Anda di halaman 1dari 19

TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN AKIBAT BELERANG

(Studi Kasus Pertambangan Belerang di Kawah Ijen Pekerjaan yang


Berbahaya)
(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Toksikologi Lingkungan)

Oleh :
Dieka Armanda Kurniasari 132110101001
Asterini Ika Fitriani

132110101034

Risqa Najib

152110101242

BAGIAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA


PEMINATAN KESEHATAN LINKUNGAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat diselesaikannya makalah yang berjudul
Toksikologi Lingkungan Akibat BELERANG (Studi Kasus Pertambangan
Belerang di Kawah Ijen Pekerjaan yang Berbahaya
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan
kepada seluruh dosen pengampu mata kuliah Toksikologi Lingkungan, yaitu :
1. Dr. Isa Marufi, S.KM., M.Kes selaku dosen PJMK mata kuliah
Toksikologi Lingkungan.
2. Anita Dewi Moelyaningrum, S.KM., M.Kes. selaku dosen mata kuliah
Toksikologi Lingkungan.
3. Ibu Ellyke, S.KM., M.KL selaku dosen mata kuliah Toksikologi
Lingkungan.
Makalah ini telah disusun dengan usaha yang maksimal namun tidak
menutup kemungkinan adanya kekurangan. Berkenaan dengan hal tersebut,
penulis dengan tangan terbuka menerima masukan yang membangun. Semoga
tulisan ini berguna bagi semua pihak yang memanfaatkannya.

Jember, 29 November 2016


Penulis

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Pertambangan merupakan salah satu rangkaian kegiatan sebagai upaya

pencarian, penambangan, pengolahan bahan galian. Bahan galian yang pada


umumnya dilakukan penambngan berupa mineral, batubara, panas bumi, migas.
Sumber daya mineral dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan bagi
masyarakat karena keberadaanya yang melimpah. Sektor pertambangan belerang
merupakan salah satu sektor pembentuk ekonomi di beberapa wilayah di
Indonesia.
Kawah Ijen merupakan salah satu gunung berapi yang menghasilkan
belerang di Banyuwangi Jawa Timur. Informasi dari pengelola Taman Nasional
Alas Purwo, yang membawahi antara lain kawasan Kawah Ijen, bahwa sedikitnya
14 ton belerang setiap hari berhasil ditambang. Sedangkan analisa BPPTK, Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menyebutkan bahwa nilai tersebut
hanya sekitar 20% dari potensi yang sesungguhnya yang disediakan oleh alam.
Kendala utama penyebab minimnya hasil yang diperoleh adalah medan yang sulit
dan teknologi.
Belerang merupakan unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang S dengan nomor atom 16. Bentuknya adalah non-metal yang tak berasa,
tak berbau dan multivalent. Belerang, dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat
padat kristalin kuning. Belerang (S) merupakan salah satu produk gunung api
yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia.belerang dapat dimanfaatkan
sebagai proses penyulingan minyak bumi, pembuatan pupuk, kosmetik, proses
pembuatan tekstil, bahan tambahan berbahan karet dll.
Selain banyaknya manfaat yang dihasilkan oleh pihak belerang (S), belerang
juga dapat menimbulkan kerugian baik pada manusia, hewan, tumbuhan dan
lingkungan. Efek yang ditimbulkan akibat adanya belerang terhadap manusia jika
jumlah yang digunakan atau terpapar secara berlebihan yaitu mengakibatkan
iritasi pada mata, gangguan pernafasan, kerusakan otak hingga kerusakan pada
sistem saraf.

Para pekerja pertambangan gunung Ijen mengaku bahwa banyak keluhan


kesehatan yang mereka rasakan selama bekerja di tambang belerang tersebut. Para
pekerja mengaku sering mengalami sesak napas karena tak kuat dengan asap yang
ditimbulkan dan merasa lemas. Dampak pada ekosistem dan lingkungan jika
kadar belerang tinggi diudara maka mengakibatkan hujan asam. Pada ekosistem
dan lingkungan yang terganggu dapat mempengaruhi makhluk hidup yang lain.
Berdasarkan uraian di atas kami merasa perlu untuk melakukan analisis
studi kasus mengenai bagaimana hal tersebut berbahaya untuk masyarakat dan
lingkungan dan upaya yang semestinya perlu dilakukan untuk meminimalkan
dampak negatif tersebut.
1.2

Rumusan Masalah
Bagaimana proses bahan toksikan dari Belerang (S) bisa menimbulkan
ganggguan atau kesehatan dan apa saja dampak yang ditimbulkan dari bahan
toksikan tersebut

1.3

Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


Mengetahui peranan mineral Belerang (S) terhadap kesehatan masyarakat
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui sumber masalah yang ditimbulkan bahan toksikan
Belerang (S) di pertambangan kawah Ijen.
2. Mengetahui penyebab masalah dari studi kasus yang disebabkan oleh
belerang (S).
3. Mengetahui bahaya dan dampak yang ditimbulkan karena adanya
pertambangan belerang (S) di kawah ijen terhadap kesehatan,
lingkungan dan kawasan disekitarnya.
1.4

Manfaat

Manfaat Teoritis
1. Menambah referensi kepustakaan di bidang Kesehatan Lingkungan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan mengenai toksikologi lingkungan.

2. Hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai informasi untuk


melaksanakan penelitian toksikologi mengenai belerang (S).
Manfaat Praktis
Studi kasus ini secara praktis dapat digunakan sebagai bahan rujukan
mahasiswa untuk meningkatkan skill dalam menganalisa suatu kasus dan
menentukan langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan bila terjadi
permasalahan.
http://www.bphn.go.id/data/documents/ae_tentang_pengelolaan_sda.pdf

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


4.1

Definisi Belerang
Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki

lambang S dan nomor atom 16. Bentuknya adalah non-metal yang tak berasa, tak
berbau dan multivalent. Belerang, dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat
kristalin kuning.
Belerang adalah unsur kimia bukan logam yang muncul dalam berbagai
bentuk dan senyawa. Hal ini digunakan secara luas di banyak industri, seperti ion,
seperti sulfida dan sulfat. Selain memiliki aplikasi industri, belerang juga
merupakan bagian penting dari semua organisme hidup, dan juga digunakan
sebagai sumber makanan oleh beberapa bakteri, seperti yang ditemukan di sekitar
ventilasi hidrotermal.
Dalam bentuk murni belerang memiliki sejumlah alotrop. Unsur alotropik
adalah unsur yang dapat memiliki sejumlah struktur murni. Karbon adalah unsur
alotropik terkenal muncul dalam bentuk berlian dan batu bata.
Manfaat dari Belerang:
1. Sebagai bahan bantu dalam proses penyulingan minyak bumi, proses
pembuatan plastik sintetis, proses pengolahan dan pengecoran logam,
bahan pembuat cat, pembuatan pupuk, penyamakan kulit, serta proses
pembuatan tekstil.
2. Belerang dapat mengikat molekul-molekul karet yang panjang sehingga
karet menjadi lebih keras, kuat dan mudah dicetak, tetapi tetap elastis.
Karet vulkanisir digunakan pada ban mobil, truk dan pesawat terbang;
bumper karet mobil; penghapus pensil; dan sarung tangan lateks.
3. Belerang bersama KNO3, karbon digunakan dalam pembuatan serbuk
mesiu.
4.2

Sifat Belerang

Sifat fisika
o Titik Didih

: 717.82 K

o Titik Lebur

: 392.2 K

o Massa Atom

: 32.066

o Massa Jenis

: 2.07 g/cm3

o Elektronegativitas : 2.58
o Potensial Ionisasi : 10.36 V
o Volume Atom

: 15.5 cm3/mol

o Warna dalam senyawa : kuning

Kristal belerang merupakan molekul S8

Berbentuk cincin belerang

Kristalnya mempunyai dua alotropi, yaitu kristal monoklin dan kristal


rhombis, yang berada dalam keadaan setimbang pada suhu 96oC.
Peristiwa ini disebut juga dengan enantiotropi, yaitu dua bentuk kristal
alotropi yang berada dalam keadaan setimbang.

S8(monoklin) S8(rhombis)

Pada pemanasan belerang akan terbentuk cairan kuning yang jernih. Jika

( pada suhu 96oC)

pemanasan dilanjutkan, warna cairan akan menjadi semakin coklat dan


kental karena adanya penggabungan rantai-rantai tersbut menjadi molekul
raksasa.

Pada suhu yang sangat tinggi, rantai raksasa tersebut akan terpotong
menjadi S4. Uap belerang pada suhu rendah merupakan molekul S 8, tetapi
pada suhu tinggi akan berubah menjadi S2 seperti oksigen.

Belerang dapat larut dalam CS2, benzena, dan sikloheksana. Membentuk


suatu cincin belerang, dengan 6-12 atom belerang setiap cincinnya.
Belerang dapat bereaksi dengan oksigen membentuk oksida belerang
(SO2 dan SO3).
o S(s) + O2(g) SO2(g)

o SO2(g) + O2(g) SO3(g)

H = -196,6 kJ/mol

Pembentukan SO3 dapat berlangsung pada suhu tinggi, yang dapat


mengakibatkannya kembali terurai menjadi SO2 dan O2. Dengan bantuan
katalisator V2O5, reaksi dapat berlangsung pada suhu yang relatif rendah.

4.3

Karakteristik Sulfur
Simbol : S
Radius Atom : 1.27
Radius Kovalensi : 1.02
Struktur Kristal : Orthorombic
Konduktivitas Listrik : 5 x 106 ohm-1cm-1
Konfigurasi Elektron : [Ne]3s22p4
Formasi Entalpi : 1.73 kJ/mol
Konduktivitas Panas : 0.269 Wm-1K-1
Bilangan Oksidasi : 2,4,6
Kapasitas Panas : 0.71 Jg-1K-1
Entalpi Penguapan : 10 kJ/mol

4.4

Jenis- jenis Belerang


1. Sulfur organik
Seperti halnya unsur N, s di dalam tanah sebagian besar berupa S
organik, terutama pada bagian lapisan tanah permukaan, bahkan dapat
mencapai 90 % total S (Tisadale et al., 1990; Prasad dan Power ,1997)
pada tanah kapus. Di dalam tanah, S organik dibedakan menjadi 3
kelompok penting, yaitu (1) S diikat sebagai ester, (2) S terikat langsung
dengan atom C, dan (3) s residual.
2. Sulfur Anorganik
Pada tanah-tanah berdrainase baik, hampir semua S berada dalam
bentuk sulfat dengan kation-kation seperti Ca2+, Mg2+, K+, Na+, atau
NH4+ di dalam larutan tanah, S sebagai endapan garam sulfat di daerah

kering, sulfat terjerap pada mineral lempung tipe 1:1 dan oksida hidrus
dari Fe dan Al, dan sulfat yang tereduksi sulfida.
S Anorganik dibedakan menjadi 6 kelompok penting, yaitu
(1) sulfat larut,
(2) sulfat terjerap,
(3) sulfat mengendap,
(4) sulfat tereduksi,
(5) sulfida, dan
(6) sulfur elementer (Munawar, 2011).
4.5

Sumber toksikan Belerang di alam


1. Kawah gunung berapi. Pegunungan dieng, pegunungan tengger dan bromo
2. Mata air panas .
3. Deposit belerang di dalam perut bumi.
4. Senyawa belerang tersebar di alam sebagai gas H2S, batuan-batuan sulfat,
misalnya batuan gipsum (CaSO4), dan mineral sulfida, misalnya pirit
(FeS2), kalkopirit (CuFeS2), dan galena (PbS).
5. Pengotor (impuritis) pada gas alam, minyak bumi, dan batu bara.

4.6

Baku Mutu Belerang


Baku mutu zat toksikan belerang dalam lingkungan maksimal 10 ppm.

Tabel 1 Baku Mutu SO2 dalam lingkungan


4.7

Dampak Belerang
1. Terhadap Manusia

Iritasi sistem pernafasan.

Dalam bentuk gas, SO2 dapat menyebabkan iritasi pada paru-paru


yang menyebabkan timbulnya kesulitan bernafas, terutama pada
kelompok orang yang sensitive seperti orang berpenyakit asma,
anak-anak dan lansia. SO2 juga mampu bereaksi dengan senyawa
kimia lain membentuk partikel sulfat yang jika terhirup dapat
terakumulasi di paru-paru dan menyebabkan kesulitan bernapas,
penyakit

pernapasan,

dan

bahkan

kematian

(EPA,

2007).

Konsentrasi Pengaruh ( ppm ):


Konsentrasi

Pengaruh

(ppm)
3-5
8-12

Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari baunya


Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi

20

tenggorokan
Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan iritasi

20
20

mata
Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan batuk
Maksimum Yang diperbolehkan untuk konsentrasi

50-100

dalam waktu lama


Maksimum yang diperbolehkan untuk kontrak

400-500

singkat (30 menit)


Berbahaya meskipun kontak secara singkat

Tabel 2 Jumlah konsentrasi Belerang dan dampak pada manusia

Efek merugikan yang mungkin timbul antara lain kerusakan otak melalui
gangguan fungsi hipotalamus, serta kerusakan sistem saraf.
2. Terhadap Ekoksistem dan Lingkungan

Hujan Asam
Kadar SO2 yang tinggi di udara menjadi salah satu penyebab
fenomena hujan asam. Terjadinya hujan asam disebabkan oleh
belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar
fosil serta nitrogen di

udara

yang

bereaksi

dengan

oksigen

membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini


berdifusi

ke atmosfer dan

bereaksi

dengan

air

untuk

membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga
jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan
meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang
terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman.
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan
sedikitnya species yang bertahan. Jenis Plankton dan invertebrate
merupakan mahkluk yang paling pertama mati akibat pengaruh
pengasaman. Apa yang terjadi jika didanau memiliki pH dibawah 5,
lebih dari 75 % dari spesies ikan akan hilang. Hujan asam ini akan
mengganggu kelangsungan hidup vegetasi dan ekosistem perairan.
3. Terhadap Tumbuhan
Dampak terhadap tumbuhan akan berkaitan dengan adanya hujan
asam. Kadar SO2 yang tinggi di hutan menyebabkan noda putih atau
coklat pada permukaan daun, jika hal ini terjadi dalam jangka waktu
yang lama akan menyebabkan kematian tumbuhan tersebut. SO2
diudara akan berubah menjadi asam sulfat. Oleh karena itu, didaerah
dengan adanya pencemaran oleh SO2 yang cukup tinggi, tanaman akan
rusak oleh aerosol asam sulfat.
4. Terhadap Hewan
Pada hewan juga memiliki ambang toleransi terhadap hujan asam.
Spesies hewan tanah yang mikroskopis akan langsung mati saat pH
tanah meningkat karena sifat hewan mikroskopis adalah sangat spesifik
dan rentan terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim. Spesies hewan
yang lain juga akan terancam karena jumlah produsen (tumbuhan)
semakin sedikit. Berbagai penyakit juga akan terjadi pada hewan karena
kulitnya terkena air dengan keasaman tinggi. Dalam ekosistem perairan,
tentunya organisme perairan akan terganggu karena terjadi penurunan
pH dalam air.
5. Terhadap Material

Masih berkaitan dengan hujan asam, dari fenomena hujan asam


tersebut, akan terbentuk senyawa HNO3 yang bersifat reaktif terhadap
benda-benda sehingga menyebabkan korosi. Bangunan yang berbahan
dasar kapur, batu pualam, dolomit akan mengalami kerusakan baik
dalam penampilan (terlihat kecoklatan atau kehitaman) maupun
strukturnya (keropos). Hujan asam akan melarutkan kalsium karbonat,
meninggalkan kristal pada batuan yang bersifat merusak.

BAB 3. PEMBAHASAN
3.1

Gambaran Umum
Gunung Ijen merupakan salah satu dari rangkaian Gunung berapi di Jawa

Timur, Gunung tersebut masih aktif dan terletak di Kabupaten Bondowoso dan
Kabupaten Banyuwangi yaitu pada wilayah Kecamatan Licin, Kabupaten
Banyuwangi dan Kecamatan Klobang, Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa
Timur. Gunung Ijen telah mengalami 12 kali erupsi. Gunung Ijen memiliki
ketinggian 2.386 meter di atas permukaan laut. Secara geografis Gunung Ijen
berada pada posisi 80330 LS dan 1141430 BT, pada puncak Gunung terdapat
Danau Kawah Ijen dengan panjang dan lebar masing-masing sebesar 800 meter
dan 700 meter serta kedalaman danau mencapai 180 meter. Selain terkenal
sebagai obyek wisata juga memiliki kandungan belerang yang tinggi. Sedikitnya
jumlah belerang yang dihasilkan adalah sebanyak 14 ton per harinya. Jumlah
tersebut baru sekitar 20% dari potensi yang sesungguhnya disediakan oleh alam.
Berdasarkan pengukuran gas belerang yang dilakukan oleh tim Pusat
Vulkanologi Mitigasi Bencana dan Geologi (PVMBG) di wilayah Gunung Ijen
yang dilakukan pada tujuh titik pengukuran. Hasil dari pengukuran tersebut yaitu
kadar gas belerang diketahui yang tertinggi yaitu sebesar 47 ppm (batas normal 10
ppm). Tingginya kandungan belerang yang terdapat di Kawah Ijen menjadikan
kawasan tersebut sebagai wilayah pertambangan, pada umumnya aktivitas

penambangan dilakukan secara tradisional oleh pekerja, sehingga kesehatan


pekerja penambang belerang di Gunung Ijen berisiko terganggu.
3.2

Sumber Masalah
Sumber masalah pada kasus berita kaitannya dengan toksikologi sulfur

(S) yaitu terjadinya sesak napas dan sakit dada pada mayoritas penambang
belerang di kawah ijen. Belerang merupakan unsur kimia bukan logam yang
muncul dalam berbagai bentuk dan senyawa. Pada umumnya, endapan belerang
mempunyai hubungan erat dengan kegiatan gunung berapi. Seperti di kawah ijen
Belerang berasal dari H2S yang merupakan hasil reduksi CaSO4 oleh karbon dan
methan. Terbentuknya H2S dapat melalui dua cara, yaitu oksidasi oleh air tanah
dan reaksi antara H2S dengan CaSO4.
Belererang jika dipaparkan terlalu tinggi akan memiliki efek bagi
kesehatan. Pekerjaan sebagai penambang belerang memang memiliki risiko tinggi
karena mereka harus ke bibir kawah untuk mendapatkan belerang. Tim BBC telah
mengukur asap beracun disekitar kawah ijen mencapai lebih dari 40 kali batas
aman untuk pernapasan di Inggris yang seharusnya kadar ppm yang dapat
diterima adalah 10 ppm. Hal ini menjadi masalah karena di kawah ijen banyak
penambang belerang yang tidak memakai alat pelindung diri yang memadai.
Mereka hanya memakai jaket tipis, sarung tangan, dan tidak memakai masker.
Selama 40 tahun lebih dari 70 orang tewas di Ijen.
3.3

Penyebab
Berdasarakan uraian sumber masalah diatas yang menjadi penyebab

permasalahan terjadinya pencemaran diantaranya :


1. Unsur pencemar udara berupa kandungan sulfur (S) yang ada di kawah
ijen yang asap beracunnya mencapai lebih dari 40 kali batas aman untuk
pernapasan di Inggris. Untuk batas aman Belerang seharusnya adalah 10
ppm.
2. Kebanyakan

penambang

tidak

memakai

masker,

mereka

hanya

menggunakan kain biasa atau sama sekali tidak memakai penutup hidung
dan mulut.

3. Efek apabila terpapar Sulfur dengan konsentrasi yang tinggi dapat


menyebabkan kesulitan bernafas yang dapat berakhir dengan kematian.
3.4

Dampak Masalah
Sulfur dioksida (SO2) merupakan gas tak berwarna yang menimbulkan

rasa jika konsentrasinya 3 ppm dan menghasilkan bau yang kuat pada tingkat
konsentrasi yang lebih besar dari 5 ppm. Adapun dampak yang ditimbulkan
berdasarkan studi kasus yang telah dibahas yaitu :
a. Dampak terhadap lingkungan
Pencemaran udara dapat didefinisikan sebagai terdapatnya zat di atmosfir,
yang bersifat racun, mengganggu, merusak, atau berbahaya bagi makhluk
hidup. Gas belerang oksida (SOX) terdiri atas gas SO2 dan gas SO3 yang
keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau tajam dan tidak mudah
terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif, mudah bereaksi dengan
uap air yang ada di udara untuk membentuk asam sulfat atau H2SO4.
Pemakaian batubara sebagai bahan bakar pada beberapa kegiatan industri
seperti yang terjadi di beberapa negara Eropa Barat dan Amerika,
menyebabkan kadar gas Sox di udara meningkat. Asam sulfit dan asam sulfat
yang terbentuk dari reaksi antara gas Sox dan uap air apabila turun ke bumi
bersama jatuhnya air hujan, terjadilah Acid rain atau hujan asam. Hujan asam
dapat menyebabkan rusaknya tanaman maupun kesuburan tanah. Pada
beberapa negara industri, hujan asam menjadi persoalan yang sangat serius
karena sifatnya yang merusak. Hutan yang gundul akibat jatuhnya hujan asam
akan mengakibatkan lingkungan semakin parah.
Dampak pencemaran belerang oksida dapat dialami tanaman, hewan,
maupun manusia. Pada tanaman, konsentrasi SOx sekitar 0,5 ppm dapat
mengakibatkan

terjadinya

kerusakan

tanaman

yang

mengakibatkan

menurunnya produktivitas tanaman, sedangkan paparan akut dengan


konsentrasi tinggi dapat mematikan jaringan daun (nekrosis daun). Paparan
kronis pada tumbuhan oleh belerang dioksida menyebabkan klorosis, proses
pemutihan atau penguningan bagian daun yang berwarna hijau. Selain itu
dapat mengakibatkan kerusakan hutan terjadi karena adanya pengikisan

lapisan tanah yang subur yang merupakan awal terjadinya ketandusan


lingkungan yang berarti pula menurunnya daya dukung alam bagi
kelangsungan hidup manusia.
Dampak lain yang ditimbulkan oleh SOx yaitu kerusakan benda-benda
mati oleh SOx karena sifatnya yang korosif. Cat pada bangunan gedung
seringkali bereaksi dengan Sox membentuk warna kusam kehitam-hitaman.
Hal ini disebabkan timbal oksida PbO sebagian bahan cat beraksi dengan SOx
menjadi PbS. Jembatan menjadi rapuh karena proses pengkaratan yang
dipercepat oleh adanya SOx.
b. Dampak terhadap kesehatan
Ada dua macam gas SOx yaitu gas SO2 dan gas SO3. Pembakaran
menghasilkan gas SO2 lebih banyak dari pada gas SO3, namun dengan udara
SO2 lebih cepat membentuk SO3 sehingga gas ini akan menjadi banyak juga
di nudara. Gas SOx sangat berbahaya bagi manusia terutama pada konsentrasi
di atas 0,4 ppm. Akibat yang ditimbulkkan jika mengganggu kesehatan
manusia adalah;gangguan sistem pernafasan, karena gas SOx yang mudah
menjadi asam menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan dan
saluran pernafasan yang lain sampai ke paruparu. Pada konsentrasi 1-2 ppm,
bagi orang yang sensitif serangan gas SOx ini menyebabkan iritasi pada
bagian tubuh yang terkena langsung.
Namun bagi orang yang cukup kebal akan terasa teriritasi pada konsentrasi
6 ppm dengan waktu pemaparan singkat. Pemaparan dengan SOx lebih lama
dapat meyebabkan peradangan yang hebat pada selaput lendir yang diikuti
oleh kelumpuhan sistem pernafasan, kerusakan dinding ephitelium dan pada
akhirnya diikuti oleh kematian.
Akibat utama pencemaran gas sulfur oksida, khususnya SO 2 terhadap
manusia adalah terjadinya iritasi pada sistem pernapasan. Hal ini berkaitan
dengan jalur masuk toksikan ke dalam tubuh, dimana jalur toksikan masuk ke
dalam tubuh manusia dapat melalui kulit, saluran pernafasan (inhalasi),
saluran cerna (oral), serta injeksi (penyampaian xenobiotika langsung ke
dalam tubuh organisme). Berdasarkan studi kasus, penambang batu belerang

memiliki permasalahan mendasar terkait pada proses pengambilan belerang


yang dilakukan secara rutin dalam setiap hari, dimana mereka akan memiliki
risiko tinggi untuk terpapar gas belerang. Faktor kesehatan tentunya sangat
mempengaruhi karena gas belerang tentunya sangat berisiko mengalami
gangguan kesehatan pada saat proses penambangan belerang.
Cahyono, Waluyo Eko. 2011. Kajian Tingkat Pencemaran Sulfur Dioksida Dari
Industri di Beberapa Daerah di Indonesia. Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains
Atmosfer dan Iklim, LAPAN. Berita Dirgantara Vol. 12 No. 4, Desember
2011: 132-137.

BAB 4 PENUTUP
4.1

Kesimpulan

Sumber masalah dari studi kasus diatas berasal dari kawah gunung ijen
yang menghasilkan belerang yang menyebabkan pencemaran udara
karena kadar gas beracun belerang gunung ijen mencapai lebih dari 40
kali batas aman untuk pernapasan di Inggris yang seharusnya kadar
ppm yang dapat diterima adalah 10 ppm.
Penyebab masalah dari studi kasus diatas adalah minimnya kesadaran
penambang belerang akan pentingnya pemakaian alat pelindung diri
untuk melindungi dari terpaparnya gas belerang di gunung Ijen yang
tinggi.
Pertambangan di gunung Ijen menyebakan berbagai masalah kesehatan
seperti iritasi mata, iritasi pernafasan dan

sesak nafas. Hal ini

disebabkan karena kadar belerang (S) di kawah ijen sangat tinggi


sedangkan penambang belerang tidak memakai alat pelindung diri
yang dapat mencegah masuknya belerang kedalam tubuh.
4.2

Saran

Bagi pemerintah daerah diharap bisa mengawasi pertambangan dan


penambang belerang dan memberikan standar keamanan dan
keselamatan bagi penambang agar tidak terjadi korban saat
menambang belerang.
Bagi penambang diberikan pengetahuan akan bahayanya gas belerang
apabila terhirup kedalam tubuh, serta mau memakai masker dan alat
pelindung lain ketika menambang belerang.
Perlunya sosialisasi terhadap masyarakat atau pengunjung mengenai
pemakaian masker apabila berada di sekitar gunung ijen

Anda mungkin juga menyukai