Anda di halaman 1dari 53

KIMIA LINGKUNGAN

LAPORAN PRAKTIKUM

PERCOBAAN 1 : MENGUKUR PARAMETER STANDAR KUALITAS


AIR
PERCOBAAN 2 : PENGUKURAN KADAR OKSIGEN
TERLARUT/DISOVED OXYGEN
PERCOBAAN 3 : PENGUKURAN KADAR KEBUTUHAN
OKSIGEN BIOLOGI PERAIRAN
PERCOBAAN 4 : PENGUKURAN KADAR CO2 DALAM
PERAIRAN
PERCOBAAN 5 : PENGUKURAN DAYA MENGGABUNG
ASAM PADA PERAIRAN
PERCOBAAN 6 : ANALISIS PARAMETER KUALITAS TANAH
PERCOBAAN 7 : ANALISIS PARAMETER KUALITAS UDARA

DISUSUN OLEH :
ABDUL AJIS (E1M014002)
IIN HENDRIYANI (E1M014025)
LILYS SULISTYANTI (E1M014031)
SUHAILI (E1M014053)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2017
PERCOBAAN 1
MENGUKUR PARAMETER STANDAR KUALITAS AIR

A. Pelaksanaan Praktikum
1. Tujuan Praktikum : Mengetahui beberapa parameter standar air
dalam kehidupan sehari-hari
2. Hari, Tanggal Praktikum : Jumat, 28 April 2017
3. Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram.

B. Dasar Teori
Kualitas air adalah kondisi kalitatif air yang diukur dan atau di uji berdasarkan
parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
115 tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air.
Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis (Masduqi ,2009).
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah
pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2
bebas, pH, konduktivitas, kecerahan, alkalinitas ), sedangkan yang kedua adalah
pengukuran kualitas air dengan parameter biologi (plankton dan benthos) (Sihotang,
2006)
 Suhu
Pola temperatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
intensitas cahaya matahari.Pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya,
ketinggihan geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari
pepohonan yang tumbuh ditepi. Di samping itu pola temperatur perairan dapat di
pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan oleh aktivitas
manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik,
penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan
air terkena cahaya matahari secara langsung (Barus,2003).
 Kecerahan
Kecerahan merupakn ciri penentu untuk pencerahan, penglihatan yang
mana suatu sumber dilihat memancarkan sejumlah kandungan cahaya, dalam kata
lain kecerahan adalah pencerahan yang terhasil dari pada kekilauan sasaran
penglihatan . kecerahan merupakan suatu ukuran dimana cahaya di dalam air yang
di sebabkan oleh adanya partikel-partikel kaloid dan suspensi dari suatu badan
pencemaran, antaralain bahan organik dari buangan-buangan industri, rumah
tangga, pertanian yang terkandung di dalam perairan (Chakroff dalam Syukur,
2002).
 Kedalaman
Kedalama disuatu perairan sangat penting untuk diperhatikan, hal ini
dikarenakan kedalaman suatu perairan dapat mempengaruhi jumlah cahaya yang
akan masuk ke perairan dan ketersediaan oksigen di perairan tersebut, jika disuatu
perairan kekurangan cahaya masuk kedalamnya makan ikan tersebut akan stress.
Begitu juga halnya dengan kandungan oksigen , biasanya di perairan dalam
ketersediaan oksigen lebih sedikit di bandingkan dengan perairan dangkal.
 pH (Derajat Keasaman)
pH adalah suatu ukuran keasaman dan kadar alkali dari sebuah contoh
cairan. Kadar pH dinilai dengan ukuran antara 0-14. Sebagian besar persediaan air
memiliki pH antara 7,0-8,2 namun beberapa air memiliki pH di bawah 6,5 atau di
atas 9,5. Air dengan kadar pH yang tinggi pada umumnya mempunyai konsentrasi
alkali karbonat yang lebih tinggi. Alkali karbonat menimbulkan noda alkali
dengan meningkatkan farmasi pengapuran pada permukaan yang keras.
 DO (Disolved Oxigent)
Oksigen adalah unsur vital yang di perlukan oleh semua organisme untuk
respirasi dan sebagai zat pembakar dalam proses metabolisme. Sumber utama
oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen dari udara melalui kontak
antara permukaan air dengan udara, dan proses fotosintesis. Selanjutnya daur
kehilangan oksigen melalui kegiatan respirasi dari semua organisme (Barus,
2003). Kadar oksigen terlarut juga berfluktasi secara harian (diurnal) dan
musiman, tergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence)
massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi dan limbah (efflient) yang masuk ke
dalam air (Effendi, 2003).

C. Alat Dan Bahan


1. Mengukur pH
a. pH meter/ pH Universal
b. Gelas Kimia
c. Sampel Air Sungai
d. Aquadest
e. Tissue
2. Mrngukur Suhu
a. Termometer
b. Sampel Air Sungai
c. Aquadest
d. Tabung reaksi
e. Tissue
3. Uji Fisik Sederhana
a. Sampel air sungai
b. Botol
4. Uji Kimia Sederhana
a. Sampel Air Sungai
b. Botol
c. Air The
d. Pengaduk

D. Cara Kerja
Setiap kelompok menentukan lokasi berbeda untuk pengambilan sampel air
Tentukan tiga lokasi pengambilan sampel air dalam kurung dua lokasi yang ditentukan
diperkirakan mengalami pencemaran yang contoh lokasi sungai yang tercemar dan
dan menggunakan aquades sebagai pembanding yang diperkirakan tidak mengalami
tercemar
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pencemaran air yang
dilakukan dengan analisis fisik kondisi air dan PH
1. Analisis kondisi fisik air
a. Tentukan tiga titik dari tiap kondisi air yang akan dijadikan sampel sama di
setiap titik kondisi air berupa bau warna dan rasa
b. Bandingkan kondisi air disebut dengan air yang dijadikan sebagai kontrol
c. Masukkan setiap sampel ke dalam botol kemudian ditutup rapat
d. Biarkan selama empat hari
e. Amati apakah ada perubahan warna atau bau jika warna air berubah atau
terdapat gumpalan warna putih atau hijau maka air kurang baik secara biologis
f. Semakin cepat terjadinya perubahan warna atau adanya gumpalan semakin
tinggi kadar mikroorganisme dan bakteri berbahaya yang ada di dalam air
tersebut
2. Mengukur PH
a. Siapkan aquades dan sampel airsungai yang akan dianalisis
b. Siapkan PH universal untuk mengukur pH kedua larutan
c. Ukur PH kedua larutan
d. Catat hasil pH yang didapatkan masing-masing larutan
3. Mengukur suhu
a. Siapkan aquades dan sampel air sungai yang akan dianalisis
b. Siapkan termometer untuk mengukur suhu kedua larutan
c. Ukur suhu kedua larutan
d. Catat hasil yang terbaca pada termometer
4. Uji kimia sederhana
1. Siapkan sampel air sungai yang akan diuji
2. Masukkan 100 mili sampel air sungai ke dalam gelas kimia dan campuran
dengan 100 mili air teh dalam botol
3. Diamkan dalam keadaan terbuka selama empat hari
4. Amati apakah ada perubahan warna ,terdapat lendiran, atau lapisan minyak di
permukaan
5. Makin cepat perubahan yang terjadi pada larutan maka makin banyak
kandungan logam yang terdapat dalam larutan tersebut

E. Hasil Pengamatan
a. Analisis Kondisi Fisik Air Sungai

Lokasi Warna Bau bioligis


Sungai Bening sedikit Kayak bau Terdapat sedikit
kekalik keruh/ lumpur sedikit kotoran-kotoran
gerisak kekuningan

b. Analisis pH air Sungai


No Lokasi pH 1 pH 2 pH 3 Ph Rata-Rata
1 Sungai
kekalik 6 6 6 6
gerisak
2 Aquadest 7 7 7 7

c. Analisis Suhu Air Sungai


No Lokasi suhu 1 suhu 2 suhu 3 Suhu Rata-Rata
1 Sungai
kekalik 27⁰C 27⁰C 27⁰C 27⁰C
gerisak
2 Aquadest 27⁰C 26⁰C 27⁰C 26,667⁰C

d. Analisis Kimia Sederhana

Lokasi Perubahan Yang Terjadi Perubahan hari ke….


Campuran
Terbentuk sedikit lender pada bagian 1
air sungai
atas Larutan
100 ml +
Larutan the Larutan menjadi lebih kental dan 2
100 ml terdapat lender pada bagian dasar botol
juga permukaan botol serta mulai
tercium bau tidak sedap

Larutan Semakin kental dan banyak 3


terbentuk lender di seluruh permukaan
botol, dengan lender berwarna
kecoklatan dan mengeluarkan bau tidak
sedap

F. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui beberapa parameter standar kulitas
air dalam kehidupan sehari-hari. Dari hasil pengamatan pada air sungai terhirup
sedikit bau seperti bau tanah atau lumpur.Dalam lingkungan kehidupan, kadar bau
juga sangat mempengaruhi tingkattumbuh dan berkembangnya ikan maupun aktivitas
mahluk hidup. Serta bau juga dapat menghambat keberlangsungan pertumbuhan ikan
yang hidup di sungai tersebut.Tidak hanya mahluk hidup yang hiidup didarat saja
yang membutuhkan kenyamanan, Organisme air (ikan) juga membutuhkan.Bau air
dapat membuat organisme yang berada didalamnya akan bisa tumbuh dan berkembang
dengan baik jika memang bau air tersebut cocok pada organisme yang
bersangkutan. Sedangkan dari segi warna, air sungai yang kami amati sedikit keruh
dan berwarna kuning, hal ini dikarenakan banyak warga yang membuang sampah pada
aliran sungai yang mengakibatkan tercemarnya air sungai tersebut. Kekeruhan air
sungai tersebut menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat
dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh bahan organic dan anorganik baik tersuspensi
maupun terlarut seperti lumpur, pasir halus , bahan anorganik dan bahan organik
seperti plankton dan mikroorganisme lainnya. Warna air juga dapat menunjukan
adanya pakan organik bagi organisme yang ada diperairan tersebut.
Suhu air yang sangat diperlukan agar pertumbuhan ikan-ikan pada perairan
tropis dapat berlangsung berkisar antara 25 C - 32 C. Kisaran suhu tersebut biasanya
berlaku di Indonesia sebagai salah satu negara tropis sehingga sangat menguntungkan
untuk melakukan kegiatan budidaya ikan. Suhu air sangat berpengaruh terhadap
proses kimia, fisika dan biologi di dalam perairan, sehingga dengan perubahan suhu
pada suatu perairan akan mengakibatkan berubahnya semua proses didalam perairan.
Hal ini dilihat dari peningkatan suhu air maka kelarutan oksigen akan berkurang. Dari
hasil penelitian diketahui bahwa peningkatan 10 C suhu perairan mengakibatkan
meningkatnya konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2 – 3 kali lipat,
sehingga kebutuhan oksigen oleh organisme akuatik itu berkurang
Suhu air yang ideal bagi organisme air yang dibudidayakan sebaiknya adalah
tidak terjadi perbedaan suhu yang mencolok antara siang dan malam (tidak lebih dari
5 C) . Pada perairan yang tergenang yang mempunyai kedalaman air minimal 1,5
meter biasanya akan terjadi pelapisan (stratifikasi) suhu. Pelapisan ini terjadi karena
suhu permukaan air lebih tinggi dibanding dengan suhu air dibagian bawahnya. Dari
hasil pengamatan, suhu yang terdapat pada air sungai yaitu sekitar 27 ⁰C.suhu ini
sangat mendukung dalam keberlangsungan ikan-ikan yang akan dibudidayakan.
Karena Setiap organisme mempunyai persyaratan suhu maksimum, optimum dan
minimum untuk hidupnya serta mempunyai kemampuan menyesuaikan diri sampai
suhu tertentu.Secara naluri ikan mempunyai toleransi yang rendah terhadap perubahan
suhu.Suhu yang baik untuk pemeliharaan ikan berkisar antara 25 – 31º C.
Pada percobaan, Besarnya pH suatu perairan adalah besarnya konsentrasi ion
hidrogen yang terdapat di dalam perairan tersebut. Dengan kata lain nilai pH suatu
perairan akan menunjukkan apakah air bereaksi asam atau basa.Secara alamiah pH
perairan dipengaruhi oleh konsentrasi CO2 dan senyawa-senyawa yang bersifat asam.
Sebagai reaksinya nilai pH perairan akan berubah menjadi rendah pada pagi hari,
meningkat pada siang hari dan mencapai maksimum pada sore hari, serta akan
menurun kembali pada malam hari. Sehingga di peroleh hasil pengukuran pH pada air
sungai ini, sebesar 6 dapat dikatakan bersifat sedikit asam. Tetapi masih dapat menjadi
tempat perkembangbiakan hewan-hewan air (seperti ikan).

G. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
a. Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut : Kualitas air diperairan tersebut seperti suhu, pH, bau,Warna,
itu sangat mempengaruhi kelangsungan hidup organisme yang ada diperairan
itu dan untuk kadar kualitas air diperairan harus baik dan memenuhi syarat
untuk dapat melakukan aktivitas budidaya.
b. Berdasarkan hasil yang didapatkan maka Air sungai kekalik gerisak tersebut
tergolong dalam keadaan baik artinya air sungai tersebut masih dapat
mendukung kehidupan organisme didalamnya. Meskipun terdapat sedikit
perbedaan pada bau maupun warna. Hal itu di karenakan pembuangan sampah
warga pada aliran sungai tersebut.
2. Saran
Dalam menyelesaikan laporan praktikum ini, tentunya kami tidak lepas dari
kesalahan-kesalahan dan kekurangan dan kami menyadari bahwa laporan
praktikum ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna dalam kesempurnaan
dalam pembuatan laporan praktikum selanjutnya.
PERCOBAAN II
PENGUKURAN KADAR OKSIGEN TERLARUT/DISSOLVED OXYGEN
(DO) PADA PERAIRAN

A. Tujuan
1. Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui banyaknya oksigen yang
terlarut dalam suatu perairan
2. Hari, Tanggal Praktikum : Kamis, 8 Juni 2017
3. Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram.

B. Landasan Teori
Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan komponen–
komponen kimia menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki kemampuan
untuk beroksida dengan zat pencemar seperti komponen organik sehingga zat pencemar
tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang
bersifat aerob serta anaerob, dalam proses metabolisme. Dengan adanya oksigen dalam
air, mikroorganisme semakin giat dalam menguraikan kandungan dalam air (Illahude,
1999: 36).
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan
kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam
analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini
menunjukan jumlahoksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai
DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika
nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga
bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air
seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan
pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab itu,
pengukuran parameter ini sangat dianjurkan disamping parameter lain yang sering
digunakan sepertiBOD dan COD dalam suatu perairan (Hutabarat dan Evans, 2006: 67).
Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan normal
dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum
ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme. Idealnya, kandungan oksigen terlarut
tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat
kejenuhan sebesar 70 %. KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5
ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut. Agar ikan dapat hidup, air harus
mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm (part per million) (Illahude,
1999: 37).
Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri yang
kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang. Apabila sungai
menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan organik, sebagian besar
oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam
bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Sehingga kadar oksigen terlarut akan
berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan–hewan seperti ikan, udang, dan kerang akan
mati. Lalu apakah penyebab bau busuk dari air yang tercemar? Bau busuk ini berasal dari
gas NH3 dan H2S yang merupakan hasil proses penguraian bahan organik lanjutan oleh
bakteri anaerob (Hutabarat dan Evans, 2006: 68).
Oksigen juga memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan,
karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan
anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan khan biologis yang dilakukan oleh
organisme aerobik atau anaerobik.Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk
mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang
pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen
yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam
bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen
terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan
secara alami maupun secara perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air
buangan industri dan rumah tangga (Nontji, 2002: 93).

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Botol winkler
b. Buret
c. Statif dan klem
d. Corong kaca
e. Gelas ukur
f. Erlenmeyer
g. Gelas piala
h. Pipet tetes
2. Bahan
a. Larutan MnSO4
b. Larutan NaOH 0,1 N
c. Larutan KI
d. Natrium azida
e. Larutan H2SO4pekat
f. Larutan Na2S2O3 0,025 N
g. Aquades
h. Tissue

D. Cara Kerja
1. Sampel air diambil dengan botol winkler 250 ml secara penuh kemudian ditutup
(dimungkinkan untuk tidak ada gelembung udara di dalam botol).
2. Tambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml KOH-KI dengan pipet seukuran, kemudian botol
ditutup kembali (dimungkinkan untuk tidak ada gelembung udara di dalam botol).
3. Botol dikocok secara perlahan sampai larutan MnSO 4 dan KOH-KI homogen dengan
air, kemudian didiamkan ± 2 menit atau sampai timbul endapan berwarna coklat atau
setidaknya sampai cairan supernatan berwarna jernih.
4. Tambahkan H2SO4 pekat sebanyak 1 ml dengan pipet seukuran dan botol ditutup
kembali. Botol dikocok perlahan atau dibolak – balik hingga semua endapan menjadi
larut dan berwarna coklat kekuningan.
5. Ambil 100 ml dengan menggunakan gelas ukur dan tuang ke dalam Erlenmeyer.
6. Tambahkan indikator amilum 3 – 5 tetes hingga berwarna biru tua.
7. Titrasi dengan Na2S2O3 0,025 N hingga warna biru tersebut hilang atau jernih.
8. Volume titran yang digunakan untuk titrasi dicatat dan dimasukkan ke dalam rumus
untuk menghitung kadar oksigen terlarut (DO).
9. Lakukan langkah yang sama untuk sampel air yang berbeda.
10. Nilai DO diukur dengan rumus :
ml titran x N titran x 8 x 1000
DO=
ml sampel

E. Hasil Pengamatan

No Lokasi Vol sampel ( ml ) Vol titran DO ( mg/L )


( ml )
1 Sungai Kekalik, 100 7,5 15
Mataram

F. Analisis Data
Diketahui :Vol sampel = 100 ml
Vol Na2S2O3 = 7,5 ml
N Na2S2O3 =0,025N
Ditanya : DO( mg/L ) = ... ?
Jawab :
voltitranxNtitranx 8 x 1000
DO ¿
volsampel
7 ,5 mlx 0,025 Nx 8 x 1000
DO ¿
100 ml
1500
DO ¿
100
DO ¿ 15 ppm
Jadi tingkat pencemaran rendah.

G. Pembahasan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui banyaknya oksigen yang
terlarut dalam suatu perairan.Kandungan oksigen (O2) dalam suatu perairan merupakan
salah satu parameter kimia dalam menentukan kualitas air yang tingkat kebutuhannya dari
tiap-tiap perairan, berbeda antara perairan satu dengan lainnya. Hal ini karena dipengaruhi
oleh faktor suhu dan cuaca serta jenis organisme yang menempati perairan tersebut.
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut
dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting
dalam analisis kualitas air.Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi
ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar
nilai DO pada air ,mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya
jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO
juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan
dan mikroorganisme.Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga
ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Salah satu cara dalam menentukan kadar
oksigen terlarut adalah dengan metode Winkler.
Kelebihan Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO) adalah
dimana dengan cara titrasi berdasarkan metode Winkler lebih analitis, teliti dan
akurat apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan
dalam titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan tiosulfat (
Na2S2O3 ) dan penambahan indikator amilumnya. Dengan mengikuti prosedur yang tepat
dan standarisasi tiosulfat secara analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut
yang lebih akurat. Sedangkan cara DO meter, harus diperhatikan suhu dan salinitas
sampel yang akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital terhadap akurasi
penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter. Disamping itu, sebagaimana lazimnya
alat yang digital, peranan kalibrasi alat sangat menentukan akurasinya hasil penentuan.
Penentuan oksigen terlarut dengan cara titrasi lebih dianjurkan untuk mendapatkan hasil
yang lebih akurat. Alat DO meter masih dianjurkan jika sifat penentuannya hanya bersifat
kisaran.
Sebelum memulai penetapan DO, sampel diaerasi terlebih dahulu. Aerasi dapat
menurunkan kandungan gas-gas terlarut,seperti CO2 atau H2S, bahkan dapat
menghilangkan besi dan mangan. Aerasi juga dapat dilakukan untuk tujuan memperbaiki
rasa dan bau pada proses penyediaan air minum. Aerasi dilakukan ± 4 hari untuk
mendapatkan oksigen jenuh.Oksigen jenuh adalah oksigen sebagai zat terlarut sudah tidak
dapat dilarutkan kembali oleh air sebagai pelarutnya.Kemudian sampel ditambahkan
larutan MnSO4 untuk mengikat oksigen yang terdapat dalam sampel. Lalu kemudian
ditambahkan Alkali Iodida Azida yang berasal dari campuran KI atau NaOH untuk
memberi suasana basa dan mengendapkan oksigen yang terikat oleh MnSO 4 menjadi
Mn(OH)2, KI atau NaI sebagai sumber I 2 dan sumber perubahan redoks, serta NaN 3 untuk
mencegah terbentuknya Nitrit. Setelah penambahan semua zat ini, timbul endapan
berwarna kuning kecoklatan.
Setelah itu, sampel ditambahkan H2SO4 agar pH menjadi asam dan dapat
melarutkan endapan.Sampel dipipet sebanyak 100 mL untuk dititrasi oleh Na 2S2O3
0,025N standar dengan bantuam indikator amilum menjelang titik akhir sampai terjadi
perubahan warna dari biru menjadi biru tepat menghilang.Penambahan indikator
menjelang titik akhir dilakukan agar tidak terbentuk ikatan iod-amilum yang dapat
menyebabkan volume Tiosulfat keluar lebih banyak dari yang seharusnya.Indikator
amilum ini berfungsi sebagai indikator yang mengikat ion-ion yang ada pada larutan
alkali-iodida-azida karena warna biru tua kompleks pati – iod berperan sebagai uji
kepekaan terhadap iod. Kepekaan itu lebih besar dalam larutan sedikit asam dari pada
dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh kadar DO yaitu 15 ppm. Untuk mengetahui
tingkat pencemarannya, kita bisa merujuk pada tabel dibawah ini.

Tingkat Parameter
Pencemaran DO ( ppm ) BOD
Rendah >5 0-10
Sedang 0-5 10-20
Tinggi 0 25
Sehingga sampel air yang kami ambil dari sungai Kekalik Mataram, tingkat
pencemarannya tergolong rendah.

H. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan praktikum, hasil pengamatan, analisis data, dan pembahasan,
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO)merupakan salah satu parameter
penting dalam analisis kualitas air.
2. Pengukuran DO bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota
air seperti ikan dan mikroorganisme.
3. Kelebihan Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO) adalah
dimana dengan cara titrasi berdasarkan metoda WINKLER lebih analitis, teliti dan
akurat apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter.
4. Sebelum memulai penetapan DO sampel diaerasi terlebih dahulu. Aerasi dapat
menurunkan kandungan gas-gas terlarut,seperti CO2 atau H2S, bahkan dapat
menghilangkan besi dan mangan.
5. larutan MnSO4 berfungsi untuk mengikat oksigen yang terdapat dalam sampel.
6. Penambahan H2SO4 agar pH menjadi asam dan dapat melarutkan endapan.
7. Penambahan indikator menjelang titik akhir dilakukan agar tidak terbentuk ikatan iod-
amilum yang dapat menyebabkan volume Tiosulfat keluar lebih banyak dari yang
seharusnya. Indikator amilum ini berfungsi sebagai indikator yang mengikat ion-ion
yang ada pada larutan alkali-iodida-azida karena warna biru tua kompleks pati – iod
berperan sebagai uji kepekaan terhadap iod.
8. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh kadar DO yaitu 15 ppm, sehingga sampel air
yang kami ambil dari sungai Kekalik Mataram, tingkat pencemarannya tergolong
rendah berdasarkan literatur yang ada.
9. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang
bagus.

PERCOBAAN III

PENGUKURAN KADAR KEBUTUHAN OKSIGEN BIOLOGI / BOD ( biochemical


Oxygen Demand ) DALAM PERAIRAN

A. Tujuan
1. Tujuan Praktikum : Untuk menentukan kadar BOD dalam air.
2. Hari, Tanggal Praktikum : Kamis, 8 Juni 2017
3. Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram.
B. Landasan Teori
Tingkat Oksigen terlarut yang Positif harus dipertahankan dalam pabrik
penanganan biologis aerobik untuk memungkinkan biomass mencernakan BOD dan
COD secara optimal. Pada saat aerasi biasa digunakan, oksigen dengan tingkat
kemurnian yang tinggi menawarkan lebih banyak oksigen tingkat tinggi dan penurunan
kadar COD daripada sistem aerasi yang konvensional (Amirullah, 2009).
Oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan.
Organisme tertentu, seperti mikroorganisme, sangat berperan dalam menguraikan
senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lain yang Iebih sederhana dan tidak beracun.
Oleh karena itu, untuk mengetahui kadar oksigen terlarut yang terdapat dalam air perlu
dilakukan pemeriksaan kadar oksigen. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan
air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat
diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat
sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme.
Pemeriksaan kadar oksigen terlarut didalam air untuk mengetahui tingkat
pencemarannya, dapat diketahui melalui pemeriksaan BOD (Biochemical Oxygen
Demand) dan pemeriksaan COD (Chemical Oxygen Demand) (Alimah, 2006).
Ciri-ciri air yang mengalami pencemaran sangat bervariasi tergantung dari jenis
air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan polusi. Sebagai contoh air
minum yang terpcemar mungkin rasanya akan berubah meskipun perubahan baunya
mungkin sukar dideteksi, bau yang menyengat mungkin akan timbul pada pantai laut,
sungai dan danau yang terpolusi, kehidupan hewan air akan berkurang pada air sungai
yang terpolusi berat, atau minyak yang terlihat terapung pada permukaan air laut
menunjukkan adanya polusi. Tanda-tanda polusi air yang berbeda ini disebabkan oleh
sumber dan jenis polutan yang berbeda-beda pula (Syamsidar, 2011).
Satuan DO dinyatakan dalam persentase saturasi.Oksigen terlarut dibutuhkan oleh
semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang
kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu,
oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasibahan ± bahan organik dan anorganik dalam
proses aerobik. Sumber utama oksigen.dalam suatu perairan berasal dari suatu proses
difusi dari udara bebas dan hasilfotosintesis organisme yang hidup dalam perairan
tersebut (Salmin, 2005).
Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung NaCl.Kadar garam NaCl
dalam ait laut 3 %.Dengan keadaan ini, maka air laut tak memenuhi syarat untuk air
minum. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama
pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri
kota dan sebagainya. Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia dan
bacteriologie. Setelah mengalami suatu mengotoran, pada suatu saat air permukaan
tersebut akan mengalami suatu proses pembersihan sendiri yang dapat melalui proses
berikut, udara yang mengadung oksigen atau gas O2 akan membantu mengalami proses
pembusukan yang terjadi pada air permukaan yang telah mengalami pengotoran, karena
selama dalam perjalanan O2 akan meresap ke dalam air permukaan. Panjangnya daerah
perusakan ini tergantung pada sifat dan banyaknya pengotor serta kadar oksigen yang
larut. Air sungai dalam penggunaanya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu
pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai
derajat pengotoran yang tinggi sekali.debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan
akan air minium pada umumnya dapat mencukupi (Achmad, 2004).
C. Alat dan Bahan
3. Alat
i. Botol winkler
j. Buret
k. Statif dan klem
l. Corong kaca
m. Gelas ukur
n. Erlenmeyer
o. Gelas piala
p. Pipet tetes
4. Bahan
i. Larutan MnSO4
j. Larutan NaOH 0,1 N
k. Larutan KI
l. Natrium azida
m. Larutan H2SO4 pekat
n. Larutan Na2S2O3 0,025 N
o. Aquades
p. Tissue
D. Cara Kerja
1. Sampel air diambil dengan botol winkler 250 ml secara penuh kemudian ditutup
(dimungkinkan untuk tidak ada gelembung udara di dalam botol).
2. Tambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml KOH-KI dengan pipet seukuran, kemudian botol
ditutup kembali (dimungkinkan untuk tidak ada gelembung udara di dalam botol).
3. Botol dikocok secara perlahan sampai larutan MnSO 4 dan KOH-KI homogen dengan
air, kemudian didiamkan ± 2 menit atau sampai timbul endapan berwarna coklat atau
setidaknya sampai cairan supernatan berwarna jernih.
4. Tambahkan H2SO4 pekat sebanyak 1 ml dengan pipet seukuran dan botol ditutup
kembali. Botol dikocok perlahan atau dibolak – balik hingga semua endapan menjadi
larut dan berwarna coklat kekuningan.
5. Ambil 100 ml dengan menggunakan gelas ukur dan tuang ke dalam Erlenmeyer.
6. Tambahkan indikator amilum 3 – 5 tetes hingga berwarna biru tua.
7. Titrasi dengan Na2S2O3 0,025 N hingga warna biru tersebut hilang atau jernih.
8. Volume titran yang digunakan untuk titrasi dicatat dan dimasukkan ke dalam rumus
untuk menghitung kadar oksigen terlarut (DO).
9. Lakukan langkah yang sama untuk sampel air yang berbeda.
10. Nilai DO diukur dengan rumus :
mltitranxNtitranx 8 x 1000
11. DO=
mlsampel
12. Ukur DO pada hari pertama dan diinkubasi selama 5 hari. Setelah 5 hari ukur DO ke
5. Nilai BOD didapatkan dari selisih DO ke 5 dengan DO ke 0.
E. Hasil Pengamatan

Hari ke Lokasi Vol Vol titran DO


sampel ( ml ) ( mg/L )
( ml )
1 Sungai 100 7,5 15
Kekalik
Mataram
5 Sungai 100 6 12
Kekalik
Mataram

F. Analisis Data
Diketahui : Vol sampel = 100 ml
Vol Na2S2O3 = 7,5 ml
N Na2S2O3 =0,025N
Ditanya : DO( mg/L ) = ... ?
Jawab :
voltitranxNtitranx 8 x 1000
 DO ¿
volsampel
6 mlx 0,025 Nx 8 x 1000
DO ¿
100 ml
1500
DO ¿
100
DO ¿ 12 ppm
hari ke-0 adalah 12 ppm.
voltitranxNtitranx 8 x 1000
 DO ¿
volsampel
7 ,5 mlx 0,025 Nx 8 x 1000
DO ¿
100 ml
1500
DO ¿
100
DO ¿ 15 ppm
Jadi DO pada hari ke-0 adalah 15 ppm.
 BOD = DO ke 5 – DO ke 0
= 15 ppm -12 ppm
= 3 ppm
Jadi kadar BOD pada sampel air adalah 3 ppm.

G. Pembahasan
Biological Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB)
adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses
mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air.Sedangkan angka BOD adalah
jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan)
hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi
dalam air. Melalui kedua cara tersebut dapat ditentukan tingkat pencemaran air
lingkungan. Kehidupan mikroorganisme, seperti ikan dan hewan air lainnya, tidak
terlepas dari kandungan oksigen yang terlarut di dalam air, tidak berbeda dengan manusia
dan mahluk hidup lainnya yang ada di darat yang juga memerlukan oksigen dari udara
agar tetap dapat bertahan hidup, karena air yang tidak mengandung oksigen tidak dapat
memberikan kehidupan bagi mikroorganisme, ikan dan hewan air lainnya. Memenuhi
kehidupannya, manusia tidak hanya tergantung pada makanan yang berasal dari daratan
saja (beras, gandum, sayuran, buah dan daging), akan tetapi juga tergantung pada
makanan yang berasal dari air (ikan, kerang, cumi-cumi dan rumput laut). Tanaman yang
ada di dalam air, dengan bantuan sinar matahari melakukan fotosintesis yang
menghasilkan oksigen dimana oksigen yang dihasilkan dari akan larut di dalam air.
Selain itu, oksigen yang ada di udara dapat masuk pula ke dalam air melalui proses difusi
yang secara lambat menembus permukaan air. Konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam
air tergantung pada tingkat kejenuhan air itu sendiri, kejenuhan air dapat disebabkan oleh
koloidal yang melayang di dalam air oleh jumlah larutan limbah yang terlarut di dalam
air, selain itu suhu air dan tekanan udara juga dapat mempengaruhi konsentrasi oksigen
yang terlarut di dalam air dikarenakan tekanan udara mempengaruhi kecepatan difusi
oksigen dari udara ke dalam air.
Kemajuan industri dan teknologi seringkali berdampak pula terhadap keadaan air
lingkungan, baik air sungai, air laut, air danau maupun air tanah. Dampak ini disebabkan
oleh adanya pencemaran air yang disebabkan oleh berbagai faktor.Pada umumnya air
lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat rendah, hal dikarenakan
oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk memecah atau
mendegradasi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan yang mudah menguap
(yang ditandai dengan bau busuk).Umumnya air lingkungan yang telah tercemar
kandungan oksigennya sangat rendah.Hal itu karena oksigen yang terlarut di dalam air
diserap oleh mikroorganisme untuk memecah atau mendegradasi bahan buangan organik
sehingga menjadi bahan yang mudah menguap (yang ditandai dengan bau busuk).Selain
dari itu, bahan buangan organik juga dapat bereaksi dengan oksigen yang terlarut di
dalam air organik yang ada di dalam air, makin sedikit sisa kandungan oksigen yang
terlarut di dalamnya. Bahan buangan organik biasanya berasal dari industri kertas,
industri penyamakan kulit, industri pengolahan bahan makanan (seperti industri
pemotongan daging, industri pengalengan ikan, industri pembekuan udang, industri roti,
industri susu, industri keju dan mentega), bahan buangan limbah rumah tangga, bahan
buangan limbah pertanian, kotoran hewan dan kotoran manusia dan lain sebagainya.
Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari
fotosintesa dan absorbsi atmosfer atau udara. Oksigen terlarut di suatu perairan sangat
berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Oksigen
terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan
oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis
kualitas air.Dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air dapat
ditentukan seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan telah terjadi.
BOD singkatan dari Biochemical Oxygen Demand, atau kebutuhan oksigen biologi untuk
memecah (mendegradasi) bahan buangan didalam air limbah oleh mikroorganisme.
Dalam hal ini bungan organik akan dioksidasi oleh mikroorganisme didalam air limbah,
proses ini adalah alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung
oksigen yang cukup.
Berdasarkan hasil praktikum, pengukuran DO pada hari ke-0 adalah 12 ppm,
sedangkan pengukuran DO pada hari ke-5 adalah 15 ppm. Data ini menunjukkan bahwa
terjadi kenaikan nilai DO. Semestinya nilai DO pada hari ke-5 harus lebih kecil dari pada
DO ke-0. Hal ini mungkin disebabkan karena praktikan tidak menutup botol secara kuat
sehingga oksigen dapat masuk kedalam botol dan kadar oksigen pada air dalam botol
juga bertambah. Jadi didapatkan kadar BOD yaitu 3 ppm. Hasil ini didapatkan dari selisih
pengukuran DO ke-5 dengan pengukuran DO ke-0.
Untuk mengetahui tingkat pencemarannya, kita bisa merujuk pada tabel dibawah
ini.

Tingkat Parameter
Pencemaran DO BOD
( ppm )
Rendah >5 0-10
Sedang 0-5 10-20
Tinggi 0 25
Sehingga sampel air yang kami ambil dari sungai Kekalik Mataram, tingkat
pencemarannya tergolong rendah.
H. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan praktikum, hasil pengamatan, analisis data, dan pembahasan,
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) merupakan salah satu parameter
penting dalam analisis kualitas air.
2. BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan
(mengoksidasikan) hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat
organik yang tersuspensi dalam air.
3. Oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk memecah atau
mendegradasi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan yang mudah menguap
(yang ditandai dengan bau busuk).
4. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh kadar OD yaitu 3 ppm, sehingga sampel air
yang kami ambil dari sungai Kekalik Mataram, tingkat pencemarannya tergolong
rendah berdasarkan literatur yang ada.
5. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki
kualitas yang bagus.
6. Semakin besar nilai BOD pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki
kualitas yang tidak bagus atau tingkat pencemarannya tinggi.
PERCOBAAN IV
PENGUKURAN KADAR CO2 DALAM PERAIRAN

A. Pelaksanaan Praktikum
1. Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui tingkat pencemaran air di
daerah kekalik gerisak dengan cara
menentukan kadar co2 dalam air.
2. Hari, Tanggal Praktikum : Jumat, 8 Juni 2017
3. Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram.
B. Dasar Teori
1. Sumber Karbondioksida
Karbondioksida merupakan unsur utama dalam proses fotosintesis yang
dibutuhkan oleh fitoplankton dantumbuhan air. Keberadaan karbondioksida diperairan
sangat dibutukan oleh tumbuhan baik yang besar maupun yang kecil untuk proses
fotosintesis (Kordi, 2004).
CO2 juga terbentuk dalam air karena proses dekomposisi (oksidasi) zat
organik oleh mikroorganisme.Umumnya juga terdapat dalam air yang telah
tercemar.Karbondioksida pula diperairan berasal dari difusi atmosfer, air hujan, air
yang melewati tanah organik, dan respirasi tumbuhan dan hewan, serta bakteri aerob
dan anaerob (Efendi, 2003).
2. Peranan Karbondioksida Dalam Perairan
Karbondioksida (CO2) mempunyai peranan yang sangat besar bagi
kehidupan organisme air.Senyawa tersebut dapat membantu dalam proses
dekomposisi atau perombakan bahan organik oleh bakteri. Namun jika dalam
keadaan yang berlebihan dapat mengganggu bahkan menjadi racun bagi beberapa
jenis ikan (Barus, 2002).
Kandungan CO2 diperairan digunakan untuk melarutkan kapur, yaitu untuk
mengubah senyawa menjadikalsium bikarbonat Ca(HCO3-). Agar supaya bikarbonat
menjadi mantap sejumlah karbondioksida (CO 2) tertentu harus tetap berada dalam
larutan Yang dapat memperbaiki dan mempertahankan kalsium (Hendra, 1988).
3. Kadar Karbondioksida
Kadar karbondioksida (CO2) yang baik bagi organisme peraiaran
yaitu kurang lebih 15 ppm.Jika lebih dari itu sangat membahayakan
karenamenghambat pengikatanoksigen (O2). Lebih lanjut dikatakan kadar
karbondioksida yang berlebih dapat diatasi dengan melakukan penggantian air secara
rutin, mengurangi pertumbuhan ganggang yang terlalu lebat dan peningkatan peranan
kincir air (Mujiman, 1989).
Karbondioksida dari udara selalu bertukar dengankarbondioksida yang ada
di air.Pada air yang tenang pertukaran ini sedikit, proses yang terjadi adalah
difusi. Sehingga kadar yang di perlukan pertukarannya berubah lebih cepat dan air
dipermukaan berpusar menuju kebagian dasar perairan (Sastrawijaya, 2000).
4. Hubungan Karbondioksida Dengan Parameter Lain
Tinggi dan rendahnya suatu karbondioksida dalam perairan tidak lepas dari
pengaruh parameter lain sepertioksigen, alkalinitas, kesadahan, suhu, cahaya dan
sebagainya.Di mana semakin tinggi karbondioksida, makaoksigen yang di perlukan
bertambah. Konsentrasikarbondioksida sangat erat hubungannya dengan
konsentrasioksigen terlarut dalam perairan, karena kandungan
karbondioksida mempunyai konsentrasi yanghampir sama dengan konsentrasi oksigen
terlarut (Soeyasa, 2001).
Nilai alkalinitas akan menurun jika ketersediaan CO2 yang dibutuhkan
untuk fotosintesis tidak memadai.Hal ini karena adanya proses difusi
CO2 diudara kedalam air. Diperairan yang sadah, kandungan karbondioksida tidak
terdapat dalam bentuk gas.Hal ini terjadi adanya pembentukan kalsium dan
magnesium karbonat yang memiliki sifat kelarutan rendah sehingga mengalami
presipitasi.
5. Dampak Karbondioksida
Kelarutan karbondioksida (CO2) menurun diperairan, seiring dengan
menurunnya proses respirasi yang dilakukan oleh organisme yang ada dalam
perairan.Pada siang hari proses respirasi menurun disuatu perairan karena yang
melakukan proses respirasi hanya organisme berupa ikan sedangkan fitoplankton tidak
melakukan respirasi melainkan hanya melakukan fotosintesis(Zonnoveld, 1991).
Kurangnya karbondioksida (CO2) terlarut dalam perairan utamanya pada
siang hari dapat mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis yang dilakukan oleh
organisme akuatik dan memperlambat pertumbuhan organisme tersebut dalam
perairan.
6. Penanggulangan Karbondioksida
Salah satu masalah dalam perairan adalah apabila terjadi peningkatan
kadar karbondioksida terlarut. Hal ini sangat mempengaruhi aktivitas organisme yang
ada di dalam utamanya persaingan dalam proses respirasi. Solusi yang dapat dilakukan
apabila hal tersebut terjadi yaitu dengan cara pengaturan sirkulasi air dengan teratur
dan dapat pula digunakan aerator apabila kondisi perairan kecil (Barus, 2002).
Dikatakan Hendra (1988), penanggulanganya dapat dilakukan dengan menaikkan pH
serta dengan menambahkan senyawa kimia yang bersifat basa, pada umumnya
digunakan kapur.

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Gelas kimia
b. Erlenmeyer
c. Gelas ukur
d. Corong
e. Buret
f. Statif dan klem
g. Pipet tetes
2. Bahan
a. Sampel air sungai
b. Larutan H2SO4
c. Indicator metyl orange
d. Aquades
e. Tissue
f. Kertas label

D. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Masukkan larutan H2SO4 0,5 M ke dalam Buret dengan menghitung jumlah (ml) yang
dimasukkan untuk persiapan melakukan titrasi.
3. Berikan label pada masing-masing Erlenmeyer (1,2,3,4,5), dan aquades sebagai
larutan standar.
4. Masukan masing-masing sebanyak 10 ml sampel dan akuades ke dalam masing-
masing erlenmeyer yang telah disediakan.
5. Masukkan dua tetes indikator metil orange ke dalam sampel 1 kemudian dikocok
6. Lakukan titrasi pada sampai 1 menggunakan larutan H 2SO4 0,5 M pada
Buretkemudian dititrasi sampai terjadi perubahan warna.
7. Catat jumlah larutan H2SO4 0,5 M yang digunakan saat mencapai titik ekuivalen yang
ditandai dengan perubahan larutan menjadi warna pink.
8. Lakukan langkah 4-7 pada sampel berikutnya dan aquades sebagai larutan standar
9. Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan untuk digunakan dalam menyusun
analisis data

E. Hasil Pengamatan

No Larutan Perubahan Warna V H2SO4 0,5 M

1 H2SO4 0,5 M (1N) standar Ada 0,15 M

2 H2SO4 (1N) sampel ada 0,25 M

F. Analisis Data
Diketahui : V titran H2SO4 0,5 M (1N) standar = 0,15 M
V titran H2SO4 0,5 M (1N) sampel = 0,25 M
V Sampel (air sungai) = 10 ml
V Standar (Aquades) = 10 ml

Ditanya : Karbondioksida (CO2)Terlarut Dalam Air ………..?

Penyelesaian :

Rumus menghitung kadar CO2 terlarut dalam air

mg 1000
co 2= x p x 0 ,5
l v
Dimana : 1000 = ml per liter air

0,5 = jumlah mg/l CaCO3 setara 0,02 N H2SO4

V = volume air sampel yang dititrasi

p = volume titran (H2SO4) yang digunakan

 Standar
mg 1000
co 2 standar= x p x0,5
l v
1000
¿ x 0 ,15 x 0 ,5
10
¿ 100 x 0 , 15 x 0 , 5
mg
¿7,5
l
¿ 7 , 5 ppm
 Sampel

mg 1000
co 2 sampel= x p x 0 ,5
l v

1000
¿ x 0 ,25 x 0 ,5
10

¿ 100 x 0 , 25 x 0 ,5

mg
¿ 12 ,5
l

¿ 12 ,5 ppm

jadi , kadar karbindioksida yang terikat dalam sampel air sungai iala h
mg
sebesar 12 ,5
l

G. Pembahasan
Praktikum yang kami lakukan tentang karbondioksida tujuannya ialah Untuk
mengetahui tingkat pencemaran air di daerah kekalik gerisak dengan cara menentukan
kadar CO2 dalam air. Sumber CO2 di perairan dapat melalui proses pembakaran bahan-
bahan organik dalam proses pernapasan organisme-organisme disuatu perairan. Karbon
ini akan di ubah menjadi karbon organik melalui proses fotosintesis. Meskipun peranan
CO2 sangat besar bagi kehidupan organisme air, namun kandungan CO2bebas yang
berlebihan sangat mengganggu, bahkan merupakan racun langsung bagi ikan. Daya
toleransi ikan terhadap kandungan CO2 bebas dalam air bermacam-macam tergantung
jenisnya, tetapi pada umumnya bila lebih dari 15 ppm dapat memberikan pengaruh yang
merugikan bagi ikan.
Akibat dari ksentrasi CO2 yang tinggi akan menghalangi laju karbondioksida di
suatu perairan. Oleh karena itu, gas ini akan terakumulasi dalam darah dan menekan pH
darah pada suatu organisme sehingga menyebabkan efek yang merugikan. Kosentrasi
karbondioksida yang tinggi menekan pengangkutan hemoglobin darah terhadap oksigen.
Konsentrasi karbondioksida yang menginterferensi pengangkutan hemoglobin darah
terhadap oksigen. Hal ini mengakibatkan meningkatnya konsentrasi oksigen yang
minimum yang dapat di toleransi oleh ikan. Namun, saat konsentrasi oksigen dalam
perairan (kolam) rendah,maka konsentrasi karbondioksida akan tinggi. Dimana,
Karbondioksida yang ada dalam air dan menghasilkan proses pernapasan organisme dan
penguraian bahan organik dalam perairan. Perairan yang baik bagi budidaya perikanan
mengandung CO2 bebas kurang dari 5 mg/l. Air yang di gunakan untuk budidaya ikan
intensif, CO2 bebas biasanya berfluktuasi dari 0 mg/l di sore hari sampai 5 atau 5 mg/l
pada pagi hari tanpa menampakan efek sakit pada ikan.
Tingginya karbondioksida dalam perairan akan menyebabkan oksigen terlarut
dalam perairan menjadi menurun sehingga akan menyebabkan kematian pada ikan,dan pH
yang baik untuk peraiaran adalah standard pada kisaran nilai pH 7-8, kesalahan dari
ketidakaturan pengukuran pH akan meningkat dengan meningkatnya nilai alkalinitas total.
Perubahan warna pada sampel dan standar sama, karena kedua larutan tersebut sama-sama
mengandung karbondioksida terlarut walaupun larutan standar tidak terdapat organisme
dan larutan sampel terdapat organisme.
Penanggulanganan karbondioksida berlebihan dalam budidaya yaitu dengan
cara melakukan sirkulasi air yang lebih. Karena dapat membantu meningkatkan O 2 dan
mengurangi CO2, sedangkan untuk perairan yang kekurangan CO2 dilakukan
pemupukan.Dari hasil percobaan diperoleh kadar CO2 terlarutnya sebesar 7,5 mg/l (7,5
ppm) untuk larutan standar dan untuk larutan sampel air sungai di peroleh sebesar 12,5
mg/l (12,5 ppm) sehingga dapat di katakan bahwa sampel air sungai kekalik gerisak masih
dapat dingunakan untuk tempat hidupnya hewan-hewan air seperti ikan, karena kadar CO2
standarnya tidak boleh lebih dari 15 ppm katena akan memberikan dampak yang
merugikan bagi ikan. Selain itu, air sungai kekalik gerisak tidak dapat digunakan sebagai
tempat untuk membudidayakan ikan karena syarat CO2 terlarutnya sebesar 0 ppm-5 ppm.
H. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
a. Sumber CO2 di perairan dapat melalui proses pembakaran bahan-bahan organik
dalam proses pernapasan organisme-organisme disuatu perairan.
b. pada umumnya bila lebih dari 15 ppm dapat memberikan pengaruh yang
merugikan bagi ikan.
c. ksentrasi CO2 yang tinggi akan menghalangi laju karbondioksida di suatu perairan.
d. Tingginya karbondioksida dalam perairan akan menyebabkan oksigen terlarut
dalam perairan menjadi menurun sehingga akan menyebabkan kematian pada ikan.
e. Perubahan warna pada sampel dan standar sama, karena kedua larutan tersebut
sama-sama mengandung karbondioksida terlarut walaupun larutan standar tidak
terdapat organisme dan larutan sampel terdapat organisme.
f. Penanggulanganan karbondioksida berlebihan dalam budidaya yaitu dengan cara
melakukan sirkulasi air yang lebih.
g. kadar CO2 terlarutnya sebesar 7,5 mg/l (7,5 ppm) untuk larutan standar dan larutan
sampel air sungai di peroleh sebesar 12,5 mg/l (12,5 ppm)sehingga dapat di
katakan bahwa sampel air sungai kekalik gerisak masih dapat dingunakan untuk
tempat hidupnya hewan-hewan air seperti ikan,

2. saran
-
PERCOBAAN V

PENGUKURAN DAYA MENGGABUNG ASAM (DMA) PADA PERAIRAN

A. Tujuan
1. Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui daya menggabung
asam
suatu suber air (air sungai)
2. Hari, Tanggal Praktikum : Jumat, 8 Juni 2017
3. Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram.

B. Landasan Teori
Daya Menggabung Asam (DMA) adalah suatu cara menyatakan alkalinitas suatu
perairan. Jika DMA rendah, perairan itu kurang baik daya penyangganya, sebaliknya jika
DMA tinggi, maka perairan tersebut daya produksinya secara hayati bisa menjadi lebih
besar dalam batas tertentu (Soeseno, 1970). Menurut Wardoyo (1981), alkalinitas atau
DMA suatu perairan dapat digunakan sebagai indikator subur atau tidaknya suatu
perairan. Alkalinitas juga menggambarkan kandungan basa dalam kation NH 4, Ca, Mg,
K, Na, dan Fe yang pada umumnya bersenyawa dengan anion karbonat dan bikarbonat,
asam lemah dan hidroksida. Soeseno (1974) menyatakan apabila DMA suatu perairan
tinggi maka daya produksinya secara hayati bisa besar, dan apabila DMA perairan rendah
maka perairan itu kurang baik daya penyangganya (softwater).
Nilai pH merupakan salah satu parameter yang praktis bagi pengukuran kesuburan
suatu perairan. Banyak reaksi kimia penting yang terjadi pada tingkatan pH yang sulit.
Menurut jenis dan aktivitas biologinya suatu perairan dapat mengubah pH dari unit
penanganan limbahnya (Mahida, 1984), tetapi pada umumnya batas toleransi ikan adalah
berkisar pada pH 4 “Aerd penth point” sampai pH 2 “Basie death point”. Perairan yang
memiliki kadar pH 6,5 – 8,5 merupakan perairan yang sangat ideal untuk tempat hidup
dan produktifitas organisme air. Derajat keasaman sering juga digunakan untuk
memperoleh gambaran tentang kemampuan atau perairan dalam memproduksi garam
mineral. Garam mineral merupakan faktor penentu bagi semua proses produksi di suatu
perairan.
Derajat keasaman perairan merupakan suatu parameter penting dalam pemantauan
kualitas air, dengan mengetahui jumlah kadar pH suatu perairan kita dapat mengetahui
tingkat produktifitas perairan tersebut. Kandungan pH dalam suatu perairan dapat
berubah-ubah sepanjang hari akibat dari proses fotosintesis tumbuhan air. Derajat
keasaman suatu perairan juga sangat menentukan kelangsungan hidup organisme dan
merupakan resultan sifat kimia, fisika perairan (Swingle, 1968). Jumlah ion hidrogen
dalam suatu larutan merupakan suatu tolak ukur keasaman. Lebih banyak ion H+ berarti
lebih asam suatu larutan dan lebih sedikit ion H+ berarti lebih basa larutan tersebut.
Larutan yang bersifat basa banyak mengandung OH- dan sedikit ion H+. Keasaman dan
kebasaan diukur dengan skala logaritma antara 1 sampai 14 satuan. Satuan ini disebut pH
dan skalanya skala pH. Oleh karena itu, nilai pH rendah menunjukan kondisi asam, dan
nilai pH yang tinggi menunjukan konsentrasi H+ rendah atau konsentrasi OH- tingg
Berdasarkan penentuan DMA menurut (Asmawi, 1983) perairan dibagi menjadi 4
golongan yaitu: Perairan dengan DMA 0 sampai 0,5. Perairan golongan ini terlalu asam
dan tidak produktif sehingga tidak baik untuk memelihara ikan. Perairan dengan DMA
0,5 sampai 2,0. Perairan ini pH-nya masih belum mantap tetapi sudah dapat di pakai
untuk memelihara ikan, dan produktifitas kandungan bahan organik sudah tergolong
tinggi. Perairan dengan DMA 2,0 sampai 5,0 . Perairan golongan ini pH-nya sudah agak
basa, sangat produktif dan sangat baik untuk kehidupan ikan. Perairan dengan DMA lebih
besar dari5,0. Perairan yang ini tarmasuk golongan perairan yang terlalu basa, dengan
demikian berart kurang baik untuk memelihara ikan.

C. Alat dan Bahan


1. Alat
q. Botol
r. Buret
s. Statif
t. Klem
u. Corong kaca
v. Gelas ukur
w. Erlenmeyer
x. Gelas piala
y. Pipet tetes
z. Pipet volum

2. Bahan
q. Larutan HCl 0,1 N
r. Indikator metil orange (MO)
s. Aquades
t. Kertas label
u. Plastik bening
v. Tissue

D. Cara Kerja
1. Sampel air diambil dengan botol winkler 250 ml secara penuh kemudian ditutup
(dimungkinkan untuk tidak ada gelembung udara di dalam botol).
2. Ambil 100 ml sampel air tersebut dengan gelas ukur dan pindahkan ke dalam
erlenmeyer.
3. Tambahkan 3-5 tetes indikator metil orange (MO) sehingga berwarna kuning.
4. Titrasi dengan larutan HL 0,1 N sampai larutan berubah warna
5. Catat jumlah volume titran yang digunakan sampai terjadiperubahan warna.
6. Hitung nilai DMA dengan rumus :
1000
DMA= x pxq
100

Keterangan :

p = Jumlah ml larutan HCl yang terpakai

q = Normalitas larutan HCl

E. Hasil Pengamatan

N
Lokasi Volume HCl 0,1 N
O
1 Sungai Kekalik 4 ml
F. Analisis Data
Diketahui : Vol sampel = 100 ml
Vol HCl = 7,5 ml
N HCl = 0,1 N

Ditanya : DMA (mg/L) = ................. ?


Jawab :
1000
 DMA= xPxq
100
1000
x 4 x 0 ,1 = 4 mg/L
100
Jadi kadar DMA pada sampel air sungai kekalik adalah 4 mg/L.
G. Pembahasan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui daya menggabung asam suatu
sumber air (air sungai). Sampel air sungai yang akan di analisis bersumber dari bantaran
sungai kekalik. Sungai kekalik merupakan salah satu sungai yang berada tempat di
jantung Kota Mataram. Sungai ini sering dipergunakan oleh warga untuk kebutuhan
sehari-hari seperti mandi, mencuci, dan menanam tanaman air seperti kangkung dan lain-
lain. Air sungai kekalik akan dilakukan analisis daya menggabung asam (DMA). Daya
Menggabung Asam (DMA) adalah suatu cara menyatakan alkalinitas suatu perairan. Jika
DMA rendah, perairan itu kurang baik daya penyangganya, sebaliknya jika DMA tinggi,
maka perairan tersebut daya produksinya secara hayati bisa menjadi lebih besar dalam
batas tertentu.
Penentuan nilai DMA dilakukan dengan analisis titrasi asam basa. Titrasi merpakan
suatu metode penentuan konsentrasi suatu larutan dengan menggunakan larutan lain yang
telah dietahu konsentrasinya secara pasti. Dalam titrasi ini digunakan indikator metil
orange bertujua untuk melihat titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna
larutan.
Bedasarkan percobaan diperoleh harga DMA dari sampel sungai kekalik adalah 4
mg/L. Nilai ini menunjukan bahwa air sungai kekalik bersifat agak basa. Karena masuk
kedalam kriteria perairan dengan DMA 2,0 sampai 5,0 sehingga perairan golongan ini
pH-nya sudah agak basa, sangat produktif dan sangat baik untuk kehidupan ikan. Nilai
pH merupakan salah satu parameter yang praktis bagi pengukuran kesuburan suatu
perairan. Banyak reaksi kimia penting yang terjadi pada tingkatan pH yang sulit. Menurut
jenis dan aktivitas biologinya suatu perairan dapat mengubah pH dari unit penanganan
limbahnya, tetapi pada umumnya batas toleransi ikan adalah berkisar pada pH 4 “Aerd
penth point” sampai pH 2 “Basie death point”. Perairan yang memiliki kadar pH 6,5 – 8,5
merupakan perairan yang sangat ideal untuk tempat hidup dan produktifitas organisme
air. Derajat keasaman sering juga digunakan untuk memperoleh gambaran tentang
kemampuan atau perairan dalam memproduksi garam mineral. Garam mineral
merupakan faktor penentu bagi semua proses produksi di suatu perairan. Oleh karena itu
air sungai kekalik memiliki nilai DMA yang cukup tinggi dan bersiat agak basa (Tidak
terlalu asam dan tidak terlalu basa) sehingga perairan ini sangat cocok untuk kehidupan
ikan.
Daya Menggabung Asam (DMA) menyatakan alkalinitas suatu perairan. Jika DMA
rendah, perairan itu kurang baik daya penyangganya, sebaliknya jika DMA tinggi, maka
perairan tersebut daya produksinya secara hayati bisa menjadi lebih besar dalam batas
tertentu. Nilai DMA sungai kekalik dapat dikategorikan kedalam DMA yang tinggi
seingga perairan sungai kekalik bersifat baik penyangganya dan lebih besar daya produsi
secara hayati. DMA atau alkalinitas suatu perairan dapat digunakan sebagai indikator
subur atau tidaknya suatu perairan. Alkalinitas juga menggambarkan kandungan basa
dalam kation NH4, Ca, Mg, K, Na, dan Fe yang pada umumnya bersenyawa dengan anion
karbonat dan bikarbonat, asam lemah dan hidroksida. Apabila DMA suatu perairan tinggi
maka daya produksinya secara hayati bisa besar, dan apabila DMA perairan rendah maka
perairan itu kurang baik daya penyangganya (softwater). Oleh karena itu sungai kekalik
memiliki DMA yang cukup besar sehingga dapat miningkatkan kesuburan dan
memperbesar produksi secara hayati.

H. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan praktikum, hasil pengamatan, analisis data, dan pembahasan,
maka dapat disimpulkan bahwa :
a. DMA (daya menggabung asam) merupakan salah satu parameter penting dalam
analisis kualitas air yang menyatakan alkalinitas suatu perairan.
b. Nilai pH merupakan salah satu parameter yang praktis bagi pengukuran kesuburan
suatu perairan
c. Berdasarkan percobaan diperoleh harga DMA sebesar 4 mg/L.
d. Nilai DMA sungai kekalik yaitu 4 mg/L termasuk kedalam kriteria perairan
dengan DMA 2,0 sampai 5,0 sehingga perairan golongan ini pH-nya sudah agak
basa, sangat produktif dan sangat baik untuk kehidupan ikan.
e. sungai kekalik memiliki DMA yang cukup besar sehingga dapat miningkatkan
kesuburan dan memperbesar produksi secara hayati.
2. Saran
Laporan ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu penulis memohon kritikan
yang bersifat membangun guna menyempurnakan laporan ini

PERCOBAAN VI

ANALISIS PARAMETER KUALITAS TANAH

A. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Praktikum : Mengetahui beberapa parameter pencemaran tanah dan
membandingkan parameter pencemaran tanah pada
lokasi yang berbeda.
2. Hari, tanggal praktikum : 19 Juni 2017
3. Tempat Praktikum : LaboratoriumKimia, FKIP,Uiversitas Mataram.

B. Landasan Teori
Tanah – tanah yang sehat atau berkualitas akan menunjukkan rendahnya atau
bahkan tidak adanya polusi tanah, tidak mengalami degradasi, tanaman tumbuh subur dan
sehat serta menghasilkan produk yang aman dikonsumsi baik oleh manusia maupun
hewan, dan akan memberikan keuntungan pada petani secara berkelanjutan. Kualitas
tanah dapat dipandang dengan dua cara yang berbeda, yaitu sebagai sifat atau atribut
inherent tanah yang dapat digambarkan dari sifat – sifat tanah atau hasil observasi tidak
langsung (seperti kepekaan terhadap erosi atau pemadatan) dan sebagai kemampuan tanah
untuk menampakkan fungsi – fungsi produktivitas, lingkungan dan kesehatan
(Rosmarkam dan Nasih, 2002).
Parameter kesuburan tanah standar (pH tanah, kadar bahan organik, N, P, dan K
tersedia) merupakan factor yang sangat penting dalam hubungannya dengan pertumbuhan
tanaman, produksi tanaman serta fungsi dan keragaman mikroorganisme tanah.
Parameter-parameter tanah tersebut umumnya sangat sensitive terhadap pengelolaan
tanah. Untuk tanah-tanah terpolusi dan terdegradasi, indicator – indicator tersebut
merupakan bagian dari set data minimum dan indicator kimia tanah (Winarso, 2005).
Kualitas tanah diukur berdasarkan pengamatan kondisi dinamis indikator-indikator
kualitas tanah. Pengukuran indikator kualitas tanah menghasilkan indeks kualitas tanah.
Indeks kualitas tanah merupakan indeks yang dihitung berdasarkan nilai dan bobot tiap
indikator kualitas tanah. Indikator – indicator kualitas tanah dipilih dari sifat – sifat yang
menunjukkan kapasitas fungsi tanah (Barus, 2011).
Tanah inceptisol mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat – sifat tersedianya
air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut – turut dalam
musim – musim kemarau, satu atau lebih horison pedogenik dengan sedikit akumulasi
bahan selain karbonat atau silikat amorf, tekstur lebih halus dari pasir geluhan dengan
beberapa mineral lapuk dan kemampuan manahan kation fraksi lempung ke dalam tanah
tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C organik dan Kpk dalam tanah inceptisol sangat lebar
dan demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol dapat terbentuk hampir di semua tempat
kecuali daerah kering mulai dari kutup sampai tropika (Anonim, 2011).

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Sendok
b. Pisau
c. Lumpang dan alu
d. Gelas kimia
e. Corong
f. Kaca arloji
g. Gelas air minum bekas
h. Pipe tetes
i. Pengaduk
j. Erlenmeyer
2. Bahan
a. Sampel tanah
b. Bunga kembang sepatu
c. Kertas lakmus
d. Kertas saring
e. Indicator universal
f. Air
D. Cara Kerja
Tentukan dua lokasi pengambilan sampel tanah (satu lokasi yang ditentukan
diperkirakan mengalami pencemaran contoh lokasi sekitar TPA, daerah pertanian dll. Dan
satu lokasi lagi diperkirakan tidak mengalami pencemaran). Setiap lokasi juga disertai
dengan data kondisi udara yang diperoleh secara akurat dari data yang tersedia di daerah
setempat atau dengan wawancara masyarakat sekitar.
1. Analisis fisik (pengamatan langsung di lapangan)
a. Siapkan alat dan bahan
b. Ambil sampel tanah dari setiap lokasi
c. Amati dan catat sifat fisik seperti aroma tanah, warna tanah, tekstur tanah.
Lakukan untuk semua lokasi.

2. Analisis kimia (pengamatan bias langsung di lapangan atau di lab)


a. Indikator alami (bunga kembang sepatu)
 Siapkan alat dan bahan
 Buat ekstrak bunga kembang sepatu dengan cara menggerus bunga kembang
sepatu menggunakan lumping dan alu.
 Saring hasil gerusan bunga kembang sepatu menggunakan kertas saring ke
dalam wadah erlenmeyer.
 Diambil sampel tanah dari lokasi I
 Dilarutkan sampel tersebut menggunakan sedikit air, kemudian diaduk.
 Diambil beberapa tetes larutan sampel dan diteteskan pada kaca arloji.
 Diteteskan satu tetes indicator alami bunga kembang sepatu yang telah dibuat.
 Diamati dan dicatat kadar keasaman.
 Lakukan langkah yang sama untuk lokasi yang berbeda (lokasi II)
b. Kertas lakmus
 Siapkan alat dan bahan
 Ambil sampel tanah dari semua lokasi
 Larutkan sampel tersebut menggunakan sedikit air, kemudian diaduk.
 Ambil beberapa tetes larutan sampel dan diteteskan pada kaca arloji
 Celupkan kertas lakmus merah dan biru ke dalam sampel
 Amati dan dicatat kadar keasaman
 Lakukan langkah yang sama untuk semua sampel
c. Indikator universal
 Siapkan alat dan bahan
 Ambil sampel tanah dari semua lokasi
 Larutkan sampel tersebut menggunakan sedikit air, kemudian diaduk.
 Ambil beberapa tetes larutan sampel dan diteteskan pada kaca arloji
 Celupkan indicator universal ke dalam sampel
 Amati dan catat pH yang diperoleh
 Lakukan langkah yang sama untuk lokasi yang berbeda
d. Uji bahan organik
Pada uji ini, digunakan secara sederhana dengan menggunakan metode
plastic pengukur bahan organic dengan cara
 Siapkan plastic panjang 1 meter
 Ambil sampel tanah di beberapa titik lokasi dalam lahan
 Kemudian campur tanah hingga merata
 Ikat salah satu ujung plastic dan masukkan tanah hingga setengah panjang
plastic
 Masukkan air hingga penuh kemudian ikat ujungnya
 Kocok sampai tanah itu merata, gantung plastic pada tiang dan biarkan 1 – 2
jam
 Setelah benar – benar mengendap akan terlihat komposisi humus akan berada
pada lapisan tanah paling atas dan berwarna hitam, dibawahnya ada lapisan
debu dan lempung, dan paling bawah adalah kerikil dan pasir. Semakin tebal
lapisan bahan organic maka semakin subur tanah tersebut
 Amati dan catat hasilnya untuk semua lokasi
e. Analisis secara biologis
Cacing tanah merupakan salah satu indicator biologi pada pengukuran
tingkat polusi tanah karena bisa menjadi indicator kesuburan tanah. Jadi analisis
secara biologi bias dilakukan dengan melihat keberadaan cacing tanah.
E. Hasil Pengamatan

1. Analisis Fisik

No. Lokasi Aroma Tanah Warna Tanah Tekstur Tanah


1. TPA sampah Desa Tidak Berbau Hitam Keras
Perampuan
2. Kebun dari salah Tidak Berbau Kecoklatan Lembut
satu praktikan di
Desa Perampuan

2. Analisis Kimia

No. Lokasi Lakmus pH Meter

1. TPA sampah Desa Perampuan Merah Biru 8


Biru Biru
2. Kebun dari salah satu praktikan Merah Biru 7
di Desa Perampuan
Merah Biru

3. Analisis Organic dan Biologi

No. Lokasi Organik Biologi


1. TPA sampah Desa Perampuan Tidak ada lapisan Tidak aktivitas
humus mikroorganisme
2. Kebun dari salah satu praktikan di Ada lapisan humus Ada aktivitas
Desa Perampuan mikroorganisme

F. Pembahasan

Pada praktikum ini bertujuan untuk mengetahui beberapa parameter pencemaran


tanah dan membandingkan parameter pencemaran tanah pada lokasi yang berebeda.
Tanah merupakan bagian tertipis dari seluruh lapisan bumi, tetapi pengaruhnya terhadap
kehidupan sangat besar. Kualitas tanah meliputi kualitas tanah secara fisika, kimia dan
biologi. Ketiga hal tersebut memiliki parameter masing-masing dan tidak dapat
terpisahkan satu sama lain serta saling mempengaruhi. Parameter sifat fisik yang
menentukan kualitas tanah antara lain, tekstur, struktur, stabilitas agregat, kemampuan
tanah menahan dan meloloskan lain serta ketahanan tanah terhadap erosi dan lain
sebagainya. Parameter kimia yang mempengaruhi kualitas tanah adalah, ketersediaan
unsur hara, pH, ada tidaknya zat pencemar, dan lain sebagainya. Sedangkan parameter
biologi yang menentukan kualitas tanah anatara lain jumlah dan jenis mikrobia yang ada
dan beraktivitas di dalam tanah.

Setiap parameter memiliki peranan tersendiri dalam menentukan kualitas tanah.


Dalam pertanian kualitas tanah tentunya berhubungan dengan pertumbuhan dan produksi
tanaman. Setiap parameter dapat berpengaruh pada ketersediaan unsur hara, ketersediaan
air, keleluasaan akar untuk tumbuh, dan reaksi serta interaksi antara tanaman dengan
faktor biotik dan abiotik dalam ekosistem.

Dalam menilai atau membandingkan kualitas tanah, maka setiap parameter sifat
kimia, biologi, dan fisika tanah harus diketahui. Semua sifat tersebut akan menentukan
apakah tanah tersebut merupakan media tumbuh yang baik. tanah yang berkualitas baik
adalah tanah yang mampu menyediakan hara yang dibutuhkan oleh tanaman, mampu
menyediakan air, serta bebas dari unsur pencemar yang dapat menghambat pertumbuhan
serta produksi tanaman budidaya serta memberi ruang yang leluasa bagi akar tanaman
untuk berkembang.

Sifat tanah yang baik itu adalah sifat kimia, biologi dan fisika tidak dapat
terpisahkan satu sama lain untuk menilai kualitas tanah di suatu tempat. Oleh karena itu
dalam praktikum ini dilakukan analisis dan perbandingan sifat-sifat tanah dari dua tepat
yang berbeda. Untuk sifat fisika analisis yang dilakukan adalah tekstur tanah, aroma
tanah, dan warna tanah. Lalu sifat kimia yang dianlisis dengan menggunankan kertas
lakmus dan indikator universal. Dan yang terkahir untuk parameter dilakukan uji dengan
menggunakan indikator alam tanah i dengan menggunakan ekstrak kembang sepatu.

Tanah yang baik adalah tanah yang mampu menyediakan unsur hara maupun
ketersediaan air bagi tanaman. Dan beberapa zat seperti nitrogen juga sangat berfungsi
untuk kesuburan tanah. Pada tanah yang diambil disalah satu kebun praktikan, dapat
diamati aktivitas biologi dan beberapa aspek parameter tanah lainnya. Pada tanah tersebut,
tekstrurnya kenyal dan lembut, tidak memiliki aroma, tanah berwarna cokelat, dan ada
organisme yang hidup pada tanah tersebut seperti cacing. Sedangkan pada sampel tanah
yang diambil dari TPA sampah di desa Perampuan, tekstur tanahnya keras, sedikit
berbatu, tidak ada aroma, warnanya hitam pekat dan kering, serta tidak ditemukan
aktivitas organisme seperti cacing.
Berdasarkan hasil observasi, pada tanah yang diambil di kebun salah satu
praktikan, banyak sekali terdapat tanaman . hal ini menandakan bahwa tanah tersebut
bagus. Sedangakan sampel tanah yang diambil dari TPA tidak ada tumbuhan. Kedua
sampel tanah tersebut kemudian diuji sifat kimia dengan menggunakan kertas lakmus dan
indikator universal. Pada sampel tanah yang diambil dari kebun salah satu praktikan yang
sudah dicampur dengan air, setelah dimasukkan lakmus merah dan lakmus biru terlihat
tidak ada perubahan warna pada kedua kertas lakmus tersebut. Dan setelah diukur pH
dengan menggunakan indikator universal, didapatkan pH 7 yang menandakan tanah
tersebut bersifat netral. Pada sampel tanah yang diambil dari TPA ysng dudah dilarutkan
dalam air, setelah dimasukkan lakmus merah dan lakmus biru terlihat ada perubahan
warna pada kertas lakmus merah menjadi biru tersebut. Dan setelah diukur pH dengan
menggunakan indikator universal, didapatkan pH yang menandakan tanah tersebut
bersifat basa. Penyebab dari sifat ini dimungkinkan karena pada tanah tersebut sudah
dicemari oleh zat-zat pencemar. Dan ketika sampel tanah yang diambil dari kebun warna
tanah setelah ditetesi dengan indikator ekstrak bunga kembang sepatu, warna tanah
menjadi coklat terang sedangkan pada tanah yang diambil di TPA sampah warnanya
menjadi hitam sedikit kehijauan setelah ditetesi dengan indikator kembang sepatu.

Pada uji kandungan humus, dapat kita lihat pada tanah yang diambil dikebun
lapisan air ( lapisan atas ) berwarna cokelat. Hal ini juga sesuai dengan warna dari humus
yang hitam sedikit kecokelatan. Pada tanah yang diambil di TPA sampah, dapat kita lihat
bahwa lapiasan air ( lapisan atas ) berwarna hitam pekat. Hal ini menunjukkan bahwa
tanah tersebut mengandung sedikit humus atau bahkan tidak memiliki humus. Banyaknya
kadar humus juga dapat kita lihat sekilas dari ada tidaknya tanaman yang hidup subur
pada daerah tersebut.

G. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan, hasil pengamatan, dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Tanah merupakan bagian tertipis dari seluruh lapisan bumi, tetapi pengaruhnya
terhadap kehidupan sangat besar.
2. Kualitas tanah meliputi kualitas tanah secara fisika, kimia dan biologi. Ketiga hal
tersebut memiliki parameter masing-masing dan tidak dapat terpisahkan satu sama
lain serta saling mempengaruhi.
3. Sifat tanah yang baik itu adalah sifat kimia, biologi dan fisika tidak dapat terpisahkan
satu sama lain untuk menilai kualitas tanah di suatu tempat.
4. Untuk sifat fisika analisis yang dilakukan adalah tekstur tanah, aroma tanah, dan
warna tanah. Lalu sifat kimia yang dianlisis dengan menggunankan kertas lakmus dan
indikator universal. Dan yang terkahir untuk parameter dilakukan uji dengan
menggunakan indikator alam tanah i dengan menggunakan ekstrak kembang sepatu.
5. Tanah yang diambil dari kebun bersifat netral karena kertas lakmus merah dan biru
tidak mengalami perubahan warna dan memiliki pH 7 setelah diukur dengan indikator
universal.
6. Tanah yang diambil dari TPAbersifat basa karena kertas lakmus merah berubah
menjadi biru dan biru tidak mengalami perubahan warna dan memiliki pH 8 setelah
diukur dengan indikator universal.
7. Tanah yang bagus adalah tanah yang tersedia humus, air, dan serta terdapat aktivitas
biologis pada tanah tersebut misalnya seperti cacing.

PERCOBAAN VII
ANALISIS PARAMETER KUALITAS UDARA

A. Tujuan Praktikum
1. Tujuan praktikum : Mengetahui beberapa parameter pencemaran udara dan
membandingkan parameter pencemaran udara pada
lokasi yang berbeda.
2. Hari, tanggal praktikum : Jumat, 27 April 2017
3. Tempat praktikum : Larotorium Kimia, FKIP, Universitas Mataram.
B. Landasan Teori
Pencemaran lingkungan atau polusi adalah proses masuknya polutan ke dalam
suatu lingkungan sehingga dapat menurunkan kualitas lingkungan tersebut. Menurut
undang – undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982 dan UU No.
32 Tahun 2009, pencemaran lingkungan atau polusi adalah masuknya makhluk hidup, zat
energi atau komponen lain ke dalam lingkungan. Pencemaran lingkungan juga dapat
didefinisikan sebagai adanya perubahan tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau
oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukkannya.
Salim yang dikutip oleh Utami (2005) pencemaran udara diartikan sebagai
keadaan atmosfir, di mana satu atau lebih bahan – bahan polusi yang jumlah dan
konsentrasinya dapat membahayakan kesehatan makhluk hidup, merusak properti,
mengurangi kenyamanan di udara. Berdasarkan definisi ini maka segala bahan padat, gas
dan cair yang ada di udara yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman disebut polutan
udara. Pengertian pencemaran udara menurut Mukono (2006) adalah bertambahnya bahan
atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah
tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia (yang dapat dihitung dan diukur) serta
dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi dan material karena ulah
manusia (man made). Kedua pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Wisnu yang
menyatakan bahwa pencemaran udara dapat diartikan sebagai adanya bahan – bahan atau
zat – zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara
dari keadaan normalnya (Wisnu, Dampak pencemaran lingkungan : 27).
Berdasarkan ketiga pengertian pencemaran udara di atas, dapat disimpulkan
bahwa pencemaran udara adalah masuknya atau tercampurnya unsur – unsur berbahaya ke
dalam atmosfir yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada
kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan. Pencemaran
dapat terjadi di mana – mana. Bila pencemaran terjadi di lingkungan ruangan disebut
sebagai pencemaran dalam ruang (indoor air pollution), namun bila pencemaran terjadi di
alam bebas disebut sebagai pencemaran di luar ruang (outdoor air pollution). Pencemaran
yang terjadi di luar ruangan dapat berasal dari asap rokok dan gangguan sirkulasi udara.
Pada umumnya, polutan yang mencemari udara dapat berupa gas dan asap. Gas
dan asap tersebut berasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna,
yang dihasilkan oleh mesin – mesin pabrik, pembangkit listrik dan kendaraan bermotor.
Selain itu, gas dan asap tersebut merupakan hasil oksidasi dari berbagai unsur penyusun
bahan bakar, yaitu CO2 (karbondioksida), CO (karbonmonoksida), SOx (belerang oksida),
dan NOx (nitrogen oksida).

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Kamera digital / kamera smartphone
b. Mistar atau penggaris
c. Kayu
2. Bahan
a. Tanaman hias lidah mertua
b. Tissue
c. Kertas karton/kardus
d. Spidol
e. Lembar observasi
f. Pohon yang memiliki lumut kerak
D. Cara Kerja
Tentukan dua lokasi pengambilan sampel udara (satu lokasi diperkirakan mengalami
pencemaran seperti PLTD dan satu lokasi yang diperkirakan tidak mengalami pencearan
udara seperti pekarangan rumah). Setiap lokasi juga disertai dengan data kondisi udara
yang diperoleh secara akurat dari data yang tersedian di daerah setempat atau dengan
wawancara masyarakat sekitar.
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pencemaran udara yang dilakukan
dengan uji secara fisik, adapun uji fisik ini terbagi menjadi 2 macam, yakni uji Seinsivera
dan uji Lichens.
1. Uji Seinsivera
a. Siapkan 2 tanaman lidah mertua.
b. Tempatkan tanaman lidah mertua pada dua lokasi yang telah ditentukan
sebelumnya.
c. Amati pengaruh yang terjadi pada tanamanlidah mertua setiap hari.
d. Analisis perubahan yang terjadi pada tanaman lidah mertua, untuk semua lokasi
yang telah ditentukan.
e. Catat hasil penelitian pada lembar observasi
f. Diskusikan hasil observasi dengan uji tanaman lidah mertua bersama anggota
kelompok.
2. Uji Lichens
a. Amati jenis – jenis pohon di sekitar lokasi pengamatan
b. Identifikasi jenis – jenis pohon yag ditumbuhi oleh lumut kerak
c. Lakukan pengukuran terhadap diameter lumut kerak yang tumbuh di sekitar lokasi
pengamatan dan mengamati jumlah serta warna dari lumut kerak di sekitar lokasi
pengamatan.
d. Bandingkan setiap pohon yang ditumbuhi lumut kerak berdasarkan besar diameter
lumut keraknya, warna dan jumlahnya.
e. Lakukan pemetaan populasi lumut kerak di setiap titik yang spesifik berpotensi
terjadi pencemaran udara.
f. Diskusikan hasil observasi yang telah dilakukan bersama dengan anggota
kelompok.
E. Hasil Pengamatan
1. Lembar pengamatan uji Seinsivera
Lokasi Perubahan yang
Keadaan awal Keadaan akhir
pengamatan dialami
a. PLTN Berwarna hijau daun, Berwarna hijau daun, Warna ujung
Tanjung ada garis hijau lumut, ada garis hijau lumut, daun coklat,
Karang ujungnya runcing dan ujungnya runcing dan terlihat layu dan
berwarna kuning berwarna coklat, terdapat banyak
kering, melengkung, bintik coklat
terlihat layu dan
terdapat banyak bintik
– bintik pada daunnya
b. Pekarangan Berwarna hijau daun, Berwarna hijau daun, Warna ujung
rumah ada garis hijau lumut, ada garis hijau lumut, daun kuning dan
Suhaili ujungnya runcing dan ujungnya runcing dan terdapat sedikit
berwarna kuning berwarna kuning, agak bintik kuning
kering, dan terdapat
sedikit bintik – bintik
pada daunnya

2. Lembar pengamatan uji Lichens

Pohon yang
Lokasi pengamatan Gambaran kondisi Lichens
ditumbuhi Lichens
a. PLTN Tanjung Pohon kelapa memiliki pigmen kulit Tidak ditemukan
Karang batang kayu yang gelap (menghitam)
dan layu. Ini disebabkan oleh asap
buangan dari PLTN yang dibuang ke
lingkungan secara bebas. Asap hitam
tersebut menyebabkan berkurangnya
kesegaran pada batang pohon kelapa
dan menghilangkan warna cerah pada
batang kelapa tersebut.
b. Pekarangan Pohon yang ada disana, tumbuh Tidak ditemukan
rumah Suhaili dengan subur karena cukup jauh dari
aktivitas industri maupun akibat dari
asap kendaraan
F. Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui beberapa parameter pencemaran
udara dan membandingkan parameter pencemaran udara pada lokasi yang berbeda. Pada
praktikum ini, lokasi yang dipilih ada 2 lokasi yaitu pada pekarangan rumah dan PLTN
Tanjung Karang. Dari hasil pengamatan dan pengumpulan data dengan observasi yang
dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2017, didapatkan beberapa kegiatan penduduk
sekitar PLTN Tanjung Karang, yaitu mencari ikan, menggembala sapi dan kambing, atau
hanya sekedar refreshing di sepanjang pantai. Selain itu didapatkan kondisi masyarakat di
lingkungan sekitar PLTN Tanjung Karang adalah antara lain :

Mata pencaharian masyarakat di lingkungan sekitar PLTN Tanjung Karang


sebagian besar adalah sebagai nelayan atau penggembala sapi. Nelayan biasanya
menangkap ikan di pantai yang berada di belakang PLTN. Salah satu nelayan mengeluh
karena beberapa tahun belakang ini hasil tangkapan ikannya sangat sedikit dengan ukuran
ikan yang kecil. Hal tersebut disebabkan karena ekosistem laut khususnya oleh tumbuh-
tumbuhan, ikan dan terumbu karang dalam laut menyerap karbondioksida.
Karbondioksida dapat menyebabkan ikan yang hidup di dalam laut mati dan juga dapat
merusak terumbu karang. Hal tersebut disebabkan karena pada saat air laut pasang air
akan menyerap oksigen yang ada di udara jika kadar oksigen yang ada di udara lebih
sedikit daripada karbon dioksida maka otomatis yang akan diserap oleh air adalah karbon
dioksida, karbon dioksida ini dapat menyebabkan kadar keasaman laut meningkat hal itu
menyebabkan ikan yang ada di dalam laut mati, merusak terumbu karang dan
menyebabkan ikan mati. Jika ikan mati maka keseimbangan ekosistem yang ada di dalam
laut akan rusak dan daur rantai makanan akan terhenti sehingga hasilnya akan membunuh
semua makhluk hidup yang ada di dalam laut.Adapun para gembala sapi memberikan
makanan rumput yang ada di sekitar PLTN, sejauh ini belum ada dampak buruk pada sapi
tersebut setelah memakan rumput yang ada di sekitar PLTN Tanjung Karang.

Pengunjung pantai disini tidak terlalu banyak seperti pantai-pantai lainnya.


Pengunjung pantai tersebut umumnyadatang hanya untuk refreshing. Namun, karena
keberadaan dari PLTN Tanjung Karang membuat mereka tidak betah berlama-lama di
sana. Keberadaan mereka berkisar hanya 1-2 jam. Bardasarkan hasil wawancara dengan
beberapa pengunjung, meraka mengeluhkan asap buangan dari PLTN. Asap tersebut
menimbulkan bau yang cukup menyengat sebagai hasil samping pembakaran dari bahan
bakar solar dan MFO yang digunakan oleh PLTN Tanjung Karang menyebabkan rasa
tidak nyaman dari para pengunjung pantai. Selain itu pantai disini adalah pantai yang
tidak dirawat kebersihannya, banyak sampah berserakan di sekitar pantai.

Keadaan lingkungan dan udara pada daerah di sekitaran PLTN Tanjung Karang,
bisa dikatakan jauh dari lingkungan yang sehat karena banyaknya sampah yang
berserakan. Kondisi udara di daerah sekitar PLTN Tanjung Karang adalah panas dan
tidak segar. Tumbuhan dan pepohonan yang hidup di sekitar PLTN Tanjung Karang
memiliki karakteristik yang berbeda dengan tumbuhan yang hidup jauh dari PLTN.
Misalnya kami mengambil sampel batang pohon kelapa. Pohon kelapa yang dekat dengan
bangunan PLTN Tanjung Karang memiliki pigmen kulit batang kayu yang gelap
(menghitam) dan layu. Ini disebabkan oleh asap buangan dari PLTN yang dibuang ke
lingkungan secara bebas. Asap hitam tersebut menyebabkan berkurangnya kesegaran
pada batang pohon kelapa dan menghilangkan warna cerah pada batang kelapa tersebut.
Sedangkan pohon kelapa yang jauh dari PLTN memiliki pimen kulit batang yang cerah
dan terdapat tumbuhan lumut pada batanngnya. Asap dari PLTN juga menyebabkan
beberapa pohon di sekitarnya menjadi kering dan mati. Air laut pada pantai ini diduga
telah tercemar, ini dibuktikan dengan adanya rasa panas pada air laut tersebut. Rasa panas
tersebut didapatkan dari hasil pembakaran solar dan MFO yang menghasilkan CO 2.
Tanaman di dalam laut yang menyerap karbondioksida akan mengembalikan sebagian
karbondioksida ke atmosfer sehingga hal inilah yang menyebabkan air laut di pantai ini
terasa panas.
PLTN Tanjung Karang dibangun pada sebelum tahun 1980an PLTN sudah
beroperasi selama lebih dari 37 tahun. Kondisi fisik bangunan PLTN masih terlihat bagus,
tetapi cerobong asapnya telah menghitam. PLTN memiliki 5 buah cerobong utama. Empat
buah cerobong berukuran besar dan 1 buah cerobong berukuran kecil. Di sebelah barat
PLTN Tajung Karang adalah pantai, di sebelah timurnya adalah pemukiman warga, dan
sebelah utara adalah jalan raya. PLTN Tanjung Karang menggunakan bahan bakar solar
dan MFO yang apabila mengalami proses pembakaran akan menghasilkan gas buangan
CO2. Pada manusia, karbondioksida dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan,
seperti asma, bronkitis radang paru – paru. PLTN telah beroperasi selama lebih dari 37
tahun, sehingga diindikasikan bahwa PLTN tersebut telah menyumbangkan gas
karbondioksida berlebih ke lingkungan bebas yang dapat menambah pencemaran di udara
dan mengganggu ekosistem alam serta kesehatan masyarakat setempat.
Untuk metode eksperimen, kami menggunakan bioindikator berupa tanaman
Sanseviera (lidah mertua). Selain itu, kami menggunakan bioindikator tumbuhan yang ada
di sekitar PLTN Tanjung Karang. Tumbuhan yang ada di sekitar asap PLTN misalnya
pohon kelapa sebagai uji Lichens. Di mana kulit batang pohon kelapa menghitam. Selain
itu, adapula tanaman di sekitar PLTN yang mati dan warnanya telah menghitam. Hal
tersebut terjadi karena adanya kandungan yang terdapat dalam asap pabrik (PLTN)
diantaranya sejumlah senyawa yang sangat berbahaya, seperti Timbal (Pb),
karbondioksida (CO2), karbonmonoksida (CO), dan sulfur dioksida (SO 2). Karbondioksida
dapat merusak ekosistem darat maupun ekosistem laut. Sedangkan karbonmonoksida
adalah gas yang tidak berbau dan tidak berwarna serta lebih mudah bercampur dengan
haemoglobin darah dibandingkan oksigen. Karbonmonoksida juga merusakan dinding
arteri, dan dengan itu mendorong terjadinya penyakit jantung. Selain itu masih banyak
lagi zat lain yang berbahaya.

Metode eksperimen yang menggunakan lidah mertua memiliki tujuan yaitu untuk
mengetahui tingkat pencemaran udara oleh PLTN Tanjung Karang. Berdasarkan hasil
pengamatan, terlihat pada tanaman yang diletakan di sekitar PLTN terdapat perubahan
pada daunnya, yaitu pada pinggir daunnya tampak kering, ujung daun melengkung dan
berwarna kecoklatan, dan terdapat banyak bercak kuning. Sedangkan pada tanaman yang
diletakan di pekarangan rumah (bebas polutan), terdapat sedikit bintik kuning. Jadi dari
hasil pengamatan kami dapat disimpulkan bahwa asap yang dihasilkan oleh PLTN
Tanjung Karang merupakan salah satu penyebab terjadinya pencemaran udara dan dapat
memberikan pengaruh terhadap kerusakan lingkungan sekitar.

Berdasarkan masalah yang ada cara penanggulangan asap PLTN Tanjung Karang
yaitu:
a. Menghemat Energi yang digunakan.
b. Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.
c. Untuk rencana pembangunn PLN yang baaru sebaiknya ditempatkan pada daerah yang
jauh perumahan atau pemukiman penduduk.
d. Pembuangan limbah PLN diatur sehingga tidak mencemari lingkungan atau
ekosistem.
e. Memperluas gerakan penghijauan.
f. Memberikan kesadaran terhadap masyarakat tentang arti lingkungan hidup sehingga
masyarakat lebih mencintai lingkungan hidupnya.Menanam dan merawat tumbuhan di
sekitar lingkungan kita. Seberapa pun luas area kosong di rumah atau di tempat kerja
kita, tanamilah dengan tumbuhan. Hal ini berguna untuk menyejukkan dan
mengurangi jumlah polusi udara di sekitar kita.
g. Mengurangi pemakaian bahan bakar fosil terutama yang mengandung asap serta gas-
gas polutan lainnya agar tidak mencemarkan lingkungan.
h. Melakukan penyaringan asap sebelum asap dibuang ke udara dengan cara memasang
bahan penyerap polutan atau saringan.
i. Mengalirkan gas buangan ke dalam air atau dalam lauratan pengikat sebelum
dibebaskan ke air. Atau dengan cara penurunan suhu sebelum gas dibuang ke udara
bebas.
j. Membangun cerobong asap yang cukup tinggi sehingga asap dapat menembus lapisan
inversi thermal agar tidak menambah polutan yang tertangkap di atas suatu
pemukiman atau kita.
k. Mengadakan sosialisasi tentang pelajaran lingkungan hidup (PLH) di sekolah dan
masyarakat. Tindakan tegas terhadap pelaku pencemaran lingkungan.

G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan eksperimen maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. PLTN menghasilkan gas buangan yang dapat menyebabkan pencemaran udara. Hal ini
dapat dilihat secara langsung dari tanaman (pohon kelapa) yang ada di sekitar PLTN,
kondisi lingkungan (khususnya udara dan laut), serta kesehatan masyarakat.
2. Dari 5 pengunjung pantai yang telah kami wawancarai, 4 diantaranya mengeluhkan
polusi udara yang dihasilkan oleh PLTN Tanjung Karang dan mengeluhkan polusi
suara yang dihasilkan.
3. Berdasarkan bioindikator yang digunakan, terdapat perbedaan antara tanaman yang
diletakkan di daerah polutan dan di daerah bebas polutas. Hal ini disebabkan karena
pada PLTN menghasilkan gas buangan yang terdiri dari gas CO 2, CO, Timbal, dan
SO2. Semua gas tersebut dapat menggangu keseimbangan ekosistem alam dan
kesehatan manusia.
4. Pada tanaman lidah mertua yang diletakkan pada PLTN Tanjung Karang, keadaan
akhir yang diamati yaitu berwarna hijau daun, ada garis hijau lumut, ujungnya runcing
dan berwarna coklat, kering, melengkung, terlihat layu dan terdapat banyak bintik –
bintik pada daunnya.
5. Pada tanaman (pohon kelapa) yang dijadikan sampel untuk uji Lichens, keadaannya
memiliki pigmen kulit batang kayu yang gelap (menghitam) dan layu. Ini disebabkan
oleh asap buangan dari PLTN yang dibuang ke lingkungan secara bebas. Asap hitam
tersebut menyebabkan berkurangnya kesegaran pada batang pohon kelapa dan
menghilangkan warna cerah pada batang kelapa tersebut.

LAMPIRAN

1. Percobaan 1

2. Percobaan 2
3. Percobaan 3

4. Percobaan 4
5. Percobaan 5

6. Percobaan 6
7. Percobaan 7
Uji Seinsivera

Lidah mertua yang diletakkan pada


pekarangan rumah

Lidah mertua yang diletakkan pada


PLTN Tanjung Karang

Uji Lichens
Kulit batang pohon kelapa (tanaman)
yang diletakkan pada PLTN Tanjung
Karang

Anda mungkin juga menyukai