Anda di halaman 1dari 5

7 JURNAL TEKNIK MESIN – ITI Vol. 2 No.

1, Januari 2018
ISSN: 2548-3854

Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava, Linn.) sebagai Inhibitor


Korosi pada Baja SS dalam Media 3% NaCl

Singgih Hartanto1 a), Muhammad Ari Wicaksono 2 b)


1
Program Studi Teknik Mesin Otomotif ITI
Jl. Raya Puspiptek Serpong, Tangerang Sealatan-Banten, Indonesia 15320
2
Program Studi Teknik Kimia ITI
Jl. Raya Puspiptek Serpong, Tangerang Sealatan-Banten, Indonesia 15320
a)
otomotif_iti@yahoo.com (corresponding author), b)aricaksono@luvin.co.id

Abstrak
Penggunaan inhibitor korosi merupakan salah satu cara yang efektif dalam mencegah korosi karena cara ini
relatif murah dan prosesnya sederhana. Pada penelitian ini dilakukan uji pengaruh penambahan ekstrak daun jambu biji
sebagai inhibitor korosi terhadap laju korosi dan efektivitas inhibisi pada baja SS dalam media larutan 3% NaCl.
Penelitian ini menggunakan 2 variabel yang berpengaruh yaitu konsentrasi inhibitor 500 ppm, 1000 ppm, 1500 ppm,
2000 ppm dan waktu perendaman baja dalam larutan NaCl selama 1 hari, 2 hari, 4 hari, 6 hari. Penambahan ekstrak daun
jambu biji sebagai inhibitor pada baja SS yang dicelupkan dalam larutan 3% NaCl dapat menurunkan laju korosi baja
SS dengan laju korosi terkecil yaitu sebesar 0.045 mg/cm2 hari dan persen proteksi paling besar yaitu 37,93% yang
didapatkan pada penambahan inhibitor ekstrak daun jambu biji dengan konsentrasi 1000 ppm.

Kata Kunci: inhibitor, korosi, tanin

Abstract
The use of corrosion inhibitors is one of the effective way to prevents corrosion because it is relatively
inexpensive and the process is simple. This research is about the effect of the addition of guava leaf extract as corrosion
inhibitor to corrosion rate and the effectiveness of inhibition on SS steel in 3% NaCl solution medium. This study use
two variables that is inhibitors concentration and steel immersion times. The inhibiotrs concentration are 500 ppm, 1000
ppm, 1500 ppm, and 2000 ppm. Then the steel immersion times are in NaCl solution for 1 day, 2 days, 4 days, and 6
days. The addition of guava leaf extract as an iron inhibitor dipped in 3% NaCl solution can reduce the rate of iron
corrosion with the smallest corrosion rate of 0.045 mg/cm2 day and the largest protection percentage of 37.93% obtained
in the addition of inhibitor of guava leaf extract with a concentration of 1000 ppm.

Keyword: corrosion, inhibitor, tannin

I. PENDAHULUAN dapat dilakukan untuk memperlambat laju korosi antara


Korosi merupakan masalah yang perlu lain dengan cara pelapisan permukaan logam, proteksi
mendapat perhatian karena korosi adalah suatu peristiwa katodik, penambahan zat tertentu yang berfungsi sebagai
yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari, tetapi bisa inhibitor reaksi korosi. Penggunaan inhibitor korosi
ditunda proses terjadinya. Hampir semua logam dan baja merupakan cara yang paling efektif dalam mencegah
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari mulai dari korosi karena cara ini relatif murah dan prosesnya
struktur jembatan, rangka mobil, peralatan rumah tangga, sederhana.
alat-alat kesehatan, peralatan di lingkungan pabrik Inhibitor korosi merupakan suatu zat yang
petrokimia dan kapal-kapal laut mengalami serangan ditambahkan dalam jumlah sedikit ke dalam lingkungan
korosi. Pada umumnya serangan korosi berbeda-beda dan sehingga menurunkan laju korosi terhadap logam [5],
dalam kasus-kasus tertentu sangat membahayakan bagi umumnya inhibitor korosi berasal dari senyawa-senyawa
kehidupan manusia. organik dan anorganik yang mengandung gugus-gugus
Air laut merupakan media yang korosif dan yang memiliki pasangan elektron bebas, seperti nitrit,
penyebab korosi pada air laut antara lain adalah kromat, fospat, urea, fenilalanin, imidazolin, dan
kandungan klorida (Cl-) yang cukup tinggi dan senyawa-senyawa amina [1]. Namun demikian, pada
mikrobakteri yang hidup di laut. Namun, mengingat kenyataannya bahwa bahan kimia sintesis ini merupakan
ketersediaan air yang sangat banyak serta kemudahan bahan kimia yang berbahaya, harganya lumayan mahal,
dalam pemakaian dan pengambilannya maka banyak dan tidak ramah lingkungan, maka sering industri-
industri-industri yang menggunakannya sebagai industri kecil dan menengah jarang menggunakan
pendukung kinerja produksi [2]. Beberapa cara yang inhibitor pada sistem pendingin, sistem pemipaan, dan
8

sistem pengolahan air produksi mereka, untuk


melindungi besi/baja dari serangan korosi. Untuk itu Semakin besar sifat keasaman lingkungan, maka
penggunaan inhibitor yang aman, mudah didapatkan, konsentrasi H+ semakin besar, akibatnya reaksi oksigen
bersifat biodegradable, biaya murah, dan ramah dengan elektron (reduksi oksigen) semakin banyak,
lingkungan sangatlah diperlukan. sehingga proses korosi semakin cepat. Sebaliknya
Beberapa ekstrak tanaman mengandung sejumlah apabila sifat keasaman
senyawa organic seperti tannins, alkaloids, saponins, lingkungan menurun, maka konsentrasi H+ turun. Hal ini
asam amino pigment, dan protein yang memiliki meyebabkan reduksi oksigen terhambat.
kemampuan mengurangi laju korosi [6]. Ion Fe2+ yang terbentuk di katodik selanjutnya dioksidasi
Tanin dapat diperoleh dari hampir semua jenis menjadi ion Fe3+ yang kemudian membentuk besi (III)
tumbuhan hijau di seluruh dunia baik tumbuhan tingkat oksida berhidrat yang dikenal dengan korosi besi, reaksi
tinggi maupun tingkat rendah dengan kadar dan kualitas 2.4 :
yang berbeda-beda. Salah satu tanaman yang
mengandung tannin adalah daun jambu biji (Psidium 4Fe2+ + O2 + x H2O →2Fe2O3xH2O + H+ (4)
guajava, Linn.). Adanya kandungan tannin di dalam
daun jambu biji ini menjadikan tanaman ini dapat Inhibitor korosi merupakan suatu komponen
dipakai untuk menghambat laju reaksi korosi dari baja kimia yang ditambahkan dalam jumlah kecil ke suatu
[4] Selain itu harganya jauh lebih murah dibandingkan lingkungan dan efektif untuk menurunkan laju korosi.
dengan inhibitor sintetik seperti tanin murni. Inhibitor diklasifikasikan berdasarkan bahan dasar,
Oleh karena itu, pada penelitian ini telah dilakukan reaksi yang dihambat, dan berdasarkan cara kerjanya.
uji terhadap pengaruh dan efektifitas dari ekstrak daun
jambu biji (Psidium guajava, Linn.) yang mengandung A. Mekanisme Inhibisi
senyawa tannin sebagai inhibitor korosi baja SS. Mekanisme atau cara kerja inhibitor dalam
Medium korosif yang digunakan adalah air laut buatan menginhibisi sehingga dapat memperlambat korosi yang
yang dibuat dari larutan 3%.NaCl akan dibahas adalah passivasi, adsorpsi dan presipitasi
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh penambahan ekstrak daun jambu biji sebagai B. Inhibisi Passivasi
inhibitor terhadap laju korosi baja dalam media natrium Mekanisme inhibisi pada baja dengan asumsi
klorida 3% (NaCl) dengan menentukan konsentrasi menggunakan zat kromat. Proses proteksi kromat pada
optimum melalui nilai efisiensi inhibisi. Demikian juga permukaan baja, terhadap serangan korosi adalah
akan diamati pengaruh lamanya waktu perendaman baja melalui terbentuknya formasi kombinasi antara adsorpsi
dalam larutan medium tersebut. (pengumpulan gas atau cairan di permukaan) dengan
formasi oksida. Adsorpsi membantu polarisasi anoda
II. LANDASAN TEORI sehinga memiliki potensial yang cukup untuk
Hampir semua material logam akan mengalami membentuk selapis tipis oksida ferik yang terhidrasi dan
korosi, khususnya logam besi yang bebas dari kotoran di melindungi baja. Namun film oksida tesebut tidak
dalam materialnya yang disebut impurities, yang berupa tampak pada permukaan baja, peralatan yang dilapisi
oksida logam besi tersebut akibat bereaksi degan zat kromat tampak mengkilap walaupun berada pada
asam diudara, perbedaan struktur molekuler dari logam lingkungan yang agresif. Film oksida merupakan
tersebut, serta perbedaan tegangan didalam bagian- campuran antara oksida ferric dan kromik dan akan
bagian logam besi. selalu terpelihara ketebalan dan keberadaannya karena
Reaksi umum yang menunjukkan adanya proses ada proses adsorpsi dan oksidasi dengan sedikit
korosi pada logam (M) adalah sebagai berikut: kehilangan logam selama senyawa kromat selalu berada
M  Mn+ + ne- (reaksi anodik) di dalam larutan. Apabila lapisan pasivasi rusak akibat
goresan atau larut dan apabila kromat tidak cukup
2H2O + 2e  H2 + 2OH- (reaksi katodik) banyak untuk memperbaiki film yang rusak tersebut,
maka bagian baja yang terbuka karena filmnya rusak
Baja memiliki permukaan yang tidak rata karena tersebut menjadi bagian anodic yang kecil di tengah-
komposisi kimianya tidak homogen sempurna. tengah bagian katodik yang sangat besar, sehingga akan
Ketidakrataan ini meyebabkan daerah besi lebih mudah terjadi proses korosi pada bagian anodic yang sangat
dioksidasi (daerah anodik) dari pada sisi lainnya (daerah pesat dan menghasilkan pitting/sumuran. Proses reduksi
katodik). Dalam daerah katodik, masing-masing atom pada senyawa kromat di daerah katodik menghasilkan
besi memberikan dua elektron (mengalami reaksi arus katodik yang menjaga laju penetrasi yang tinggi.
oksidasi) membentuk ion Fe2+. Mekanisme yang sama akan terjadi pula pada pasivator
yang tidak mengoksidasi. Ketika jumlah oksigen yang
Fe → Fe2+ + 2e (1) dberikan tidak cukup maka dapat membahayakan,
Elektron-elektron yang dibebaskan akan mengalir karena oksigen merupakan unsur depolarisasi katoda
melalui baja, seperti aliran elektron yang terjadi pada yang baik.
kawat dari suatu sel galvanik ke daerah katodik dimana
elektron-elektron bereaksi dengan oksigen. C. Inhibisi Adsorpsi
O2 + 4 H+ + 4e → 2 H2O (2) Merupakan proses molekul-molekul organik
O2 + 2 H2O + 4e → 4 OH- (3) panjang dengan rantai-rantai samping yang teradsorpsi
9 JURNAL TEKNIK MESIN – ITI Vol. 2 No. 1, Januari 2018
ISSN: 2548-3854

dan terdesorpsi dari permukaan logam. Molekul-molekul  Larutan dititrasi dengan KMnO4 0,1 N hingga
berukuran besar ini dapat membatasi difusi oksigen ke didapatkan titik akhir larutan berwarna kuning emas.
permukaan atau menjerat ion-ion logam di permukaan,  Dihitung kadar tanin total. (1 ml KMnO4 ~ 4, 157 x
memantapkan lapisan ganda dan mereduksi laju 10-3 gram tanin.)
pelarutan.
D. Persiapan Larutan Medium Korosif
D. Inhibisi Presipitasi Larutan medium korosif dibuat dengan cara
Dalam air yang bersifat netral mengandung melarutkan 37,5 gram NaCl dalam labu ukur 250 ml dan
sedikit konsentrasi klorida, silikat dan fosfat didapatkan larutan 15% NaCl. Kemudian larutan
menyebabkan pasivasi pada baja apabila terdapat tersebut diencerkan sejumlah volume tertentu hingga
kandungan oksigen pada air tersebut, sehingga unsur- didapatkan konsentrasi sebesar 3% NaCl.
unsur tersebut bersifat sebagai inhibitor anodic. Sifat
anodic lainnya adalah bahwa korosi terlokalisir dalam E. Preparasi Benda Uji
bentuk sumuran, yakni apabila jumlah fosfat atau silikat Sampel baja carbon steel dipotong dengan
yang ditambahkan ke dalam air kurang ukuran 10 x 20 mm. Benda uji dibersihkan dari kotoran
mencukupi/sedikit. Baik silikat ataupun fosfat akan (lemak dan debu) dan karat-karat dipermukaan logam
membentuk lapisan endapan dipermukaan baja yang dengan metode pickling sesuai ASTM G1-99. Baja
meningkatkan polarisasi katodik, sehingga dkatakan sifat dibersihkan dengan 500 ml asam klorida yang dilarutkan
tersebut “Mixed” (kombinasi pengaruh anodik dan didalam akuadest hingga 1000ml. Semua spesimen yang
katodik). Zat silikat yang sering digunakan di dalam air masuk ke larutan pembersih kemudian dibersihkan
yang salinitasnya rendah yang mengandung oksigen dengan akuadest dan alkohol dan dikeringkan. Setelah
terlarut. itu ditimbang berat awal masing-masing spesimen
sebelum diuji.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Alat dan Bahan F. Larutan Media Korosif dan Inhibitor
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini Disiapkan labu takar 50 ml sebanyak 5 buah.
adalah labu ukur 1000 mL, 250 mL, gelas kimia, kaca Dipipet sebanyak 10 ml larutan NaCl 15% dan
arloji, neraca analitik, oven, pipet ukur 10 mL, buret 25 dimasukkan kedalam masing-masing labu takar 50ml.
mL, vacuum rotary evaporator. Bahan kimia yang Ditambahkan larutan inhibitor 10.000 ppm sebanyak 0
digunakan adalah baja carbon steel, Natrium Klorida p.a, ml; 2,5 ml; 5 ml; 7,5 ml; dan 10 ml ke dalam labu takar
Alkohol, Akuadest, dan Asam Klorida 36%. yang berisi larutan NaCl. Larutan diencerkan dengan
akuadest hingga tanda tera sehingga campuran larutan
B. Ekstraksi Daun Jambu masing-masing konsentrasi inhibitor yaitu 0 ppm, 500
Daun jambu dikeringkan dengan cara diangin- ppm, 1000 ppm, 1500 ppm, 2000 ppm.
anginkan tanpa terkena sinar matahari langsung.
Dilanjutkan dengan menggunakan oven pada suhu 40°C. G. Pengujian Korosi
Daun jambu kering diblender kemudian ditimbang Sampel baja masing-masing dicelupkan ke
sebanyak 20 gram. Serbuk dilarutkan dengan alkohol dalam larutan campuran NaCl 3% dan larutan inhibitor.
70% sebanyak 1000 ml kemudian dimaserasi selama 2 x Variasi konsentrasi larutan inhibitor adalah 0, 500, 1000,
24 jam. 1500, dan 2000 ppm. Waktu perendaman selama 1, 2, 4,
Setelah itu larutan disaring dan filtrate ditampung dan 6 hari. Selanjutnya spesimen dibilas dengan aceton,
dalam wadah yang berbeda, residu dimaserasi kembali akuades dan dengan alkohol kemudian dikeringkan dan
hingga didapatkan hasil filtrate yang terakhir dengan ditimbang sebagai bobot akhir. Laju korosi dan efisiensi
tannin yang negatif. Filtrat dievaporasi dengan vacuum inhibisi korosi baja dihitung dengan menggunakan
rotary evaporator pada suhu 70°C, kecepatan 60 rpm persamaan [3]:
untuk memperoleh ekstrak daun jambu biji. Ekstrak
kasar dilarutkan dengan 250 ml alcohol 70% selanjutnya Laju Korosi = Berat Awal – Berat akhir
diuji kadarnya dan dibuat larutan inhibitor dengan Luas Plat Baja x Waktu Perendaman
konsentrasi 10.000 ppm.
Efisiensi Inhibisi = Vko – Vki x 100%
C. Identifikasi dan Analisa Kadar Tannin Vki
 Filtrat hasil ekstraksi ditambahkan beberapa tetes Vko = Laju korosi tanpa inhibitor
larutan gelatin 10%. Jika terbentuk endapan berwarna Vki = Laju korosi dengan inhibitor.
putih berarti tanin positif.
 Filtrat hasil ekstraksi ditambahkan beberapa tetes IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jika berwarna hitam kehijauan berarti tanin positif Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan air panas
 Pipet 10 ml larutan ekstrak kedalam erlemeyer dan agar seluruh tanin dapat terekstrak. Hal ini dikarenakan
ditambahkan 20 ml H2SO4 0,2 N dan indikator indigo tannin merupakan campuran senyawa polifenol yang
sulfonat, kemudian diencerkan dengan air sebanyak dalam keadaan alami berada dalam bentuk glikosidanya
15 ml. sehingga dapat larut dalam alkohol 70%.
10

Identifikasi tanin dilakukan dengan penambahan


FeCl3 yang memberikan warna hitam kehijauan. Warna
terjadi karena terbentuknya senyawa kompleks antara
inti fenolik tanin dengan ion Fe3+ memberikan senyawa
kompleks berwarna. Sedangkan identifikasi dengan
penambahan gelatin 10% terbentuk endapan yang
berwarna putih. Pada proses ini terjadi reaksi antara
tannin dengan gelatin membentuk senyawa kopolimer
mantap (endapan) yang tidak larut dalam air.

A. Pengujian Korosi.
a. Pengaruh Waktu Perendaman Terhadap Pengurangan
Berat Baja
Hasil penelitian menunjukkan bertambahnya
waktu perendaman terjadi peningkatan weight loss pada
baja, dan bila dibandingkan berkurangnya berat (weight
loss) baja yang direndam dalam larutan NaCl dengan
penambahan inhibitor masih dibawah garis kurva weight
loss baja tanpa ditambahkan inhibitor, seperti Gambar 2. Pengaruh konsentrasi terhadap laju korosi
ditunjukkan pada gambar 1. Hal ini menunjukan
permukaan baja telah terlindungi oleh lapisan inhibitor. Adsorpsi ini akan menjadi semacam pembatas yang
memisahkan permukaan baja dari media. Berdasarkan
uraian diatas terlihat jelas perbedaan antara specimen
baja yang direndam dalam media tanpa penambahan
inhibitor memiliki laju korosi yang lebih besar
dibandingkan dengan specimen yang ditambahkan
inhibitor.

c. Pengaruh Waktu Perendaman Terhadap Laju Korosi


Pada Gambar 3 ditunjukkan penurunan laju
korosi pada specimen dimasing-masing media terhadap
waktu perendaman spesimen. Keseluruhan specimen
pada masing-masing media mengalami penurunan laju
korosi jika semakin lama terendam. Gambar yang
ditunjukan pada grafik menggambarkan grafik penurunan
yang lama kelamaan cenderung konstan. Hal ini
kemungkinan disebabkan adanya adsorbsi inhibitor pada
Gambar 1. Pengaruh waktu perendaman terhadap kehilangan
berat permukaan specimen. Specimen dengan jumlah inhibitor
yang ditambahkan sedikit akan teradsorpsi dalam jumlah
b. Pengaruh Konsentrasi Inhibitor Terhadap Laju Korosi sedikit pada permukaan specimen dalam rentang waktu
Terjadi penurunan laju korosi yang cukup tajam yang relatif masih singkat. Hal ini menyebabkan laju
pada specimen baja yang direndam dalam media korosi yang cukup tinggi. Dengan semakin lamanya
penambahan inhibitor dibandingkan dengan media tanpa waktu perendaman adsorpsi inhibitor semakin banyak.
inhibitor, seperti ditunjukkan pada gambar 2. Penurunan Hal ini akan menyebabkan terjadinya penurunan laju
terjadi sampai sekitar 0.05 mg/cm2 hari. Hal ini korosi hingga pada suatu titik tertentu dimana adsorpsi
mengindikasikan adanya perubahan perilaku korosi sudah mencapai titik jenuh, hingga laju korosi menjadi
specimen karena penambahan inhibitor ekstrak daun cenderung konstan.
jambu biji. Selanjutnya dengan penambahan inhibitor
pada konsentrasi yang lebih besar akan terjadi penurunan
kembali laju korosi. Berdasarkan grafik terlihat
penurunan yang terjadi tidak terlalu jauh bahkan
cenderung konstan.
Penurunan ini dikarenakan adanya senyawa
tannin dalam ekstrak daun jambu biji dan senyawa
tannin tersebut dapat membentuk senyawa kompleks Fe-
tannat pada permukaan baja. Inhibitor ini membentuk
lapisan tipis pada permukaan baja. Hal ini terjadi karena
adanya adsorpsi jumlah dan wilayah dari inhibitor pada
baja meningkat dengan adanya penambahan konsentrasi
inhibitor.
11 JURNAL TEKNIK MESIN – ITI Vol. 2 No. 1, Januari 2018
ISSN: 2548-3854

V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan
pada penelitian ini maka dapat diperoleh kesimpulan
berikut:
1. Identifikasi tannin yang dilakukan pada larutan
ekstrak daun jambu menunjukan tannin positif dan
kadar tannin yang terkandung dalam ekstrak daun
jambu biji adalah 13, 56%.
2. Penambahan ekstrak daun jambu biji sebagai
inhibitor pada baja yang dicelupkan dalam larutan
NaCl 3% dapat menurunkan laju korosi baja. Nilai
laju korosi terkecil yaitu sebesar 0.045 mg/cm2hari
dan persen proteksi paling besar yaitu 37,93% yang
didapatkan pada penambahan inhibitor ekstrak daun
jambu dengan konsentrasi 1000 ppm.

REFERENSI
Gambar 3. Pengaruh waktu perendaman terhadap laju korosi [1] Hasibuan, R., Hermawan, S., dan Nasution,Y.R.A.,
2012, Penentuan Efisiensi Inhibisi Reaksi Korosi
d. Efisiensi Inhibisi Baja Menggunakan Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L), Jurnal Teknik Kimia,
Efektifitas inhibitor ekstrak daun jambu biji pada
Vol.1, No.2, Jurusan Teknik Kimia, Universitas
rentang konsentrasi 500-2000 ppm cenderung meningkat Sumatra Utara.
dengan lamanya waktu perendaman. Hal ini terjadi [2] Irianty, R.S., Khairat., Ektrak Daun Pepaya Sebagai
karena semakin lama senyawa kompleks yang terbentuk Inhibitor Korosi Pada Baja AISI 4140 dalam
antara senyawa tannin yang terdapat dalam daun jambu Medium Air Laut., Jurnal Teknobiologi, IV(2), 2013:
biji dengan ion Fe3+ semakin banyak sehingga lapisan 77-82, ISSN: 2087-5428.
pelindung yang terbentuk pada permukaan besi semakin [3] Kumar, S.A., A. Sankar, and S. Rameshkumar.,
meningkat. 2013. Oxystelma esculentum leaves extracts as
corrosion inhibitor for mild steel in acid medium.
International journal of scientific & technology
research 2(9): 55-58.
[4] Tambun, R., Limbong,H.P., Nababan,P., Sitorus, N.,
Kemampuan Daun Jambu Biji sebagai Inhibitor
Korosi Besi Pada Medium Asam Klorida., J.Kimia
Kemasan, Vol.37 No.2, 2015
[5] Roberge, P.R., 2000, Handbook of Corrosion
Engineering, New York: McGraw Hill, p 833, 837.
[6] Haryono, G., Sugiarto, B., Farid, H., Tanoto Y.,
2010, Ektrak Bahan Alam Sebagai Inhibitor,
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia
“Kejuangan” Pengembangan Teknologi Kimia untuk
Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia
Yogyakarta, 26 Januari 2010.

Gambar 4. Persentase proteksi terhadap waktu (hari)

Persentase proteksi paling besar didapatkan pada


konsentrasi 1000 ppm pada hari ke-4 yaitu sebesar
37,93% Gambar 4 dengan laju korosi 0,045 mg/cm2
hari. Konsentrasi ini merupakan konsentrasi optimum,
dimana senyawa kompleks yang terbentuk telah
mencapai titik maksimum, sehingga lapisan kompleks
yang melindungi logam dari proses oksidasi yang
terbentuk juga meningkat. Sedangkan pada hari ke-6
terjadi penurunan persen proteksi sebesar 30% dan laju
korosi meningkat sebesar 0.047 mg/cm2 hari. Hal ini
terjadi karena pada konsentrasi optimum, inhibitor
mengalami kejenuhan sehingga pada konsentrasi ini tidak
lagi meningkatkan efisiensi dari inhibitor

Anda mungkin juga menyukai