BAB I
PENDAHULUAN
1
anorganik adalah inhibitor yang diperoleh dari mineral-mineral yang tidak
mengandung unsur karbon dalam senyawanya. Material dasar dari inhibitor
anorganik antara lain kromat, nitrit, silikat, dan pospat. Senyawa-senyawa tersebut
sangat berguna dalam aplikasi pelapisan antikorosi, tetapi mempunyai kelemahan
utama yaitu bersifat toksik. Sedangkan inhibitor organic yaitu inhibitor yang berasal
dari bahan alami yang tersedia di alam. Inhibitor organic selain dapat menghambat
laju korosi juga memiliki sifat non-toksik, murah, mudah didapatkan dan dapat
diperbaharui.(Dalimunthe.2004)
Bahan alam yang dapat digunakan sebagai inhibitor organic harus mengandung
atom N,O,P,S, dan atom-atom lain yang memiliki pasangan electron bebas. Unsur
N,O,P,S banyak terdapat pada zat antioksidan dan tumbahan. Beberapa contoh
senyawa antioksidan adalah tanin, flavonoid, alkaloid, steroid dan saponin serta
vitamin C. Inhibitor organik yang digunakan berbentuk ekstrak yang terdapat pada
bagian tanaman seperti bunga, biji, daun, batang, buah, dan kulit. Beberapa
penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu menunjukkan
bahwa ekstrak bahan alam tersebut memperlihatkan efisiensi yang baik dalam
proses penurunan laju korosi. Mengacu pada penelitian terdahulu, penelitian ini
dilakukan untuk menganalisa efisiensi penghambatan laju korosi dengan
menggunakan ekstrak kulit buah markisa yang mengandung lignin pada baja lunak
(mild steel) dalam larutan asam fosfat digunakan sebagai media pengujian untuk
menyesuaikan keadaan lingkungan dalam proses pengolahan di industri makanan
dan minuman yang umumnya bersifat asam lemah.
Buah markisa merupakan buah yang banyak terdapat di daerah Sulawesi
Selatan, sehingga banyak industri yang manfaatkan untuk dijadikan sirup markisa.
Industri-industri ini hanya menggunakan isi dari buahnya saja kulitnya akan
dibuang dan menjadi limbah dari industri tersebut. Menurut Tri Astuti (2011) kulit
buah markisa senyawa protein kasar 7,32% , tanin 1,85%, dan lignin 31,79%,
karena di dalam kulit buah markisa mengandung senyawa lignin yang dapat
menghambat korosi maka dalam penelitian ini digunakan kulit buah markisa
sebagai inhibitor serta dapat mengurangi limbah dari industri sirup markisa. Selama
proses korosi banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya korosi seperti gas
2
terlarut, suhu, kecepatan aliran, pH, kelembaban dan konsentrasi inhibitor yang
ditambahkan.
Dalam penelitian ini, variable yang digunakan yaitu pengaruh konsentrasi
inhibitor dan kecepatan fluida/pengaduk. Penelitian ini merupakan penelitian
lanjutan dengan judul yang sama.
1. Berapa besar efisiensi optimum inhibitor korosi dari kulit buah markisa pada baja
lunak dalam larutan asam fosfat dengan variasi konsentrasi inhibitor.
2. Berapa besar loss weight baja lunak dari reaksi inhibitor korosi kulit buah
markisa pada baja lunak dalam larutan asam fosfat dengan variasi kecepatan
pengadukan.
a. Variabel Tetap
1 Material yang digunakan ( Baja Lunak )
2 Inhibitor alam yang digunakan. ( Ekstrak kulit buah markisa)
3 Larutan elektrolit ( Asam Fosfat)
4 pH (5)
5 Temperatur ( ±25°C)
b. Variable Tidak Tetap
1 Konsentrasi
3
2 Kecepatan fluida/pengaduk
1.4 Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini, sebagai berikut:
1. Menentukan efisiensi optimum inhibitor korosi dari lignin kulit buah markisa
pada baja lunak dalam larutan asam fosfat dengan variasi konsentrasi.
2. Menentukan loss weight baja lunak dari reaksi inhibitor korosi lignin kulit buah
markisa pada baja lunak dalam larutan asam fosfat dengan variasi kecepatan
pengadukan.
1.5 Manfaat
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Korosi
Korosi merupakan penurunan kualitas yang disebabkan oleh reaksi kimia bahan
logam dan unsur-unsur lain yang terdapat di alam atau lingkungannya. Reaksi kimia
yang terjadi pada proses korosi adalah reaksi reduksi dan oksidasi contohnya
pengkaratan pada besi. Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi,
sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Atom-atom akan bereaksi dengan
zat-zat dalam lingkungannya dan membentuk ion-ion positif (kation). Hal ini akan
menyebabkan timbulnya aliran-aliran elektron dari suatu tempat ke tempat yang
lain pada permukaan metal.
Mekanisme korosi yang terjadi pada logam besi (Fe) dituliskan sebagai berikut:
Fe(s) + H2O(l) + 1/2O2(g) Fe(OH)2(s)……………..…………………..(1)
Fero Hidroksida [Fe(OH)2] yang terjadi merupakan hasil sementara yang dapat
teroksidasi secara alami oleh air dan udara menjadi Fero Hidroksida [Fe(OH)2],
sehingga mekanisme reaksi selanjutnya adalah:
1. Faktor gas terlarut seperti Oksigen (O2) dan Karbon Dioksida (CO2). Makin
tinggi kadar oksigen pada suatu tempat maka reaksi oksidasi akan mudah terjadi
sehingga akan mempengaruhi laju reaksi korosi.
5
2. Temperatur, semakin tinggi temperatur maka reaksi kimia akan semakin cepat
dan menyebabkan korosi akan semakin cepat terjadi.
3. Kecepatan aliran, jika kecepatan aliran semakin cepat maka akan merusak lapisan
film pada logam maka akan mempercepat korosi karena logam akan kehilangan
lapisan.
4. pH, pada pH yang optimal maka korosi akan semakin cepat (mikroba).
5. Kadar oksigen, semakin tinggi kadar oksigen pada suatu tempat maka reaksi
oksidasi akan mudah terjadi sehingga akan mempengaruhi laju reaksi korosi.
Kelembaban udara (M Fajar Sidik,2013).
1. Proteksi Katodik
Proteksi katodik adalah jenis perlindungan korosi dengan menghubungkan
logam yang mempunyai potensial lebih tinggi ke struktur logam sehingga tercipta
suatu sel elektrokimia dengan logam berpotensial rendah bersifat katodik dan
terproteksi. Seperti Impressed Current, Galvanic, Sacrificial Anode, Zink
Application, Zink Metalizing, Zink-Rich Paints, dan Hot-Dip Galvanizin.
2. Coating
Pelapisan atau coating adalah proses untuk melapisi suatu bahan dasar (substrak)
yang bertujuan untuk melindungi material dari erosi dan memberi perlindungan
pada material tersebut. Selain itu, coating juga memberikan gaya apung negatif
(negative bouyancy force), memberikan fungsi anti slip pada permukaan substrak
dan beberapa fungsi lainnya. Cara ini sering dilakukan dengan melapisi logam
(coating) dengan suatu bahan agar logam tersebut terhindar dari korosi, misalnya
cat.
3. Pemakaian bahan bahan kimia (chemical inhibitor)
6
masalah yang penting dalam menangani korosi maka perlu dilakukan pemilihan
inhibitor yang sesuai dengan kondisinya (Maria Ema, dkk, 2009).
7
karena aman, mudah didapatkan, bersifat biodegradable, biaya murah dan ramah
lingkungan.( Gatot Haryono, dkk, 2010)
Ekstrak bahan alam yang khususnya senyawa yang mengandung atom N,O,P,S
dan atom-atom yang memiliki pasangan elektronbebas. Unsur-unsur yang
mengandung pasangan electron bebas ini nantinya akan berfungsi sebagai ligan
yang akan membentuk senyawa kompleks dengan logam. Efektivitas ekstrak bahan
alam sebagai inhibitor korosi tidak terlepas dari kandungan nitrogen yang terdapat
dalam senyawaan kimianya. Mekanisme proteksi ekstrak bahan alam terhadap besi
ataubaja dari serangan korosi diperkirakan akan sama dengan mekanisme proteksi
oleh inhibitor organic.(Asdim, 2008)
Reaksi antara Fe2+ dengan inhibitor ekstrak bahan alam menghasilkan senyawa
kompleks. Inhibitor ekstrak bahan alam yang mengandung nitrogen mendonorkan
sepasang electronnya pada permukaan logam mild steel ketika ion Fe2+ terdifusi
dalam larutan elektrolit, reaksinya adalah:
Fe Fe2+ + 2e- (melepaskan electron), dan
Fe2+ + 2e- Fe (menerima electron)
Produk yang terbentuk di atas mempunyai kestabilan yang tinggi dibanding
dengan Fe saja, sehingga sampel besi/baja yang diberikan inhibitor ekstrak bahan
alam akan lebih tahan (terproteksi) terhadap korosi.
Markisa merupakan pohon yang memiliki sulur yang kuat dan dapat
bertumbuh 15 sampai 20 kaki per tahun sekali. Umumnya markisa berumur pendek
8
(5 – 7 tahun). Tanaman markisa mulai berbuah pada umur satu tahun. Satu pohon
dapat menghasilkan ratusan buah. Ukuran buah bervariasi mulai dari yang sebesar
bola pingpog sampai dengan yang sebesar mentimun suri. Bentuk dan warna kulit
buah juga bervariasi mulai dari bundar, bulat, ataupun lonjong panjang dengan
warna kulit hijau, kuning, oranye, coklat, atau ungu. Buah muncul dari ketiak daun
dan berdompol setiap dompol terdiri atas sembilan butir atau lebih.. Buah yang
sudah masak/ranum berwarna kekuningan dan memiliki aroma harum khas
markisa. Biji markisa sendiri berbentu bulat pipih panjang +- 0,3 cm dan berwarna
putih
Buah markisa adalah sumber vitamin C yang baik, Satu porsi 100 g (3,5
ons) mengandung 16 mg vitamin C. Vitamin C meningkatkan kekebalan tubuh dan
merupakan antioksidan. Satu porsi 100 g buah markisa mengandung 1275 IU
vitamin A. Vitamin A meningkatkan kualitas penglihatan dan membantu dalam
melawan infeksi, membuat kulit sehat bersinar dan membantu pertumbuhan sel.
Buah markisa juga merupakan sumber kalium (348 mg dalam 100 g). Mineral ini
memiliki efek yang menyehatkan pada jantung manusia dan membantu fungsi
jantung, aliran dan tekanan darah dalam tubuh. Selain kalium, buah markisa juga
mengandung zat besi, magnesium dan kalsium.
1 Air (g%) 80
2 Energi (Kal) 70
4 Lemak (g%) 0
6 Ca (g%) 11
7 P (mg%) 50
9
8 Fe (mg%) 1,1
9 Vit A (SI/100g) 10
10 Vit B1 (mg%) 0
11 Vit C (mg%) 16
Kulit buah markisa senyawa protein kasar 7,32% , tanin 1,85%, dan lignin
31,79%, kandungan lignin yang terdapat pada kulit buah markisa mineral
bervalensi dua seperti Fe, Zn, Mg, dan Ca dan membentuk senyawa yang tidak
terdegradasi.
Terdapat beberapa macam metode untuk menghitung laju korosi. Salah satunya
adalah dengan menggunakan metode kehilangan berat(weight loss). Metode
kehilangan berat adalah perhitungan laju korosi dengan mengukur pengurangan
berat akibat korosi yang terjadi. Sampel yang telah ditimbang, direndam pada
larutan selama beberapa waktu. Setelah perendaman, dilakukan pembersihan untuk
membersihkan produk korosi pada sampel dilanjutkan dengan penimbangan sampel
kembali. Sehingga didapatkan data berat sebelum dan sesudah perendaman.
10
Pengurangan berat yang terjadi kemudian dikonversikan menjadi suatu laju korosi
dengan memperhitungkan pengurangan berat, luas permukaan yang terendam,
waktu perendaman, dan massa jenis. Untuk mendapatkan laju korosi yang
ditunjukkan oleh persamaan berikut ( Abdul Latif Murabbi dan Sullistjono,2012)
𝑲𝒙∆𝒎
LajuKorosi(W)=𝝆𝒙𝑨𝒙𝒕 …………………………………………………………(1)
Keterangan:
W =Laju korosi(mpy)
t =waktu korosi(jam)
K =konstanta
11
picrometres per secons (pm/y) 2,78 x 106
grams per square metre per hour (g/m2.h) 100 x 104 x D
miligrams per squeare decimeter per day (mdd) 2,40 X 106 X D
micrograms per square meter per second (µg/m2.s) 2,78 X 104 X D
Sumber : ASTM International.2005
2. efisiensi Inhibitor
𝑊𝑘𝑜−𝑊𝑘𝑖
Effisiensi Inhibitor (Ei%): 𝑥 100% ………………………….(2)
𝑊𝑘𝑜
Keterangan:
3. Energi Aktivasi
12
𝐸𝑎
nilai slope (- 𝑅 ) dan dimasukkan kedalam persamaan Arrhenius (Asrae S. Yaro,et
al, 2013):
𝐸𝑎
W= A exp (− 𝑅 ) ………………………………………………………………..(3)
Keterangan:
A= Konstanta Arrhenius
Ea= Energi Aktivasi (kj/mol)
T = Suhu (K)
W= Laju Korosi (mpy)
13
BAB III
METODE KEGIATAN
3.1 Tempat Dan Waktu Kegiatan
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia, Jurusan Teknik Kimia,
Politeknik Negeri Ujung Pandang, mulai Maret-Agustus 2019
3.2 Alat Dan Bahan Kegiatan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan, yaitu:
a. Labu ukur 1000 ml
b. Gelas kimia 500 dan 600 ml
c. Gelas ukur 250 ml
d. Pipet tetes
e. Pipet ukur 25 ml
f. Corong
g. Cawan petri
h. Neraca digital
i. Water bath
j. Pompa vakum
k. Oven
l. Desikator
m. Blender
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan, yaitu:
a. Kulit buah markisa
b. Baja ST 37
c. Aquadest
d. NaOH 15%
e. H2SO4
f. Aseton
g. H3PO4
14
3.3 Prosedur Kegiatan
1. Persiapan bahan baku
a. Kulit markisa yang diperoleh dari industri sirup markisa yang merupakan
limbah dari industri ini dicuci bersih dengan air lalu ditiriskan.
15
b. Asam fosfat yang telah dipipet diencerkan dalam labu ukur 1000 ml dengan
menggunakan aquades.
16
c. Plat baja yang telah dibersihkan dan ditimbang dimasukkan dalam masing-
masing wadah secara bersamaan.
d. Wadah yang telah berisi plat baja dimasukkan ke dalam water bath yang telah
disiapkan sebelumnya.
e. Plat baja direndam selama 3 hari, kemudian plat baja diambil dan dibersihkan
dengan air, dibilas dengan aquades dan aseton.
f. Plat baja yang telah dibersihkan, kemudian dikeringkan di dalam oven pada
pada suhu 105oC selama 2 menit dan dimasukkan ke dalam desikator lalu
ditimbang.
g. Dilakukan pengujian seperti di atas dengan variasi suhu 40oC, 50oC, 60oC dan
70oC dan untuk konsentrasi 0 ppm.
17
DAFTAR PUSTAKA
https://surya-octagon.net/wp-content/uploads/2018/02/3.-
DSI_Pengumpulan_SOIJST12_181-198Page-181-198-MN05_YS_SO1502.pdf
18