Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN

MODUL VI
KESADAHAN TOTAL, KALSIUM, DAN MAGNESIUM
(METODE TITRIMETRI)

Kelompok 3
Disusun oleh:
Adrian Wasistoadi (1606885980)
Amelia Majid (1606831792)
Nurul Shafira Daradjat (1606884400)

Asisten Praktikum : Adinda Putri Hariani


Tanggal Praktikum : 19 Maret 2018
Tanggal Disetujui :
Nilai :
Paraf Asisten :

LABORATORIUM TEKNIK LINGKUNGAN


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2018
MODUL VI
KESADAHAN TOTAL, KALSIUM, DAN MAGNESIUM
(METODE TITRIMETRI)

I. TUJUAN
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk menentukan kesadahan
total kalsium dan magnesium yang terdapat dalam sampel air danau UI dengan
metode titrimetri EDTA dengan batas terendah 5 mg/L.

II. DASAR TEORI


a. Definisi Kesadahan
Kesadahan merupakan suatu istilah yang digunakan untuk mendefinisikan
air yang mengandung kation-kation penyebab kesadahan. Air disebut
sadah (keras) ketika kandungan kadar mineral yang dikandungnya tinggi,
sedangkan air lunak berarti kadar mineral yang dikandungnya rendah.
Pada umumnya, kesadahan disebabkan oleh adanya kation-kation logam
bervalensi dua, seperti besi (Fe), strontium (Sr), mangan (Mn), kalsium
(Ca), dan magnesium (Mg). Akan tetapi, penyebab utama dari kesadahan
sering diakibatkan karena kandungan kalsium dan magnesium dalam
bentuk garam karbonat. Kalsium dalam air mempunyai kemungkinan
untuk bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat, khlorida, dan nitrat.
Sedangkan, magnesium yang berada di dalam air dapat bersenyawa
dengan bikarbonat, sulfat dan khlorida.

Tingkat kesadahan di berbagai tempat perairan berbeda-beda. Pada


umumnya, air tanah memiliki tingkat kesadahan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan sumber perairan lainnya. Tingkat kesadahan air
dilihat dari kadar CaCO3 dalam miligram per liter air layaknya alkalinitas,
hal ini merepresentasikan dari jumlah garam karbonat yang terbentuk di
dalam air. Sifat air dapat dilihat dari tingkat jumlah kesadahannya sebagai
berikut.
CaCO3 dalam mg/L air Tingkat kesadahan air
0 – 75 Lunak (soft)
75 – 150 Sedang (moderately hard)
150 – 300 Tinggi (hard)
Di atas 300 Tinggi sekali (very hard)
Tabel 1. Klasifikasi air berdasarkan tingkat kesadahannya.

b. Penyebab Terjadinya Kesadahan


Kesadahan dalam air disebabkan karena adanya kandungan mineral, baik
berupa garam karbonat maupun logam divalensi, di dalam air. Kandungan
mineral yang ada dalam air dihasilkan dari kontak antara tanah dan
pembentukan tanah. Hal ini terkait dengan siklus hidrologi. Ketika air
hujan jatuh ke permukaan bumi, ia tidak mampun untuk melarutkan
jumlah padatan yang sangat banyak sebagaimana yang ditemukan dalam
sumber perairan alami. Kemampuan untuk melarutkan padatan diperoleh
di dalam tanah ketika karbon dioksida dilepaskan melalui aktivitas
mikroorganisme (termasuk bakteri). Tanah menjadi dipenuhi oleh
kandungan karbon dioksida, dimana keberadaannya ini akan selalu
seimbang dengan asam karbonat yang ada di dalam tanah juga. Dalam
kondisi pH rendah, partikel material dasar, termasuk yang digunakan saat
proses pembentukan batu kapur akan melarut.
(Sawyer, 2003)
Gambar 1. Sumber dari Karbon dioksida dan Proses Pembentukan
Kesadahan Air

Sumber: Sawyer

Karbon dioksida akan bergabung dengan material karbonat yang tidak


larut di dalam tanah dan karbon dioksida akan mengubah material tersebut
menjadi bikarbonat larut melalui proses pembentukan batu kapur. Karena
batu kapur mengandung bahan lain selain karbonat (sulfat, klorida, dan
silikat), bahan-bahan ini akan ikut terlarut ketika terkena oleh air.

Secara umum, air tanah memiliki kadar kesadahan yang lebih tinggi
dibanding air permukaan karena sumber air berada di dalam lapisan tanah
yang tebal dan terjadi pembentukan batu kapur. Sedangkan pada air
permukaan, lapisan tanah di sekelilingnya tipis dan pembentukan batu
kapur terjadi sedikit atau tidak ada sama sekali.

Kation Penyebab Kesadahan Anion


2+
Ca HCO3-
Mg2+ SO42-
Sr2+ NO3-
Fe2+ Cl-
Mn2+ SiO32-
Tabel 2. Kation dan anion penyebab kesadahan dalam air

c. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kesadahan


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kesadahan, hal ini
berdasarkan pada proses pelarutan mineral tanah ke dalam air. Secara
umum, tingkat kesadahan dipengaruhi oleh kandungan ion mineral yang
ada di dalam air:
 Kandungan ion kalsium
 Kandungan ion magnesium
 Kandungan garam-garam bikarbonat
 Kandungan garam-garam karbonat
 Kandungan garam-garam klorida
 Kandungan garam-garam sulfat
 Ion mineral lainnya.

d. Alasan Kesadahan Dimasukkan sebagai Parameter Kualitas Air


Kesadahan dimasukkan sebagai parameter penting karena hal ini terkait
dengan keberlangsungan makhluk hidup di dalamnya serta penggunaan air
dalam kehidupan sehari-hari. Tidak semua makhluk hidup (khususnya
ikan) dapat hidup pada nilai kesadahan yang sama. Kesadahan juga
merupakan petunjuk yang penting dalam hubungannya dengan usaha
untuk memanipulasi nilai pH. Ketidaksesuaian nilai kesadahan (kalsium
dan magnesium/General Hardness) akan mempengaruhi transfer unsur
hara dari sekresi melalui membran makhluk hidup dan dapat
mempengaruhi kesuburan.

Selain itu, di kehidupan sehari-hari nilai kesadahan juga mempengaruhi


faktor ekonomi industri dan kalangan masyarakat. Di bidang industri
terkait dengan masalah pemanasan dan perpipaan yang timbul akibat
adanya kerak, serta di kalangan masyarakat terkait penggunaan sabun dan
bahan pembersih lain yang kurang efektif.

e. Standar Baku Mutu Kesadahan


Arti baku mutu lingkungan menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai
unsur lingkungan hidup. Baku mutu lingkungan meliputi baku mutu air,
baku mutu air limbah, baku mutu air laut, baku mutu udara ambeien, baku
mutu udara emisi, baku mutu gangguan, dan baku mutu lain sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika unsur pencemar di
lingkungan melewati baku mutu lingkungan yang ditetapkan, maka dapat
dikatakan bahwa lingkungan mengalami pencemaran.

Adapun fungsi dari penetapan baku mutu lingkungan adalah:


1. Sebagai sarana pengontrolan terjadinya pencemaran
terhadap lingkungan hidup.
2. Pengendalian dampak lingkungan.
3. Mengetahui kualitas lingkungan hidup dan kualitas
buangan yang diizinkan untuk dilepas ke lingkungan
hidup.

Penilaian seberapa besar kondisi terjadi kerusakan lingkungan


menggunakan nilai batas ambang, dimana Nilai Ambang Batas (NAB)
adalah batas-batas daya dukung, daya toleransi, daya tenggang dan
kemampuan toleransi lingkungan terhadap perubahan yang terjadi.
Sebuah lingkungan dapat dikatakan tercemar apabila kondisi lingkungan
telah melewati batas ambang (batas maksimum dan batas minimum)
berdasarkan baku mutu lingkungan.Secara prinsip, setiap orang
diperbolehkan untuk membuang limbah ke media lingkungan, asal
memenuhi beberapa persyaratan seperti memenuhi baku mutu lingkungan
hidup, memenuhi nilai batas ambang, dan mendapat izin dari pemerintah
setempat.

Mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan/atau diuji berdasarkan
parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Baku mutu air adalah ukuran batas
atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada dan/atau
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air.

Berkaitan dengan baku mutu air, pemerintah telah menyusun batas


ambang maksimum kadar sulfat yang diperbolehkan. Dalam Keputusan
Menteri Kesehatan RI No. 907 tahun 2002 tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum, sulfat termasuk ke dalam bahan
inorganik yang dapat menimbulkan keluhan pada konsumen. Kadar
kesadahan total maksimum yang diperbolehkan dalam air adalah sebesar
500 mg/L.

Kadar Kesadahan Maksimum yang Diperbolehkandalam Kepmenkes RI No. 907 Tahun 2002

Sumber: Lampiran Persyaratan Kualitas Air Minum pada Kepmenkes RI No. 907 Tahun
2002

Sedangkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492 tahun 2010


tentang Persyaratan dan Kualitas Air Minum, sulfat termasuk ke dalam
parameter kimiawi yang wajib diperiksa pada setiap pemeriksaan sampel
air. Kadar kesadahan totalmaksimum yang diperbolehkan dalam air adalah
sebesar 500 mg/L

Kadar Kesadahan Maksimum yang Diperbolehkan dalam Permenkes RI No. 492 Tahun 2010

Sumber: Lampiran Persyaratan Kualitas Air Minum pada Kepmenkes RI No. 492 Tahun
2010

Di negara lain, seperti Kanada (tepatnya di kota Saskatoon), kesadahan


total merupakan salah satu komponen inorganik yang terdapat di dalam
air. Terdapat pemberlakuan nilai batas ambang maksimum total
kesadahan untuk air minum, yaitu sebesar 800 mg CaCO3/L

Kadar KesadahanMaksimum yang Diperbolehkandalam Water Quality of Saskatoon, Canada

Sumber: https://www.saskatoon.ca/services-residents/power-water/water-
wastewater/drinking-water/water-quality-characteristics

U.S. EPA atau United States Environmental Protection Agency adalah


sebuah badan yang mengeluarkan peraturan-peraturan yang menjaga
kesehatan lingkungan. Salah satu produk lembaga ini adalah peraturan
yang mengatur tentang air yang berjudul Safe Drinking Water Act. Di
dalamnya terdapat berbagai macam definisi yang berkaitan dengan air
bersih beserta parameter-parameter yang menjadikan air bisa
digolongkan menjadi air bersih dan layak konsumsi. Sulfat diatur dalam
secondary standards. Secondary standards adalah sekumpulan daftar
kontaminan tambahan yang ditentukan oleh U.S. EPA karena
kontaminan-kontaminan yang berada di dalam golongan secondary
standards ini tidak seberbahaya kontaminan yang berada pada daftar
National Primary Drinking Water Regulations (NPDWRs). Menurut
EPA, kontaminan-kontaminan yang berada pada secondary standards
adalah kontaminan yang menyebabkan ketidaknyamanan seperti air yang
berwarna dan memiliki rasa serta bau yang buruk yang dapat
menyebabkan orang-orang berhenti menggunakan air tersebut walaupun
sebenarnya air tersebut aman dan layak konsumsi. Tidak seperti dalam
NPDWRs yang dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius.

Dalam secondary standards U.S EPA, kesadahan sendiri terukur melalui


parameter Total Dissolved Solids (TDS). TDS merupakan salah satu
parameter yang mengukur jumlah seluruh kontaminan yang terlarut di
dalam air, termasuk mineral dan garam logam. Kesadahan disebabkan
oleh kontaminan mineral yang terlarut di dalam air, maka dari itulah U.S
EPA menggunakan parameter ini. Nilai batas maksimum TDS yang
diizinkan adalah 500 mg/L.

Kadar Total Dissolved Solids (TDS)Maksimum yang Diperbolehkan dalam National Secondary
Drinhing Water Regulation

Sumber: National Primary Drinking Water Regulations, U.S EPA, May 2009

f. Hubungan Kesadahan dengan Parameter Kualitas Air Lainnya


1. Hubungan dengan alkalinitas
Semakin tinggi nilai kesadahan maka disertai pula dengan
tingginya nilai alkalinitas. Akan tetapi tidak selalu tingginya nilai
kesadahan disertai dengan tingginya nilai alkalinitas. Jika
alkalinitas total melebihi kesadahan total maka sebagian dari ion
penyusunnya alkalinitas (bikarbonat dan karbonat) berasosiasi
dengan kation valensi satu (monovalent), misalna kalium (K+) dan
sodium (Na+), yang tidak terdeteski pada penentuan kesadahan. Di
perairan yang mengandung kalium dan sodium, nilai alkalinitas
total dapat mencapai 6.000 mg/liter CaCO3, akan tetapi tidak
ditemukan nlai kesadahan. Sebaliknya, jika kesadahan total
melebihi alkalinitas total maka sebagian dari kation penyusun
kesadahan berikatan dengan sulfat, klorida, dan silikat, atau nitrat
ang tidak terdeteksi pada penentuan alkalinitas.

Oleh karena itu hubungan antara nilai kesadahan dan alkalinitas


tidak selalu positif atau semakin besar nilai kesadahan tidak selalu
disertai dengan semakin tingginya alkalinitas dan sebaliknya.

2. Hubungan dengan Total Dissolved Solids


Total padatan terlarut merupakan konsentrasi jumlah ion kation
dan anion di dalam air. Analisa pengukuran TDS digunakan
sebagai uji indikator untuk menentukan kualitas umum dari air.
Sumber padatan terlarut total dapat mencakup semua kation dan
anion terlarut. Total zat padat terlarut biasanya terdiri atas zat
organik, garam anorganik, dan gas terlarut. Bila total zat padat
bertambah, maka kesadahan akan naik pula

g. Tipe-Tipe Kesadahan
Kesadahan dibagi berdasarkan dua tipe, yaitu berdasarkan ion logamnya
dan berdasarkan hubungan ikatan anion dengan ion logam terkait.
1. Kesadahan kalsium dan magnesium
Kalsium dan magnesium merupakan kation penyebab kesadahan
yang memiliki porsi terbesar di dalam perairan. Perhitungan
mengenai keduanya menjadi penting untuk penyediaan air dengan
kualitas baik bagi masyarakat. Adapun nilai kesadahan kalsium
dapat ditentukan melalui percobaan, sedangkan nilai kesadahan
magnesium didapatkan dari hasil pengurangan antara kesadahan
total dengan kesadahan kalsiumnya. Dalam menentukan nilai
kesadahan kalsium, langkah yang dilakukan juga dapat ditentukan
untuk mengetahui nilai kesadahan yang diakibatkan oleh kation
strontium.

2. Kesadahan karbonat dan non-karbonat


Kesadahan karbonat merupakan bagian dari kesadahan total yang
merupakan jumlah dari ion bikarbonat dengan alkalinitas karbonat
yang ada di dalam air. Alkalinitas juga diukur dalam satuan CaCO3
mg/L, oleh karena itu penentuan kesadahan karbonat dapat melalui
hubungan berikut:Ketika angka alkalinitas lebih kecil daripada
angka kesadahan total, maka jumlah kesadahan karbonat sama
dengan jumlah alkalinitas. Sedangkan, ketika angka alkalinitas
lebih besar daripada angka kesadahan total, maka jumlah
kesadahan karbonat akan sama dengan jumlah kesadahan total.
Angka kesadahan non-karbonat dapat dihitung dengan
pengurangan angka kesadahan total dengan angka kesadahan
karbonat.

Angka kesadahan karbonat menjadi penting karena ion bikarbonat


dan karbonat yang terkandung dapat mengendap di dalam
perpipaan dan pemanas air pada temperatur tertentu, atau ketika
terjadi proses pelunakan air yang menggunakan kapur.

Berdasarkan keberadaan karbonat inilah, kesadahan air juga dapat


dikelompokkan berdasarkan sifatnya, yaitu kesadahan sementara
dan kesadahan tetap. Kesadahan sementara merupakan kesadahan
yang disebabkan oleh karbonat, baik berupa kalsium bikarbonat
(Ca(HCO3)2) ataupun magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2).
Kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air, sehingga
air tersebut terbebas dari ion Ca2+ dan Mg2+. Sedangkan,
kesadahan tetap adalah kesadahan yang diakibatkan oleh ion non-
karbonat. Kation dalam kesadahan tetap akan berikatan dengan
anion sulfat, klorida, dan nitrat. Senyawa yang terlarut dapat
berupa kalsium klorida (CaCl2). Kalsium nitrat Ca(NO3)2),
kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2), magnesium
nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4). Kesadahan
non-karbonat ini tidak bisa dihilangkan dengan pemanasan.Untuk
membebaskan air tersebut darikesadahan, harus dilakukan dengan
cara kimia, yaitu dengan mereaksikan air tersebut dengan zat-zat
kimia tertentu. Pereaksi yang digunakan adalah larutan karbonat
yaitu Na2CO3 atau K2CO3. Penambahan larutan karbonat
diimaksudkan untuk mengendapkan ion Ca2+ dan Mg2+. melalui
reaksi berikut.

CaCl2 + Na2CO3CaCO3 (s) + 2NaCl


Mg(NO3) + K2CO3MgCO3(s) + 2KNO3

Dengan terbentuknya endapan CaCO3 atau MgCO3 berarti air


tersebut telah terbebas dari ion Ca2+ dan Mg2+.

3. Semi-kesadahan (Pseudo Hardness)


Laut dan sumber perairan lain yang mengandung jumlah Na+
tertentu akan mengganggu hubungan air dengan perilaku sabun
karena pengaruh ion. Natrium bukanlah kation penyebab
kesadahan, aksi ini muncul akibat tingginya konsentrasi natrium
tersebut di dalam air.

h. Metode Pemeriksaan Kesadahan


Terdapat banyak metode untuk menentukan angka kesadahan, namun
dalam Standard Methods terdapat dua metode yang sering digunakan.
1. Metode Kalkulasi
Merupakan metode yang memungkinkan untuk paling akurat.
Perhitungan dilakukan berdasarkan ion divalen yang ditemukan
melalui analisis kation. Konsentrasi dari setiap kation divalen dalam
reaksi dapat juga ditentukan dengan cara absorbsi atom, plasma
induktif, maupun kromatografi ion atau elektrode ion spesifik.
Perhitungan kesadahan yang disebabkan oleh setiap kation dapat
dilakukan berdasarkan rumus berikut.
mg mg 50
Hardness (CaCO3 ) = M 2+ ( ) ×
L L EW of M 2+
M2+ merepresentasikan setiap ion logam divalen.

2. Metode Titrimetri EDTA


Metode ini melibatkan penggunaan formula asam
ethylenediaminetetraacetic (EDTA) atau garam natriumnya sebagai
agen titrasi.

Gambar
1. Formula EDTA
beserta garam natriumnya

Sumber:

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/3c/EDTA.svg/1200px-
EDTA.svg.png

Garam dinatrium etilen diamin tetra asetat (EDTA) akan bereaksi


dengan kation logam divalen kompleks penyebab kesadahan
membentuk senyawa kompleks yang larut. Pada pH 10 ± 0,1, ion ion
kalsium dan magnesium dalam contoh uji akan bereaksi dengan
indikator Eriochrome Black T (EBT) atau Calmagite, dan membentuk
larutan berwarna merah keunguan. Jika Na2EDTA ditambahkan
sebagai titran, maka ion-ion kalsium dan magnesium akan membentuk
senyawa kompleks, molekul indikator terlepas kembali, dan pada titik
akhir titrasi larutan akan berubah warna dari merah keunguan menjadi
biru. Dari cara ini akan didapat kesadahan total, yang merupakan
gabungan dari kesadahan kalsium dan kesadahan magnesium.

Kesadahan kalsium dapat ditentukan secara langsung dengan EDTA


bila pH contoh uji dibuat cukup tinggi (sekitar 12-13), sehingga
magnesium akan mengendap sebagai magnesium hidroksida dan pada
titik akhir titrasi indikator Eriochrome Black T (EBT) hanya akan
bereaksi dengan kalsium saja membentuk larutan berwarna biru. Dari
cara ini akan didapat kadar kalsium dalam air (Ca). Dari kedua cara
tersebut dapat dihitung kadar magnesium dengan cara mengurangkan
hasil kesadahan total dengan kadar kalsium yang diperoleh, yang
dihitung sebagai CaCO3.

i. Dampak Kesadahan
Kesadahan tidak membawa pengaruh apapun dalam bidang kesehatan,
berbeda dengan parameter lainnya. Oleh sebab itulah, kesadahan masuk
dalam secondary standards oleh U.S EPA. Kesadahan menyebabkan
ketidaknyamanan seperti air yang berwarna dan memiliki rasa serta bau
yang buruk, serta dapat membawa pengaruh dalam kecantikan (seperti
perubahan kulit dan gigi). Terdapat masalah lebih penting yang
diakibatkan oleh kesadahan. Air sadah dapat menghambat penggunaan
sabun efektif sehingga menimbulkan proses pembersihan yang tidak
sempurna. Selain itu, kesadahan juga dapat menyebabkan endapan dalam
pipa yang menghambat sistem distribusi air dan pengolahan air lainnya.

j. Pemanfaatan Data Kesadahan pada Bidang Teknik Lingkungan


Kesadahan air merupakan suatu parameter penting yang diperhitungkan
dalam kelayakan air untuk keperluan domestik dan industri. Di bidang
industri pula, kesadahan dijadikan sebagai data dasar untuk proses water
softening atau pelunakan air. Jumlah kesadahan kalsium dan magnesium
dan berdasarkan tipe kesadahan (karbonat dan/atau non karbonat)
menentukan metode apa yang paling ekonomis untuk melakukan proses,
serta penting pula untuk penentuan desain unit pelunakan air tersebut.

Water softening bekerja berdasarkan prinsip pertukaran ion. Pada proses


pertukaran ion, ion kalsium dan magnesium ditukar dengan ion sodium.
Pertukaran ini berlangsung dengan cara melewatkan air sadah ke dalam
unggun butiran yang terbuat dari bahan yang mempunyai kemampuan
menukarkan ion. Terdapat beberapa bahan penukar ion yaitu: Bahan
penukar ion alam yang disebut greensand atau zeolit, kemudian bahan
penukar ion zeoilt buatan dan yang saat ini sering digunakan adalah bahan
penukar ion yang disebut resin penukar ion. Resin penukar ion umumnya
terbuat dari partikel cross-linked polystyrene. Terdapat beberapa resin
penukar ion yang diproduksi oleh berbagai pabrik dan dipasaran masing-
masing mempunyai nama dagang tersendiri. Untuk proses penghilangan
kesadahan atau pelunakan, resin yang digunakan adalah resin penukar
kation yang mengandung sodium.

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
 Statif dan klem
 Buret 50 mL
 Labu erlenmeyer 250 mL
 Gelas ukur 100 mL
 Pipet volume 10 mL dan 50 mL
 Pipet ukur 10 mL
 Spatula
 Kertas pH
 Botol semprot
 Pipet tetes

b. Bahan
 Air sampel outlet Danau Agatis UI
 Indikator Eriochrome Black T (EBT)
 Larutan penyangga pH 10 ± 0,1
 Indikator murexid
 Larutan NaOH 1 N
 Larutan baku Na2EDTA.2H2O 0,01 M
 Air suling

IV. CARA KERJA Commented [APH1]: dirapikan lagi, tambahin panah

a. Prosedur Kesadahan Total


1. Memasukkan 25 mL sampel ke 2. Menuangkan 25 mL air suling ke
dalam gelas ukur gelas ukur

3. Memasukkan sampel dan air suling 4. Menambahkan larutan


dalam gelas ukur ke dalam penyangga pH 10+0,1 hingga pH
Erlenmeyer sampel mencapai 10
5. Menambahkan indicator EBT 6. Menitrasi dengan larutan
hingga larutan berwarna merah Na2EDTA 0,01 M hingga
keunguan diperoleh titik akhir biru seulas

7. Mencatat volume Na2EDTA yang


dibutuhkan untuk titrasi.
b. Prosedur Kesadahan Kalsium
1. Memasukkan 25 mL sampel ke 2. Menuangkan 25 mL air
dalam gelas ukur suling ke gelas ukur

3. Memasukkan sampel dan air 4. Menambahkan larutan


suling dalam gelas ukur ke dalam NaOH 1 N hingga pH
Erlenmeyer sampel mencapai 12

5. Menambahkan indicator Murexid 6. Menitrasi dengan larutan


hingga larutan berwarna merah Na2EDTA 0,01 M hingga
muda diperoleh titik akhir ungu
7. Mencatat volume Na2EDTA yang
dibutuhkan untuk titrasi.

V. DATA PENGAMATAN
a. Kesadahan Total
KESADAHAN TOTAL

VOLUME FP PERUBAHAN VOLUME TITRASI (mL)


SAMPEL WARNA SEBELUM SESUDAH
(mL)
25 2 Ungu menjadi 8,8 10,7 1,85
biru seulas

b. Kesadahan Kalsium
KESADAHAN KALSIUM

VOLUME FP PERUBAHAN VOLUME TITRASI (mL)


SAMPEL WARNA SEBELUM SESUDAH
(mL)
25 2 Merah muda 10,7 12 1,3
menjadi ungu
VI. PENGOLAHAN DATA
a. Kesadahan Total

Kesadahan Total (mg/L) = (1000/Vcu) x VEDTA x MEDTA x FP

Kadar kesadahan Total percobaan ini


= (1000/25) x 1,85 x 0,01 x 100 x 2
= 148 mg/L

b. KesadahanKalsium

KesadahanKalsium (mg/L) = (1000/Vcu) x VEDTA x MEDTA x FP

Kadar kesadahan Kalsium percobaan ini


= (1000/25) x 1,3 x 0,01 x 40 x 2
= 41,6 mg/L

c. Kesadahan Magnesium

Kesadahan Magnesium = Kesadahan Total – KesadahanKalsium

Kadar kesadahan Magnesium percobaan ini


= 148 – 41,6
= 106,4 mL

VII. ANALISIS
1. Analisis Percobaan
Percobaan modul Kesadahan Total ini bertujuan untuk menentukan
kesadahan total yang terdapat dalam contoh air danau dengan metode
titrimetri EDTA dengan batas terendah 5 mg/L. Peralatan yang dibutuhkan Commented [a2]: lengkapi statif dan klem, dan jelaskan apa
fungsinya
untuk percobaan ini adalah buret 50 mL untuk menampung larutan
Na2EDTA 0,01 M yang akan digunakan sebagai larutan titrasi, statif dan
klem yang berfungsi untuk menjepitkan buret ketika melakukan titrasi,
labu Erlenmeyer 250 mL untuk menampung larutan sampel, gelas ukur
100 mL untuk mengukur volume larutan sampel dan air suling secara
presisi, pipet volume 10 mL dan 50 mL dan pipet ukur 10 mL untuk
memipet dan memindahkan larutan, spatula untuk mengambil indicator
EBT dan Murexid, kertas pH untuk mengetahui pH larutan setelah
ditambah larutan penyangga dan NaOH, botol semprot untuk menampung
dan mengeluarkan air suling, dan pipet tetes untuk memipet larutan dalam
jumlah atau volume yang kecil. Sedangkan bahan yang diperlukan untuk Commented [a3]: lengkapi, sampel

percobaan ini adalah larutan sampel yang berasal dari outlet danau Agatis,
indicator Eriochrome Black T (EBT) dan indicator Murexid yang Commented [a4]: apa fungsinya
Commented [a5]: jelasin fungsinya
berfungsi sebagai indicator adanya ion-ion kalsium dan magnesium di
dalam larutan sampel, larutan penyangga pH 10+0,1 dan larutan NaOH 1
N untuk meningkatkan pH larutan sampel sampai pada kondisi basa, serta
larutan baku dinatrium etilen diamin tetra asetat dihidrat 0,01 M yang
berfungsi sebagai larutan penitrasi.

Pada percobaan ini terdapat dua prosedur yang akan dilakukan, yaitu
prosedur kesadahan total dan prosedur kesadahan kalsium. Prosedur yang
Praktikan lakukan pertama adalah prosedur kesadahan total. Pertama-
tama, Praktikan memasukkan 25 mL larutan sampel ke dalam gelas ukur
dan menuangnya ke dalam labu Erlenmeyer. Kemudian, Praktikan
memasukkan 25 mL air suling ke dalam gelas ukur dan memasukkannya
ke dalam labu Erlenmeyer yang sama. Pemasukan ke dalam gelas ukur
terlebih dahulu dilakukan agar penentuan volume larutan sampeldan air
suling yang dibutuhkan lebih presisi. Penambahan air suling dilakukan
agar dapat mengencerkan larutan sampel dari 25 mL menjadi 50
mL.Selanjutnya, Praktikan menambahkan larutan penyangga pH 10+0,1 Commented [a6]: jelaskan mengapa sampel harus diencerkan

sampai pH larutan berubah menjadi 10. Hal ini dilakukan untuk


meningkatkan pH sampai kondisi basa dalam larutan sampel tersebut. Commented [a7]: jelaskan mengapa pH sampel harus dinaikkan
hingga kondisi basa

Untuk memastikan apakah pH larutan sudah mencapai 10 atau belum,


Praktikan menggunakan kertas pH. Kemudian, Praktikan menambahkan
indicator EBT, yang merupakan indicator penentu adanya ion-ion logam
dalam suatu larutan sampai warna larutan pada Erlenmeyer menjadi warna Commented [a8]: jelaskan fungsi EBT

merah keunguan. Munculnya warna merah keunguan menunjukkan bahwa


dalam larutan terkandung ion-ion kalsium dan magnesium. Setelah itu,
Praktikan menitrasi larutan dengan Na2EDTA 0,01 M sampai larutan
berubah warna menjadi biru seulas. Hal ini dilakukan agar ion-ion kalsium
dan magnesium membentuk senyawa kompleks dan melepas molekul
indicator. Lalu, Praktikan mencatat volume Na2EDTA yang terpakai
untuk titrasi.

Langkah pertama untuk prosedur kesadahan kalsium sama dengan


langkah pertama pada prosedur kesadahan total, yaitu mengencerkan
larutan sampel dengan air suling dari volume 25 mL menjadi 50
mL.Langkah selanjutnya adalah menambahkan larutan NaOH 1 N hingga Commented [a9]: kenapa diencerkan?

pH larutan menjadi 12 untuk meningkatkan pH hingga kondisi basa pada


larutan tersebut. Selanjutnya, Praktikan menambahkan indicator Murexid Commented [a10]: Meningkatkan pH larutan hingga kondisi
basa.
hingga warna larutan berubah menjad merah muda untuk memastikan Jelaskan kenapa kondisi larutan harus basa

bahwa larutan mengandung ion kalsium. Setelah itu, Praktikan menitrasi Commented [a11]: Apa fungsi indicator murexid? jelaskan
mengapa bisa terjadi perubahan warna, murexid bereaksi dengan….
larutan dengan Na2EDTA 0,01 M hingga warna larutan berubah menjadi
ungu. Warna ungu mengindikasikan larutan mengalami kesadahan akibat
ion-ion kalsium. Kemudian, Praktikan mencatat volume Na2EDTA yang Commented [a12]: Mengapa dititrasi dengan Na2EDTA 0,01M?
reaksi apa yang terjadi?
dipakai dalam titrasi.

2. Analisis Hasil
Data pengamatan yang diperoleh Praktikan dalam percobaan ini adalah
volume sampel, factor pengenceran, perubahan warna dan volume
Na2EDTA yang dipakai selama titrasi untuk masing-masing prosedur. Ada
tiga nilai yang ingin dicari Praktikan dalam percobaan ini, yaitu kadar
kesadahan total, kadar kesadahan kalsium, dan kadar kesadahan
magnesium. Berikut adalah data pengamatan yang diperoleh.
KESADAHAN TOTAL

VOLUME FP PERUBAHAN VOLUME TITRASI (mL)


SAMPEL WARNA SEBELUM SESUDAH
(mL)
25 2 Ungu menjadi 8,8 10,7 1,85
biru seulas

KESADAHAN KALSIUM

VOLUME FP PERUBAHAN VOLUME TITRASI (mL)


SAMPEL WARNA SEBELUM SESUDAH
(mL)
25 2 Pink 10,7 12 1,3
menjadiungu

Untuk mencari kadar kesadahan total, Praktikan menggunakan persamaan


berikut:

Kesadahan Total (mg/L) = (1000/Vcu) x VEDTA x MEDTA x FP

Dimana Vcu adalah volume sampel, VEDTA adalah volume Na2EDTA yang
dibutuhkan untuk titrasi, MEDTA adalah konsentrasi dari Na2EDTA , dan
FP adalah factor pengenceran. Diperoleh kadar kesadahan total percobaan
ini sebesar 148 mg/L. Untuk mendapatkan kadar kesadahan kalsium,
Praktikan memakai persamaan berikut:

Kesadahan Kalsium (mg/L) = (1000/Vcu) x VEDTA x MEDTA x FP

Diperoleh kadar kesadahan kalsium percobaan ini sebesar 41,6 mg/L.


Sedangkan untuk mendapatkan kadar kesadahan magnesium, Praktikan
mencari selisih kesadahan total dengan kesadahan kalsium. Diperoleh
kadar kesadahan magnesium untuk percobaan ini sebesar 106,4 mg/L. Commented [APH13]: Mengapa bisa didapatkan nilai
kesadahan sebesar nilai tersebut? Hubungkan dengan kondisi
Nilai-nilai yang diperoleh di atas menandakan bahwa air sampel yang sampel atau lingkungan asal sampel yang berasal dari outlet danau
agatis
berasal dari outlet danau Agatis ini mengandung ion-ion kalsium dan
magnesium yang menyebabkan terdapatnya kadar kesadahan dalam danu
tersebut. Adanya ion-ion kalsium dan magnesium dapat disebabkan oleh
limbah logam dan busa sisa sabun cuci.

Indonesia memiliki baku mutu untuk kadar kesadahan. Kadar kesadahan


yang dipakai dalam percobaan ini untuk dibandingkan dengan baku mutu
adalah kesadahan total, yaitu sebesar 148 mg/L. Menurut Permenkes no.
492 tahun 2010, standar kadar kesadahan yang diperbolehkan adalah 500
mg/L. Maka dari itu, larutan sampel yang diuji pada percobaan ini
memenuhi standar tersebut.

3. Analisis Kesalahan
Dalam melaksanakan percobaan ini, Praktikan membuat beberapa
kesalahan. Kesalahan-kesalahan tersebut adalah sebagai berikut:
 Praktikan memasukkan indicator EBT atau Murexid ke dalam
larutan berlebihan. Hal ini menyebabkan warna pada larutan
terlalu pekat.
 Ketidaktepatan Praktikan dalam memastikan pH dengan
menggunakan kertas pH. Hal ini menyebabkan larutan akan
memberikan warna yang tidak sesuai ketika diberikan indicator.
 Ketika melakukan titrasi untuk mencari kadar kesadahan total,
Praktikan tidak sengaja membiarkan satu tetes larutan titrasi
tumpah. Hal ini menyebabkan pencatatan volume Na2EDTA yang
dibutuhkan untuk titrasi dikurangi sebesar 0,05 mL
VIII. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat Praktikan tarik dari percobaan ini adalah sebagai
berikut :
 Nilai kesadahan total pada percobaan ini adalah sebesar 148 mg/L.
 Menurut Permenkes no. 492 tahun 2010, standar kadar kesadahan
yang diperbolehkan adalah 500 mg/L. Maka dari itu, larutan
sampel yang diuji pada percobaan ini memenuhi standar tersebut.

IX. REFERENSI
 Modul Buku Praktikum Kimia Lingkungan
 Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 Tahun 2002 tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum.
 Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan dan
Kualitas Air Minum.
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
 Sawyer,C., McCarty, P., danParkin, G.2003. Chemistry for Environmental
Engineering and Science. McGraw Hill.
 City of Saskatoon, Canada. Water Quality Characteristics. Diambil dari
https://www.saskatoon.ca/services-residents/power-water/water-
wastewater/drinking-water/water-quality-characteristics (diakses pada 23
Maret 2018).
 Marsidi, Ruliasih. Penghilangan Kesadahan dengan Penukaran Ion. Diambil
dari
http://ejurnal.bppt.go.id/ejurnal2011/index.php/JTL/article/viewFile/198/156
(diakses pada 23 Maret 2018)
 Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Buku Air Minum: Bab 9, Sadah.
Diambil dari
http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirMinum/BAB9SADAH.pdf
(diakses pada 22 Maret 2018)
 United States Environmental Protection Agency (U.S EPA). May 2009.
National Primary Drinking Water Regulations.

X. LAMPIRAN
1. Bagan Salah
2. Laporan Mini
3. Mind Map

Anda mungkin juga menyukai