Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN.............................................................................................0
1.1 Latar Belakang................................................................................................0
BAB 2. PEMBAHASAN...............................................................................................1
2.1 Tembaga Sebagai Pencemaran Air.................................................................1
2.2 Dampak Tembaga Terhadap Makhluk Hidup.....................................................2
2.3 Cara Mengatasi Perairan Yang Telah Tercemar Oleh Tembaga......................3
BAB 3. PENUTUP......................................................................................................5
3.1 KESIMPULAN............................................................................................5
3.2 SARAN......................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................6
LAMPIRAN................................................................................................................7

1
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan kadar logam berat yang terlarut pada air laut, sedimen
danlokan(Geloina Coaxans) sangat memengaruhi baik danburuknya
kondisi air laut. Hal ini disebabkan karena logam berat sukar
mengalami pelapukan, baik secara fisika, kimia, maupun biologis.
Logam berat yang seringdijumpai dalam perairan adalah tembaga (Cu).

Logam berat yang berada di dalam air dapat terakumulasi di dalam


tubuh organisme air, akumulasi ini dapat terjadi secara langsung (masuk
malalui insang dan kulit) atau biasa disebut dengan biokonsentrasi maupun
secara tidak langsung atau biomagnifikasi (masuk malalui jalur oral).

Toksisitas logam berat tembaga tergantung pada dosis tembaga yang


diabsorbsi, durasi berapa lama terekspos dengan tembaga dan rute paparan.
Tembaga (Cu) dalam kadar tinggi menyebabkan gangguan struktural dan
fungsional sel. Cu yang berlebihan ini menyebabkan kerusakan oksidatif
dengan mengkatalisis reaksi yang menghasilkan hidroksil dan radikal bebas
lainnya.

2
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Tembaga Sebagai Pencemaran Air

Polusi air yang disebabkan oleh logam berat yang dilepaskan dari
berbagai industri telah diterima di seluruh dunia perhatian karena berpotensi
beracun atau karsinogenik sifat logam berat dan memburuknya kualitas air
minum dan irigasi (Dongfang Lu dkk, 2017).

Tembaga adalah logam berwarna kemerah-merahan digunakan sebagai


logam murni atau logam kombinasi (suasa) dalam pabrik kawat, pelapis
logam, pipa dan sebagainya.

Tembaga adalah salah satu logam berat dan biasanya hadir pada
konsentrasi rendah dalam air. Ini adalah mikronutrien penting untuk
metabolisme hewan. Namun, Cu melebihi tingkat kritisnya mungkin
membawa tentang masalah serius bagi lingkungan dan polusi air, serta
masalah toksikologi yang serius seperti muntah, kram, kejang, atau bahkan
kematian. Saat ini, dengan perkembangan industri seperti tekstil, pelapisan
logam, pertambangan, dan pemupukan, air limbah tembaga dilepaskan ke
lingkungan dan dapat menyebabkan polusi serius dari tanah dan air
permukaan.

Arifin (2012) melakukan penelitian mengenai kandungan logam


berat air laut di Pelabuhan Bungus Kota Padang. Daerah pengambilan
sampel di sekitar Pelabuhan Perikanan Samudera, pantai Carolin, Depot
Pertamina, Teluk Pandan, UPTD (Unit Pelaksanaan Teknik Dinas) BBIP
(Balai Benih Ikan Pantai) Teluk Buo dan di laut lepas dengan hasil
penelitian menunjukkan kandungan logam Cd antara (0,006-0,01) ppm,
Cuantara(0,0058-0,0720) ppm, Cr antara(0,0170-0,0890) ppm dan
kandungan logam Pb berkisar antara (0,06-0,09) ppm. Berdasarkan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004
kandungan logam Cr dan Pb telah melampaui standar baku mutu air

3
laut yaitu 0,001 ppm (part per million), sedangkan kandungan logam Cd dan
Cu belum melampaui standar baku mutu air laut.

Untuk mengatasi situasi ini, ada kebutuhan untuk menggunakan air. Ini
adalah alam yang berharga sumber daya untuk berbagai kegiatan manusia
(Prasad dan Narayana, 2004). Air alami selalu mengandung zat terlarut dan
tersuspensi yang berasal dari organik dan mineral. Pencemaran air menjadi
perhatian utama, pertama karena meningkatnya pemanfaatan untuk
kebutuhan manusia dan kedua karena efek buruk dari Peningkatan aktivitas
industry.

Keberadaan kadar logam berat yang terlarut pada air laut, sedimen
danlokan(Geloina Coaxans) sangat memengaruhi baik danburuknya
kondisi air laut. Hal ini disebabkan karena logam berat sukar
mengalami pelapukan, baik secara fisika, kimia, maupun biologis.
Logam berat yang seringdijumpai dalam perairan adalah timbal (Pb),
tembaga (Cu) dan Kadmium (Cd) (Palar, 2004).

Toksisitas logam berat tembaga tergantung pada dosis tembaga yang


diabsorbsi, durasi berapa lama terekspos dengan tembaga dan rute paparan.
Tembaga (Cu) dalam kadar tinggi menyebabkan gangguan struktural dan
fungsional sel. Cu yang berlebihan ini menyebabkan kerusakan oksidatif
dengan mengkatalisis reaksi yang menghasilkan hidroksil dan radikal bebas
lainnya.

2.2 Dampak Tembaga Terhadap Makhluk Hidup


Logam berat yang berada di dalam air dapat terakumulasi di dalam
tubuh organisme air, akumulasi ini dapat terjadi secara langsung (masuk
malalui insang dan kulit) atau biasa disebut dengan biokonsentrasi maupun
secara tidak langsung atau biomagnifikasi (masuk malalui jalur oral).

Logam berat yang masuk ke dalam ikan tersebut akan terakumulasi


dalam waktu yang cukup lama. Tembaga yang terkandung di dalam tubuh
ikan akan dikonsumsi manusia melalui jalur oral. Kemudian tembaga
tersebut secara cepat memasuki aliran darah dan didistribusikan ke seluruh

4
tubuh. Meskipun tembaga merupakan salah satu logam esensial yang
dibutuhkan oleh manusia untuk metabolisme dalam hemoglobin dan dapat
diekskresikan melalui rambut, keringat, darah menstruasi, feses serta urine
akan tetapi proses tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama sehinga
logam berat tersebut dapat terakumulasi di dalam jaringan tubuh terutama
pada bagian hati dan ginjal. Oleh sebab itu, apabila konsentrasi logam
tembaga yang masuk ke dalam tubuh tinggi maka tembaga tersebut akan
bersifat racun di dalam tubuh karena akan sulit tereksresikan (Ailsa Devina
Rosahada dkk, 2018).

Pada manusia lewat pernapasan, oral serta kulit yang datang dari
beragam bahan yang memiliki kandungan tembaga. Senyawa tembaga yang
larut di air semakin lebih meneror kesehatan. Cu yang masuk kedalam
badan, dengan cepat masuk ke peredaran darah serta didistribusi ke semua
badan.

Cu dalam jumlah kecil (1 mg/hr) utama dalam diet supaya manusia


tetaplah sehat. Tetapi satu intake tunggal atau intake /hari yang begitu tinggi
bisa membahayakan. Apabila minum air dengan kandungan Cu lebih tinggi
dari normal bakal menyebabkan muntah, diare, kram perut serta mual.
Apabila intake begitu tinggi bisa menyebabkan rusaknya liver serta ginjal,
bahkan juga hingga kematian.

2.3 Cara Mengatasi Perairan Yang Telah Tercemar Oleh Tembaga


Remediasi dan bioakumulasi logam berat (Cu) dalam air
menggunakan delapan spesies tanaman air yang berbeda: Juncus effusus,
Acorus calamus, Eichhornia crassipes, Sagitarius sagittifolia, Arundina
graminifolia, Echinodorus mayor, Nymphaea tetragona dan Pistia
stratiotes.
Hasilnya menunjukkan bahwa Eichhornia crassipes dan Pistia
stratiotes memiliki kemampuan terbaik untuk bioakumulasi, sementara
Arundina graminifolia, Nymphaea tetragona, dan Acorus calamus juga
menunjukkan bioakumulasi yang baik. Namun, Juncus effusus, Sagitarius
sagittifolia, dan Echinodorus mayor menunjukkan bioakumulasi yang

5
sangat lemah. Kapasitas pengayaan untuk Cu2 + di akar dan tunas berbeda
di antara spesies. Sebagian besar Cu2 + terletak di jaringan tunas Efus
Juncus, sedangkan untuk Sagitarius sagittifolia dan Acorus calamus itu
terakumulasi di jaringan akar mereka. Namun, dalam kasus Echinodorus
utama akumulasi kandungan tembaga dalam jaringan akar dan pucuk adalah
sama. Tingkat adsorpsi Cu logam berat di tanaman air yang berbeda adalah
beda. Tingkat adsorpsi Eichhornia crassipus, Pistia stratiotes, Echinodorus
mayor, dan Nymphaea tetragona lebih tinggi daripada untuk Juncus effusus,
Sagitarius sagittifolia, dan Acorus calamus. Ketika tanaman air yang
berbeda mencapai keseimbangan adsorpsi, nilai pH berbeda. Jumlah
pengayaan Cu pada tanaman air terkait dengan kandungan lignin pada
tanaman, dan semakin tinggi kandungan lignin, semakin besar jumlah
tembaga (Dongfang Lu dkk, 2017).

6
BAB 3. PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diberikan penulis dalam makalah terkait
pencemaran air logam berat oleh tembaga (CU) adalah:

1. Tembaga adalah logam berwarna kemerah-merahan digunakan


sebagai logam murni atau logam kombinasi (suasa) dalam pabrik
kawat, pelapis logam, pipa dan sebagainya.
2. Logam berat yang berada di dalam air dapat terakumulasi di dalam
tubuh organisme air, akumulasi ini dapat terjadi secara langsung
(masuk malalui insang dan kulit) atau biasa disebut dengan
biokonsentrasi maupun secara tidak langsung atau biomagnifikasi
(masuk malalui jalur oral).
3. Remediasi dan bioakumulasi logam berat (Cu) dalam air
menggunakan delapan spesies tanaman air yang berbeda: Juncus
effusus, Acorus calamus, Eichhornia crassipes, Sagitarius
sagittifolia, Arundina graminifolia, Echinodorus mayor, Nymphaea
tetragona dan Pistia stratiotes.

3.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan yaitu : sebaiknya manusia mulai menyadari
akan pentingnya lingkungan, dan memulai pelestarian lingkungan sejak
dini. Jika bumi ini tidak dijaga oleh kita bagaimana generasi yang akan
datang. Akankah mereka merasakan indahnya bumi ini. Bumi ini milik kita
bersama maka sudah kewajiban kita untuk menjaganya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, W., Puryanti, D. (2019). “Identifikasi Pencemaran Logam Berat


Tembaga (Cu), Timbal (Pb) Dan Kadmium (Cd) Air Laut Di Sekitar
Pelabuhan Teluk Bayur Kota Padang.” Jurnal Ilmu Fisika.. 11 (2): 95-
101.

Bali, S., Hanifah, A. (2013). “Analisis Tembaga, Krom, Sianida Dan


Kesadahan Air Lindi Tpa Muara Fajar Pekanbaru.” J. Ind.Che.Acta. 3
(2): 45-49.

Effendi, H. (2003). Telaah kualitas air pengelolaan sumber daya dan


lingkungan perairan. Yogyakarta: Kanisius.

Farit, S., Baloch, M., K., Ahmad, S., A. (2012). “Water pollution: Major
issue in urban areas.” Academic Journals. 4 (3): 55-65.

Jain P, Sharma JD, Sohu D, Sharma P (2005). “Chemical analysis of


drinking water of villages of sanganer Tehsil, Jaipur district.” Int. J.
Env. Sci. Technol. 2(4): 373-379.

Lu, D., Huang, Q., Deng, C., Zheng, Y. (2017). “Phytoremediation of


Copper Pollution by Eight Aquatic Plants”. Pol. J. Environ. Stud. 27
(1): 175-181..

Rosahada, A., D., Budiyono, Dewanti, N., A., Y. (2018). “Biokonsentrasi


Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Pola Konsumsi Ikan Mujair Di
Wilayah Danau Rawapening.” Jurnal Kesehatan Masyarakat. 6 (6):
2356-3346).

8
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai