Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS RISIKO LINGKUNGAN

XENOBIOTIK “Zn”

Sebagai syarat untuk memenuhi UTS mata kuliah Analisis Risiko Lingkungan
Semester Genap 2018/2019

Penyusun :

M. Aswin Pratiko (15513188)


Ari Widyantoro (16513073)
Hafidh Rahmatiyas (16513114)
Nanda Soultan Friansyah (16513144)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur perencana panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan “Xenobiotik
Zn”.
Tujuan dari laporan “Xenobiotik Zn” agar dapat memberi manfaat bagi
perencana dan orang lain yang membacanya. Dan juga dalam rangka untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Analisis Risiko Lingkungan sebagai salah satu syarat untuk dapat
lulus.
Pada kesempatan ini, perencana mengucapkan terima kasih kepada pihak –
pihak yang telah membantu dalam pembuatan tugas perencanaan ini :
1. Ibu Dr. Suphia Rahmawati ST., M.T. selaku dosen Mata Kuliah
Analisis Risiko Lingkungan
2. Teman-teman penulis yang berkontribusi dan mendukung sehingga
lancar dalam pengerjaan laporan ini.
Laporan “Xenobiotik Zn” yang perencana susun ini belum mencapai sempurna.
Maka perencana berharap kritik serta saran untuk disampaikan sebagia koreksi bagi
perencana dalam menyusun tugas perencanaan selanjutnya.
Terima kasih, Wassalamualaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, 27 April 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
DAFTAR GAMBAR

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Karakteristik Kimia Zn (Seng) ...................................................................... 3


Tabel 2. 2 Standar Baku Mutu Air Baku........................................................................ 4
Tabel 2. 3 Recommend Daily Intake ............................................................................... 5
Tabel 2. 4 Acceptable Intake From Food ........................................................................ 5
Tabel 2. 5 Tolerable Upper Intakes of Zinc .................................................................... 6

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang (Background)


Salah satu pencemaran yang sangat mudah ditemukan saat ini adalah
pencemaran limbah domestik. Limbah domestik yang seharusnya dibuang pada
tempatnya (tempat sampah) akan tetapi banyak ditemukan di sungai, lahan hijau
terbuka, laut, dan sebagainya. Menurut sumber berita (Aisyah, 2016), disebutkan
bahwa kota Yogyakarta dalam sehari dapat menghasilkan 220 ton sampah, 80%
diantaranya adalah sampah domestik. Untuk menangani hal tersebut BLH kota
Yogyakarta berencana membangun 48 TPS di bantaran sungai untuk mencegah
pembuangan sampah sembarangan, hal tersebut akan dipengaruhi oleh kebiasaan
dari masyarakat.
Limbah domestik tersebut mengandung material-material organik (sisa
makanan, dedaunan kering, sayuran), material organik, kertas, logam dan kaca
yang seharusnya dari material-material tersebut sebanyak 65,15% dapat
dimanfaatkan sehingga bernilai ekonomi (Zahra & Damanhuri, 2011). Pentingnya
limbah domestik untuk dikelola dikarenkan di dalam limbah tersebut terdapat
logam berat diantaranya adalah Pb, Zn, Fe, dan sebagainya. Akan sangat berbahaya
apabila dari logam berat tersebut mencemari air sungai disekitarnya. Namun jika
dihubungkan dengan perilaku masyarakat, contoh kasus di sungai kali code masih
terdapat beberapa warga yang secara langsung membuang limbahnya ke sungai.
Kerap kali terjadi penumpukan sampah plastik berupa trash bag di kali code
tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut, mayoritas warga di bantaran sungai kali
code dan sekitarnya masih bergantung pada penggunaan air sumur untuk
memenuhi kebutuhannya sehari-hari terutama untuk air minum. Tidak hanya itu
saja, tetapi juga masyarakat memanfaatkan air sungai untuk memelihara ikan
berupa tambak-tambak kecil dan di bagian hilir terdapat warga yang juga
memanfaatkan sebagai irigasi sawahnya.
Dengan demikian, pentingnya untuk dilakukan kajian mengenai
transportasi dan transformasi dari logam berat Zn apakah efek dari logam berat
tersebut dapat sangat signifikan dirasakan oleh masyarakatnya. Seng (Zn)
merupakan nutrien esensial manusia, sebuah kofaktor untuk lebih dari 300 enzim,
dan ditemukan dalam semua jaringan. Pada manusia, konsentrasi tertinggi seng
ditemukan pada tulang, otot, prostat, hati dan ginjal (EPA, 2005). Distribusi yang
serupa telah ditemukan pada hewan (EPA, 2005). Kurang dari 10% dari total seng
di dalam tubuh terdapat dalam darah dan sisanya terdapat dalam tulang dan otot
(EPA, 2005).
Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan kajian untuk memperoleh
kadar logam berat berupa Zn di dalam air dan di dalam biota air (ikan). Ada 2 aspek
yang menjadi sangat krusial, yang pertama yakni kesehatan masyarakat apakah
terdapat indikasi yang disebabkan akibat mengonsumsi air dan ikan yang
terkontaminasi dan yang kedua lingkungan akuatik yang menjadi topik

1
pembahasan apakah terjadi kemunduran biologis yang disebabkan oleh
kontaminasi logam berat Zn.

1.2 Tujuan (Objective)


Mengetahui konsentrasi logam berat Zn (Seng) yang ada pada air sungai,
ikan, dan air sumur warga dan juga untuk mengetahui mekanisme transportasi dan
transformasi Zn (Seng) dikaitkan dengan kesehatan masyarakat.

1.3 Ruang Lingkup (Scope)


Lingkup penilitian yang dilakukan di wilayah sungai kali code antara lain :
1. Metode penelitian yang digunakan yakni grab sampling dengan persebaran lokasi
sampling yang telah ditentukan melalui foto udara google earth.
2. Objek dari penelitian yakni berupa air sumur warga, ikan-ikan dari tambak warga
bantaran sungai kali code, dan juga air sungai kali code.
3. Analisis hasil sampling yang digunakan mengacu pada SNI 6989.7:2009
4. Kuisioner penelitian meliputi penggunaan air sumur dan sistem persampahan yang
bertujuan untuk memperoleh data yang valid.
5. Kuisioner penggunaan air sumur berisi tentang lama penggunaan air sumur,
kondisi air sumur, masalah yang pernah terjadi.
6. Kuisioner sistem persampahan berisi tentang pengelolaan sampah dan kesadaran
masyarakat tentang sampah di bantaran sungai.

1.4 Manfaat (Advantage)


Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu :
1. Menambah wawasan dan kemampuan berfikir mengenai penerapan teori yang
telah didapat dari mata kuliah analisis risiko lingkungan.
2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pertimbangan kepada masyarakat
mengenai bahaya yang ditimbulkan.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat dan mengetahui usaha preventif dari
pencemaran logam berat.

2
BAB 2
KARAKTERISTIK POLUTAN/XENOBIOTIK

2.1 Karakteristik (Xenobiotic Characteristic)


2.1.1 Fisika
Logam Zn (Seng) memiliki warna putih kebiruan, berkilau, dan bersifat
diamagnetik. Sifat atau karakteristik fisik seng mirip dengan besi akan tetapi seng sedikit
kurang padat daripada besi dan seng memiliki struktur kristal heksagonal (Lenntech, 2011).
Logam Zn juga mampu menghantarkan arus listrik dan memiliki titik didih dan titik leleh
yang lebih rendah dari logam lainnya. Selain itu seng juga dapat membentuk aloi dengan
logam lain, contohnya aloi seng dan tembaga. Logam lainnya yang dapat membentuk aloi
dengan seng yakni antimon, alumunium, besi, timbal, raksa, perak, timah, magnesium,
kobalt, nikel (Rahman, 2012).

2.1.2 Kimia
Dikutip dari (Lenntech, 2011), logam berat Zn (seng) memiliki sifat kimia sebagai berikut:
Tabel 2. 1 Karakteristik Kimia Zn (Seng)

Nomor Atom 30
Massa Atom 65.37 g.mol -1
Densitas 7.11 g.cm-3 pada suhu 20°C
Titik Leleh 420 °C
Titik Didih 907 °C
Radius Ikatan Vanderwaals 0.138 nm
Isotop 10
Energi Ionisasi Pertama 904.5 kJ.mol -1
Energi Ionisasi Kedua 1723 kJ.mol -1

Jika di air seng akan bereaksi dengan asam, basa dan non-logam lainnya.
Reaktivitas seng memiliki konfigurasi elektron [Ar]3d104s2 dan merupakan unsur
golongan 12 tabel periodik. Seng cukup reaktif dan merupakan reduktor kuat. Permukaan
logam seng murni akan dengan cepat mengusam, membentuk lapisan sengkarbonat,
Zn5(OH)6CO3, seketika berkontak dengan karbon dioksida. Lapisan ini membantu
mencegah reaksi lebih lanjut dengan udara dan air.

2.2 Peraturan Terkait Polutan (Regulation)


2.2.1 Lingkungan (Environmental Standard) Air, Tanaman, dan Hewan
A. Standard Zn Pada Air
Air yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari memiliki banyak fungsi bagi
kehidupan masyarakat, diantaranya adalah sebagai air minum dan juga sebagai MCK dan
pendukung disentra pariwisata. Terdapat 2 standar yang ditetapkan oleh pemerintah
terhadap air baku dan air minum. Peraturan yang digunakan untuk air baku yakni terdapat
pada PP. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pencemaran air, pada PP 82

3
tahun 2001 air baku dibagi kedalam 4 peruntukan. Kelas 1 digunakan untuk air minum,
kelas 2 digunakan untuk sarana irigasi dan pariwisata, kelas 3 untuk budidaya air seperti
pembudidayaan air tawar, kelas 4 digunakan untuk pengairan tanaman. Berikut merupakan
baku mutu dari PP. 82 tahun 2001 berkaitan dengan logam Zn :
Tabel 2. 2 Standar Baku Mutu Air Baku

Parameter Satuan Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Keterangan


Bagi pengolahan
air minum secara
Zn (Seng) mg/L 0.05 0.05 0.05 2 konvensional Zn
kurang dari sama
dengan 5

Selain itu peraturan dari PERMENKES No.492 Tahun 2010 mengatur tentang persyaratan
kualitas air minum. Di dalam peraturan tersebut telah disebutkan bahwa kadar maksimum
Zn (seng) yang diperbolehkan hanya 3 mg/L.

B. Standard Zn Pada Tanaman


Menurut review dari beberapa jurnal, tidak ada peraturan terkait yang
menyebutkan berapa baku mutu yang boleh diterima oleh tumbuhan dalam mengadsorbsi
Zn. Efek dari tumbuhan yang memiliki kadar Zn berlebih yakni terganggunya masa
pertumbuhan tanaman tersebut dan buruknya tanaman tersebut dapat mati. Salah satu buku
menyebutkan bahwa kadar Zn yang dapat di tolerir yakni 0.1 – 10 ppm (Greenland &
Hayes, 1981)

C. Standard Zn Pada Hewan


Seperti halnya dengan manusia, lingkungan juga memiliki standard masing-masing
untuk menerima logam Zn (seng). Pada hewan telah ditetapkan nilai MTL (Maximum
Tolerable Level) oleh National Research Council pada tahun 2005. Asupan Zn pada hewan
dipengaruhi oleh durasi over konsumsi, struktur kimia dari mineral tersebut, konsumsi dari
air. Standar MTL pada hewan yang diperbolehkan yakni 500 ppm dengan tingkat health
concern medium, yang artinya memiliki dampak cukup siginifikan terhadap kesehatan
hewan tersebut apabila terpapar dalam dosis 500 ppm (National Research Council, 2005).

2.2.2 Manusia (Human Standard) yang Berhubungan dengan Acceptable


Daily Intake (ADI)
Dalam kapasitas intake pada manusia memiliki batasan tertentu sesuai dengan
kemampuannya masing-masing yang dipengaruhi oleh 2 faktor yakni jenis kelamin
(gender) dan juga umur (age). Jenis logam berupa Zn dalam kadar tertentu sangat
dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk proses metabolisme, oleh karena itu terdapat istilah
yang dinamakan Recommended Daily Allowance (RDA) atau asupan harian yang di
rekomendasikan, logam Zn terdapat banyak pada unsur makanan, suplemen dan obat-

4
obatan (NIH, 2013). Berikut merupakan asupan Zn harian yang dianjurkan berdasarkan
dengan usia dan jenis kelamin :
Tabel 2. 3 Recommend Daily Intake

Telah disebutkan bahwa sumber dari Zn salah satunya berasal dari makanan, berikut
merupakan contoh Zn yang diperoleh apabila kita mengonsumsi makanan :
Tabel 2. 4 Acceptable Intake From Food

Dengan demikian maka akan terjadi akumulasi Zn pada tubuh manusia sehingga
kapasitas yang dibutuhkan untuk metabolisme terbatas. Karenanya, jika logam berjenis Zn
dalam jumlah yang besar masuk kedalam tubuh manusia maka Zn tersebut akan bersifat
toksik sehingga dapat menyebabkan penyakit yang sifatnya akut maupun kronis, efek

5
kronis yang ditimbulkan dari Zn yakni mual, muntah, kehilangan nafsu makan, kram perut,
diare, dan pusing (NIH, 2013).
Pada kondisi menghirup atau terpapar 4 gram zinc gluconate selama 30 menit akan
menyebabkan muntah dan mual atau setara dengan 570 mg element zinc. Sehingga
ditetapkan batasan intake yakni 140 – 150 mg Zn per hari meskipun hal demikian masih
menyebabkan penyakit kronis secara perlahan akan tetapi masih bisa diatasi. Batas atas
maksimum yang diperbolehkan menurut Food and Nutrition Board (FNB) of Instutute of
Medicine of the National Academies yakni sebagai berikut :
Tabel 2. 5 Tolerable Upper Intakes of Zinc

6
BAB 3
TRANSPORTASI DAN TRANSFORMASI DI LINGKUNGAN

3.1 Transportasi
Seng (Zn) dikatakan sebagai zat gizi mikro karena seng dibutuhkan dalam tubuh
dalam jumlah kecil. Sama halnya dengan zat besi, absorbsi seng sangatlah rendah,
yaitu dari konsumsi seng sebesar 4-14 mg/hari, hanya 10-40% saja yang di absorbsi.
Absorbsi dapat berkurang oleh hadirnya ikatan agen-agen yang mengubah mineral
yang tidak dapat diabsorbsi. Seng absorbsi di lambung dan usus besar, beberapa
seng juga dapat di absorbsi di jejunum. Penyerapan seng dapat ditingkatkan ole
beberapa zat seperti asam sitrat, asam palmitat, dan asal pikolonik. Zat yang dapat
menghemat penyerapan seng yaitu fitat (inositol heksafossat) dan serat (selulosa).
Tidak seperti zat besi, seng ada dalam satu-satunya valensi Zn2+. Pada orang
normal dengan berat badan 70 kg, absorbsi seng sejumlah 1-2 mg/ hari yang
digunakan antara proses nonsaturable dan saturable. Absorbsi seng akan lebih
efisien dalam jumlah kecil karena dengan status seseorang yang memiliki status
seng rendah akan mengabsorbsi seng lebih efisien dibanding dengan status seng
yang tinggi.
3.1.1 Udara

Asap Kendaraan

Meluap

Bereaksi dengan
partikel lain di udara

Terhirup oleh
makhluk hidup
Udara yang dilepas oleh asap mengandung unsur Zn yang dapat terlepas
keudara selanjutnya unsur Zn akan bereaksi dengan partikel lainnya di udara. Zn
yang bereaksi dengan partikel lainnya dapat terhirup oleh manusia yang selanjutnya
dapat merusak pernafasan manusia.

7
3.1.2 Air

Lingkungan

Terbawa

Air Minum

Diminum oleh Manusia


Zinc yang berada di lingkungan yang keberadaannya di perairan dapat
terbawa dalam pengolahan air minum. Pengolahan Air Minum yang tidak logam
beratnya tidak terolah akan terbawa dan dapat dikonsumsi oleh manusia. Selain Air
Minum, dalam pengolahan air yang masih mengandung Zinc akan berbahaya bagi
kehidupan sehari hari. Apabila Zinc dikonsumsi oleh manusia, maka akan
menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan yang sangat, anemia, dan gangguan
reproduksi.
3.1.3 Tanah

Udara

Turun

Terakumulasi

Tanah
Zinc yang ada diudara akan terjatuh akibat gaya gravitasi di bumi. Setelah
itu, Zinc yang terakumulasi dengan mikroorganisme dan partikel lainnya akan

8
tinggal ditanah hingga dapat merusak struktur tanah yang sebelumnya subur
menjadi tandus.
3.1.4 Tanaman

Tanah

Terserap

Terakumulasi

Masuk dalam Tanaman


Tanah yang terpapar oleh zinc yang disebabkan oleh udara sekitar maupun
pupuk yang diberikan dapat merusak tanaman apabila kadarnya melebihi batas
yang dapat ditampung. Berlebihnya kadar Zn pada tanaman dapat merusak tanaman
maupun pertanian yang terpapar oleh Zn.
3.1.5 Hewan
Air, Makanan,
Udara

Dikonsumsi,
Dihirup

Terakumulasi

Masuk dalam
Tubuh Hewan
Zinc yang ada di lingkungan akan sangat berbahaya apabila masuk dalam
tubuh hewan. Makanan yang dikonsumsi oleh hewan yang mengandung kadar Zinc
tinggi dapat menyebabkan kematian pada hewan, karena logam berat tersebut akan
merusak jaringan tubuh hewan.

9
3.1.6 Makanan

Makanan

Dikonsumsi

Terakumulasi

Masuk dalam Tubuh


Pada umumnya, paparan zinc akan masuk lewat makanan. Makanan yang
terkonsumsi tersebut dapat disebabkan oleh tanaman yang terpapar oleh zinc dan
hewan yang terpapar oleh zinc. Makanan tersebut yang tidak terolah dengan baik
masih ada kemungkinan kandungan zinc dan logam berat lainnya.

3.2 Transformasi
3.1.1 Udara
Transformasi Zn pada lingkngan akan berikatan dengan oksigen
membentuk ZnO yang bersifat toksik. Karena udara sudah tercemar logam berat
Zn, maka terjadi inhalasi ZnO saat kita bernafas. Hal ini menimbulkan penyakit
Zinc Hills dimana Zn mengganggu penyerapan mineral lain yang dibutuhkan dalam
tubuh. Kemudian Zn yang berlebih ini akan terabsorpsi dan disimpan dalam hepar.

10
3.1.2 Air
Transformasi Zn dalam air dimana Zn itu mudah larut dalam air.
Tergantung pada suhu dan pH air yang bersangkutan. Ketika pH cukup
netral, seng tidak larut dalam air. Kelarutan meningkat dengan keasaman
meningkat. Di atas pH 11, kelarutan juga meningkat. Seng larut dalam air
sebagai ZnOH + (aq) atau Zn2+ (aq). Perairan yang terkandung Zn nantinya
akan dikonsumsi oleh manusia untuk kegiatan mencuci, memasak, mandi,
dan sebagainya. Dari pemanfaatan tersebut jika terkena kulit dalam jumlah
yang banyak maka dapat meyebabkan efek korosif pada kulit. Selain itu
juga kegiatan memasak yang nantinya akan dikonsumsi manusia sehingga
terdapat kandungan Zn yang berlebih, dan dapat terjadi penumpukan dalam
hati.
Dalam perairan yang tercemar Zn maka akan mempengaruhi rantai
makanan yang ada di perairan, sehingga biota laut seperti ikan maupun
tumbuhan laut akan terakumulasi oleh logam berat Zn. Kemudian ikan-ikan
ini akan dikonsumsi oleh manusia sehingga terhadi penumpukan Zn dalam
tubuh.

3.1.3 Tanah
Zn dengan jumlah berlebih yang yang ada pada tanah dapat
mencemari tanah dan merusak struktur tanah. Zn yang masuk dalam tanah
akan mencemari lingkungan sekitarnya apabila tanah tersebut ditanami oleh
tanaman. Zn dalam tanah yang terakumulasi dengan unsur hara akan
merusak kadar kesuburan tanah tersebut.

11
Zn

Masuk dalam
Tanah

Terakumulasi
dengan Unsur Hara

Tanah Tercemar

3.1.4 Tanaman
Zn yang tercemar dalam tanaman dalam jumlah banyak bisa
menghambat fungsi kerja dari tumbuhan. Tumbuhan tersebut juga nantinya
akan dikonsumsi oleh manusia maupun hewan sehingga dalam tubuh
manusia maupun hewan juga terakumulasi dengan Zn.

12
3.1.5 Hewan
Seng (Zn) ditemukan hampir dalam seluruh jaringan hewan. Seng
lebih banyak terakumulasi dalam tulang dibanding dalam hati yang
merupakan organ utama penyimpan mineral mikro. Jumlah terbanyak
terdapat dalam jaringan epidermal kulit, rambut, dan bulu). Sedangkan pada
ikan logam Zn banyak terdistribusi ke dalam insang, tulang dan isi perut.
Pada ikan kembung, kadar Zn terakumulasi pada organ dengan urutan:
insang – tulang – isi perut – daging. Kemudian hewan ternak maupun ikan
yang tercemar Zn ini akan dikonsumsi oleh manusia. Akan terjadi
akumulasi Zn dalam tubuh manusia di hati.

3.1.6 Makanan
Makanan yang dikonsumsi manusia dengan kandungan Zn berlebih
akan meracuni manusia baik secara akut maupun kronis. Makanan yang
mengandung Zn berlebih dapat diakibatkan oleh bahan makanan yang
terpapar Zn dengan jumlah banyak, maupun dari lingkungan saat makanan
tersebut berada pada suatu lingkungan tertentu dengan paparan Zn melalui
udara ataupun melalui media lainnya.

13
Zn

Terakumulasi dengan
makanan

Dimakan oleh makhluk


hidup

Terjadi penumpukan di
dalam tubuh makhluk hidup

3.3 Dampak Kesehatan Manusia


Zn merupakan unsur esensial bagi tubuh, tetapi dalam dosis tinggi dapat
berbahaya dan bersifat toksik. Kelebihan zn akan diabsorpsi dan disimpan dalam
hati. Gejala toksisitas akut bisa berupa sakit lambung, diare, mual dan muntah.
Logam berat menjadi berbahaya karena cenderung menjadi bioakumulasi.
Bioakumulasi berarti peningkatan konsentrasi bahan kimia dalam organisme hidup
dari waktu ke waktu, dibandingkan dengan konsentrasi bahan kimia di lingkungan.
Akumulasi senyawa pada makluk hidup ini kapan saja akan di serap dan disimpan
lebih cepat dari waktu untuk menghancurkan dan mengeluarkannya.
Seng (Zn) dapat masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara inhalasi,
kontak kulit, mata, dan melalui saluran cerna. Zn secara relatif tidak menjadi
toksik bila melalui oral dan keracunan Zn akibat paparan dari lingkungan sangat
jarang ditemukan. Dosis letal Zn yang diperbolehkan adalah 100 mg/kg.
Konsumsu seng (Zn) berlebih berkisar dari 150 mg/hari sampai 1-2 g/hari dapat
menyebabkan keracunan Zn kronis.

Efek yang dapat ditimbulkan pada tubuh yaitu :


Akut :
- Gastrointestinal : Komplikasinya dapat berupa pendarahan gastrointestinal
dan pankreas akut
- Hematotoksisitas : Pendarahan gastrointestinal dapat menyebabkan kadar
hemoglobin dan hematotokrit yang turun secara mendadak
- Pulmonal : Pada pasien asma yang menelan cairan koreksi dapat
menyebabkan bronkospasme akut dan inlamasi orofaringeal dan laryngeal
yang parah sehingga menyebabkan stridor dan disfonia.
- Ginjal : hematuria mikroskopik tanpa adanya gagal ginjal dan albuminuria
sedang dihubungkan dengan konsumsi Zn dosis tinggi.

14
Kronis :
- Gastrointestinal : Zn dapat menjadi korosif dan dapat menyebabkan luka
serius pada mulut, tenggorokan, dan lambung bila tertelan. Gejala awal
ang timbul adalah rasa terbakar pada mulut dan faring dengan muntah dan
dapat terjadi faringitis, esophagitis, dan gastritis erosif.
- Kardiovaskular : Detak atrial prematur, syok hipvolemik dan hipertensi.
- Hepar : meningkatkan enzim hati dihubungkan dengan efek korosif
gastrointestinal.

15
BAB 4
DESKRIPSI LOKASI

……………………………….

16
BAB 5
METODOLOGI

5.1 Perencanaan Sampling


…………………..

5.2 Metode Analisis Sampel Berdasarkan SNI


…………………….

17
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah. (2016, Desember 14). Kota Yogyakarta Hasilkan 220 Ton Sampah Per Hari.
Diambil kembali dari Tribun Jogja: http://jogja.tribunnews.com/2016/12/14/kota-
yogyakarta-hasilkan-220-ton-sampah-per-hari?page=3
Bryan, G.W. (1969) The absorption of zinc and other metals by the brown seaweed
Laminaria digitata. Journal of the Marine Biological Association of the UK 49, 225
CDC.Toxicology of Zinc.Available at :http://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/tp60-
c1.pdf
Council, N. R. (2005). Mineral Tolerance of Animals 2nd Edition. Washington: Natl Acad.
EPA. (2005). Toxicological Review of Zinc and Compound. Washington: Environmental
Protection Agency.
Greenland, D., & Hayes, N. (1981). The Chemistry of Soil Process. New York: Jon Wiley
& Sons Ltd.
Lenntech. (2011). Chemical Properties, Health Effects, and Environmetal Effects of Zinc,.
Diambil kembali dari Lenntech Water Treatment:
https://www.lenntech.com/periodic/elements/zn.htm
NIH. (2013, March). Fact Sheet Information About Zinc. Diambil kembali dari National
Institutes of Health: https://ods.od.nih.gov/factsheets/Zinc-HealthProfessional/
Rahman, R. (2012). Konsentrasi Tembaga dan Seng Pada Fraksi Total dan Fraksi Labil
Dalam Sedimen Perairan Teluk Jakarta. Perikanan dan Ilmu Kelautan, 50-62.
Widowati W, Sastiono A, Jusuf R. 2008. Efek Toksik Logam:Pencegahan dan
Penanggulangan Pencemaran. Andi Offset Yogyakarta.
Zahra, F., & Damanhuri, T. P. (2011). Kajian Komposisi, Karakteristik, dan Potensi Daur
Ulang Sampah di TPA Cipayung, Depok. Jurnal Teknik Lingkungan, 59-69.

18

Anda mungkin juga menyukai