Anda di halaman 1dari 6

Salam jumpa semua, berikut materi 4:

Membangun Teks Ulasan Buku Secara Bersama-sama

A. Kegiatan 1 : Membangun Konteks Proposal


Proposal penelitian dan proposal kegiatan merupakan produk karya tulis yang sangat
penting untuk dipahami. Proposal pada dasarnya adalah sebuah usulan, rencana, atau
tawaran. Akan tetapi, kini kata proposal lebih sering digunakan daripada ketiga kata yang
lain itu. Dalam bahasa Inggris, kata proposal diberi akna “something (such as a plan or
suggestion ) that is presented to a person or group of people to consider” atau “the act of
presenting a plan, suggestion,etc, ro a person or group of people ”. (Webster 2012). KBBI
memberikan makna proposal sebagai “rencana yang dituangkan dalam bentuk rancangan
kerja”.

B. Kegiatan 2 : Menelusuri dan Menganalisi Model Teks Proposal


Seluruh isi gagasan dalam proposal seharusnya disampaikan dengan bahasa Indonesia
yang baku. Selain itu, proposal hendaknya disusun dengan struktur teks yang tepat,yang
tahapan-tahapan didalamnya direalisasikan dengan genre mikro yang tepat pula.

1. Menelusuri Model Teks Proposal


Baik proposal penelitian maupun proposal kegiatan disusun menurut struktur teks
tertentu. Struktur teks itu terdiri atas tahapan-tahapan yang direalisasikan oleh genre
mikro yang sesuai dengan dengan isi dan fungsi tahapan-tahapan tersebut.
a. Menelusuri Model Teks Proposal Penelitian

Contoh :
PERANAN KETERSEDIAAN ECENG GONDOK (EICHRONIA CRASSIPES) PADA
BADAN AIR DALAM MENURUNKAN BEBERAPA PARAMETER PENCEMAR DI
SUNGAI CITARUM (WADUK SAGULING)

Tika Aprilda Institut Teknologi Bandung


A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Penelitian
Sungai adalah salah satu sumber daya perairan yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Sungai mempunyai berbagai fungsi strategis sebagai penunjang pengembangan suatu
daerah yang sangat vital, di antaranya sebagai sumber air minum, penunjang kegiatan industri
dan pertanian, pusat listrik tenaga air, serta sarana rekreasi air. Akan tetapi, peningkatan berbagai
aktivitas manusia di sepanjang sungai dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas sungai.
Penyebab penurunan kualitas sungai adalah limbah industri, limbah rumah tangga, dan limbah
dari berbagai aktivitas penduduk lainnya.
Kualitas sumber air sungai-sungai utama di Indonesia pada umumnya tercemar sangat
berat oleh limbah organikyang berasal dari limbah penduduk, limbah industri, dan limbah
lainnya. Berdasarkan hasil penelitian Pusat Penelitian Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Universitas Padjadjaran (2006) Bandung, ditemukan adanya empat konsentrasi logam berat yang
terdapat di dalam ikan yang diambil dari jaring apung milik warga di Waduk Saguling. Empat
kandungan logam berat itu adalah timbal (Pb)6 part per million (ppm), zinc/seng (Zn) 22,45
ppm, crom (Cr) 0,1 ppm, dan air raksa atau merkuri (Hg) 179,13 ppb.
Merkuri adalah satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu ruang. Merkuri, baik
logam maupun metal merkuri (CH3Hg), biasanya masuk ke dalam 6 part per million (ppm),
zinc/seng (Zn) 22,45 ppm, crom (Cr) 0,1 ppm, dan air raksa atau merkuri (Hg) 179,13 ppb.
Merkuri adalah satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu ruang. Merkuri, baik logam
maupun metal merkuri (CH3Hg), biasanya masuk ke dalam
Akan tetapi, begitu terpapar ke alam, dalam kondisi tertentu merkuri dapat bereaksi
dengan metana yang berasal dari dekomposisi senyawa organik dan membentuk metil merkuri
yang bersifat toksis. Dalam bentuk metal, merkuri sebagian besar akan berakumulasi di otak.
Karena penyerapannya besar, dalam waktu singkat merkuri dapat menyebabkan berbagai
gangguan. Jika terjadi akumulasi yang berlebih merkuri dapat berakibat pada degenerasi sel-sel
saraf di otak kecil yang menguasai koordinasi saraf, gangguan pada luas pandang, degenerasi
sarung selaput saraf, dan bagian dari otak kecil (Edward, 2008).
Timbal banyak dipergunakan dalam pembuatan baterai, aki, peledak, pestisida, cat karat,
dan pelapisan logam. Timbal juga terdapat pada pipa untuk aliran air minum yang merupakan
alloy di logam timbal. Penggunaan timbal dalam skala besar dapat mengakibatkan polusi, baik di
darat maupun di perairan. Timbal yang masuk dalam perairan dalam bentuk limbah akan
mengalami pengendapan yang dikenal dengan istilah sedimentasi (Palar, 1994).
Namun, peneliti berkeyakinan bahwa permasalahan pencemaran ini dapat diatasi. Salah
satu cara mengatasi polusi perairan oleh logam berat adalah penanggulangan secara biologi
dengan memanfaatkan eceng gondok (eichhorniacrassipes). Penelitian-penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa eceng gondok mempunyai kemampuan menyerap logam berat
dengan sangat baik (Misalnya, Soerjani, 1975; Kirkby & Mengel, 1987).
Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian untuk melihat efisiensi penyerapan logam
berat Merkuri (Hg) dan Timbal (Pb). Selanjutnya perlu dilihat pula perubahan kualitas air yang
terjadi setelah adanya tumbuhan eceng gondok.

2. Rumusan Masalah Penelitian


Pencemaran air sungai Citarum (waduk Saguling) sudah sangat mengkhawatirkan.
Berdasarkan status mutu sungai Citarum kelas II PP No. 82 Tahun 2001, sungai Citarum
termasuk dalam kategori tercemar berat, baik di hulu maupun di hilir sungai. Pemakaian air
sungai yang telah tercemar oleh masyarakat untuk keperluan perikanan dan pertanian dapat
berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dengan akumulasi logam berat di tubuh
manusia. Dalam jangka panjang hal itu dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan,
seperti penyakit minimata, bibir sumbing, kerusakan susunan saraf, dan cacat pada bayi.
Untuk mengatasi pencemaran perairan oleh logam berat adalah dengan memanfaatkan
eceng gondok. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa eceng gondok
mempunyai kemampuan untuk menyerap logam berat dengan sangat baik. Berdasarkan
kenyataan di atas, perlu dilakukan penelitian terhadap tingkat akumulasi logam berat di Sungai
Citarum dengan menggunakan eceng gondok serta terhadap perubahan kualitas air sebelum dan
setelah adanya penyerapan logam berat oleh eceng gondok.

3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat efisiensi penyerapan logam oleh eceng gondok
di sungai Citarum (Waduk Saguling). Secara lebih khusus, penelitian ini bertujuan untuk: (1)
mengetahui tingkat akumulasi logam berat Pb dan Hg dalam tumbuhan eceng gondok; dan (2)
mengetahui kualitas air sungai di lokasi sebelum dan sesudah adanya tumbuhan eceng gondok.
4. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di lapangan dan laboratorium dengan batasan yang diambil
sebagai berikut: (1) Tempat sampling disasarkan pada satu lokasi keberadaan tumbuhan
ecenggondok di sungai Citarum. (2) Karakteristik fisika-kimia yang akan dianalisis adalah debit
air, DHL, TSS, pH, DO, COD, temperatur, nitrat, dan fosfat.(3) Logam berat yang akan
dianalisis pada tumbuhan eceng gondok adalah logam berat PB dan Hg. (4) Sampling akan
dilakukan pada empat waktu yang berbeda berdasarkan seri waktu dengan pengulangan pada
masing-masing stasiun.

5. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah: “Kehadiran tumbuhan eceng gondok (eichhornia
crassipes) dapat menurunkan konsentrasi logam berat Pb dan Hg di sungai Citarum (Waduk
Saguling)”.

B. Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka


1. Landasan Teori 1.1 Pencemaran Sungai
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air,
seperti danau, sungai, lautan, dan air tanah akibat aktivitas manusia. Pencemaran air dapat
disebabkan oleh berbagai hal. Meningkatnya kandungan nutrient dapat mengarah pada
eutrofikasi. Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan
oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada kekurangan oksigen yang dapat
berdampak negatif terhadap ekosistem.
Pencemaran air pada umumnya terjadi akibat aktivitas manusia, baik sektor rumah
tangga, pertanian, perikanan, maupun industri. Sumber utama limbah rumah tangga dari
masyarakat adalah berasal dari perumahan dan daerah perdagangan. Dari rumah tangga dapat
dihasilkan berbagai macam zat organik maupun zat anorganik yang dialirkan melalui selokan-
selokan dan akhirnya bermuara ke sungai- sungai.
Penggunaan pupuk di daerah pertanian akan mencemari air dan memberikan nutrient
pada tanaman air sehingga meningkatkan pertumbuhannya. Hal ini akan memengaruhi ekosistem
perairan, baik secara fisik maupun kimia. Selain itu pestisida yang digunakan oleh petani dapat
membahayakan lingkungan perairan karena bersifat toksik.
Industri mengeluarkan limbah yang dapat mencemari ekosistem air. Polutan yang
dihasilkan pabrik dapat berupa logam berat maupun panas. Suatu sumber air dapat dikatakan
tercemar tidak hanya karena tercampur dengan bahan pencemar, tetapi juga apabila air tersebut
tidak sesuai dengan kebutuhan tertentu.

1.2 Pencemaran Sungai Citarum


Dengan kategori sungai super prioritas, sungai Citarum merupakan sungai yang memiliki
fungsi vital dalam menunjang kehidupan masyarakat luas. Sungai ini memiliki berbagai
pemanfaatan untuk menunjang kebutuhan air di Provinsi Jawa Barat, juga menunjang kebutuhan
air baku di DKI Jakarta yang diambil dari Saluran Tarum Barat untuk diolah di PDAM DKU
Jakarta.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun
2004, sungai Citarum termasuk dalam status mutu tercemar berat, baik di bagian hulu maupun
bagian hilir. Baku mutu air mengacu pada kelas II PP No 82 Tahun 2001. Hal ini cukup
mengkhawatirkan bila melihat fungsi sungai Citarum yang penting sehingga memerlukan
pengelolaan yang sangat komprehensif dari semua pihak terkait.
Diperlukan solusi untuk mengatasi pencemaran sungai Citarum ini, baik secara kimia
maupun secara biologi. Namun, pengelolaan secara kimia relatif lebih mahal bila dibandingkan
dengan penanggulangan secara biologi. Penanggulangan pencemaran air secara biologi dapat
menggunakan tanaman sebagai penyerap kontaminan yang umum disebut dengan teknik
fitoremediasi.
1.3 Fitoremediasi
Fitoremediasi adalah pemanfaatan tumbuhan mikroorganisme untuk meminimalisasi dan
mendetoksifikasi polutan. Sebagai fitoakumulator dan fitochelator, tanaman itu dapat menyerap
logam dan mineral yang tinggi. Konsep Fitoremediasi adalah pemanfaatan tumbuhan
mikroorganisme untuk meminimalisasi dan mendetoksifikasi polutan. Sebagai fitoakumulator
dan fitochelator, tanaman itu dapat menyerap logam dan mineral yang tinggi. Konsep

1.4 Mekanisme Penyerapan Logam Berat oleh Eceng Gondok


Penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tumbuhan dapat dibagi menjadi tiga proses
yang berkesinambungan, yaitu penyerapan logam oleh akar, translokasi logam dari akar ke
bagian tumbuhan lain, dan lokalisasi logam pada bagian tertentu untuk menjaga agar tidak
menghambat metabolisme tumbuhan tersebut (Priyanto & Priyanto, 2000).

2. Tinjauan Pustaka
Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk mengatasi pencemaran air dengan
memanfaatkan eceng gondok. Misalnya, LIPI yang bekerja sama dengan pengelola waduk
Saguling menanam eceng gondok sebagai pilot project untuk memperbaiki kualitas air sungai
yang masuk ke Waduk Saguling.
Menurut Kirkby dan Mengel (1987), eceng gondok mampu menyerap logam karena
terdapatnya akar yang bercabang-cabang halus yang berfungsi sebagai alat untuk menyerap
senyawa logam sehingga logam yang terlarut semakin berkurang (Kirkby & Mengel, 1987).
Selanjutnya Soerjani menyatakan tumbuhan ini mempunyai daya regenerasi yang cepat dan
toleransinya terhadap lingkungan cukup besar sehingga eceng gondok dapat dimanfaatkan
sebagai tumbuhan pengendali pencemaran lingkungan (Soerjani, 1975).
Di pihak lain, penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Universitas Padjadjaran (2006) Bandung mengungkap adanya empat kandungan
logam berat –yaitu timbal (Pb) 6 part per million (ppm), zinc/seng (Zn) 22,45 ppm, crom (Cr) 0,1
ppm, dan air raksa atau merkuri (Hg) 179,13 ppb –di dalam ikan yang dipelihara di jaring apung
di Waduk Saguling. Apabila hipotesis penelitian yang akan dilakukan ini terbukti, hasil-hasil
penelitian ini dapat memperkuat temuan-temuan pada penelitian-penelitian sebelumnya dalam
hal tingkat akumulasi logam berat Pb dan Hg dalam tumbuhan eceng gondok di Waduk
Saguling, dan dalam hal kualitas air sungai di lokasi tersebut sebelum dan sesudah adanya
tumbuhan eceng gondok.

Demikian materi kita, pada pertemuan berikut kita akan lanjutkan dengan Metodologi Penelitian,
silahkan masuk ke laman tugas.

Anda mungkin juga menyukai