Teknik
Pengendalian
dan Konservasi
Lingkungan
Tim Penyusun
Dwi Rustam Kendarto
ACARA I
DESKRIPSI:
Praktikum ekoteknologi sumberdaya lahan dan air merupakan praktikum mata kuliah
ekoteknologi sumberdaya lahan dan air yang berisi model-model dan praktek kegiatan-
kegiatan yang bersifat ekoteknologi dalam pengelolaan sumberdaya lahan dan air .
CAPAIAN PEMBELAJARAN:
Mahasiswa mempunyai pemahaman yang menyeluruh mengenai ekoteknologi
sumberdaya lahan dan air dan mampu menjelaskan dan menyusun secara sederhana mengenai
ekoteknologi.
DAFTAR ACARA PRAKTIKUM
No Pertemuan Acara Jenis
kegiatan
1 1 Kontrak Praktikum Resitasi
2 2 Pengukuran Nilai EC, TDS dan pH Pengamatan
3 3 Pengukuran TSS, Suhu, dan kekeruhan Pengamatan
4 4 Pengukuan karakteristik badan air hidrometrik pengukuran
5 5 Preparasi alat dan bahan pengukuran BOD Pekerjaan lab
6 6 Pengukuran BOD Pekerjaan lab
7 7 Preparasi dan pengukuran kadar COD Pekerjaan lab
8 8 Penggunaan hydroseeding untuk perlindungan Pekerjaan
dan perbaikan tanah-tanah marginal lapangan
9 9 Penggunaan hydroseeding untuk perlindungan Pekerjaan
dan perbaikan tanah-tanah marginal lapangan
10 10 Inventarisasi dan Identifikasi Sumber Analisis lab
Pencemar Domestik dan Pertanian di Daerah
Aliran Sungai
11 11 Praktikum Lapangan (DAS Cikumutuk)* di Field trip
Gabung dengan Praktikum Teknik Pengelolaan
DAS
12 12 Ujian Praktek
Gambar Turbidimeter
Cara penggunaan turbidimeter
• Memasang/menyamungkan turbidimeter dengan sumber listrik, didiamkan selam 15
mnit
• Sebelum digunakan alat harus di set terlebih dahulu (dikalibrasi), angka yang tertera
pada layar harus 0 (nol) atau dalam keadaan netral
• Sampel dimasukkan pada tempat pengukuran yang adapada turbidimeter
• Melakukan pengukuran dengan menyesuaiakn nilai pengukuran dengan cara memuta
tombolpengatur hingga nilai tertera pada layar sama dengan turbidimeter sesuai dengan
nilai standar.
• Membaca skala pengukuran kekeruhan
• Pengukuran sampel harus dilakukan sebanyak 3 kali dengan menekan tombol
pengulangan pengukuran untuk setiap pengulangan agar data yang diperoleh valid,
hasilnya dirata-ratakan
II. Tujuan
Mahasiswa mampu menganalisis kadar TSS, ph dan turbididi saatu sampel air secara
benar
III. Metode
Metode yang digunakan adalah metode analitik deskriptif dengan melakukan
pengukuran langsung terhadap sempel tanah yang telah diambil dari lokasi yang telah
ditentukan.
IV. Tugas
1. Mahasiswa menentukan titik sampel dan sumber sampel air yang akan diuji
2. Mengambil sampel air dengan metode grab sampel dan mencatat lokasi pengambilan
sampel dalam posisi GPS
3. Melakukan pengujian sampel air dengan penguji samapel yang tersedia
4. Melakukan analisis hasil pengukuran sampel air dengan membandingkan dengan lokasi
yang dilakukan oleh kelompok lain
ACARA IV
PENGUKUAN KARAKTERISTIK BADAN AIR HIDROMETRIK
I. Pendahuluan
Ada tiga komponen utama badan air; yakni kompenen hidrologi, komponen fisik-kimia
dan komponen biologi.
Badan air terdiri dari badan air tergenang (standing water/lentik) dan badan air mengalir
(flowing water/lotik)
Badan air tergenang (Standing Water/Lentik) Perairan tergenang khususnya danau biasanya
memiliki stratifikasi secara vertikal akibat perbedaan intensitas cahaya dan perbedaan suhu
pada kolom air yang terjadi secara vertikal. Perairan tergenang terbagi dalam beberapa zona
yakni:
1. zona bentos (dasar), meliputi: a. Supra-litoral b. Litoral c. Sub-litoral, dan d. Profundal
2. Zona kolom air (open water zone) a. Zona limnetik b. Zona tropogenik c. Zona kompensasi,
dan d. Zona tropolitik
Berdasarkan intensitas cinar matahari perairan tergenang secara vertical terbagi dalam:
1. Zona Eufotik: lapisan yang masih mendapat cukup sinar matahari.
2. Zona kompensasi: Lapisan dengan intensitas cahaya sebesar 1% dari intensitas cahaya
permukaan.
3. Zona Profundal: Zona di bawah zona kompensasi, dengan intensitas cahaya sangat kecil
atau bahkan tidak ada.
III. Tugas
1. Mahasiswa mengamati perairan tergenang dan perairan mengalir
2. Mahasiswa mengukur parameter morfometri perairan mengalir, meliputi kecepatan arus,
dimensi alur, karakteristik alur, karakteristik lingkungan; tutupan vegetasi, dan lain-lain
3. Mahasiswa melakukan analisis perairan tergenang dan perairan mengalir
4. Mahasiswa membuat laporan
ACARA V DAN VI
PREPARASI ALAT DAN BAHAN PENGUKURAN BOD SERTA
PENGUKURAN BOD
I. Pendahuluan
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan oleh seluruh makhluk hidup. Oleh
karena itu, sumber daya air tersebut harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan
baik oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan
harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan
generasi mendatang. Walaupun demikian, ternyata tidak semua air dapat secara langsung
digunakan untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, tetapi harus memenuhi kriteria dalam
setiap parameternya masing-masing.
Berbagai sumber air yang dipergunakan untuk keperluan hidup dan kehidupan dapat
tercemar oleh berbagai sumber pencemaran. Limbah dari makhluk hidup, seperti manusia,
hewan, dan tumbuh-tumbuhan dapat menjadi penyumbang pencemaran terhadap air yang akan
dipergunakan, baik untuk keperluan makhluk hidup maupun untuk keperluan kehidupan yang
lain. Keberadaan zat-zat beracun atau muatan bahan organik yang berlebih akan menimbulkan
gangguan terhadap kualitas air. Keadaan ini akan menyebabkan oksigen terlarut dalam air
berada pada kondisi yang kritis atau merusak kadar kimia air.
Rusaknya kadar kimia air tersebut akan berpengaruh terhadap fungsi dari air itu sendiri.
Sebagaimana diketahui bahwa oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas
perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik
dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan kegiatan biologis yang dilakukan oleh
organisme aerobik atau anaerobik. Sebagai pengoksidasi dan pereduksi bahan kimia beracun
menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun.
Dalam menentukan kualitas air atau baik buruknya perairan dapat ditentukan oleh
berbagai faktor salah satunya yaitu penentuan kadar BOD (Biological Oxigen Demand).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan praktikum penentuan BOD agar dapat
diketahui jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bekteri untuk mengurai hampir semua zat
organik yang terlarut dan tersuspensi dalam air limbah atau air hujan.
Beban pencemaran sumber non point sources belum dapat diukur secara langsung
dilapangan. Untuk memperkirakan besarnya beban pencemaran sumber non point sources
digunakan pendekatan faktor emisi. Potensi beban pencemaran limbah domestik dihitung
menggunakan formula sebagai berikut (Iskandar 2007):
PBP= Jumlah Penduduk x Faktor emisi x rek
Tabel 1. Faktor Emisi Limbah Domestik
No Parameter Faktor Emisi (gr/hr)
1 TSS 38
2 BOD 40
3 COD 55
Sumber : Iskandar (2007)
Faktor emisi limbah domestik adalah rasio potensi beban pencemaran pada perhitungan
setiap orang. Perhitungan potensi beban pencemar non point sources berasal dari
kegiatan domestik menunjukan besaran beban pencemar yang dihasilkan akibat aktifitas
sehari-hari pada setiap orang.
Tabel 2. Nilai Rasio Ekivalen Kota
No Daerah Rasio Ekivalen
1 Kota 1
2 Pinggiran kota 0,8125
3 Pedalaman 0,6250
Sumber : Iskandar (2007)
Pola hidup mempengaruhi besaran beban pencemar yang dihasilkan pada
setiap orang. Pola hidup pada suatu dikota berbeda dengan pola hidup didaerah yang tingkat
kehidupannya masih alami. Beban pencemaran yang dihasilkan dikota lebih tinggi
dibandingkan didesa atau daerah pinggiran yang masih banyak mengandalkan kebutuhannya
dari alam sehingga nilai rasio beban pencemar dikota lebih tinggi dari didesa. Beban
pencemaran sumber non point sources pada pertanian digunakan konversi luas lahan dan jenis
budidaya terhadap parameter limbah pertanian:
Tabel 3. Perkiraan Beban Limbah dari Pertanian
No Jenis Pertanian Beban Pencemar Limbah Pertanian
BOD N P TSS Pestisida
Kg/Ha/Musim Tanam Lt/Ha/Musim
Tanam
1 Sawah 225 20 10 0,4 0,16
2 Palawija 125 10 5 2,4 0,08
3 Perkebunan 32,5 3 1,5 1,6 0,024
lain
COD dihitung dengan mengalikan BOD x 1,5
Sumber : Iskandar (2007)
Untuk parameter COD dihitung dengan mengalikan BOD dengan Jenis pertanian
mempengaruhi beban pencemaran yang dihasilkan, pertanian yang menggunakan
pengairan lebih tinggi menghasilkan beban pencemaran sebab genangan air
menyebabkan tingkat pembusukan bahan organik yang lebih tinggi. Beban pencemaran sumber
non point sources pada perternakan digunakan konversi pada tabel berikut (Iskandar 2007) :
Tabel 4. Konversi Beban Limbah dari Perternakan
No Jenis Ternak BOD COD
gr/ekor/hari
1 Sapi 292 716
2 Kerbau 206 529
3 Kuda 226 558
4 Kambing 34 93
5 Domba 56 136
6 Ayam 3 6
7 Bebek 0,9 2,2
Sumber : Iskandar (2007)
Jenis ternak menghasilkan beban pencemaran yang berbeda, makin besar ternak makin
besar rasio beban pencemar yang dihasilkan. Sapi merupakan ternak yang menghasilkan beban
pencemar yang terbesar disebabkan sistem pencernaan sapi hanya mencerna 50% selulosa
dalam makanannya dan sisanya masih terdapat didalam tinjanya. Tinja sapi yang masih
mengandung bagian besar dari bahan organik sehingga menjadi beban bagi lingkungan untuk
menguraikannya.