Anda di halaman 1dari 5

ISSN 3089-5636

ISSN 3089-5624 (online)


Journal of Chemistry, Vol 1, No 2, 2018, pp. 22-26

ANALISA KESADAHAN TOTAL (CACO3) DALAM AIR


DANAU SECARA KOMPLEKSOMETRI
Vivin Rosvita, Zaenal Fanani, Iqbal Amaluddin Pambudi
Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia
*Untuk korespondensi, telp: 085635624692, e-mail: VivinR@gmail.com

ARTIKEL INFO ABSTRAK


Received : Maret 2018 Kesadahan merupakan salah satu parameter kimia tentang kualitas
Revised : April 2018 air bersih, tingkat kesadahan air pada dasarnya ditentukan oleh
Published : Juni 2018 jumlah kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+). Menurut
Kata kunci : Kesadahan total,
PERMENKES Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 kadar
Kualitas air, Kompleksometri
maksimal kesadahan yang diijinkan untuk air minum dan air bersih
adalah 500 mg per liter. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kadar kesadahan air danau yang ada di Universitas Indonesia,
sesuai dengan PERMENKES Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang
dilakukan dengan cara titrasi kompleksometri di laboratorium.
Berdasarkan hasil penelitian dari 3 danau yang bebeda, hasil yang
diperoleh masing-masing sampel sebesar 120,32; 202,40 dan
102,45 mg/L Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kesadahan
air danau yang ada di sekitaran Universitas Indonesia tidak
melebihi ambang batas yang ditentukan oleh PERMENKES Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010.

A. PENDAHULUAN
Air merupakan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan untuk keperluan hidup manusia,
kebutuhan utama manusia terhadap air adalah sebagai air minum dan memasak makanan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 65 – 75 % dari berat manusia terdiri dari air. Menurut ilmu
kesehatan setiap orang memerlukan air minum sebanyak 2,5 – 3 liter setiap hari termasuk air yang
berada dalam makanan. Manusia dapat bertahan hidup 2 – 3 minggu tanpa makan, tetapi hanya 2–
3 hari tanpa minum. Salah satu sumber air yang banyak dimanfaatkan terutama di Indonesia adalah
air tanah, dikarenakan air tanah relatif lebih mudah didapat dan lebih bersih.
Kualitas dan karakteristik air tanah dipengaruhi oleh kondisi fisik daerah sekitarnya, seperti:
iklim, topografi, maupun keberadaan tumbuh-tumbuhan. Iklim merupakan sumber input yang
berupa curah hujan, topografi dan geologi yang dapat mencerminkan bentuk lahan suatu daerah
akan berpengaruh terhadap kemampuan air tersebut untuk mengalami infiltrasi, perkolasi, serta
kemampuan menyerap air tersebut sehingga sangat mempengaruhi karakteristik air tanah .
Dari segi kualitas ada beberapa persyaratan yang harus terpenuhi sebagai air bersih maupun
air minum, diantaranya harus memenuhi kualitas fisik, kimiawi, maupun biologisnya. Kualitas
fisik meliputi bau, warna, kekeruhan, rasa, suhu, dan total zat padat terlarut (TDS). Kualitas
kimiawi meliputi, kesadahan, pH, dan bebas dari zat-zat beracun. Kualitas biologisnya yaitu air
harus bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit.
Kesadahan merupakan salah satu parameter kimia tentang kualitas air bersih, tingkat
kesadahan air pada dasarnya ditentukan oleh jumlah kalsium (Ca 2+) dan magnesium (Mg2+).
Menurut PERMENKES Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 kadar maksimal kesadahan yang
diijinkan untuk air minum dan air bersih adalah 500 mg per liter. Manfaat penelitian ini adalah
dapat menentukan kualitas air yang terdapat dalam air danau apakah sesuai dengan yang
ditetapkan PERMENKES Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010.
22
ISSN 3089-5636
ISSN 3089-5624 (online)
Journal of Chemistry, Vol 1, No 2, 2018, pp. 22-26

B. METODE
1. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini, meliputi neraca analitik, gelas kimia, gelas ukur,
buret, dan pemanas listrik. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini, meliputi sampel air
danau, akuades, larutan penyangga pH 10±0,1, HCl pekat, indikator EBT, larutan CaCO3 0,01 M
larutan Na2EDTA 0,01 M, pH universal, dan kertas saring whatman No. 41.

2. Rancangan Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah air danau dari 3 danau berbeda ( A,B,C)
yang ada di sekitaran Universitas Indonesia.
Air sadah adalah air yang mengandung ion Kalsium (Ca2+) dan Magnusium (Mg2+) yang
mempunyai pengaruh dapat membentuk kerak pada ketel dan menghambat pembentukan buih pada
sabun .
Air sadah tetap adalah air sadah yang mengadung bikarbonat, & anion Cl-, NO3 - dan SO4 2-.
Air yang mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap, karena kesadahannya
tidak bisa dihilangkan dengan cara pemanasan. Kesadahan tetap dapat berkurang dengan
penambahan larutan soda kapur yang terdiri dari larutan natrium karbonat dan magnesium
hidroksida terbentuk endapan kaslium karbonat. Kesadahan air dianalisa menggunakan metode
kompleksometri yang prinsipnya berdasarkan pembentukan senyawa kompleks yang larut anatara
ion logam dengan zat pembentuk kompleks yaitu terbentuknya Ca dengan EDTA.

3. Prosedur Kerja
3.1 Pembuatan larutan
Pembuatan Indikator EBT
Ditimbang 200 mg EBT dan 100 gram kristal NaCl, dihomogenkan. Gerus campuran hingga
mempunyai ukuran 40 s/d 50 mesh. Dan simpan dalam botol bertutup rapat.

Pembuatan Larutan Standar CaCO3 0,01 M


Sebanyak 0,1 gram CaCO3 anhidrat ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 100
ml. Kemudian dilarutkan dengan sedikit asam klorida dan ditambahkan dengan 50 ml air suling.
Didihkan beberapa menit untuk menghilangkan CO2, lalu dinginkan. Setelah dingin, ditambahkan
beberapa tetes indikator metil merah. ditambahkan NH4OH sampai terbentuk warna orange.
Masukkan ke dalam labu ukur 100 ml, kemudian dihimpitkan hingga tanda batas dan
dihomogenkan.

Pembuatan Larutan Larutan penyangga pH 10 ± 0,1


Dilarutkan 0.1 gram Na2EDTA dihidrat dan 43 mg magnesium sulfat penta hidrat
(MgSO4.7H2O) dalam 50 ml air suling. Tambahkan larutan tersebut ke dalam 0,9 gram NH4Cl
dan 7,6 ml NH4OH P sambil dilakukan pengadukan. Encerkan dengan air akuades hingga
volumenya menjadi 20 ml.

Pembuatan Larutan Baku Na2EDTA.2H2O 0,01 M


Dilarutkan sebanyak 0,3723 gram Na2EDTA dihidrat dengan air akuades di dalam labu ukur
100 ml, kemudian dihimpitkan hingga tanda batas dan dihomogenkan.

3.2 Penentuan Kesadahan Total


Standardisasi Na2EDTA 0,01 M
Larutan baku CaCO3 0,01 M sebanyak 10 mL dilarutkan dengan akuades sebanyak 40 mL
dalam erlenmeyer 250 mL. Larutan ditambahkan larutan penyangga pH 10±0,1 sebanyak 1 mL dan
indikator EBT. Larutan dititrasi dengan larutan Na 2EDTA 0,01 M hingga mengalami perubahan
warna dari merah keunguan menjadi biru. Titrasi diulangi sebanyak tiga kali.

23
ISSN 3089-5636
ISSN 3089-5624 (online)
Journal of Chemistry, Vol 1, No 2, 2018, pp. 22-26

Uji Sampel
Sampel uji sebanyak 25 mL diambil secara duplo dan diencerkan hingga volume 50 mL
dengan air suling dalam erlenmeyer 250 mL. Larutan contoh uji ditambahkan 1 mL larutan
penyangga pH 10±0,1 dan indikator EBT. Larutan dititrasi dengan Na2EDTA 0,01 M sampai
terjadi perubahan warna dari merah keunguan menjadi biru. Titrasi diulangi sebanyak 2 kali.
Penentuan kesadahan total dapat menggunakan persamaan 1.

Kesadahan total (mg CaCO3/L) = x VEDTA(a) x MEDTA x 100 (1)

dimana:
VC.u. = volume larutan contoh uji (mL)
VEDTA(a) = volume rata-rata larutan baku Na2EDTA untuk titrasi kesadahan total (mL)
MEDTA = molaritas larutan baku Na2EDTA untuk titrasi (mmol/mL)
100 = berat atom CaCO3 (mg/mmol)

C. HASIL PENELITIAN
Pengujian air danau pada penelitian ini dilakukan sangat penting karena untuk mengontrol
kualitas air danau sehingga tidak merusak lingkungan sekitar dan ekosistem di dalamnya. Standar
mutu hasil pengujian mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
416/Menkes/Per/IX/1990

Penentuan Kesadahan Total


Prinsip titrasi kompleksometri didasarkan pada pembentukan ion-ion kompleks dalam larutan.
Garam dinatrium etilen diamin (EDTA) sebagai pengompleks akan membentuk senyawa kompleks
kelat yang larut saat bereaksi dengan kation logam tertentu. Titrasi dilakukan setelah penambahan
larutan buffer pH 10±0,1 dan indikator Eriochrome Black T saat larutan dalam suasana basa.
Larutan buffer pH 10±0,1 digunakan untuk memastikan hanya ada satu bentuk EDTA dalam air
yaitu Y+ dan reaksi antara indikator EBT dengan EDTA berlangsung sempurna pada pH 8-10
dalam keadaan stabil. Titik akhir titrasi ditandai oleh larutan yang berubah warna menjadi biru saat
EDTA mengikat seluruh ion Ca2+ dan Mg2+. Hal ini sesuai dengan reaksi:
Ca2+ + EBT → CA2+-EBT (merah)
Ca2+-EBT → Ca2+-EDTA + EBT (biru)
CaIn-(merah) + H2Y2- → CaY2-(tak berwarna) + HIn2-(biru) + H+
Mg2+ + H2Y2- ↔ MgY2- + 2H+
Ca2+ + H2Y2- ↔ CaY2- + HIn- + H+
MgIn- + H2Y2- ↔ MgY2- + HIn- (biru) + H+
Larutan Na2EDTA 0,01 M harus distandarisasi sebelum digunakan karena merupakan larutan
standar sekunder yang belum diketahui konsentrasinya secara tepat. Hasil standardisasi larutan
Na2EDTA memperoleh konsentrasi sebesar 0,0103 mol/L. Untuk mengetahui kandungan
kesadahan air danau menggunakan persamaan 1 dan nilai akurasi metode pengujian kesadahan air
danau dengan menggunakan persamaan 2. Reaksi yang terjadi yaitu:
Na2EDTA (aq) + CaCO3 (aq) → Na2CO3 (aq) + CaEDTA

Tabel 1. Hasill penetapan kadar kesadahan total CaCO3

NO. Sampel Volume Kadar Kesadahan


(Mg/L CaCO3)
1. A 50 mL 120,32
2. B 50 mL 202,40
3. C 50 mL 102,45
Berdasarkan hasil pegujian pada Tabel 1, kadar kesadahan total pada sampel air danau yang ada

24
ISSN 3089-5636
ISSN 3089-5624 (online)
Journal of Chemistry, Vol 1, No 2, 2018, pp. 22-26

di daerah sekitar Universitas Indonesia memenuhi standar mutu dengan kadar kesadahan total
maksimal 500 mg/L.
Analisa kesadahan air merupakan percobaan untuk mengetahui tingkat kesadahan Ca2+ yang
terkandung dalam air. Sampel yang digunakan berupa air danau yang ada di daerah sekitar
Unniversitas Indonesia. Dalam percobaan untuk menyatakan kesadahan dapat diketahui dengan
menghitung kesadahan total sebagai CaCO3. Untuk mencari kesadahan total, diambil air sampel
sebanyak 50 ml dan ditambah 5 ml buffer amonia pH 10, dan indikator EBT Kemudian di titrasi
dengan larutan standar EDTA 0,05 M sebagai titrannya, titrasi dihentikan ketika warna merah tepat
berubah menjadi biru. Percobaan ini dilakukan 2 kali agar dalam titrasi agar lebih akurat. Titrasi
Na2EDTA menggunakan indikator EBT dan penyangga dengan pH 10. Indikator yang digunakan
dalam bentuk serbuk karena stabil saat dilakukan titrasi Dibuat pH 10 untuk penyangga agar
seluruh ion Ca berikatan dengan EDTA. Hasil analisa penetapan kesadahan total yang dilakukan
dari 3 danau yang berbeda memenuhi syarat PERMENKES No. 492/MENKES/PER/IV/2010.
Tentang persyaratan kualitas air bersih, kadar maksimum kesadahan yang diperbolehkan adalah
500 mg/L

D. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari penentuan kesadahan total (CaCO3), dalam sampel air danau
yang ada di Universitas Indonesia adalah kandungan kesadahan total masing-masing sampel
sebesar 120,32; 202,40 dan 102,45 mg/L telah memenuhi standar Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990

25
ISSN 3089-5636
ISSN 3089-5624 (online)
Journal of Chemistry, Vol 1, No 2, 2018, pp. 22-26

Daftar Pustaka

Effendi, H., “Telaah Kualitas Air bagi Pengolahan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan,”
Kanisius, Yogyakarta, 2003.
Astuti, D.W., Rahayu, M., & Rahayu, D.S. (2015). Penetapan Kesadahan Total (CaCO3) Air
Sumur Di Dusun Cekelan Kemusu Boyolali Dengan Metode Kompleksometri. Kesmas,
9(2): 119-124.
Ibnu, M. (2010). JICA Common Teksbook Edisi Revisi Kimia Analitik 1. Malang: Universitas
Negeri Malang Press.
PERMENKES RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010. Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI .
Sodiq, I. (2004). Common Text Book Kimia Analitik I. Malang: Universitas Negeri Malang Press.
Suripin. (2002). Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, “Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 416/MEN.
KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air,” Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1990.
E. Sinaga, “Penetuan kesadahan pada Air Minum Isi Ulang dengan Metode Kompleksometri”
Tugas Akhir, Universitas Sumatera Utara, 2016.
D. D. Wulandari, "Analisa Kesadahan Total dan Kadar Klorida Air Di Kecamatan Tanggulangin
Sidoarjo," MTPH Journal. vol. 1, no. 1, pp. 14–19, 2017.
M. Shukla and S. Arya, “Determination of Chloride ion (Cl-) concentration in ganga river water by
Mohr method at Kanpur, India,” Green Chemistry & Technology Letters, vol. 4, no. 1, pp.
6–8, 2018.

26

Anda mungkin juga menyukai