuk
mendapatkan nilai absorbansi adalah dengan menggunakan spektrofotometer
dengan panjang gelombang 640 nm. Nilai a dan b didapatkan melalui persamaan
kalkulator. Setelah hasil dari y, a, dan b didapat, maka konsentrasi dari nitrit dapat
dicari melalui rumus diatas.

Pengukuran parameter kimia dapat menggunakan metode titimetri, yaitu


prinsip analisis yang didasarkan pada pengukuran volume larutan yang telah
diketahui konsentrasi nya secara teliti kemudian direaksikan dengan larutan
sampel yang ditetapkan keadaannya. Metode ini dapat digunakan untuk
menghitung parameter kimia seperti DO, CO2 bebas, BOD, alkalinitas, kesadahan.

Oksigen terlarut (DO/Dissolved Oxygen)


Oksigen terlarut merupakan merupakan jumlah oksigen terlarut yang
terdapat didalam air.

Do =

Perhitungan konsentrasi DO menggunakan volume NaThio dikali


konsentrasi NaThio. volume NaThio yang digunakan adalah volume NaThio yang
terpakai saat melakukan titrasi. Setelah itu dikali 8 yang merupakan Mr dari
10

NaThio, kemudian dikali 1000. Hasil dari perkalian tersebut akan dibagi dengan
hasil kali dari volume sampel dan volume botol.
Kesadahan
Kesadahan merupakan suatu kondisi dimana suatu perairan telah
bercampur banyak dengan unsur kation Mg, Na, dan Ca.Kesadahan dapat
digolongkan menjadi dua yaitu kesadahan tetap atau permanen dan kesadahan
sementara atau temporer. Rumus yang digunakan untuk menghitung konsentrasi
kesadahan adalah sebagai berikut :

Kesadahan =

Konsentrasi kesadahan didapatkan dari hasil perkalian dari volume EDTA,


konsentrasi EDTA, nomor atom dan dikali 1000. Volume EDTA yang
digunakan adalah volume yang terpakai saat titrasi. Hasil perkalian ini kemudian
dibagi dengan volume sampel yang digunakan.

Alkalinitas
Alkalinitas pada umumnya menyatakan konsentrasi basa atau bahan yang
mampu menetralisir keasaman dalam air. Alkalinitas adlaah larutan penyangga
atau buffer terhadap perubahan pH pada perairan. Penyusun utama dari alkalinitas
adalah hidroksida, bikarbonat, dan karbonat.

Alkalinitas PP =

Alkalinitas Total =

CO2 bebas
CO2 bebas merupakan jenis karbon anorganik utama yang digunakan
mikroalga berupa ion karbonat dan ion bikarbonat. Peningkatan kadar
karbondioksida dalam perairan dipengaruhi oleh peningkatan bahan organik dari
suatu perairan.

CO2 bebas =
11
12

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Parameter Fisika Perairan

Tabel 6 Parameter Fisika Perairan

Parameter Nilai
Suhu 28,3
Kedalaman 4,4
Kecerahan 85
Warna Hijau tua
TSS 7,03 x 102
TDS 2,1 x 10-5
Salinitas 0

Parameter Kimia Perairan

Tabel 7 Parameter Kimia Perairan

Parameter Nilai
Ph 6,66
DO (mg/l) 6,3 mg/l
COD 14,666
BOD 1 mg/l
CO2 bebas 7,04 mg/l
N total 0,2598 mg/l
Nitrat 0,801 mg/l
Nitrit 0,0044 mg/l
Amonia 0,5683 mg/l
Kesadahan 44,044 mg/l CaCO3
Alkalinitas PP 48 mg/l CaCO3
Alkalinitas total 8 mg CaCO3/l
P total 0,0501 mg/l
P terlarut 0,0277 mg/l

Pembahasan
13

Situ burung adalah perairan menggenang yang kondisi air nya saat ini
sangat berbeda sekali dengan zaman dahulu yang masih bersih dan jernih. Namun
saat ini perairan Situ burung ini memiliki substrat yang berlumpur serta banyak
sampah yang dibuang sembarangan ke situ ini. Parameter fisika yang diamati pada
perairan Situ Burung meliputi waktu, suhu, warna, salinitas, kekeruhan,
kedalaman, DHL, TSS, dan TDS. Hasil pengamatan parameter fisika di perairan
Situ Burung terdapat pada tabel 2 . suhu pada stasiun ini yaitu sebesar 28,3o .
Warna perairan Situ Burung diamati secara visual dengan warna yang
teramati umumnya hijau tua. Warna tersebut disebabkan karena substrat pada Situ
Burung berupa lumpur dan banyak terdapat fitoplankton serta tumbuhan air seperti
teratai di sebagian daerah yang terpapar cahaya matahari. Parameter TSS dan TDS
dalam perairan beturut-turut sebesar 7,03 x 102 mg/l dan 2,1 x 10-5 juga dapat
dijadikan acuan standar dalam pengelolaan kualitas air (Effendi 2003). perairan
dengan warna hijau tua menunjukkan adanya dominasi diatome, dan warna hijau
kecoklatan yang menunjukkan adanya dominasi Chloropiceae sp. dan diatome.
Kedalaman perairan di Situ Burung berkisar antara 4,4 meter. Kedalaman
perairan Situ Burung sebesar 4,4 m dapat memengaruhi parameter lain seperti DO
dan suhu. Konsentrasi oksigen terlarut pada umumnya mengalami penurunan
dengan bertambahnya kedalaman. Hal ini terjadi karena suplai oksigen dari proses
fotosintesis menurun dan proses dekomposisi oleh bakteri yang menyebabkan
penurunan nilai konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan (Megawati et al.
2014).
Kecerahan di perairan Situ Burung pada stasiun 4 bernilai 85 cm yang
dapat dipengaruhi oleh banyak parameter. Nilai TSS (Total Suspended Solid)
merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi kecerahan perairan. Semakin
besar nilai TSS maka nilai kecerahan akan semakin menurun kecerahan perairan
tersebut. Hal ini karena TSS dapat menghambat masuknya cahaya matahari yang
masuk ke dalam perairan (Ayudewi dan Mulanafula 2015). Hasil perhitungan TSS
yang didapatkan adalah 7 x 102 mg/L. Angka tersebut mengindikasikan bahwa
kadar TSS pada perairan sampel yaitu Situ Burung memiliki nilai dibawah kadar
alamiah menurut Effendi (2003) yaitu 25-80 mg/L dan masuk dalam baku mutu
kelas nomor I dan II menurut PP RI No. 82 Tahun 2001 yang peruntukannya untuk
bahan baku air minum, prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan , air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Analisis TDS dengan electrometri menunjukkan angka 2,1 mg/L. Angka
tersebut mengindikasikan TDS pada perairan Situ Burung lebih rendah dari kadar
alamiah menurut Effendi (2003) yaitu 23mg/L karena banyak faktor yang
mempengaruhinya. Sedangkan menurut baku mutu berdasarkan PP RI No. 82
Tahun 2001, perairan tersebut masuk ke dalam baku mutu kelas I, II, dan III yaitu
1000mg/L yang peruntukannya adalah untuk pengairan budidaya ikan.
14

Parameter kimia yang dianalisis di perairan Situ Burung meliputi pH, DO,
kesadahan, alkalinitas, nitrat, nitrit, total N, ammonia, BOD, COD, CO 2 bebas,
dan P total. Hasil analisis parameter kimia di perairan Situ Burung terdapat pada
tabel 3. Hasil analisis pH diperairan Situ Burung yaitu bernilai 6,66 yang
mengindikasikan bahwa perairan tersebut termasuk ke perairan air tawar. Hasil
analisis oksigen terlarut di perairan Situ Burung yang diperoleh adalah sebesar 6,3
mg/l . Nilai oksigen terlarut tersebut yakni < 10 mg/l menyatakan bahwa perairan
tersebut cukup baik. Yang menandakan bahwa perairan tersebut masuk kedalam
baku mutu kelas III yang berarti air tersebut di peruntukan untuk kegiatan
budidaya perairan dan pengairan sawah atau tanaman. Dampak jika kadar DO
diperairan rendah dapat meningkatkan kekeruhan air yang disebabkan semakin
meningkatnya aktivitas mikroorganisme untuk menguraikan zat organik menjadi
zat anorganik, sedangkan jika kadar DO semakin tinggi menunjukkan kualitas air
tersebut baik (Sinaga et al. 2016).
Hasil dari uji COD low lebih tinggi dari kadar alamiah, COD low senilai
924 mg/L. Nilai COD high sebesar 14,6667 mg/L yang lebih rendah dari kadar
alamiah dan baku mutu. Rendahnya nilai COD tersebut baik untuk keberadaan
biota laut yang ada didalamnya. Tingginya nilai COD mampu memengaruhi
kehidupan biota akuatik. Penurunan dari COD disebabkan peningkatan pH yang
menyebabkan terpakainya oksigen untuk menguraikan bahan organik, sehingga
kadar CO2 menurun dan tertahannya bahan organik yang mempengaruhinya
(Lumaela et al. 2013).
hasil parameter CO2 Bebas yang didapatkan adalah 7,04 mg/L. Hasil
pengukuran melebihi kadar alamiah, sesuai dengan Effendi (2003) yang
menyatakan bahwa kadar alamiah CO2 di perairan <5mg/L. Hasil tersebut
menunjukkan perairan bersifat basa.
Hasil analisis total N di Situ Burung sebesar 0,2598 mg/L. Hasil tersebut
sedikit lebih besar dari kadar alamiah nya menurut Effendi (2003), yaitu sebesar ≤
0,1 mg/L. kadar nitrit yang tinggi dipengarui oleh kedalaman, semakin dalam
suatu perairan maka N total di perairan tersebut akan semakin tinggi. Kadar N
total yang tinggi dapat menyebabkan eutrofikasi atau pengayaan perairan yang
dapat menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan algae (blooming algae)
(Rismasu dan Prayitno 2011).
Hasil analisis kadar nitrat diperoleh sebesar 0,801 mg/L. Jika
dibandingkan dengan kadar alamiah yakni berada lebih tinggi sedangkan pada
baku mutu termasuk kelas I dan II. Nilai nitrat yang tinggi disebabkan oleh hasil
akhir dari oksidasi terakhir amonium dan amoniak yang berasal dari pemupukan
dan limbah domestik. Nilai nitrat yang semakin rendah dikarenakan jumlah
vegetasi air yang beragam dapat meresidu jumlah nitrat untuk pertumbuhannya.
Nilai konsentrasi nitrat yang tinggi dapat menyebabkan eutrofikasi yaitu proses
dimana tumbuh-tumbuhan memiliki pertumbuhan yang sangat cepat
15

disbandingkan dengan pertumbuhan nomal. Hal ini terjadi karena nitrat


merupakan faktor penentu dari kelimpahan fitoplankton (Marhana et al. 2019).
Hasil nitrit dalam air sampel menunjukkan nilai konsentrasi sebesar 0,0044
mg/L. Kadar konsentrasi tersebut tergolong perairan alami yang menurut Effendi
(2003) karena kadar nitrit dalam perairan alami sebesar kurang dari 0.006 mg/L.
Sementara itu, air sampel dari Situ Burung berdasarkan PP No 82 Tahun 2001
tergolong baku mutu kelas III. Hal tersebut berarti air sampel tersebut dapat
diperuntukkan sebagai air baku untuk pertanian, pengairan, juga budidaya air
tawar dan irigasi pertanian. Nilai konsentrasi nitrit yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan perairan tersebut bersifat racun dan dapat mengakibatkan kematian
pada biota di perairan Situ Burung. Kadar nitri bisa menjadi tinggi apabila
perairan tersebut memiliki kadar oksigen yang rendah dan banyak aktivitas
dekomposisi di dalam nya (Arizuna et al. 2014).
Berdasarkan hasil perhitungan, didapat hasil analisis ammonia sebesar
0,5683 mg/l. Hasil tersebut melebihi kadar alamiah, menurut Effendi (2003),
kadar alamiah ammonia <0,1 mg/L. Kemudian hasil pengukuran ini juga lebih
besar jika dibandingkan dengan baku mutu menurut PP RI No.82 Tahun 2001
yakni kadar yang baik bagi perikanan sebesar <0.02 mg/L sebagai NH 3. Hal ini
berarti perairan Situ Burung kurang cocok untuk peruntukan semua kelas,
khususnya kelas III yakni digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Hasil analisis kesadahan yang didapat sebanyak 44,044 mg/L. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa kadar kesadahan di situ burung lebih rendah dari
kadar ilmiah yang berarti air tersebut aman bagi biota atau organisme yang hidup
dalam perairan tersebut. Hasil pengukuran alkalinitas yang diperoleh pada stasiun
4 adalah 44 mgCaCO3/l. Dlihat dari baku mutunya, fungsi perairan tersebut
diperuntukkan untuk budidaya perairan dan perairan sawah dan tanaman.
Berdasarkan dari hasil perhitungan, didapat nilai konsentrasi alkalinitas PP sebesar
48 mg/l CaCO3 sedangkan Alkalinitas nya sebesar 8 mg CaCO3/l.. konsentrasi
alkalinitas tersebut tergolong rendah dan dapat memenuhi syarat untuk dijadikan
air budidaya yaitu berkisar 20-300 mg/l CaC)3 (Effendi 2003). Rendah nya kadar
alkalinitas dalam peraran disebabkan oleh kurang stabilnya pH yang menyebabkan
keadaan asam dan ketersediaan ion hodrogen bebas yang kemudian membentuk
senyawa asam. Hal tersebut membuat kadar alkalinitas di perairan Situ Burung
memiliki konsentrasi alkalinitas yang rendah (Saputra et al. 2012).
Hasil analisis P total dalam air sampel menunjukkan konsentrasi sebesar
0,0501 mg/L. Hasil tersebut tergolong perairan alami yang menurut Effendi
(2003) kadar fosfor total dalam perairan alami sebesar kurang dari 1 mg/L.
Konsentrasi fosfor total dalam air sampel jika dibandingkan dengan baku mutu PP
No 82 Tahun 2001 tergolong baku mutu kelas II yaitu sebesar 0,2 mg/L. Hal
tersebut berarti air sampel dapat digunakan sebagai air baku untuk kegiatan
16

pertanian, budidaya perairan, dan sarana prasarana rekreasi air serta irigasi
pertanian.
17

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Perairan situ burung dapat dikategorikan sebagai perairan yang masih layak
digunakan dalam aktivitas perikanan. Hal tersebut dapat dilihat dari parameter
fisika dan kimia yang didapatkan. Parameter fisika yang dianalisis antara lain
meliputi waktu, suhu, warna, salinitas, kekeruhan, kedalaman, DHL, TSS, dan
TDS. Parameter kimia yang dianalisis antara lain pH, DO, kesadahan, alkalinitas,
nitrat, nitrit, total N, ammonia, BOD, COD, CO 2 bebas, dan P total. Pengamatan
kualitas air pada perairan Situ Burung baik dari segi parameter fisika dan kimia
perairan masih layak untuk wisata, pengairan atau irigasi, dan untuk budidaya
karena memilki nilai yang tidak melebihi baku mutu perairan untuk kelas II dalam
PP No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Kualitas Air.

Saran

Perairan Situ Burung memiliki banyak manfaat bagi masyarakat sekitar


sehingga perlu adanya pemantauan kualitas air yang berkelanjutan di perairan
tersebut. Selain itu perlunya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan dan
kelestarian di sekitar Situ Burung agar pemanfaatan perairan Situ Burung tetap
berlangsung dengan baik.
18

DAFTAR PUSTAKA

Augusta ST dan Evi SU. 2014.Analisis Hubungan Kualitas Air Terhadap


Komunitas Zooplankton dan Ikan di Danau. Jurnal Ilmu Hewani Tropika.
3(2): 30-35.
Agustira R, Lubis KS, Jamilah. 2013. Kajian karakteristik kimia air, fisika air, dan
debit sungai pada kawasan DAS Padang akibat pembuangan tapioca.
Jurnal Agroekoteknologi. 1(3): 615-625.
Arizuna M, Suprapto D, Muskanafula. 2014. Kandungan nitrat dan fosfat dalam
air pori sedimen di sungai dan muara sungai. Diponegoro Journal of
Maquarer. 3(1) : 7-16.
Ayudewi AR, Mulanafula MR. 2015. Hubungan faktor fisika dan kimia perairan
terhadap tutupan terumbu karang di Pulau Karimun Jawa. Jurnal Kelautan.
4(2) : 158-167
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Ghufrona RR, Deviyanti, Nurroh S. 2009. Analisis tutupan lahan terhadap kualitas
air Situ Burung, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten
Bogor [artikel ilmiah]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Lumela AK, Otok BW, Sutikno. 2013. Pemodelan chemical axygen demand
(COD) sungai di Surabaya dengan metode mixed geographically weight
regression. Jurnal Sains dan Seni Romits. 2(1) : 2337-3250.
Ikhtiar M. 2017. Analisis Kualitas Lingkungan. Jakarta (ID): CV. Soacial politic
Jenius.
Marhana T, Muskananfola MR, Febrianto S. 2019. Analisis kondisi perairan
ditinjau dari kandungan klorofil-a, nitrat, fosfat, dan TSS di perairan
Bedano Demak. Journal of Maquares. 8(3) : 250-256.
Megawati C, Yusuf M, Mirna M. 2014. Sebaran kualitas air perairan ditinjau dari
zat hara oksigen terlarut dan pH di perairan Selat Bali. Journal of
Oceanography. 3(2) : 145-150.
Rismasu FJL, Prayitno HB. 2011. Kajian zat hara fosfat, nitrat, nitrit, dan silikat di
perairan Tedauk Klabat, Pulau Bangka. Jurnal Ilmu Kelautan. 12(2) : 59-
66.
Saputra E, Taqwa FH, Fitrani M. 2013. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan
benih nilai selama pemeliharaan dengan padat tebar. Jurnal Lahan
Suboptimal Lands. 2(2) : 13-25.
Sinaga ELR, Mutahtidi A, Bakti D. 2016. Profil suhu oksigen terlarut dan pH
secara vertikal selama 24 jam di Danau Kelapa Gading Sumatera Utara.
Jurnal OMNI-Akuatika. 12(2) : 1-8
Sriyono E. 2012. Analisis debit banjir rancangan rehabilitasi Situ Sidokmuti.
Jurnal Teknik 2(2): 78-87.
19

LAMPIRAN

Grafik 1 Analisis COD low

Grafik 2 Analisis COD high


20

Grafik 3 P terlarut dan Ptotal

Grafik 4 P terlarut dan P total


21

Grafik 5 Analisis Nitrat

Grafik 6 Analisis Amonia


22

Grafik 7 Analisis Nitrit

Grafik 8 Analisis Total N

Contoh perhitungan

Kecerahan

Diketahui : : 10 cm
: 20 cm
23

Kecerahan =

= 15 cm

TSS

Diketahui : Bobot Awal = 5,567 gr


Bobot Akhir = 5, 4864 gr

TSS =

= x

= x

= - 7,03 x mg/L

TDS

Diketahui : Bobot awal porselen = 62,7736 gr


Bobot akhir cawan = 62,7757 gr

TDS =

= x

= 2,1 x

COD
Diketahui : a = 0,2878
b = - 0,0002
y = 0,103 abs
24

y = a + bx
0,103 = a + bx
-0,1848 = - 0,0002x
X = 904 mg/L

Anda mungkin juga menyukai