Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air adalah zat kimia yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi
hampir 71% permukaan bumi. Air bergerak mengikuti suatu siklus air
(siklus hidrologi), yaitu melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas
permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut.
Selama menjalani siklus hidrologi, air selalu menyerap zat-zat yang
menyebabkan air itu tidak lagi murni. Zat-zat yang diserap oleh air alam
dapat diklasifikasikan sebagai padatan terlarut, gas terlarut dan padatan
tersuspensi. Pada umumnya, jenis zat pengotor yang terkandung dalam air
bergantung pada jenis bahan yang berkontak dengan air itu, sedangkan
banyaknya zat pengotor bergantung pada waktu kontaknya. Bahan-bahan
mineral yang dapat terkandung dalam air karena kontaknya dengan batu-
batuan terutama terdiri dari: kalsium karbonat (CaCO3), magnesium
karbonat (MgCO3), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium sulfat (MgSO4),
dan sebagainya (Albert dan Santika, 1984).
Dari segi pemanfaatan, penggunaan air dapat dikategorikan dalam 2
kategori, yaitu air rumah tangga dan air industri yang masing-masing
mempunyai persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut meliputi persyaratan
fisik, kimia dan bakteriologis yang merupakan suatu kesatuan sehingga
apabila ada satu parameter yang tidak memenuhi syarat, maka air tersebut
tidak layak untuk digunakan.
Salah satu parameter yang harus diperhatikan dalam persyaratan kimia
air adalah kesadahan. Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral
tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan ion magnesium (Mg)
dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang
memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan
kadar mineral yang rendah.
Faktor yang mempengaruhi kualitas kalsium di perairan adalah
aktivitas-aktivitas biologis baik berupa hewan maupun tumbuhan yang ada
di perairan tersebut. Faktor lainnya yaitu pencemaran air yang secara
langsung memengaruhi kadar kalsium dalam perairan. Hal ini berdampak
pada organisme-organisme yang hidupnya dipengaruhi oleh keberadaan
kalsium.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kalsium (Ca) sebagai parameter
pencemaran air?
2. Darimana kalsium (Ca) berasal?
3. Apa dampak dari pencemaran kalsium (Ca)?
4. Bagaimana metode uji pencemaran air oleh kalsium (Ca)?
5. Apa alat yang digunakan untuk menguji keberadaan kalsium (Ca) di
air?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan


Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat:
1. Mengetahui definisi kalsium (Ca).
2. Mengetahui sumber kalsium (Ca) di air.
3. Mengetahui dampak dari pencemaran kalsium (Ca).
4. Mengetahui metode uji pencemaran air oleh kalsium (Ca).
5. Mengetahui alat yang digunakan untuk menguji keberadaan kalsium
(Ca) di air.

1.4. Metode Penulisan


Makalah ini disusun bedasarkan studi literatur yang dilakukan penulis untuk
mendapat informasi mengenai materi yang dipaparkan. Studi literatur
tersebut dilakukan dari buku maupun jurnal-jurnal yang ada di internet.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kalsium (Ca) Sebagai Parameter Pencemaran Air


Pencemaran air adalah bertambahnya suatu material atau bahan dan
setiap tindakan manusia yang mempengaruhi kondisi perairan sehingga
mengurangi atau merusak daya guna perairan. Industri pertambangan dan
energi mempunyai pengaruh besar terhadap perubahan lingkungan karena
mengubah sumber daya alam menjadi produk baru dan menghasilkan
limbah yang mencemari lingkungan (Darsono, 1992).
Kalsium adalah unsur terbanyak kelima di bumi, sangat banyak
terdapat sebagai kalsium karbonat dalam deposit masif kapur (chalk),
gamping atau batu kapur (limestone) dan marmer yang tersebar secara luas
di mana-mana. Kalsium karbonat dikenal secara populer sebagai antasit.
Walaupun antasit menyediakan salah satu unsur esensial yang diperlukan
tubuh, namun menimbulkan kerugian. Reaksi dengan asam lambung
menghasilkan gas karbon dioksida dan ion kalsium yang ternyata
mempunyai efek yang berlawanan dengan ion magnesium; ion kalsium
menimbulkan efek sembelit (atau menyulitkan) sedangkan ion magnesium
menimbulkan efek pencahar/pencuci. Antasit tertentu mengandung kedua
jenis kation ini untuk saling menetralkan efek yang ditimbulkan (Kristian
H., Sugiarto, 2003).
Kalsium adalah salah satu logam alkali tanah yang banyak terdapat
pada dasar perairan dan saat terjadi pergerakan atau dengan adanya
pencemaran, maka kandungan kalsium pada air permukaan dapat
meningkat. Akibatnya, parameter-parameter kualitas air akan turut berubah,
seperti transparansi, turbiditas dan bahkan dengan adanya gas CO2 dari
udara akan menyebabkan terbentuknya garam kalsium yang stabil di dalam
air (Syamsidar, HS dan Ahmad Yani. 2012).
Kalsium merupakan logam putih perak yang agak lunak. Logam ini
melebur pada 845oC dan terserang oleh oksigen atmosfer dan udara lembab;
pada reaksi ini terbentuk kalsium oksida dan/atau kalsium hidroksida.
Kalsium menguraikan air dengan membentuk kalsium hidroksida dan
hidrogen. Kalsium membentuk kation kalsium(II) (Ca2+) dalam larutan-
larutan air. Garam-garamnya biasanya berupa bubuk putih dan membentuk
larutan yang tak berwarna kecuali bila anionnya berwarna (Svehla
G., 1985).
Salah satu parameter kimia dalam syarat penentuan kualitas air adalah
jumlah kandungan ion Ca2+ dan Mg2+ dalam air yang keberadaannya disebut
kesadahan air. Kesadahan dalam air sangat tidak dikehendaki baik untuk
penggunaan rumah tangga maupun untuk penggunaan industri. Dalam
standar kualitas air bersih dan air minum, kesadahan maksimum yang
diperbolehkan adalah 500mg/l (sebagai Ca), dan kadar minimum yang
diperbolehkan adalah 75 mg/l.

2.2. Sumber Pencemaran Kalsium (Ca)


Wetzel (1970) mengemukakan bahwa sekitar 30% penyusun sedimen
dasar danau yang bersifat sadah adalah kalsium. Kalsium termasuk unsur
yang esensial bagi semua makhluk hidup. Unsur ini berperan dalam
pembentukan tulang dan pengaturan permeabelitas dinding sel. Kalsium
juga berperan dalam pembangunan struktur sel tumbuhan serta perbaikan
struktur tanah (Effendi, 2003).
Kesadahan perairan berasal dari kontak air dengan tanah dan
bebatuan. Air hujan sebenarnya tidak memiliki kemampuan untuk
melarutkan ion-ion penyusun kesadahan yang banyak terikat di dalam tanah
dan batuan kapur (limestone), meskipun memiliki kadar karbondioksida
yang relatif tinggi. Larutnya ion-ion yang dapat meningkatkan nilai
kesadahan tersebut lebih banyak disebabkan oleh aktivitas bakteri di dalam
tanah, yang banyak mengeluarkan karbondioksida. Perairan dengan nilai
kesadahan tinggi pada umumnya merupakan perairan yang berada di
wilayah yang memiliki lapisan tanah pucuk (top soil) tebal dan batuan
kapur. Perairan lunak berada pada wilayah dengan lapisan tanah atas yang
tipis dan batuan kapur relatif sedikit atau bahkan tidak ada.
Menurut Wardhana (1995), komponen pencemaran air yang berasal
dari industri, rumah tangga (pemukiman) dan pertanian dapat
dikelompokkan menjadi bahan buangan padat, organik dan olahan bahan
makanan, anorganik, cairan minyak, serta zat kimia. Salah satu bahan
buangan anorganik yang sukar didegradasi oleh mikroorganisme adalah
logam. Apabila masuk ke perairan, maka akan terjadi peningkatan jumlah
ion logam di dalam air. Bahan buangan anorganik ini biasanya berasal dari
limbah industri yang melibatkan penggunaan unsur-unsur logam, salah
satunya adalah kalsium (Ca). Kandungan ion Mg dan Ca dalam air akan
menyebabkan air bersifat sadah.
Limbah pertambangan seperti batubara biasanya tercemar oleh asam
sulfat dan senyawa besi, yang dapat mengalir ke luar daerah pertambangan.
Air yang mengandung kedua senyawa ini dapat berubah menjadi asam. Bila
air yang bersifat asam ini melewati daerah batuan karang/ kapur, maka
akan menyebabkan terlarutnya senyawa Ca dari batuan tersebut dan pada
akhirnya menimbulkan efek sadah pada air.

2.3. Dampak Pencemaran Oleh Kalsium (Ca)


Kadar kalsium yang tinggi di perairan relatif tidak berbahaya, bahkan
dapat menurunkan toksisitas beberapa senyawa kimia. Perairan yang miskin
akan kalsium biasanya juga miskin akan kandungan ion-ion lain yang sangat
dibutuhkan oleh organisme akuatik (Sulistiana dan Ulfin, 2011).

GAMBAR 1. Dampak Pemakaian Air Sadah

Air yang banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium


dikenal dengan air sadah, atau yang jika air direbus akan meninggalkan
endapan atau karat pada peralatan logam atau air yang sukar untuk dipakai
mencuci (Yuli Priyana, 2008). Kesadahan atau hardness adalah salah satu
sifat kimia yang dimiliki oleh air. Penyebab air menjadi sadah adalah karena
adanya ion-ion Ca2+ dan Mg2+ (Effendi, 2003).
Penggunaan air sadah dapat menimbulkan beberapa masalah. Jika
digunakan untuk mencuci, air sadah yang bercampur sabun dapat
membentuk gumpalan yang sukar dihilangkan sehingga menyebabkan
pemborosan sabun di rumah tangga. Selain itu jika senyawa kalsium
bereaksi dengan sabun maka akan terbentuk endapan dan mencegah
timbulnya busa/buih. Pada pemenuhan kebutuhan industri, penggunaan air
sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral yang menyumbat saluran
pipa dan keran. Oleh karena itu, kesadahan air yang digunakan diawasi
dengan ketat untuk mencegah kerugian.
Senyawa Ca yang larut dari limbah pertambangan juga akan memberi
efek sadah pada air. Limbah pertambangan yang bersifat asam bisa
menyebabkan korosi dan melarutkan logam-logam sehingga air yang
dicemari bersifat racun dan dapat memusnahkan kehidupan akuatik.
Kesadahan air yang tinggi dapat merugikan karena dapat merusak peralatan
yang terbuat dari besi melalui proses pengkaratan (korosi). Juga dapat
menimbulkan endapan atau kerak pada peralatan (Warlina, Lina, 2004).
Air sadah tidak langsung berbahaya untuk diminum, akan tetapi dapat
menyebabkan masalah cukup serius dalam jangka panjang. Air sadah
mengandung kadar kalsium anorganik yang tinggi. Kalsium anorganik
sangat berbahaya karena tidak dapat diserap oleh tubuh. Jika kalsium
anorganik dikonsumsi, maka akan langsung dibuang melalui sistem sekresi
dan sebagian akan mengendap di ginjal. Pada jangka waktu tertentu
akumulasi kalsium dalam tubuh akan menyebabkan batu ginjal dan sebagian
lagi akan mengendap di dalam darah menyebabkan pengapuran yang dapat
berakibat fatal bagi kesehatan (World Health Organization, 1996).

2.4. Metode Uji Pencemaran Kalsium (Ca)


Penentuan kadar kalsium (Ca) dalam air dilakukan melalui titrasi
EDTA. Metode titrasi EDTA banyak digunakan di laboratorium untuk
penentuan kesadahan. Metode ini berhubungan dengan penggunaan larutan
EDTA (Ethylen Diamine Tetra Acetic) atau garam sodium sebagai agen
titrasi. Indikator yang digunakan adalah Eriochroma Black T. (Marsidi, R.
2002).
Kesadahan dinyatakan dengan satuan mg/liter. Kesadahan pada
awalnya ditentukan dengan titrasi menggunakan sabun standar yang dapat
bereaksi dengan ion penyusun kesadahan. Dalam perkembangannya,
kesadahan ditentukan dengan titrasi menggunakan EDTA (Ethylene
Diamine Tetraacetic Acid) atau senyawa lain yang dapat bereaksi dengan
kalsium dan magnesium (Effendi, 2003).
Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh
dalam keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan
percobaan kompleksometri. Jika Eriochrome black T (EBT) atau Calmagite
ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung kalsium dan magnesium,
maka larutan berubah warna menjadi merah bata. Jika EDTA ditambahkan
kalsium dan magnesium, maka akan terkomplekskan dan berubah warna
dari merah bata menjadi biru, menandakan titik akhir dari titrasi.
Untuk deteksi titik akhir titrasi digunakan indikator zat warna.
Indikator zat warna ditambahkan pada larutan logam pada saat awal
sebelum dilakukan titrasi dan akan membentuk kompleks berwarna. Pada
saat titik akhir titrasi (ada sedikit kelebihan EDTA) maka kompleks
indikator-logam akan pecah dan akan menghasilkan warna yang berbeda.
Indikator yang dapat digunakan untuk titrasi kompleksometri adalah hitam
eriokrom, mureksid, jingga pirokatekol, jingga xilenol, kalmagit, dan biru
hidroksi naftol.
Keakuratan titik akhir titrasi meningkat seiring dengan meningkatnya
pH, namun pH tidak dapat dinaikkan dengan sembarangan karena dapat
menyebabkan pengendapan kalsium karbonat dan magnesium hidroksida,
sehingga pH 10 dipilih sebagai pH yang sesuai. Waktu titrasi dibatasi
selama 5 menit untuk meminimalisir kecenderungan pengendapan kalsium
karbonat.
Prinsip metode titrasi EDTA adalah garam dinatrium etilen diamin
tetra asetat (EDTA) akan bereaksi dengan kation logam tertentu membentuk
senyawa kompleks kelat yang larut. Pada pH 10,0 + 0,1, ion-ion kalsium
dan magnesium dalam contoh uji akan bereaksi dengan indikator
Eriochrome Black T (EBT), dan membentuk larutan berwarna merah
keunguan. Jika Na2EDTA ditambahkan sebagai titran, maka ion-ion kalsium
dan magnesium akan membentuk senyawa kompleks, molekul indikator
terlepas kembali, dan pada titik akhir titrasi larutan akan berubah warna dari
merah keunguan menjadi biru. Dari cara ini akan didapat kesadahan total
(Ca + Mg).
Kalsium dapat ditentukan secara langsung dengan EDTA bila pH
contoh uji dibuat cukup tinggi (titrasi dilakukan pada pH 12-13), sehingga
magnesium akan mengendap sebagai magnesium hidroksida dan pada titik
akhir titrasi indikator Eriochrome Black T (EBT) hanya akan bereaksi dan
mengikat kalsium saja, kemudian membentuk larutan berwarna biru. Dari
cara ini akan didapat kadar kalsium dalam air (Ca).

2.5. Alat Uji Keberadaan Kalsium (Ca)


Buret merupakan salah satu alat
yang digunakan dalam melakukan titrasi
EDTA untuk mengetahui keberadaan
kalsium (Ca) di perairan. Buret adalah alat
laboratorium kaca yang berbentuk silinder
dan memiliki garis ukur, serta sumbat
keran pada bagian bawahnya. Buret
berfungsi untuk menambah larutan
pereaksi dimana volume penambahan
harus diketahui/dicatat.
Buret dirancang memiliki ketelitian tinggi untuk keperluan kuantitatif
analisis. Sebelum digunakan, larutan/zat cair pereaksi yang akan
ditambahkan harus diisikan penuh pada buret. Larutan atau cairan pereaksi
ditambahkan dengan cara membuka kran pada ujung bawah buret. Pada
akhir penambahan cairan pada buret, tetes cairan terakhir yang
masih menempel pada ujung bawah buret harus diikutkan dengan cara
ditempelkan pada dinding dalam wadah.
Pembacaan skala harus dilakukan secara seksama pada permukaan
meniskus zat cair. Ketika membaca buret, mata harus tegak lurus dengan
permukaan cairan untuk menghindari galat paralaks. Bahkan ketebalan garis
ukur juga mempengaruhi; bagian bawah meniskus cairan harus menyentuh
bagian atas garis (Purnomo, 2011).
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Dari penjelasan yang telah dijabarkan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan, yaitu:
1. Kalsium adalah unsur terbanyak kelima di bumi, sangat banyak
terdapat sebagai kalsium karbonat dalam deposit masif kapur (chalk),
gamping atau batu kapur (limestone) dan marmer yang tersebar secara
luas di mana-mana.
2. Salah satu parameter kimia dalam syarat penentuan kualitas air adalah
jumlah kandungan ion Ca2+ dan Mg2+ dalam air yang keberadaannya
disebut kesadahan air.
3. Kesadahan perairan berasal dari kontak air dengan tanah dan
bebatuan.
4. Penggunaan air sadah dapat menimbulkan beberapa masalah antara
lain air sadah yang bercampur sabun akan terbentuk endapan,
mencegah timbulnya busa/buih, dapat menyebabkan pengendapan
mineral yang menyumbat saluran pipa dan keran, menyebabkan korosi
pada besi, serta beberapa gangguan kesehatan.
5. Penentuan kadar kalsium (Ca) dalam air dilakukan melalui titrasi
EDTA dengan menggunakan buret.
DAFTAR PUSTAKA

Albert dan Santika, Sri Sumestri, 1984. Metode Penelitian Air. ITS Press,
Surabaya.

Darsono, V. 1992. Pengantar Ilmu Lingkungan. Penerbit Universitas Atmajaya,


Yogyakarta.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.

HS, Syamsidar dan Ahmad Yani. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik.
UIN Alauddin Makassar, Makassar.

Marsidi, R dan Herlambang, A. 2002. Proses nitrifikasi dengan sistem biofilter


untuk pengolahan air limbah yang mengandung amoniak konsentrasi tinggi.
Jurnal teknologi lingkungan Vol 3 (3) :195.

Purnomo, Bambang. 2011. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Fakultas Pertanian


UNIB, Bengkulu.

Sugiarto, Kristian H. 2003. Kimia Anorganik II Common Textbook (Edisi Revisi).


Jurusan Kimia FPMIPA UNY, Yogyakarta.

Sulistiana dan Ulfin, Ita. 2011. Studi Pendahuluan Adsorpsi Kation Ca dan Mg
(Penyebab Kesadahan) Menggunakan Selulosa Bakterial Nata De Coco
Dengan Metode Batch. Journal. Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya.

Svehla,G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakr Edisi kelima,
Bagian I. Kalman Media Pusaka, Jakarta.

Wardhana, W. A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset,


Yogyakarta.

Warlina, Lina. 2004. Pencemaran Air: Sumber, Dampak dan


Penanggulangannya, Makalah Pengantar ke Falsafah Sains. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai