Oleh :
Dieka Armanda Kurniasari 132110101001
Asterini Ika Fitriani
132110101034
Risqa Najib
152110101242
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat diselesaikannya makalah yang berjudul
Toksikologi Lingkungan Akibat BELERANG (Studi Kasus Pertambangan
Belerang di Kawah Ijen Pekerjaan yang Berbahaya
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan
kepada seluruh dosen pengampu mata kuliah Toksikologi Lingkungan, yaitu :
1. Dr. Isa Marufi, S.KM., M.Kes selaku dosen PJMK mata kuliah
Toksikologi Lingkungan.
2. Anita Dewi Moelyaningrum, S.KM., M.Kes. selaku dosen mata kuliah
Toksikologi Lingkungan.
3. Ibu Ellyke, S.KM., M.KL selaku dosen mata kuliah Toksikologi
Lingkungan.
Makalah ini telah disusun dengan usaha yang maksimal namun tidak
menutup kemungkinan adanya kekurangan. Berkenaan dengan hal tersebut,
penulis dengan tangan terbuka menerima masukan yang membangun. Semoga
tulisan ini berguna bagi semua pihak yang memanfaatkannya.
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pertambangan merupakan salah satu rangkaian kegiatan sebagai upaya
Rumusan Masalah
Bagaimana proses bahan toksikan dari Belerang (S) bisa menimbulkan
ganggguan atau kesehatan dan apa saja dampak yang ditimbulkan dari bahan
toksikan tersebut
1.3
Tujuan
Manfaat
Manfaat Teoritis
1. Menambah referensi kepustakaan di bidang Kesehatan Lingkungan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan mengenai toksikologi lingkungan.
Definisi Belerang
Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang S dan nomor atom 16. Bentuknya adalah non-metal yang tak berasa, tak
berbau dan multivalent. Belerang, dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat
kristalin kuning.
Belerang adalah unsur kimia bukan logam yang muncul dalam berbagai
bentuk dan senyawa. Hal ini digunakan secara luas di banyak industri, seperti ion,
seperti sulfida dan sulfat. Selain memiliki aplikasi industri, belerang juga
merupakan bagian penting dari semua organisme hidup, dan juga digunakan
sebagai sumber makanan oleh beberapa bakteri, seperti yang ditemukan di sekitar
ventilasi hidrotermal.
Dalam bentuk murni belerang memiliki sejumlah alotrop. Unsur alotropik
adalah unsur yang dapat memiliki sejumlah struktur murni. Karbon adalah unsur
alotropik terkenal muncul dalam bentuk berlian dan batu bata.
Manfaat dari Belerang:
1. Sebagai bahan bantu dalam proses penyulingan minyak bumi, proses
pembuatan plastik sintetis, proses pengolahan dan pengecoran logam,
bahan pembuat cat, pembuatan pupuk, penyamakan kulit, serta proses
pembuatan tekstil.
2. Belerang dapat mengikat molekul-molekul karet yang panjang sehingga
karet menjadi lebih keras, kuat dan mudah dicetak, tetapi tetap elastis.
Karet vulkanisir digunakan pada ban mobil, truk dan pesawat terbang;
bumper karet mobil; penghapus pensil; dan sarung tangan lateks.
3. Belerang bersama KNO3, karbon digunakan dalam pembuatan serbuk
mesiu.
4.2
Sifat Belerang
Sifat fisika
o Titik Didih
: 717.82 K
o Titik Lebur
: 392.2 K
o Massa Atom
: 32.066
o Massa Jenis
: 2.07 g/cm3
o Elektronegativitas : 2.58
o Potensial Ionisasi : 10.36 V
o Volume Atom
: 15.5 cm3/mol
S8(monoklin) S8(rhombis)
Pada pemanasan belerang akan terbentuk cairan kuning yang jernih. Jika
Pada suhu yang sangat tinggi, rantai raksasa tersebut akan terpotong
menjadi S4. Uap belerang pada suhu rendah merupakan molekul S 8, tetapi
pada suhu tinggi akan berubah menjadi S2 seperti oksigen.
H = -196,6 kJ/mol
4.3
Karakteristik Sulfur
Simbol : S
Radius Atom : 1.27
Radius Kovalensi : 1.02
Struktur Kristal : Orthorombic
Konduktivitas Listrik : 5 x 106 ohm-1cm-1
Konfigurasi Elektron : [Ne]3s22p4
Formasi Entalpi : 1.73 kJ/mol
Konduktivitas Panas : 0.269 Wm-1K-1
Bilangan Oksidasi : 2,4,6
Kapasitas Panas : 0.71 Jg-1K-1
Entalpi Penguapan : 10 kJ/mol
4.4
kering, sulfat terjerap pada mineral lempung tipe 1:1 dan oksida hidrus
dari Fe dan Al, dan sulfat yang tereduksi sulfida.
S Anorganik dibedakan menjadi 6 kelompok penting, yaitu
(1) sulfat larut,
(2) sulfat terjerap,
(3) sulfat mengendap,
(4) sulfat tereduksi,
(5) sulfida, dan
(6) sulfur elementer (Munawar, 2011).
4.5
4.6
Dampak Belerang
1. Terhadap Manusia
pernapasan,
dan
bahkan
kematian
(EPA,
2007).
Pengaruh
(ppm)
3-5
8-12
20
tenggorokan
Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan iritasi
20
20
mata
Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan batuk
Maksimum Yang diperbolehkan untuk konsentrasi
50-100
400-500
Efek merugikan yang mungkin timbul antara lain kerusakan otak melalui
gangguan fungsi hipotalamus, serta kerusakan sistem saraf.
2. Terhadap Ekoksistem dan Lingkungan
Hujan Asam
Kadar SO2 yang tinggi di udara menjadi salah satu penyebab
fenomena hujan asam. Terjadinya hujan asam disebabkan oleh
belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar
fosil serta nitrogen di
udara
yang
bereaksi
dengan
oksigen
ke atmosfer dan
bereaksi
dengan
air
untuk
membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga
jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan
meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang
terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman.
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan
sedikitnya species yang bertahan. Jenis Plankton dan invertebrate
merupakan mahkluk yang paling pertama mati akibat pengaruh
pengasaman. Apa yang terjadi jika didanau memiliki pH dibawah 5,
lebih dari 75 % dari spesies ikan akan hilang. Hujan asam ini akan
mengganggu kelangsungan hidup vegetasi dan ekosistem perairan.
3. Terhadap Tumbuhan
Dampak terhadap tumbuhan akan berkaitan dengan adanya hujan
asam. Kadar SO2 yang tinggi di hutan menyebabkan noda putih atau
coklat pada permukaan daun, jika hal ini terjadi dalam jangka waktu
yang lama akan menyebabkan kematian tumbuhan tersebut. SO2
diudara akan berubah menjadi asam sulfat. Oleh karena itu, didaerah
dengan adanya pencemaran oleh SO2 yang cukup tinggi, tanaman akan
rusak oleh aerosol asam sulfat.
4. Terhadap Hewan
Pada hewan juga memiliki ambang toleransi terhadap hujan asam.
Spesies hewan tanah yang mikroskopis akan langsung mati saat pH
tanah meningkat karena sifat hewan mikroskopis adalah sangat spesifik
dan rentan terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim. Spesies hewan
yang lain juga akan terancam karena jumlah produsen (tumbuhan)
semakin sedikit. Berbagai penyakit juga akan terjadi pada hewan karena
kulitnya terkena air dengan keasaman tinggi. Dalam ekosistem perairan,
tentunya organisme perairan akan terganggu karena terjadi penurunan
pH dalam air.
5. Terhadap Material
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1
Gambaran Umum
Gunung Ijen merupakan salah satu dari rangkaian Gunung berapi di Jawa
Timur, Gunung tersebut masih aktif dan terletak di Kabupaten Bondowoso dan
Kabupaten Banyuwangi yaitu pada wilayah Kecamatan Licin, Kabupaten
Banyuwangi dan Kecamatan Klobang, Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa
Timur. Gunung Ijen telah mengalami 12 kali erupsi. Gunung Ijen memiliki
ketinggian 2.386 meter di atas permukaan laut. Secara geografis Gunung Ijen
berada pada posisi 80330 LS dan 1141430 BT, pada puncak Gunung terdapat
Danau Kawah Ijen dengan panjang dan lebar masing-masing sebesar 800 meter
dan 700 meter serta kedalaman danau mencapai 180 meter. Selain terkenal
sebagai obyek wisata juga memiliki kandungan belerang yang tinggi. Sedikitnya
jumlah belerang yang dihasilkan adalah sebanyak 14 ton per harinya. Jumlah
tersebut baru sekitar 20% dari potensi yang sesungguhnya disediakan oleh alam.
Berdasarkan pengukuran gas belerang yang dilakukan oleh tim Pusat
Vulkanologi Mitigasi Bencana dan Geologi (PVMBG) di wilayah Gunung Ijen
yang dilakukan pada tujuh titik pengukuran. Hasil dari pengukuran tersebut yaitu
kadar gas belerang diketahui yang tertinggi yaitu sebesar 47 ppm (batas normal 10
ppm). Tingginya kandungan belerang yang terdapat di Kawah Ijen menjadikan
kawasan tersebut sebagai wilayah pertambangan, pada umumnya aktivitas
Sumber Masalah
Sumber masalah pada kasus berita kaitannya dengan toksikologi sulfur
(S) yaitu terjadinya sesak napas dan sakit dada pada mayoritas penambang
belerang di kawah ijen. Belerang merupakan unsur kimia bukan logam yang
muncul dalam berbagai bentuk dan senyawa. Pada umumnya, endapan belerang
mempunyai hubungan erat dengan kegiatan gunung berapi. Seperti di kawah ijen
Belerang berasal dari H2S yang merupakan hasil reduksi CaSO4 oleh karbon dan
methan. Terbentuknya H2S dapat melalui dua cara, yaitu oksidasi oleh air tanah
dan reaksi antara H2S dengan CaSO4.
Belererang jika dipaparkan terlalu tinggi akan memiliki efek bagi
kesehatan. Pekerjaan sebagai penambang belerang memang memiliki risiko tinggi
karena mereka harus ke bibir kawah untuk mendapatkan belerang. Tim BBC telah
mengukur asap beracun disekitar kawah ijen mencapai lebih dari 40 kali batas
aman untuk pernapasan di Inggris yang seharusnya kadar ppm yang dapat
diterima adalah 10 ppm. Hal ini menjadi masalah karena di kawah ijen banyak
penambang belerang yang tidak memakai alat pelindung diri yang memadai.
Mereka hanya memakai jaket tipis, sarung tangan, dan tidak memakai masker.
Selama 40 tahun lebih dari 70 orang tewas di Ijen.
3.3
Penyebab
Berdasarakan uraian sumber masalah diatas yang menjadi penyebab
penambang
tidak
memakai
masker,
mereka
hanya
menggunakan kain biasa atau sama sekali tidak memakai penutup hidung
dan mulut.
Dampak Masalah
Sulfur dioksida (SO2) merupakan gas tak berwarna yang menimbulkan
rasa jika konsentrasinya 3 ppm dan menghasilkan bau yang kuat pada tingkat
konsentrasi yang lebih besar dari 5 ppm. Adapun dampak yang ditimbulkan
berdasarkan studi kasus yang telah dibahas yaitu :
a. Dampak terhadap lingkungan
Pencemaran udara dapat didefinisikan sebagai terdapatnya zat di atmosfir,
yang bersifat racun, mengganggu, merusak, atau berbahaya bagi makhluk
hidup. Gas belerang oksida (SOX) terdiri atas gas SO2 dan gas SO3 yang
keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau tajam dan tidak mudah
terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif, mudah bereaksi dengan
uap air yang ada di udara untuk membentuk asam sulfat atau H2SO4.
Pemakaian batubara sebagai bahan bakar pada beberapa kegiatan industri
seperti yang terjadi di beberapa negara Eropa Barat dan Amerika,
menyebabkan kadar gas Sox di udara meningkat. Asam sulfit dan asam sulfat
yang terbentuk dari reaksi antara gas Sox dan uap air apabila turun ke bumi
bersama jatuhnya air hujan, terjadilah Acid rain atau hujan asam. Hujan asam
dapat menyebabkan rusaknya tanaman maupun kesuburan tanah. Pada
beberapa negara industri, hujan asam menjadi persoalan yang sangat serius
karena sifatnya yang merusak. Hutan yang gundul akibat jatuhnya hujan asam
akan mengakibatkan lingkungan semakin parah.
Dampak pencemaran belerang oksida dapat dialami tanaman, hewan,
maupun manusia. Pada tanaman, konsentrasi SOx sekitar 0,5 ppm dapat
mengakibatkan
terjadinya
kerusakan
tanaman
yang
mengakibatkan
BAB 4 PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Sumber masalah dari studi kasus diatas berasal dari kawah gunung ijen
yang menghasilkan belerang yang menyebabkan pencemaran udara
karena kadar gas beracun belerang gunung ijen mencapai lebih dari 40
kali batas aman untuk pernapasan di Inggris yang seharusnya kadar
ppm yang dapat diterima adalah 10 ppm.
Penyebab masalah dari studi kasus diatas adalah minimnya kesadaran
penambang belerang akan pentingnya pemakaian alat pelindung diri
untuk melindungi dari terpaparnya gas belerang di gunung Ijen yang
tinggi.
Pertambangan di gunung Ijen menyebakan berbagai masalah kesehatan
seperti iritasi mata, iritasi pernafasan dan
Saran