Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN

SAMPLING AIR

KELOMPOK 3 SELASA
Benedicta Vanessa Vanda R 1606905645
Ihsan Ramadhan 1606905664
Zatia Nurfina Kurniawan 1606886450

Asisten Praktikum : Ditta Fadhilah


Tanggal Praktikum : 9 September 2018
Tanggal Disetujui :
Nilai :
Paraf Asisten :

LABORATORIUM TEKNIK PENYEHATAN LINGKUNGAN


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2018
I. TUJUAN
Untuk menguji kualitas badan air dengan menguji parameter kekeruhan, DO, TDS, pH, dan
temperatur

II. DASAR TEORI


1. Definisi Sampling Air
Air merupakan suatu zat esensial yang bermanfaat bagi hajat hidup orang banyak.
Kebutuhan masyarakat akan air adalah hal mutlak. Namun, seiring dengan perkembangan zaman
dan teknologi, masalah utama yang kita hadapi adalah penurunan kualitas air serta kuantitas air
yang diakibatkan oleh kegiatan domestik, industry, dll. (Effendi, 2003).
Untuk itulah dibutuhkan sampling air untuk mengetahui kualitas suatu badan air.
Pengambilan contoh (sampling) air adalah kegiatan mengumpulkan bagian material tertentu (air)
untuk tujuan analisis yang secara akurat merepresentasikan badan air yang diambil contohnya
secara keseluruhan (Kristanto, et al., 2013)
2. Parameter Pemeriksaan pada Sampling Air
Untuk mengetahui apakah suatu badan air terpolusi atau tidak, dibutuhkan beberapa
parameter pengujian untuk menentukan sifat sifat air sebagai indikator apakah badan air termasuk
dalam kategori tercemar. Berikut beberapa sifat air yang biasanya diuji:
a. pH
Nilai pH air yang normal adalah sekitar pH 6 – 8, sementara nilai pH air buangan
berbeda beda tergantung jenis buangannya. (Fardiaz, 1992). Nilai pH air penting untuk
diketahui dikarenakan pH dapat mengontrol tipe dan kecepatan reaksi beberapa bahan di
dalam air. (Iman, 2009). Dapat dikatakan, nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi
suatu perairan.
Perubahan pH pada suatu air buangan akan sangat mengganggu kehidupan ikan dan
hewan hewan akuatik lainnya. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH
dan menyukai pH antara 7 – 8,5. Berikut disertakan pengaruh nilai pH pada komunitas biologi
perairan:

Tabel 1. Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan

Nilai pH Pengaruh Umum


6,0 – 6,5 1. Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit menurun
2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas tidak mengalami perubahan
5,5 – 6,0 1. Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan bentos semakin tampak
2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas masih belum mengalami
perubahan yang berarti
3. Algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona litoral
5,0 – 5,5 1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifilton dan
bentos semakin besar
2. Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan bentos
3. Algae hijau berfilamen semakin banyak
4. Proses nitrifikasi terhambat

4,5 – 5,0 1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifilton


dan bentos semakin besar
2. Penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan bentos
3. Algae hijau berfilamen semakin banyak
4. Proses nitrifikasi terhambat

Sumber : modifikasi Baker et al., 1990 dalam Efendi, 2003

Pengukuran pH dapat dilakukan dengan kertas lakmus maupun secara digital dengan
menggunakan pHmeter.

b. Total Dissolved Solid


Padatan terlarut (Total Dissolved Solid) adalah bahan bahan terlarut (diameter < 10-6 mm)
dan koloid (diameter 10-6 mm - 10-3 mm) yang berupa senyawa senyawa kimia dan bahan
bahan lainnya yang tidak tersaring pada kertas saring diameter 0,45µm. (Rao, 1992). TDS
biasanya disebabkan oleh bahan-bahan anorganik yang biasa ditemukan di perairan. Nilai
TDS perairan dipengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan dari tanah dan pengaruh
antropogenik berupa limbah domestik dan industri. (Effendi, 2003)
Sebagai contoh, air buangan pabrik gula biasanya mengandung berbagai jenis gula yang
larut, sedangkan air buangan industri kimia sering mengandung mineral-mineral seperti
merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenic (As), cadmium (Cd), Khromium (Cr), Nikel (Ni), Cl2, serta
garam-garam kalsium dan magnesium yang mempengaruhi kesadahan air. Selain itu air
buangan juga sering mengandung sabun, deterjen dan surfaktan yang larut air, misalnya pada
air buangan rumah tangga dan industri pencucian (Fardiaz, 1992). Pengukuran TDS dapat
dilakukan dengan menggunakan TDS meter atau conductivity meter.

c. DO
Dissolved Oxygen (DO) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari
fotosintesis dan absorbsi atmosfer atau udara. DO di suatu perairan sangat berperan dalam
proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Untuk mengetahui kualitas air
dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter kimia seperti
DO. Semakin banyak jumlah DO, maka kualitas air semakin baik. Jika kadar oksigen terlarut
yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang
mungkin saja terjadi. Satuan DO dinyatakan dalam persentase saturasi. (Salmin, 2000).
Berdasarkan kandungan (oksigen terlarut), maka pengelompokan kualitas perairan air laut
dapat dibagi menjadi empat macam yaitu tidak tercemar (> 6,5 mgr/l ), tercemar ringan(4,5
– 6,5 mgr/l), tercemar sedang (2,0 – 4,4 mgr/l) dan tercemar berat (< 2,0 mgr/l) (Odum,
1971). DO yg ada pada badan air bervariasi tergantung pada suhu, tekanan dan salinitas.
Kadar oksigen dalam perairan tawar akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan
berkurangnya kadar alkalinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi
karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis.
Dengan bertambahnya kedalaman akan mengakibatkan terjadinya penurunan kadar oksigen
terlarut dalam perairan. Pengukuran DO dapat dilakukan dengan alat pengukur DO (DO
meter) maupun dengan pengukuran di laboratorium).

d. Suhu / Temperatur
Temperatur merupakan derajat panas atau dinginnya air yang diukur pada sekala definit
seperti derajat celsius (oC) atau derajat Fahrenheit (oF). Temperatur air merupakan regulator
utama proses-proses alamiah di dalam lingkungan akuatik. Kenaikan suhu air akan
menimbulkan beberapa dampak seperti:
1. Jumlah oksigen terlarut di dalam air akan menurun
2. Kecepatan reaksi kimia akan meningkat
3. Kehidupan ikan dan biota lainnya akan terganggu
Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu penyebaran organisme
baik di lautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Suhu sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan biota air. Secara umum, laju pertumbuhan
meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan
menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai ekstrim (drastis) (Kordi & Andi, 2009).
Pengukuran suhu dapat dilakukan dengan menggunakan thermometer digital maupun
thermometer air raksa.

e. Turbiditas
Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur
keadaan air baku dengan skala NTU (Nephelometrix Turbidity Unit) atau JTU (Jackson
Turbidity Unit) atau FTU (Formazin Turbidity Unit). Tingkat kekeruhan air sering disebut
dengan turbiditas. Air yang baik adalah jernih (bening) dan tidak keruh yaitu dengan kadar
turbiditas rendah Invalid source specified.. Kekeruhan erat hubungannya dengan padatan
tersuspensi. Semakin tinggi nilai padatan tersuspensi, semakin tinggi nilai kekeruhan.
Tingginya nilai kekeruhan dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas
desinfeksi pada proses penjernihan air Invalid source specified.
Turbiditas merupakan faktor yang saling berhubungan dengan DO dimana kekeruhan
akan menghalangi sinar matahari masuk ke dalam kawasan perairan sehingga algae dan
tumbuhan air tidak dapat berfotosintesis sehingga kadar DO di dalam air akan turun karena
berkurangnya pasokan oksigen yang berasal dari tumbuhan air. Menurut PERMENKES No.
32 Tahun 2017 besarnya kadar maksimum kekeruhan ada pada nilai 25 NTU. Turbiditas dapat
diukur dengan menggunakan turbidimeter.

3. Metode Sampling Air


Dalam pengambilan sampel, terdapat beberapa hal yang terlebih dahulu harus disiapkan,
yaitu alat pengambil sampel air, wadah sampel air, serta penentuan titik pengambilan sampel air.
a. Alat Pengambil Sampel Air (Jogjakarta, 2012)
Dalam pengambilan sampel air, dibutuhan alat pengambil sampel yang memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
- Terbuat dari bahan yang tidak memengaruhi sifat contoh
- Mudah dicuci
- Mudah memindahkan sampel ke wadah tanpa meninggalkan sisa
- Mudah dan aman dibawa
- Kapasitas mencukupi

Alat pengambil sampel sederhana yang biasa digunakan untuk mengambil air
permukaan atau air sungai kecil berupa gayung plastik dengan ganggang panjang serta
ember plastic. Ember dan gayung lebih baik terbuat dari polietilen, karena bahan tersebut
memenuhi syarat yang telah disebut diatas. Botol plastik biasa juga dapat digunakan
untuk mengambil air pada lokasi ini.

Pada pengambilan sampel pada kedalaman tetentu yang tidak memungkinkan untuk
diambil dengan alat tersebut, dapat digunakan Highroute water sampler, yaitu alat
pengambil botol dengan pemberat sehingga katup botol dapat dibuka pada kedalaman
yang telah ditentukan. Pada sungai yang relative dalam, danau atau waduk digunakan
point sampler, atau alat pengambil sampel otomatis.

b. Wadah Sampel Air


Wadah sampel air harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
- Terbuat dari kaca atau plastic (PE/PP/PTE)
- Dapat ditutup dengan kuat dan rapat
- Bersih
- Tidak mudah pecah dan bocor
- Tidak berinteraksi dengan sampel air

Untuk jenis pengujian yang berbeda-beda, terdapat perlakuan awal yang berbeda pada
wadah sampel yang bertujuan untuk preservasi parameter yang akan diuji.

Tabel 2. Perlakuan Awal Wadah Sampel

Pengujian Perlakuan pada Wadah


- Memasukkan 10 mL aseton yang kemudian
Senyawa organik
dikocok merata lalu dibuang
- Mencuci botol dengan deterjen
Logam total dan
- Mencuci botol dengan asam nitrat lalu
terlarut
dibilas dengan aquades
Anorganik non- - Mencucui botol dengan deterjen, kemudian
logam dibilas aquades 3 kali
- Mencuci botol drngan deterjen bebas fosfat
BOD, COD,
- Mencuci botol dengan HCl kemudian bilas
nutrien
dengan aquades
(sumber: Politeknik Kesehatan Jogjakarta, 2012)

c. Jenis Pengambilan Contoh Air


i. Pengambilan Contoh Grab
Dengan cara ini, sampel air diambil pada satu waktu dan titik tertentu. Kekurangan
dari cara pengambilan ini adalah sampel mungkin tidak merepresentasikan badan
air secara keseluruhan, namun memiliki kelebihan lebih mudah dan sederhana
ii. Pengambilan Contoh Komposit
Gabungan dari beberapa sampel grab pada waktu dan titik yang berbeda, sehingga
hasil dari pengambilan contoh komposit lebih merepresentasikan suatu badan air
secara keseluruhan.
d. Penentuan Titik Pengambilan Sampel
i. Air Permukaan
Pada air permukaan, dapat dilakukan sampling untuk pemantauan kualitas
air Daerah Pengaliran Sungai (DPS) ataupun pemantauan kualitas air pada danau
dan waduk.
Penentuan titik sampling pada DPS:
- Sampling pada sumber air alamiah (belum banyak pencemaran)
- Sampling pada sumber air tercemar pada hilir
- Sampling pada tempat penyadapan air
Penentuan kualitas pada danau atau waduk:

- Tempat masuknya sungai ke danau atau waduk


- Tengah danau atau waduk
- Lokasi penyadapan air
- Tempat keluarnya air danau/waduk

Gambar 1 Contoh Titik Pengambilan Sampel


(sumber: Politeknik Kesehatan Jogjakarta, 2012)
e. Penentuan Kedalaman Pengambilan Sampel
i. Air dengan Kedalaman <10 m
Pada air dengan kedalaman kurang dari 10 meter, contoh diambil pada 2 titik,
yaitu air permukaan dan air pada bagian dasar. Air dari kedua pengambilan
tersebut kemudian dicampur.
ii. Air dengan Kedalaman 10-30 m
Pada kedalaman tersebut, air diambil dari 3 titik: permukaan, termoklin, dan dasar.
Termoklin merupakan bagian yang mengalami fluktuasi suhu tajam dari
permukaan menuju dasar. Air dari ketiga kedalaman tersebut kemudian dicampur.
iii. Air dengan Kedalaman 31-100 m
Air diambil pada 4 titik, yaitu permukaan, termokin, hipolimnion, dan dasar.
Hipolimnion merupakan lapisan yang terdapat dibawah termoklin. Air dari
keempat kedalaman tersebut kemudian dicampur.
iv. Air dengan Kedalaman >100 m
Pada badan air dengan kedalaman diatas 100 meter, pengambilan sampel
disesuaikan dengan kebutuhan penelitian, kemudian dicampur.

f. Pengujian Sampel
Beberapa parameter air akan berubah seiring dengan waktu, dapat berubah dan tidak dapat
diawetkan, sehingga harus diuji segera sehingga pengujian lebih baik dilakukan di tempat
langsung. Parameter yang sebaiknya diuji langsung adalah: suhu, turbiditas, kandungan DO,
Total Dissolved Solid, dan pH.
Untuk parameter-parameter lainnya, sampel dibawa ke lab dan diawetkan di dalam
pendingin pada suhu 4oC. Perlakuan khusus dapat dilakukan pada sampel untuk jenis-jenis
pengujian tertentu yang telah disebutkan di atas.

4. Baku Mutu Badan Air


a. Peraturan Baku Mutu Air
Peraturan mengenai baku mutu air diatur dalam PP nomor 82 Tahun 2001 mengenai
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Berdasarkan peraturan tersebut,
klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 kelas yaitu (PP No. 82 Tahun 2001):
1. Kelas Satu, yaitu badan air yang diperuntukan untuk air baku air minum, dan atau
peruntukan lain yang mempresyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut
2. Kelas Dua, yaitu air yang diperuntukkan untuk prasarana atau sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lainnya yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut
3. Kelas Tiga, yaitu air yang diperuntukka untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
4. Kelas Empat, yaitu air yang diperuntukkan untuk mengairi pertanaman dan atau
peruntukan lainnya yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
Kriteria mutu air berdasarkan kelas yang telah disebutkan adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Kriteria Mutu Air berdasarkan Kelas (sumber: (PP No. 82 Tahun 2001)

Kelas
Parameter
I II III IV
FISIKA
Deviasi Deviasi Deviasi Deviasi
Temperatur
3oC 3oC 3oC 3oC
1000
TDS 1000 mg/l 1000 mg/l 2000 mg/l
mg/l

KIMIA ANORGANIK

pH 6-9 6-9 6-9 6-9


DO 6 mg/l 4 mg/l 3 mg/l 0 mg/l

b. Standar Baku Mutu Air


Terdapat beberapa peraturan yang mengatur mengenai Standar Baku Mutu Air, yaitu
PerMenKes no. 907 Tahun 2002 dan PerMenKes no. 492 Tahun 2010. Berikut perbandingan
antara kedua peraturan tersebut:

Tabel 4. Standar Baku Mutu Air (sumber: PerMenKes no. 907/2002 dan
PerMenKes mo. 492/2010)

PerMenKes no. 907 PerMenKes no.492


Parameter
Tahun 2002 Tahun 2010
a. Parameter Fisik
- TDS 1000 mg/l 500 mg/l
- Kekeruhan 5 NTU 5 NTU
- Suhu Suhu udara ±3oC Suhu udara ±3oC
b. Parameter Kimiawi
- pH 6,5 – 8,5 6,5 – 8,5

5. Aplikasi Sampling di Bidang Teknik Lingkungan


a. pH
Penentuan pH merupakan salah satu tujuan penting dalam pengolahan air, khususnya pada
proses biologis. Jika nilai pH turun dibawah 5 karena akumulasi asam yang berlebihan, maka
proses tersebut akan sangat terpengaruh. Perubahan pH hingga melebihi rentangan 5 – 10
dapat mengganggu pengolahan air limbah yang dilakukan secara aerobik.

Nilai pH pada rentangan 6,5 – 8,5 tidak memiliki efek langsung terhadap kesehatan. Akan
tetapi pada nilai pH dibawah 4, rasa masam akan terbentuk dan nilai pH diatas 8,5 membentuk
rasa pahit. Nilai pH yang tinggi juga dapat menginduksi pembentukan trihalomethana yang
menyebabkan kanker pada manusia. Selain itu, nilai pH dibawah 6,5 menyebabkan korosi
pada perpipaan, sehingga melepaskan logam beracun seperti seng, timbal, cadmium, dan
tembaga.

b. Total Dissolved Solid


Penentuan Total Dissolved Solid (TDS) dapat memberikan gambaran mengenai
pembentukan kerak akibat foaming pada boiler. Selain itu, TDS juga dapat mempercepat laju
korosi dan mempengaruhi warna serta rasa pada produk-produk akhir. Dengan mengetahui
kadar TDS, dapat ditentukan metode-metode yang dibutuhkan pada berbagai proses
pengolahan air minum maupun air limbah.

c. DO
Pada limbah cair, tingkat DO merupakan faktor terpenting dalam menentukan apakah
proses biologis yang terjadi dilakukan secara aerobik atau anaerobik. Jika kadar DO
mencukupi, maka organisme aerobik akan mengoksidasi limbah menjadi produk yang stabil.
Namun jika kekurangan kadar DO, maka bakteri anaerobik akan mereduksi limbah ke kondisi
yang buruk dan menyulitkan proses-proses selanjutnya.

d. Suhu / Temperatur
Suhu dapat menentukan kecepatan reaksi yang terjadi pada pengolahan air minum
maupun air limbah. Semakin tinggi suhu, semakin tinggi pula kecepatan reaksi pada
pengolahan air tersebut, sehingga semakin rendah waktu detensi yang dibutuhkan. Dengan
mengetahui perkiraan waktu detensi yang terjadi, maka dapat didesain pengolahan air minum
dan air limbah yang lebih efektif sesuai dengan waktu detensi yang dibutuhkan.

e. Turbiditas
Pengetahuan mengenai turbiditas sangat penting dalam bidang penyediaan air bersih,
pengolahan air limbah domestik, maupun pengolahan limbah industri. Pengukuran turbiditas
digunakan untuk menentukan efektivitas pada pengolahan dengan dosis dan jenis bahan kimia
yang berbeda-beda. Selain itu, tingkat turbiditas juga membantu dalam pengukuran jumlah
bahan kimia yang digunakan pada pengoperasian pengolahan air pada setiap harinya. Tingkat
turbiditas berguna dalam penentuan dosis optimum koagulan yang digunakan untuk
mengolah limbah domestik dan industri (CIT, 2016).

III. ALAT & BAHAN


1. Alat
a. Water Sampler
b. DO meter
c. TDS meter
d. Termometer
e. pH meter
f. Turbidimeter
g. Botol plastik 1,5 L (3 buah)
h. Beaker glass 100 mL (3 buah)
i. Penggaris
j. Alat pengukur kedalaman (pemberat)
k. Cidukan
2. Bahan
a. Air bebas analit (aquades)
b. Sampel air Danau Mahoni Inlet, Tengah, dan Outlet

IV. CARA KERJA


4.1 Bagian Inlet dan Outlet Danau

2. Membuang sisa
1. Membilas botol 3. Mengambil sampel 4. Menyimpan
bilasan pada titik
yang akan dengan ciduk sampel pada
yang berlawanan
digunakan dengan botol 1,5 liter
dari titik
air danau
pengambilan
6. Melakukan uji
5. Menuangkan
kekeruhan, DO,
sampel ke gelas
TDS, pH, dan
beaker
temperatur

4.2 Bagian Tengah Danau

4. Menurunkan
1. Mengambil air di 2. Membilas Water 3. Menentukan titik
Sibata 30 cm
dermaga dengan Sampler dengan sampling dan
dibawah
botol 1,5 liter air dermaga, kedalaman danau
permukaan,
kemudian
angkat penutup
membuang ke titik
untuk
berlawanan
memasukkan
air
7. Menurunkan
5. Menuangkan sampel 6. Membuang sisa 8. Menuangkan
Sibata 30 cm dari
sebanyak 750 ml ke bilasan pada titik sampel
dasar danau,
botol 1,5 liter yang berlawanan sebanyak 750
angkat penutup
dari titik ml ke botol 1,5
untuk
pengambilan liter
memasukkan air

9. Membuang sisa air 10. Menuangkan 11. Melakukan uji


pada titik yang sampel sebanyak kekeruhan, DO,
berlawanan dari titik 250 ml k gelas TDS, pH, dan
pengambilan beaker suhu
V. DATA PENGAMATAN
Hasil Uji Parameter Lapangan

Tabel 5. Hasil Uji Parameter Lapangan Inlet, Tengah, dan Oulet Danau Mahoni Selasa, 9
Oktober 2018

Inlet Tengah Outlet


Parameter Pengukuran ke- Pengukuran ke- Pengukuran ke-
1 2 3 1 2 3 1 2 3
TDS
247 245 246 171 171,7 171,4 167,9 166,8 165,8
(mg/l)
Suhu (oC) 29,2 31,3 31,4 30,7 31,6 31,7 30,6 31,4 31,6
DO (mg/l) 2,99 2,67 2,74 3,63 3,43 3,41 3,70 3,51 3,46
Kekeruhan
17,6 17,3 16,6 23,3 26,4 26,5 18,8 19,2 18,5
(NTU)
pH 7,6 7,7 7,8 7,9 7,9 7,8 7,4 7,6 7,8
(sumber: Analisis Penulis, 2018)

VI. PENGOLAHAN DATA

Tabel 6 Pengolahan Data Parameter Air Danau Mahoni Bagian Inlet, Tengah, dan Outlet

Inlet Tengah Outlet


Parameter Pengukuran ke- Pengukuran ke- Pengukuran ke-
1 2 3 AVG 1 2 3 AVG 1 2 3 AVG
TDS 245,3 168, 167, 167, 167,9 163, 162, 162, 162,9
246 246 244
(mg/l) 3 2 8 9 7 5 4 8 0
30, 30, 30,
Suhu (oC) 30,73 30,8 30,9 30,9 30,87 30,9 30,9 30,9 30,90
5 8 9
DO 2,9 3,0 2,5
2,83 3,71 3,74 3,77 3,74 3,82 3,79 3,83 3,81
(mg/l) 5 2 2
Kekeruha 14, 14, 14,
14,70 18,8 18,7 18,4 18,63 13 12,6 13 12,87
n (NTU) 8 7 6
pH 8 8,1 8 8,03 8,1 8,1 8,1 8,10 8,1 8,2 8,2 8,17
(sumber: Penulis, 2018)
Tabel 7 Rata-Rata Parameter Danau Mahoni Bagian Inlet per Hari

INLET
Rata-Rata Parameter
Hari/Tanggal
Kekeruhan
TDS (mg/l) Suhu DO (mg/l) pH
(NTU)
Senin, 7 Oktober 239,11 30,68 3,44 20,41 8,29
2018
Selasa. 8 Oktober 247,78 30,81 3,13 17,97 7,84
2018
Jumat, 12 217,24 31,50 4,17 191,24 7,64
Oktober 2018
Senin, 15 262,78 30,18 4,04 24,09 7,83
Oktober 2018
Selasa, 16 262,44 29,83 2,65 35,84 7,48
Oktober 2018
Jumat, 19 276,78 30,4 3,32 154,44 7,69
Oktober 2018

Nilai Minimum 217,2 29,8 2,7 18,0 7,5


Quartil 1 241,3 30,2 3,2 21,3 7,7
Median 255,1 30,5 3,4 30,0 7,8
Quartil 3 262,7 30,8 3,9 124,8 7,8
Nilai Maksimum 276,8 31,5 4,2 191,2 8,3
Mean 251,0 30,6 3,5 74,0 7,8
(sumber: Penulis dan Kelompok Lain, 2018)

Tabel 8 Rata-Rata Parameter Danau Mahoni Bagian Tengah per Hari

TENGAH
Rata-Rata Parameter
Hari/Tanggal
Kekeruhan
TDS (mg/l) Suhu DO (mg/l) pH
(NTU)
Senin, 7 Oktober 168,22 30,72 3,42 25,17 7,91
2018
Selasa. 8 Oktober 169,92 31,31 3,62 19,63 7,80
2018
Jumat, 12 179,03 31,17 4,58 64,59 7,66
Oktober 2018
Senin, 15 186,80 30,61 3,36 199,89 7,40
Oktober 2018
Selasa, 16 183,91 30,60 3,56 82,39 7,40
Oktober 2018
TENGAH
Rata-Rata Parameter
Hari/Tanggal
Kekeruhan
TDS (mg/l) Suhu DO (mg/l) pH
(NTU)
Jumat, 19 178,9 30,5 3,52 51,48 7,77
Oktober 2018

Nilai Minimum 168,2 30,5 3,4 19,6 7,4


Quartil 1 172,2 30,6 3,4 31,7 7,5
Median 179,0 30,7 3,5 58,0 7,7
Quartil 3 182,7 31,1 3,6 77,9 7,8
Nilai Maksimum 186,8 31,3 4,6 199,9 7,9
Mean 177,8 30,8 3,7 73,9 7,7
(sumber: Penulis dan Kelompok Lain,2018)

Tabel 9 Rata-Rata Parameter Air Danau Mahoni Bagian Outlet per Hari

OUTLET
Rata-Rata Parameter
Hari/Tanggal
Kekeruhan
TDS (mg/l) Suhu DO (mg/l) pH
(NTU)
Senin, 7 Oktober 163,43 30,77 3,78 16,63 8,23
2018
Selasa. 8 Oktober 166,14 31,23 3,56 19,34 7,73
2018
Jumat, 12 166,58 31,22 4,89 14,80 8,17
Oktober 2018
Senin, 15 176,09 30,44 4,42 23,36 7,68
Oktober 2018
Selasa, 16 180,94 30,63 4,10 54,84 7,31
Oktober 2018
Jumat, 19 177,0 30,5 3,71 11,37 7,73
Oktober 2018

Nilai Minimum 163,4 30,4 3,6 11,4 7,3


Quartil 1 166,3 30,6 3,7 15,3 7,7
Median 171,3 30,7 3,9 18,0 7,7
Quartil 3 176,8 31,1 4,3 22,4 8,1
Nilai Maksimum 180,9 31,2 4,9 54,8 8,2
Mean 171,7 30,8 4,1 23,4 7,8
(sumber: Penulis dan Kelompok Lain, 2018)
Grafik Bar Variasi Data Harian Parameter Air Danau

Variasi Data Harian Parameter Air Danau Mahoni


Bagian Inlet
300.00

250.00

200.00 TDS
suhu
150.00
do
100.00
kekeruhan
50.00 ph

0.00
Senin, Selasa, Jumat, Senin, Selasa, Jumat,
8/10/18 9/10/18 12/10/18 15/10/18 16/10/18 19/10/18

Grafik 1 Variasi Data Harian Parameter Air Danau Mahoni Bagian Inlet
(sumber: Penulis dan Kelompok Lain, 2018)

Variasi Data Harian Parameter Air Danau Mahoni


Bagian Tengah
250.00

200.00

TDS
150.00
suhu

100.00 do
kekeruhan
50.00 ph

0.00
Senin, Selasa, Jumat, Senin, Selasa, Jumat,
8/10/18 9/10/18 12/10/18 15/10/18 16/10/18 19/10/18

Grafik 2 Variasi Data Harian Parameter Air Danau Mahoni Bagian Tengah
(sumber: Penulis dan Kelompok Lain, 2018)
Variasi Data Harian Parameter Air Danau Mahoni
Bagian Outlet
200.00
180.00
160.00
140.00
TDS
120.00
suhu
100.00
80.00 do
60.00 kekeruhan
40.00 ph
20.00
0.00
Senin, Selasa, Jumat, Senin, Selasa, Jumat,
8/10/18 9/10/18 12/10/18 15/10/18 16/10/18 19/10/18

Grafik 3 Variasi Data Harian Parameter Air Danau Mahoni Bagian Outlet
(sumber: Penulis dan Kelompok Lain, 2018)

Pengolahan Box & Whisker Air Danau Mahoni per Parameter

Box & Whiskers Parameter TDS


1050.00

950.00

850.00

750.00

650.00

550.00

450.00

350.00

250.00

150.00
1 2 3

BAKU MUTU OUTLET TENGAH INLET

Grafik 4 Box & Whiskers Parameter TDS Danau Mahoni


(sumber: Perhitungan Penulis, 2018)
Box & Whiskers Parameter Suhu
32.00

31.50

31.00

30.50

30.00

29.50

29.00
1 2 3

OUTLET TENGAH INLET

Grafik 5 Box & Whiskers Parameter Suhu Danau Mahoni


(sumber: Perhitungan Penulis, 2018)

Box & Whiskers Parameter DO


5.50

5.00

4.50

4.00

3.50

3.00

2.50
1 2 3

BAKU MUTU OUTLET TENGAH INLET

Grafik 6 Box & Whiskers Parameter DO Danau Mahoni


(sumber: Perhitungan Penulis, 2018)
Box & Whiskers Parameter Kekeruhan
250.00

200.00

150.00

100.00

50.00

0.00
1 2 3

BAKU MUTU OUTLET TENGAH INLET

Grafik 7 Box & Whiskers Parameter Kekeruhan Danau Mahoni


(sumber: Perhitungan Penulis, 2018)

Box & Whiskers Parameter pH


8.50
8.30
8.10
7.90
7.70
7.50
7.30
7.10
6.90
6.70
6.50
1 2 3
BAKU MUTU OUTLET TENGAH INLET

Grafik 8 Box & Whiskers Parameter pH Danau Mahoni


(sumber: Perhitungan Penulis, 2018)
Scatter Plot

Scatter Plot Parameter TDS


300
251.02
250

200 177.81 171.7

150
Mean

100

50

0
Inlet Tengah Outlet

Grafik 9 Scatter Plot Parameter TDS Air Danau Mahoni


(sumber: Perhitungan Penulis, 2018)

Scatter Plot Parameter Suhu


32.5

32

31.5
31.5 31.31
31.23

31

30.5

30
Inlet Tengah Outlet

Grafik 10 Scatter Plot Parameter Suhu Air Danau Mahoni


(sumber: Perhitungan Penulis, 2018)
Scatter Plot Parameter DO
6

5
4.08
4 3.68
3.46

3
Mean

0
Inlet Tengah Outlet

Grafik 11 Scatter Plot Parameter DO Air Danau Mahoni


(sumber: Perhitungan Penulis, 2018)

Scatter Plot Parameter Kekeruhan


250

200

150

Mean
100
74 73.86

50
23.39

0
Inlet Tengah Outlet

Grafik 12 Scatter Plot Parameter Kekeruhan Air Danau Mahoni (sumber:


Perhitungan Penulis, 2018)
Scatter Plot Parameter pH
8.4

8.2

8
7.8 7.81
7.8 7.66
7.6
Mean
7.4

7.2

6.8
Inlet Tengah Outlet

Grafik 13 Scatter Plot Parameter pH Air Danau Mahoni


(sumber: Perhitungan Penulis, 2018)

VII. ANALISA
 Analisa Percobaan
Percobaan Pemeriksaan Air ini bertujuan untuk memeriksa kualitas air sampel
berdasarkan lima parameter yang sudah ditentukan. Air sampel yang digunakan ialah
air sampel Danau Mahoni dari tiga titik yaitu inlet, tengah, dan outlet. Percobaan
dilakukan pada hari Selasa, 9 Oktober 2018. Untuk percobaan kali ini, praktikan
menggunakan pendekatan sistem agar dapat merepresentasikan hasil dari keseluruhan
Danau Mahoni. Metode yang dipakai pada percobaan kali ini adalah metode komposit,
yaitu gabungan dari beberapa metode grab yang dilakukan pada suatu titik dengan
periode waktu tertentu. Percobaan dilakukan pada hari Senin, Selasa, dan Jumat dalam
waktu dua minggu.
Praktikan menyiapkan alat alat yang akan digunakan pada percobaan kali ini yaitu
sibata untuk mengambil air sampel pada bagian tengah, ciduk untuk mengambil air
sampel pada bagian inlet dan outlet, alat pemberat dan penggaris untuk mengukur
kedalaman danau, dan botol kemasan 1500 mL sebanyak 3 buah untuk menaruh air
sampel.
Titik sampel yang pertama kali akan diambil ialah bagian tengah Danau Mahoni
yang terletak di bawah Jembatan Teksas UI. Pertama tama praktikan membilas botol
kemasan 1500 mL dan botol pada sibata dengan air danau agar kondisi di dalam botol
menjadi homogen. Setelah itu praktikan membuang air bilasan ke titik yang berlawanan
dari titik pengambilan. Hal ini dilakukan agar hasil pengambilan nanti tidak tercemar
oleh bahan bahan yang mungkin ada di dalam botol kemasan. Sebelum mengambil air
sampel, praktikan terlebih dahulu mengukur kedalaman danau dengan menggunakan
alat pemberat dan kedalaman yang didapatkan ialah 1,84 m. Karena kedalaman danau
kurang dari 10 m maka praktikan harus mengambil air sampel di dua titik; 30 cm dari
permukaan dan 30 cm dari dasar danau. Hal ini dilakukan karena kadar DO pada
permukaan lebih rendah dibanding kadar DO pada dasar danau sehingga data yang
diambil merupakan hasil yang representatif.
Untuk mengambil air sampel, praktikan menurunkan sibata dari atas jembatan
teksas secara perlahan-lahan dengan satu orang menahan tali yang terhubung dengan
sibata dan satu lagi menahan tali yang terhubung dengan tutup sibata. Praktikan menjaga
jarak satu sama lain agar tali tidak terlilit. Apabila terlilit, maka tali pembuka tutup
Sibata tidak dapat ditarik karena tertahan sehingga sampel air tidak dapat diambil.
Setelah sibata diturunkan sesuai kedalaman yang diinginkan, tali yang terhubung
dengan tutup sibata ditarik hingga terlihat gelembung gelembung kecil yang ada di air
danau. Hal ini menandakan bahwa air danau telah masuk ke dalam botol. Praktikan
menunggu hingga gelembung-gelembung tersebut hilang lalu mengendorkan kembali
tali yang terhubung dengan tutup sibata. Hal ini dilakukan agar botol sibata tertutup
kembali. Setelah itu sibata ditarik ke atas secara hati hati. Air sampel kemudian
dituangkan ke dalam botol kemasan 1500 mL. Praktikan menuangkan 750 mL air
sampel pada kedalaman 30 cm dari permukaan dan 750 mL air sampel pada kedalaman
30 cm dari dasar hingga diperoleh 1500 mL air sampel yang sudah homogen.
Titik sampel yang diambil selanjutnya ialah Inlet Mahoni yang terletak di depan
PNJ serta Outlet Mahoni yang terletak di dekat FEB UI. Pengambilan air dilakukan
sebelum turunan (terjunan) inlet dan outlet. Apabila diambil setelah turunan, maka air
yang diambil sudah mengalami aerasi dan pengadukan akibat terjunan tersebut sehingga
nilai beberapa paramteter seperti DO akan berbeda. Selain itu juga, sampel diambil
sebelum terjunan untuk menghindari adanya turbulensi yang dapat mempengaruhi hasil.
Untuk mengambil air sampel pada titik ini praktikan menggunakan cidukan dikarenakan
lokasi titik sampel tidak terlalu dalam. Hal yang pertama dilakukan adalah membilas
wadah botol kemasan dengan air danau agar dinding botol kemasan menjadi homogen
dengan air sampel. Setelah itu praktikan membuangnya ke arah yang berlawanan untuk
menghindari terjadinya kontaminasi lagi dengan botol kemasan. Dengan menggunakan
cidukan, praktikan mengambil air danau lalu menuangkannya ke dalam botol 1500 mL
hingga penuh. Setelah semua titik sudah didapatkan air sampelnya, praktikan membawa
air sampel tersebut ke laboratorium untuk diukur 5 parameternya yaitu suhu, pH, DO,
turbiditas, dan Total Dissolved Solid. Sampel harus diuji dilab dikarenakan semua alat
pengukur parameter berada di lab. Pengukuran parameter pH, TDS, dan suhu dilakukan
dengan cara menuangkan sampel dan air suling ke dua beaker glass 100 mL yang
berbeda. Kemudian dimasukkan pH meter ke dalam beaker glass yang berisi air suling
sebagai blanko. Setelah pembacaan nilai pH telah stabil, praktikan memasukkan pH
meter ke dalam beaker glass yang berisi air sampel dan melakukan hal yang serupa.
Untuk parameter TDS dan suhu, praktikan juga melakukan hal yang sama dengan TDS
meter dan thermometer seperti pada pengukuran pH, tetapi tidak menggunakan blanko.
Selanjutnya untuk parameter DO, praktikan menuangkan sampel pada beaker glass 100
mL secara perlahan-lahan agar tidak terjadi turbulensi. Praktikan mengaduk sampel
dengan DO meter agar nilai DO pada sampel merata secara keseluruhan.
 Analisa Hasil
Danau Mahoni memiliki kondisi eksisting sebagai berikut: warna air terlihat
keruh, dan tidak berbau Dari percobaan , didapatkan nilai parameter lapangan Air Danau
Mahoni dari Inlet, Tengah, dan Outlet. Parameter-parameter tersebut kemudian di
reratakan sehingga didapatkan nilai TDS, DO, suhu, kekeruhan, dan pH rata-rata dari
Inlet, Tengah dan Outlet.
Untuk nilai Total Dissolved Solid, didapatkan bahwa dari perjalanan air dari Inlet
menuju Tengah menuju Outlet, nilai TDS selalu menurun, yaitu secara berurutan 251
mg/l menjadi 177,8 mg/l dan terakhir di outlet menjadi 171,7 mg/l. Nilai TDS semakin
menurun dari Inlet menuju Outlet dikarenakan padatan yang menyebabkan nilai TDS
mengendap, tersaring, atau tertahan di danau Mahoni dalam perjalanannya menuju
Outlet. Hal ini menyebabkan berkurangnya nilai TDS. Nilai TDS yang didapat masih
dibawah baku mutu yang ditetapkan yaitu 1000 mg/l. Pengendapan juga dipengaruhi
oleh waktu tinggal air yang membantu pengendapan. Pada bagian outlet waktu tinggal
air lebih lama, sehingga nilai TDS lebih kecil pula. Nilai TDS dapat menyebabkan
peningkatan kekeruhan pada air. Selain itu, nilai TDS yang tinggi mengindikasikan
bahwa air telah tercemar dan dapat membahayakan kesehatan
Nilai DO dari Inlet menuju Outlet semakin lama semakin bertambah, yaitu secara
berurutan 3,5 mg/l, menjadi 3,7 mg/l, dan terakhir di outlet menjadi 4,1 mg/l. Hal ini
dikarenakan nilai DO dipengaruhi oleh difusi air dari atmosfer serta pengadukan. Dalam
perjalanan air dari Inlet menuju Outlet, pergerakan aliran air mendukung terjadinya
difusi dan pengadukan oksigen ke dalam air, sehingga semakin menuju outlet, nilai DO
semakin besar. Nilai DO juga mempengaruhi kehidupan biota yang ada di Danau
Mahoni. DO yang tinggi menunjukkan kondisi perairan yang baik. Baku mutu nilai DO
yang ditetapkan adalah 4 mg/L. Dari hasil sampling didapat air Inlet dan Tengah tidak
memenuhi baku mutu. Semakin tinggi nilai DO berarti semakin banyak proses biologis
yang terjadi secara aerobik maupun anaerobik yang dapat mengoksidasi dan mereduksi
beban pencemaran pada air. Oleh karena itu, semakin ke outlet biota danau hidup dengan
lebih baik.
Nilai kekeruhan dari Inlet menuju Outlet menurun, dimana pada Inlet nilai
kekeruhan air adalah 74,0 NTU, di tengah menjadi 73,9 NTU, dan di Outlet menjadi
23,4 NTU. Nilai kekeruhan air dipengaruhi oleh kandungan padatan di dalam air. Nilai
TDS dan kekeruhan saling mempengaruhi, dimana nilai keduanya berbanding lurus.
Nilai kekeruhan dari Inlet menuju Outlet semakin berkurang dikarenakan nilai TDS juga
turun, sehingga kadar padatan di dalam air menurun dan menyebabkan nilai kekeruhan
menurun pula. Standar baku mutu yang ditetapkan untuk kekeruhan adalah 5 mg/L
Nilai suhu dari Inlet menuju Outlet meningkat, walaupun peningkatan suhu
tersebut tidak signifikan, dimana pada Inlet air memiliki temperature 30,6oC dan pada
tengah dan Outlet memiliki temperature 30,8oC. Peningkatan suhu yang tinggi dapat
menyebabkan nilai DO turun. Nilai suhu cenderung stabil dan tidak berubah dikarenakan
lokasi inlet, tengah, dan outlet yang tidak terlalu berjauhan yaitu sekitar 700 meter dan
masih berada pada satu kawasan yang sama di Universitas Indonesia. Standar baku mutu
untuk suhu tidak boleh berfluktuasi lebih dari 3 derajat.
Nilai pH cenderung tidak berubah. Pada Inlet pH bernilai 7,8, pada tengah 7,7 dan
pada Outlet 7,8. Nilai pH cenderung tidak berubah karena danau Mahoni memiliki sifat
buffer, yaitu dapat mempertahankan nilai pH. Selain itu, aktivitas yang terjadi di sekitar
danau Mahoni tidak banyak mempengaruhi nilai pH sehingga berubah dengan drastis.
Nilai DO dan temperature saling berhubungan, dimana dengan suhu yang naik
nilai DO akan turun. Pada kasus ini, suhu air cenderung konstan, namun nilai DO
cenderung terus meningkat. Hal ini dikarenakan faktor-faktor lain yang telah dijelaskan
selain suhu meningkatkan kadar DO. Nilai TDS dan kekeruhan berhubungan, dimana
dengan nilai TDS yang meningkat, maka nilai kekeruhan juga meningkat. Pada Danau
Mahoni, nilai TDS dan kekeruhan dari Inlet menuju Outlet sama-sama menurun.
Dari hasil yang didapatkan, Praktikan lalu mencari nilai minimum, kuartil 1,
median, kuartil 3, nilai maksimum, serta rata-rata hasil dari masing masing parameter
untuk dikonversi menjadi box and whiskers plot serta scatter plot. Praktikan menjadikan
sumbu x sebagai titik tempat pengambilan sampling air dan sumbu y merepresentasikan
besarnya nilai untuk masing masing parameter. Kedua plot ini dapat digunakan untuk
menentukan letak parameter air Danau Mahoni terhadap baku mutu yang ada.
Untuk parameter TDS, dari scatter plot rentang paling tinggi didapat pada air
sampling di bagian inlet, yaitu nilai bernilai rata-rata 251,02 mg/l. Berdasarkan standar
baku mutu, nilai TDS maksimal adalah sebesar 1000 mg/l. Pada box and whisker plot
dapat dilihat bahwa pada Inlet, Tengah, dan Outlet Danau Mahoni telah memenuhi
standar baku mutu air kelas 4. Nilai standar deviasi TDS cenderung kecil, yaitu berkisar
antara 6-19, sehingga dengan standar deviasi pun, kemungkinan nilai TDS melebihi
standar baku mutu juga kecil.
Untuk parameter DO, dari scatter plot rentang tertinggi terdapat pada air
sampling bagian outlet, yaitu dengan rata-rata sebesar 4,08 mg/l. berdasarkan standar
baku mutu, nilai DO minimum untuk Danau Mahoni adalah sebesar 4 mg/l. Pada box
and whiskers plot, dapat dilihat bahwa Inlet, Tengah, dan Outlet Danau Mahoni
menyentuh standar baku mutu tersebut. Bagian Inlet dan Tengah paling jarang mencapai
standar baku mutu tersebut, yaitu pada Inlet nilai 4 mg/l berada pada range antara nilai
maksimum dan kuartil 3. Bagian Inlet juga memiliki nilai minimum DO terendah,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pada bagian Inlet nilai DO lebih rendah
dibandingkan dengan pada Tengah dan Outlet. Untuk bagian Outlet, standar baku mutu
berada pada median nilai DO bagian Outlet, dan nilai kuartil 3 serta nilai maksimum
telah memenuhi standar baku mutu air. Secara garis besar, pada bagian Outlet Danau
Mahoni cenderung lebih sering memenuhi standar baku mutu nilai DO dibandingkan
dengan pada bagian Tengah dan Inlet Danau Mahoni. Nilai standar deviasi DO berkisar
antara 0,3-0,4. Sehingga masih terdapat kemungkinan pada bagian Inlet, Tengah, dan
Outlet untuk memenuhi atau tidak memenuhi standar baku mutu.
Untuk parameter kekeruhan, dari scatter plot rentang paling tinggi didapat pada
air sampling di bagian tengah, yaitu dengan mean sebesar 31,45 NTU. Dari box and
whisker plot dapat dilihat dari nilai minimumnya bahwa Inlet, Tengah, dan Outlet Danau
Mahoni tidak pernah menyentuh standar baku mutu yaitu 5 NTU. Sehingga untuk
parameter kekeruhan, Danau Mahoni masih belum memenuhi standar baku mutu.
Parameter kekeruhan memiliki nilai standar deviasi yang cukup tinggi, yaitu berkisar
pada angka 60-70. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kekeruhan masih dapt terus naik
ataupun turun secara drastic.
Pada parameter pH, pada scatter plot ketiga lokasi Inlet, Tengah, dan Outlet
memiliki nilai pH yang relative stabil. Berdasarkan standar baku mutu, nilai pH yang
memenuhi syarat berkisar antara 6,5-8,5. Air Danau Mahoni bagian Inlet, Tengah, dan
Outlet semuanya telah memenuhi standar baku tersebut. pH memiliki nilai standar
deviasi yang kecil, yaitu berkisar pada angka 0,3 sehingga penurunan dan penambahan
tidak akan mengeluarkan nilai pH Danau Mahoni dari standar baku mutu. Standar baku
mutu yang digunakan ialah Permenkes No.32 tahun 2017

 Analisa Kesalahan
Pada praktikum kali ini terdapat beberapa kesalahan yang mempengaruhi hasil
praktikum seperti:

1. Saat pengambilan sampel terutama dengan sibata, beberapa kali tali terlilit
sehingga menyebabkan terjadinya turbulensi pada air sampel
2. Turbulensi air pada saat memindahkan sampel ke wadah
3. Saat pengambilan sampel masih terdapat udara yang ikut masuk dalam botol
sampel sehingga mempengaruhi hasil
4. Pengujian sampel dilakukan dengan rentang yang cukup lama dikarenakan jam
praktikum terpotong oleh kelas sehingga terjadi beberapa perubahan parameter
pada interval jam tersebut
5. Saat pengujian kekeruhan, kuvet belum sepenuhnya bersih sehingga bisa saja
mempengaruhi hasil
6. Ketidaktelitian praktikan dalam melihat hasil praktikum

VIII. KESIMPULAN
- Secara garis besar, dari Inlet menuju Tengah menuju Outlet, Danau Mahoni
semakin lama semakin memenuhi standar baku mutu.
- Hasil parameter untuk masing masing bagian danau ialah:
TDS : 251 mg/l (Inlet), 177,8 mg/l (Tengah), 171,7 mg/l (Outlet)
DO : 3,5 mg/l (Inlet), 3,7 mg/l (Tengah), 4,1 mg/l (Outlet)
Suhu : 30,6oC (Inlet), 30,8oC (Tengah dan Outlet)
pH : 7,8 (Inlet), 7,7 (Tengah), 7,8 (Outlet)
Kekeruhan : 74,0 NTU (Inlet), 73,9 NTU (Tengah), 23,4 NTU (Outlet)
- Dari kelima parameter, standar baku mutu parameter kekeruhan tidak dipenuhi
oleh ketiga bagian danau.
- Untuk menurunkan kekeruhan tersebut, dapat dilakukan proses adsorpsi dan
filtrasi.
- Percobaan ini dapat dilakukan untuk mengetahui kualitas air dengan 5
parameter: TDS, DO, suhu, pH, dan kekeruhan
- Parameter yang diukur saling berkaitan satu sama lain. Kenaikan suhu dapat
menyebabkan nilai DO akan berkurang, parameter TDS yang tinggi
menyebabkan kekeruhan yang tinggi.

IX. DAFTAR PUSTAKA

CIT. (2016). DEPARTMENT OF CIVIL ENGINEERING-CHENNAI INSTITUTE OF


TECHNOLOGY. CE2356-ENVIRONMENTAL ENGINEERING LAB.
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Fardiaz, S. (1992). Polusi Air dan Udara. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Iman, S. (2009). Pengaruh pH Pada Air. Lampung: Universitas Lampung Mangkurat.
Jogjakarta, P. K. (2012). Metode Pengambilan Contoh Air. Jogjakarta.
Kordi, K., & Andi. (2009). Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Jakarta: Rineka Cipta.

Kristanto, G. A., Moersidik, S. S., Gusniani, I., Priadi, C. R., Adityosulindro, R., Octavianti, T., &
Kamadewi, L. (2013). Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan. Depok: Universitas
Indonesia.
Odum, E. (1971). Fundamental of Ecology. London: W.B. Saunders.
PP No. 82 Tahun 2001. (t.thn.).
Rao, C. (1992). Environmental Pollution Control Engineering. New Delhi: Wiley Eastern Limited.
RI, K. K. (2002). PerMenKes no. 907.

X. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai