Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK PROSES

ANALISA KONDUKTIFITAS AIR PADA PROSES


PEMURNIAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI
REVERSE OSMOSIS

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

1
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Latar belakang dari praktikum ini adalah menerapkan kemampuan analisa TDS (Total
Dissolved Solid/padatan terlarut) dan daya hantar listrik (DHL) serta pH dari air pada proses
produksi air minum dari air baku menggunakan teknologi osmosa balik. Teknologi osmosa
balik pada dasarnya menggunakan membran sebagai media penyaring. Kemampuan
membran menyaring partikel sampai pada tahap penyaringan ion, sehingga virus dan bakteri
pun ikut tersaring. Air yang mampu melewati membran adalah air yang terbebas dari
kontaminan dan bisa siap diminum. Namun yang perlu diperhatikan adalah pH air yang
melewati membran sebaiknya melebih 6,5 apabila air tersebut hendak dikonsumsi. Selain itu
mahasiswa diharapkan dapatg menghitung persen rekoveri dan berapa jumlah kontaminan
yang ditolak oleh membran dengan cara mengukur TDS/ DHL. Selain itu laju alir air produk
dan laju alir konsentrat dapat digunakan untuk mengitung persen rekoveri dari sistem
osmosa balik.

1.2. Tujuan

 Mampu mengukur TDS, DHL, kesadahan dan pH larutan secara kontinyu pada
proses pengolahan air baku menjadi air minum.
 Mampu mengukur efesiensi proses reverse osmosis pada proses pengolahan air
minum
 Mampu menghitung persen rekoveri dengan mengukur laju umpan dan laju produk
yang diperoleh.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Air
Air yang terdapat di alam tidak selalu memenuhi baku mutu air minum karena
sering ditemukan air yang mengandung zat kimia dengan kadar tinggi serta
mikroorganisme berbahaya yang dapat menimbulkan penyakit dan membahayakan
kelangsungan hidup manusia. Hal ini disebabkan karena banyaknya pencemaran yang
terjadi pada air, terutama air tanah. Kontaminasi pada air dapat berupa

2
mikroorganisme, gas terlarut, mineral, serta zat organik dan anorganik yang dapat
merubah karakteristik air. Beberapa parameter fisika yang penting didalam air yang
perlu diperhatikan agar air dapat diminum adalah DHL (daya hantar listik) dengan
satuan us/cm, pH, kesadahan dan TDS (Total Dissolved Solid) dengan satuan ppm.
Pada praktikum kali ini parameter yang diamati adalah ketiga paramter tersebut
ditambah dengan mengevaluasi parameter lain seperti efesiensi alat pemroses (unit
reverse osmosis) yang dinyatakan dalam persen rejeksi, dan rekoveri atau jumlah
perolehan produk. Ketiga parameter diatas yaitu DHL, TDS, kesadahan dan pH
sangat dipengaruhi oleh persen rejeksi garam (% salt rejection) dan rekoveri yang
diinginkan (Inda dkk, 2015).

Daya Hantar Listrik (DHL)


Apabila suatu larutan mengandung zat elektrolit, maka larutan tersebut dapat
menghantarkan listrik. Larutan elektrolit adalah suatu zat yang terurai dalam bentuk
ion-ion dan dapat menghantarkan arus listrik. Nilai DHL sangat dipengaruhi oleh
jenis dan banyaknya ion yang terlarut dalam air. Semakin banyak ion-ion yang
terlarut, maka nilai DHL akan relatif besar. Ion yang memiliki muatan besar dan
berukuran kecil akan bergerak semakin aktif dalam menghantarkan aliran listrik dan
cenderung akan menaikkan nilai DHL (Majalis, 2005).

Zat Padat Terlarut (ZPT)


ZPT dapat menggambarkan kadar zat padat terlarut dalam suatu larutan. Nilai
ZPT dapat diperoleh berdasarkan hasil konversi dari nilai DHL. Hubungan antara
DHL dan ZPT dinyatakan sebagai berikut, perkiraan besarnya harga ZPT = 0,65 X
DHL (Lehr et. al dalam Sudadi, 2003).

pH
pH merupakan derajat yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman
atau kebasaan suatu larutan. Larutan dengan pH<7 bersifat asam, sedangkan larutan
dengan pH>7 bersifat basa. Pada umumnya ion yang menyebabkan air bersifat basa
adalah ion bikarbonat, ion karbonat, dan ion hidroksil (Achmad, 2004). Pada
umumnya air minum mempunyai pH 7 atau bersifat netral. Air minum yang terlalu
asam atau basa akan menimbulkan rasa pahit sehingga tidak layak minum, (Sudadi,
2003).

3
Kesadahan
Air dikatakan sadah jika mengandung kalsium dan magnesium dalam bentuk
garam karbonat. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa
merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat.
Kesadahan dapat diketahui dengan metode titrasi kompleksometri
menggunakan EDTA sebagai titran. Reaksi yang terjadi antara EDTA dengan
kalsium adalah sebagai berikut:
Ca2+ + EBT  CaEBT CaEBT +
H2Y2-  CaY2- + 2H+ + EBT
Pada titrasi kesadahan, analit akan berubah warna dari merah anggur menjadi
biru. Kemudian setelah indikator EBT habis bereaksi dengan Ca2+ dan Mg2+, maka
keduanya akan mengikat EDTA sehingga EBT akan bebas dan membentuk warna
biru. Reaksi ini berlangsung pada pH 10. Reaksi yang terjadi antara Mg2+ dengan
EDTA pada titrasi kesadahan adalah sebagai berikut:
Mg2+ + EBT  MgEBT MgEBT +
H2Y2-  MgY2- + 2H+ + EBT

Teknologi Membran
Tidak semua air yang terdapat di alam dapat langsung diminum karena masih
terdapat zat-zat berbahaya. Oleh karena itu, diperlukan suatu proses pengolahan agar
air di alam dapat langsung diminum. Salah satu proses pengolahan air adalah
menggunakan teknologi membran.
Beberapa jenis teknologi membran yaitu mikrofiltrasi (MF), ultrafiltrasi (UF),
nanofiltrasi (NF), dan reverse osmosis (RO). Apabila membran mempunyai pori
kecil, maka semakin banyak zat organik dalam air yang tersaring. Batas lewatan itu
disebut MWCO atau molecular weight cut-off (batas berat molekul). Zat dengan berat
molekul lebih besar daripada MWCO tidak akan dapat melewati membran
(Mallevialle et. al, 1996).
Osmosis merupakan proses berpindahnya pelarut dari larutan
berkonsentrasi rendah menuju larutan berkonsentrasi tinggi. Kemampuan suatu
larutan untuk melakukan osmosis menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan antara
dua larutan. Perbedaan tekanan yang terjadi disebut tekanan osmosis. Pada
membran RO, air akan berpindah dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih
4
rendah. Hal ini terjadi karena pada membran diberikan tekanan yang lebih besar
daripada tekanan osmosis. Proses RO (reverse osmosis) menjadikan zat terlarut pada
bagian konsentrasi tinggi tidak bisa melewati membran sedangkan zat pelarut murni
bisa mengalir ke bagian yang berkonsentrasi rendah.

Sistem RO secara sederhana dapat dilihat pada gambar-3 dibawah,

https://puretecwater.com/reverse-osmosis/what-is-reverse-osmosis

Gambar-3 Sistem RO secara sederhana.

Parameter yang dapat digunakan untuk mengetahui kinerja membran


diantaranya efisiensi membran (% salt rejection) dan % recovery. Efisiensi
membran dapat menggambarkan kemampuan membran untuk menyaring molekul
atau ion-ion terlarut dalam air. Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar
penurunan pada setiap zat, dapat diketahui melalui % rejeksi.

Efisiensi Membran = ..............................................(1)


Dengan, Cp: Konsentrasi/kadar produk (permeat) & Cf: Konsentrasi/kadar umpan
(bisa diukur dari DHL/TDS).

% Rejeksi = ........................................(2)

Untuk mengetahui jumlah permeat yang dapat dihasilkan dari air umpan,
dapat menggunakan % recovery. Nilai % recovery dapat ditentukan menggunakan
rumus berikut:

% recovery = .............................................(3)

Qpermeat = laju alir permeat dalam ml/menit


5
Qumpan = laju alir umpan dalam ml/menit

III. ALAT DAN BAHAN

 TDS meter
 pH meter
 Konduktometer
 Gelas ukur 100 mL
 Stopwatch
 Air Ledeng
 Perlatan reverse osmosis

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

4.1 Pengambilan Sampel Air Analisis Kimia dan Fisika


1. Menyediakan botol plastik bersih dan kering kemudian beri label.
2. Mengalirkan air selama sepuluh menit untuk setiap variasi tekanan.
3. Memasukkan sampel air dari keran ke dalam botol plastik. Lakukan secara
duplo untuk setiap tekanan.

4.2. Konduktometer
1. Menghubungkan konduktometer dengan sumber listrik.
2. Menyalakan konduktometer dengan menekan tombol power “ON”.
3. Melakukan kalibrasi konduktometer dengan menggunakan larutan standar
KCl 1416
4. Membersihkan elektrode dengan aquadest, kemudian mengeringkan
dengan kertas tisu.
5. Mencelupkan elektrode ke dalam sampel.
6. Membilas elektrode dengan aquadest kemudian mengeringkan dengan
kertas tisu.
7. Mematikan konduktometer dengan menekan tombol power “OFF”.

6
4.3. pH-meter
1. Menghubungkan pH-meter dengan sumber listrik.
2. Menyalakan pH-meter dengan menekan tombol power “ON”.
3. Melakukan kalibrasi pH-meter dengan menggunakan larutan penyangga
standar pH 4 dan pH 7.
4. Membilas elektrode dengan aquadest kemudian mengeringkan dengan
kertas tisu.
5. Mencelupkan elektrode ke dalam sampel.
6. Membilas elektrode dengan aquadest kemudian mengeringkan dengan
kertas tisu.
7. Mematikan pH-meter dengan menekan tombol power “OFF”.

4.3. Pengukuran Nilai Kesadahan


1. Memipet 25 mL sampel ke dalam erlenmeyer 250 mL.
2. Menambahkan 10 mL larutan buffer pH 10.
3. Menambahkan 1 tetes indikator EBT.
4. Menghomogenkan larutan.
5. Melakukan titrasi pada sampel menggunakan larutan standar EDTA 0,0143
M hingga terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi biru jelas.

V. DATA PENGAMATAN
a. Hasil Pengukuran DHL dan TDS
4.

DHL
Tekanan No TDS
Membran Rerata
(psi) sampel (µS/cm) (ppm)
(µS/cm)
Nilai Sampel
Awal
Permeat/Produk

a
40
b
c
50
d
e
7
60 f
g
20

Konsentrat/
h

Reject
i
40
j
k
60
l

Contoh Perhitungan :
TDS = Nilai DHL x 0,65
= .............ppm

b. Hasil Pengukuran pH Rancangan Sistem Kedua

Tekanan
Bagian No sampel pH Rerata
(psi)
Sampel Awal
a
Permeat 40
b
a
Permeat 50
b
a
Permeat 60
b
Konsentrat/ a
Reject 40
b
Konsentrat/ a
Reject 50
b
Konsentrat/ a
Reject 60
b

c. Hasil Pengukuran Kadar Kesadahan


Tekanan No Volume EDTA (mL) Kesadahan
Bagian
(Bar) sampel I II Rerata Rerata2 D0 ppm
Kesadahan Sampel
Awal
a
40
Permeat

b
a
50
b
a
60
b
8
40 a
b
a
50
b
a
60
b

d. Hasil Perhitungan Efisiensi Membran

TDS
TDS % Salt
Tekanan Permeat
Umpan Rejection
Membran
(psi) (ppm) / Produk (Efesiensi
(ppm) membran)
40
RO 50
60
VI. PERHITUNGAN

Contoh Perhitungan % Efesiensi :


% SR (Efisiensi Membran) = [1-(TDS Produk/TDS Umpan)] x 100 %
= [1 – (20/212)] x 100 %
= 88,7 %

e. Hasil Pengukuran % Recovery RO


Laju alir (mL/menit)
Tekanan
produk konsentrat umpan %Recovery
Membran (psi)
(Qp) (Qr) (Qf)
40
50
RO
60

Contoh Perhitungan % Rekoveri :

%Recovery = Qp/Qf x 100 %


= 4,52/14,05 x 100 %
= 32,2 %

9
DAFTAR PUSTAKA

1.. Inda, Ryani dan Eko. EVALUASI KINERJA MEMBRAN ULTRAFILTRASI


DAN REVERSE OSMOSIS UNTUK MEMPRODUKSI AIR LAYAK MINUM
(TA). Jurusan Teknik Kimia, POLBAN. Bandung.

2.. Majalis, A N. 2005. Laporan Kerja Lapangan (PKL) di Laboratorium Analisa


Air Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan.
(Laporan Kerja Praktik). Jurusan Pendidikan Kimia UPI. Bandung

3.. Mallevialle, J, Peter E O, and Mark R W. 1996. Water Treatment Membrane


Processes. New York: McGraw-Hill.

4. Sudadi, P. 2003. Penentuan Kualitas Air Tanah Melalui Analisis Kimia


Terpilih. Badan Geologi Tata Lingkungan Vol 13 No.2 (2002).

10

Anda mungkin juga menyukai