XENOBIOTIK “Zn”
Sebagai syarat untuk memenuhi UTS mata kuliah Analisis Risiko Lingkungan
Semester Genap 2018/2019
Penyusun :
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur perencana panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan “Xenobiotik
Zn”.
Tujuan dari laporan “Xenobiotik Zn” agar dapat memberi manfaat bagi
perencana dan orang lain yang membacanya. Dan juga dalam rangka untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Analisis Risiko Lingkungan sebagai salah satu syarat untuk dapat
lulus.
Pada kesempatan ini, perencana mengucapkan terima kasih kepada pihak –
pihak yang telah membantu dalam pembuatan tugas perencanaan ini :
1. Ibu Dr. Suphia Rahmawati ST., M.T. selaku dosen Mata Kuliah
Analisis Risiko Lingkungan
2. Teman-teman penulis yang berkontribusi dan mendukung sehingga
lancar dalam pengerjaan laporan ini.
Laporan “Xenobiotik Zn” yang perencana susun ini belum mencapai sempurna.
Maka perencana berharap kritik serta saran untuk disampaikan sebagia koreksi bagi
perencana dalam menyusun tugas perencanaan selanjutnya.
Terima kasih, Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
pembahasan apakah terjadi kemunduran biologis yang disebabkan oleh
kontaminasi logam berat Zn.
2
BAB 2
KARAKTERISTIK POLUTAN/XENOBIOTIK
2.1.2 Kimia
Dikutip dari (Lenntech, 2011), logam berat Zn (seng) memiliki sifat kimia sebagai berikut:
Tabel 2. 1 Karakteristik Kimia Zn (Seng)
Nomor Atom 30
Massa Atom 65.37 g.mol -1
Densitas 7.11 g.cm-3 pada suhu 20°C
Titik Leleh 420 °C
Titik Didih 907 °C
Radius Ikatan Vanderwaals 0.138 nm
Isotop 10
Energi Ionisasi Pertama 904.5 kJ.mol -1
Energi Ionisasi Kedua 1723 kJ.mol -1
Jika di air seng akan bereaksi dengan asam, basa dan non-logam lainnya.
Reaktivitas seng memiliki konfigurasi elektron [Ar]3d104s2 dan merupakan unsur
golongan 12 tabel periodik. Seng cukup reaktif dan merupakan reduktor kuat. Permukaan
logam seng murni akan dengan cepat mengusam, membentuk lapisan sengkarbonat,
Zn5(OH)6CO3, seketika berkontak dengan karbon dioksida. Lapisan ini membantu
mencegah reaksi lebih lanjut dengan udara dan air.
3
tahun 2001 air baku dibagi kedalam 4 peruntukan. Kelas 1 digunakan untuk air minum,
kelas 2 digunakan untuk sarana irigasi dan pariwisata, kelas 3 untuk budidaya air seperti
pembudidayaan air tawar, kelas 4 digunakan untuk pengairan tanaman. Berikut merupakan
baku mutu dari PP. 82 tahun 2001 berkaitan dengan logam Zn :
Tabel 2. 2 Standar Baku Mutu Air Baku
Selain itu peraturan dari PERMENKES No.492 Tahun 2010 mengatur tentang persyaratan
kualitas air minum. Di dalam peraturan tersebut telah disebutkan bahwa kadar maksimum
Zn (seng) yang diperbolehkan hanya 3 mg/L.
4
obatan (NIH, 2013). Berikut merupakan asupan Zn harian yang dianjurkan berdasarkan
dengan usia dan jenis kelamin :
Tabel 2. 3 Recommend Daily Intake
Telah disebutkan bahwa sumber dari Zn salah satunya berasal dari makanan, berikut
merupakan contoh Zn yang diperoleh apabila kita mengonsumsi makanan :
Tabel 2. 4 Acceptable Intake From Food
Dengan demikian maka akan terjadi akumulasi Zn pada tubuh manusia sehingga
kapasitas yang dibutuhkan untuk metabolisme terbatas. Karenanya, jika logam berjenis Zn
dalam jumlah yang besar masuk kedalam tubuh manusia maka Zn tersebut akan bersifat
toksik sehingga dapat menyebabkan penyakit yang sifatnya akut maupun kronis, efek
5
kronis yang ditimbulkan dari Zn yakni mual, muntah, kehilangan nafsu makan, kram perut,
diare, dan pusing (NIH, 2013).
Pada kondisi menghirup atau terpapar 4 gram zinc gluconate selama 30 menit akan
menyebabkan muntah dan mual atau setara dengan 570 mg element zinc. Sehingga
ditetapkan batasan intake yakni 140 – 150 mg Zn per hari meskipun hal demikian masih
menyebabkan penyakit kronis secara perlahan akan tetapi masih bisa diatasi. Batas atas
maksimum yang diperbolehkan menurut Food and Nutrition Board (FNB) of Instutute of
Medicine of the National Academies yakni sebagai berikut :
Tabel 2. 5 Tolerable Upper Intakes of Zinc
6
BAB 3
TRANSPORTASI DAN TRANSFORMASI DI LINGKUNGAN
3.1 Transportasi
Seng (Zn) dikatakan sebagai zat gizi mikro karena seng dibutuhkan dalam tubuh
dalam jumlah kecil. Sama halnya dengan zat besi, absorbsi seng sangatlah rendah,
yaitu dari konsumsi seng sebesar 4-14 mg/hari, hanya 10-40% saja yang di absorbsi.
Absorbsi dapat berkurang oleh hadirnya ikatan agen-agen yang mengubah mineral
yang tidak dapat diabsorbsi. Seng absorbsi di lambung dan usus besar, beberapa
seng juga dapat di absorbsi di jejunum. Penyerapan seng dapat ditingkatkan ole
beberapa zat seperti asam sitrat, asam palmitat, dan asal pikolonik. Zat yang dapat
menghemat penyerapan seng yaitu fitat (inositol heksafossat) dan serat (selulosa).
Tidak seperti zat besi, seng ada dalam satu-satunya valensi Zn2+. Pada orang
normal dengan berat badan 70 kg, absorbsi seng sejumlah 1-2 mg/ hari yang
digunakan antara proses nonsaturable dan saturable. Absorbsi seng akan lebih
efisien dalam jumlah kecil karena dengan status seseorang yang memiliki status
seng rendah akan mengabsorbsi seng lebih efisien dibanding dengan status seng
yang tinggi.
3.1.1 Udara
Asap Kendaraan
Meluap
Bereaksi dengan
partikel lain di udara
Terhirup oleh
makhluk hidup
Udara yang dilepas oleh asap mengandung unsur Zn yang dapat terlepas
keudara selanjutnya unsur Zn akan bereaksi dengan partikel lainnya di udara. Zn
yang bereaksi dengan partikel lainnya dapat terhirup oleh manusia yang selanjutnya
dapat merusak pernafasan manusia.
7
3.1.2 Air
Lingkungan
Terbawa
Air Minum
Udara
Turun
Terakumulasi
Tanah
Zinc yang ada diudara akan terjatuh akibat gaya gravitasi di bumi. Setelah
itu, Zinc yang terakumulasi dengan mikroorganisme dan partikel lainnya akan
8
tinggal ditanah hingga dapat merusak struktur tanah yang sebelumnya subur
menjadi tandus.
3.1.4 Tanaman
Tanah
Terserap
Terakumulasi
Dikonsumsi,
Dihirup
Terakumulasi
Masuk dalam
Tubuh Hewan
Zinc yang ada di lingkungan akan sangat berbahaya apabila masuk dalam
tubuh hewan. Makanan yang dikonsumsi oleh hewan yang mengandung kadar Zinc
tinggi dapat menyebabkan kematian pada hewan, karena logam berat tersebut akan
merusak jaringan tubuh hewan.
9
3.1.6 Makanan
Makanan
Dikonsumsi
Terakumulasi
3.2 Transformasi
3.1.1 Udara
Transformasi Zn pada lingkngan akan berikatan dengan oksigen
membentuk ZnO yang bersifat toksik. Karena udara sudah tercemar logam berat
Zn, maka terjadi inhalasi ZnO saat kita bernafas. Hal ini menimbulkan penyakit
Zinc Hills dimana Zn mengganggu penyerapan mineral lain yang dibutuhkan dalam
tubuh. Kemudian Zn yang berlebih ini akan terabsorpsi dan disimpan dalam hepar.
10
3.1.2 Air
Transformasi Zn dalam air dimana Zn itu mudah larut dalam air.
Tergantung pada suhu dan pH air yang bersangkutan. Ketika pH cukup
netral, seng tidak larut dalam air. Kelarutan meningkat dengan keasaman
meningkat. Di atas pH 11, kelarutan juga meningkat. Seng larut dalam air
sebagai ZnOH + (aq) atau Zn2+ (aq). Perairan yang terkandung Zn nantinya
akan dikonsumsi oleh manusia untuk kegiatan mencuci, memasak, mandi,
dan sebagainya. Dari pemanfaatan tersebut jika terkena kulit dalam jumlah
yang banyak maka dapat meyebabkan efek korosif pada kulit. Selain itu
juga kegiatan memasak yang nantinya akan dikonsumsi manusia sehingga
terdapat kandungan Zn yang berlebih, dan dapat terjadi penumpukan dalam
hati.
Dalam perairan yang tercemar Zn maka akan mempengaruhi rantai
makanan yang ada di perairan, sehingga biota laut seperti ikan maupun
tumbuhan laut akan terakumulasi oleh logam berat Zn. Kemudian ikan-ikan
ini akan dikonsumsi oleh manusia sehingga terhadi penumpukan Zn dalam
tubuh.
3.1.3 Tanah
Zn dengan jumlah berlebih yang yang ada pada tanah dapat
mencemari tanah dan merusak struktur tanah. Zn yang masuk dalam tanah
akan mencemari lingkungan sekitarnya apabila tanah tersebut ditanami oleh
tanaman. Zn dalam tanah yang terakumulasi dengan unsur hara akan
merusak kadar kesuburan tanah tersebut.
11
Zn
Masuk dalam
Tanah
Terakumulasi
dengan Unsur Hara
Tanah Tercemar
3.1.4 Tanaman
Zn yang tercemar dalam tanaman dalam jumlah banyak bisa
menghambat fungsi kerja dari tumbuhan. Tumbuhan tersebut juga nantinya
akan dikonsumsi oleh manusia maupun hewan sehingga dalam tubuh
manusia maupun hewan juga terakumulasi dengan Zn.
12
3.1.5 Hewan
Seng (Zn) ditemukan hampir dalam seluruh jaringan hewan. Seng
lebih banyak terakumulasi dalam tulang dibanding dalam hati yang
merupakan organ utama penyimpan mineral mikro. Jumlah terbanyak
terdapat dalam jaringan epidermal kulit, rambut, dan bulu). Sedangkan pada
ikan logam Zn banyak terdistribusi ke dalam insang, tulang dan isi perut.
Pada ikan kembung, kadar Zn terakumulasi pada organ dengan urutan:
insang – tulang – isi perut – daging. Kemudian hewan ternak maupun ikan
yang tercemar Zn ini akan dikonsumsi oleh manusia. Akan terjadi
akumulasi Zn dalam tubuh manusia di hati.
3.1.6 Makanan
Makanan yang dikonsumsi manusia dengan kandungan Zn berlebih
akan meracuni manusia baik secara akut maupun kronis. Makanan yang
mengandung Zn berlebih dapat diakibatkan oleh bahan makanan yang
terpapar Zn dengan jumlah banyak, maupun dari lingkungan saat makanan
tersebut berada pada suatu lingkungan tertentu dengan paparan Zn melalui
udara ataupun melalui media lainnya.
13
Zn
Terakumulasi dengan
makanan
Terjadi penumpukan di
dalam tubuh makhluk hidup
14
Kronis :
- Gastrointestinal : Zn dapat menjadi korosif dan dapat menyebabkan luka
serius pada mulut, tenggorokan, dan lambung bila tertelan. Gejala awal
ang timbul adalah rasa terbakar pada mulut dan faring dengan muntah dan
dapat terjadi faringitis, esophagitis, dan gastritis erosif.
- Kardiovaskular : Detak atrial prematur, syok hipvolemik dan hipertensi.
- Hepar : meningkatkan enzim hati dihubungkan dengan efek korosif
gastrointestinal.
15
BAB 4
DESKRIPSI LOKASI
……………………………….
16
BAB 5
METODOLOGI
17
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah. (2016, Desember 14). Kota Yogyakarta Hasilkan 220 Ton Sampah Per Hari.
Diambil kembali dari Tribun Jogja: http://jogja.tribunnews.com/2016/12/14/kota-
yogyakarta-hasilkan-220-ton-sampah-per-hari?page=3
Bryan, G.W. (1969) The absorption of zinc and other metals by the brown seaweed
Laminaria digitata. Journal of the Marine Biological Association of the UK 49, 225
CDC.Toxicology of Zinc.Available at :http://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/tp60-
c1.pdf
Council, N. R. (2005). Mineral Tolerance of Animals 2nd Edition. Washington: Natl Acad.
EPA. (2005). Toxicological Review of Zinc and Compound. Washington: Environmental
Protection Agency.
Greenland, D., & Hayes, N. (1981). The Chemistry of Soil Process. New York: Jon Wiley
& Sons Ltd.
Lenntech. (2011). Chemical Properties, Health Effects, and Environmetal Effects of Zinc,.
Diambil kembali dari Lenntech Water Treatment:
https://www.lenntech.com/periodic/elements/zn.htm
NIH. (2013, March). Fact Sheet Information About Zinc. Diambil kembali dari National
Institutes of Health: https://ods.od.nih.gov/factsheets/Zinc-HealthProfessional/
Rahman, R. (2012). Konsentrasi Tembaga dan Seng Pada Fraksi Total dan Fraksi Labil
Dalam Sedimen Perairan Teluk Jakarta. Perikanan dan Ilmu Kelautan, 50-62.
Widowati W, Sastiono A, Jusuf R. 2008. Efek Toksik Logam:Pencegahan dan
Penanggulangan Pencemaran. Andi Offset Yogyakarta.
Zahra, F., & Damanhuri, T. P. (2011). Kajian Komposisi, Karakteristik, dan Potensi Daur
Ulang Sampah di TPA Cipayung, Depok. Jurnal Teknik Lingkungan, 59-69.
18