1, Maret 2019
p-ISSN: 2598-7380 e-ISSN: 2613-9847
Journal Homepage: http://jurnal.untidar.ac.id/index.php/mechanical
Abstrak
Korosi merupakan interaksi logam dengan lingkungannya yang mengakibatkan kerusakan pada
logam. Korosi juga dapat terjadi pada rantai kapal yang biasanya terletak pada samping lambung
kapal dan terkena langsung air laut. Bila tidak diperhatikan dengan benar, maka kondisi tersebut
akan merusak dan menurunkan umur rantai kapal. Maka perlu ditambahakan inhibitor sebagai zat
untuk menghambat laju korosi. Inhibitor yang umumnya digunakan merupakan inhibitor yang
mempunyai sifat beracun bagi lingkungan, maka dari itu perlu digunakan inhibitor organik yang
tidak merusak lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh inhibitor
ekstrak daun jambu biji terhadap laju korosi rantai kapal. Penelitian ini dilakukan dengan
melakukan perendaman terhadap spesimen dengan konsentrasi sebesar 6% ,9%, 12%, dan waktu
perendaman 1 jam. Laju korosi dihitung menggunakan metode polarisasi potensio dinamik. Setelah
dihitung laju korosinya, maka dihitung efisiensi inhibitornya. Setelah dilakukan perendaman
diperoleh bahwa inhibitor memiliki pengaruh. Hal ini ditunjukkan setelah melakukan uji korosi
didapatkan bahwa pada konsentrasi 9% inhibitor ekstrak daun jambu biji mampu menurunkan laju
korosi sebesar 0,066 mpy dan memiliki nilai efisiensi tertinggi sebesar 97,3%.
Kata Kunci: korosi, rantai kapal, inhibitor organik, ekstrak daun jambu biji
Abstract
Corrosion is the interaction of metals with their environment which results in damage to metals.
Corrosion can also occur in the chain of vessels that are usually located on the side of the ship's
hull and are directly exposed to sea water. If it is not properly observed, the condition will damage
and reduce the life of the ship chain. It is necessary to add inhibitors as substances to inhibit the
corrosion rate. Inhibitors that are generally used are inhibitors that have toxic properties to the
environment, therefore it is necessary to use organic inhibitors that do not damage the
environment. The purpose of this study was to determine the effect of inhibitors of guava leaf
extract on the corrosion rate of ship chains. This research was conducted by immersing specimens
with concentrations of 6%, 9%, 12%, and immersion time of 1 hour. Corrosion rate is calculated
using the dynamic potentiary polarization method. After calculating the corrosion rate, the
inhibitor efficiency is calculated. After immersion is obtained, the inhibitor has an influence. This
was shown after the corrosion test found that at a concentration of 9% inhibitors of guava leaf
extract was able to reduce the corrosion rate of 0.066 mpy and has the highest efficiency value of
97.3%.
37
pada lingkungan yang agresif (Roberge, 9g dengan variasi perendaman 0, 3, 6, 9,
2000). dan 12 hari. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa konsentrasi inhibitor 9g paling
Bio Inhibitor efektif dalam menurunkan laju korosi.
Penggunaan bahan alami seperti Nilai laju korosi sebesar 0,000079
ekstrak daun, biji, buah, dan akar, yang g/cm2hari.
memiliki senyawa organik, dapat Pengembangan bio inhibitor
mengurangi laju korosi. Beberapa memiliki beberapa kendala, salah satunya
penelitian telah dilakukan untuk sumber bahan yang susah didapat. Selain
mendapatkan bioinhibitor yang efisien. itu, pada beberapa bahan bio inhibitor
Penelitian oleh (Mardina 2018) mengenai merupakan jenis tanaman produksi
pengendalian laju korosi ekstrak daun biji sehingga kurang efisien jika ditinjau dari
(Psidium guajava, Linn) sebagai inhibitor aspek ekonomi. Penggunaan bahan
korosi pada baja St-37 dalam media inhibitor dari limbah atau tanaman yang
korosif NaCI 3%. Variasi konsentrasi banyak ditemui di alam dan memiliki nilai
inhibitor yang digunakan adalah 0% ekonomi yang rendah merupakan hal yang
(tanpa inhibitor), 3%, 5%, dan 7%. Hasil saat ini menjadi perhatian banyak ahli
penelitian menunjukan semakin tinggi sebagai solusi pengembangan bio inhibitor
konsentrasi inhibitor dapat menurunkan yang ramah lingkungan dan murah
laju korosi. Efisiensi tertinggi dari
inhibitor ekstrak daun jambu biji dalam Daun Jambu Biji
medium korosif NaCl 3% terdapat pada Jambu biji merupakan salah tanaman
konsentrasi 7% yaitu sebesar 70,12 %. buah jenis perdu. Jambu biji ini
Hartanto (2018) mengenai mempunyai daun dengan helaian daun
pengendalian laju korosi ekstrak daun biji berbentuk bulat telur agak jorong ujung
(Psidium guajava, Linn) sebagai inhibitor tumpu, pangkal membulat, tepi rata agak
korosi pada baja SS dalam media 3% melengkuk keatas, pertulangan menyirip
NaCI dengan metode kehilangan berat panjang 6 cm sampai dengan 14 cm, lebar
untuk melihat nilai laju korosi. Medium 3 cm sampai dengan 6 cm, dan berwarna
korosif yang digunakan adalah NaCl 3 %. hijau. Buahnya berbentuk bulat sampai
Variasi konsentrasi inhibitor yang bulat telur, berwarna hijau sampai hijau
digunakan adalah dari 0, 500, 1000, 1500, kekuningan, lunak, berwarna putih
dan 2000 ppm dan waktu perendaman kekuningan atau merah jambu, biji banyak
selama 1, 2, 4, dan 6 hari. Hasil penelitian mengumpul di tengah, kecil, keras, dan
menunjukan bahwa nilai laju korosi berwarna kuning kecoklatan. Daun jambu
terkecil yaitu sebesar 0.045 mg/cm²hari biji mempunyai kandungan tanin 12-18%,
dan persen proteksi paling besar yaitu kalori 14 kal, vitamin A 25 SI, vitamin B1
37,93% yang didapatkan pada 0,02 mg, vitamin C 87 mg, kalsium 14
penambahan inhibitor ekstrak daun jambu mg, hidrat arang 12,20 g, fosfor 28 mg,
dengan konsentrasi 1000 ppm. besi 1, 10 mg, protein 0, 90 mg, lemak
Nababan (2013) melakukan 0,30 g, air 86 g, dan zat- zat penyamak
penelitian mengenai pengaruh konsentrasi (psiditanin) sekitar 9% jambu biji juga
ekstrak daun jambu biji terhadap laju mengandung minyak atsiri berwarna
korosi besi dalam media asam florida. kehijauan dengan kandungan eganol
Variasi konsentrasi inhibitor yang sekitar 0,4%, dmar 3%, minyak lemak
digunakan adalah dari 1g, 3g, 5g, 7g, dan
38
6%, dan garam-garam mineral (Jimenez, (spesimen yang diketahui laju korosi yang
2001). terjadi), kekurangan berat dari pada berat
Kandungan tanin pada daun jambu awal merupakan nilai kehilangan berat.
biji menjadi dasar bahwa daun jambu biji Kekurangan berat dikembalikan ke dalam
ini dapat digunakan sebagai inhibitor rumus untuk mendapatkan laju korosi
korosi. kehilangan beratnya.
Metode elektrokimia adalah metode
Efisiensi Inhibitor mengukur laju korosi dengan mengukur
Untuk menghitung efisiensi inhibitor beda potensial objek hingga didapat laju
maka digunakan rumus sebagai berikut korosi yang terjadi, metode ini mengukur
(Furqon, 2013) laju korosi pada saat diukur saja dimana
Efisiensi = memperkirakan laju tersebut dengan
waktu yang panjang (memperkirakan
Laju tanpa inhbt − lajukorosi dgn inhbt
x100% walaupun hasil yang terjadi antara satu
Laju korosi tanpa inhibitor waktu dengan waktu lainnya berbeda).
Kelemahan metode ini adalah tidak dapat
menggambarkan secara pasti laju korosi
Perhitungan Laju Korosi yang terjadi secara akurat karena hanya
Laju korosi adalah kecepatan dapat mengukur laju korosi hanya pada
rambatan atau kecepatan penurunan waktu tertentu saja. Kelebihan metode ini
kualitas bahan material terhadap waktu. adalah kita langsung dapat mengetahui
Penghitungan laju korosi dapat laju korosi pada saat di ukur, hingga
menggunakan 2 cara yaitu metode waktu pengukuran tidak memakan waktu
kehilangan berat dan metode elektrokimia. yang lama. Metode elektrokimia ini
Metode kehilangan berat adalah meggunakan rumus yang didasari pada
perhitungan laju korosi dengan mengukur Hukum Faraday yaitu menggunakan
kekurangan berat akibat korosi yang rumus sebagai berikut:
terjadi. Metode ini menggunakan jangka Ai
CR (mpy) = 𝐾 nD…………………(2)
waktu penelitian hingga mendapatkan
jumlah kehilangan berat akibat korosi (Furqan, 2013)
yang terjadi. Untuk mendapatkan jumlah
kehilangan berat akibat korosi digunakan Dimana:
rumus sebagai berikut: CR = Laju Korosi
WxK K = Konstanta
CR (mm/y) = DAsT …………………(1)
A = Berat Atom Metal
(Furqan, 2013) i = Arus (µA/cm2)
n = Nomor Elektron yang hilang
Dimana: D = Densitas (g/cm3)
CR = Laju Korosi (mm/y) Metode ini menggunakan
W = Berat yang hilang (gram) pembanding dengan meletakkan salah satu
K = Konstanta material dengan sifat korosif yang sangat
D = Densitas spesimen baik dengan bahan yang akan diuji hingga
3
(g/cm ) beda potensial yang terjadi dapat
As = Luas Permukaan (cm2) diperhatikan dengan adanya pembanding
T = Waktu (jam) tersebut.
Metode ini adalah mengukur
kembali berat awal sebelum diuji
39
METODE PENELITIAN setiap konsentrasi kemudian dibersihkan
dari kotoran-kotoran yang masih
menempel. Setelah itu tiap material rantai
dapra kapal yang sudah terpotong akan
diberi tanda sebelum dilakukan pengujian.
Ukuran dimensi spesimen dapat dilihat
pada gambar 3.1.
Diameter = 14 mm
Tebal = 4 mm
40
6. Membuat konsentrasi inhibitor Efisiensi Inhibitor Ekstrak Daun
ekstrak daun jambu biji variasi Jambu Biji
6%, 9%, dan 12%. Hasil peritungan efisiensi inhibitor
Proses pembuatan ekstrak daun ektrak daun jambu biji ditunjukkan pada
jambu biji dan di vacum rotary gambar 2.
evaporator. 100 97,36
2,5 2,503 20
2 0
1,733
1,5 0 3 6 9 12 15
1
0,546 Konsentrasi Inhibitor (%)
0,5
0 0,066
Gambar 2. Grafik hubungan variasi
0 3 6 9 12 15
konsentrasi inhibitor dengan efisiensi
Konsentrasi Inhibitor (%) inhibitor
Gambar 1. Grafik Hubungan Antara Efisiensi inhibitor merupakan
Variasi Konsentrasi Inhibitor Dan Laju perbandingan antara selisih dari laju
Korosi korosi tanpa adanya inhibitor dan laju
korosi dengan adanya penambahan
Dari gambar 1. terlihat bahwa laju korosi inhibitor, dibagi dengan laju korosi tanpa
rantai dengan konsentrasi inhibitor 12% adanya inhibitor. Nilai efisiensi paling
ekstrak daun jambu biji yaitu sebesar tinggi terjadi pada konsentrasi 9% sebesar
0,546 mpy. Konsentrasi optimal laju 97,36 % karena pada konsentrasi ini
korosi terjadi pada konsentrasi inhibitor lapisan yang terbentuk sudah sempurna di
9% ekstrak daun jambu biji sebesar 0,066 tandai dengan tertutupnya seluruh
mpy. Hal tersebut disebabkan karena permukaan spesimen baja oleh inhibitor.
lapisan yang terbentuk sudah sempurna Sedangkan pada konsentrasi 12% inhibitor
yang di tandai dengan tertutupnya seluruh tidak bekerja dengan baik untuk melapisi
permukaan spesimen baja oleh inhibitor. permukaan spesimen baja dengan
Sedangkan pada konsentrasi 12% terjadi sempurna, sehingga laju korosi bertambah
kenaikan laju korosi. Hal tersebut besar.
disebabkan karena pada konsentrasi
tersebut inhibitor tidak dapat melapisi SIMPULAN
dengan sempurna. Sehingga pada saat uji Pemanfaatan daun jambu biji sebagai
korosi mengakibatkan ikatan-ikatan bio inhibitor terbukti mampu mengurangi
logam menjadi lemah oleh tereduksinya laju korosi rantai kapal. Didapatkan
ion hidrogen dalam larutan, sehingga kemampuan inhibisi terbaik pada
molekul hidrogen yang terbentuk penambahan konsentrasi inhibitor
diabsorbsi oleh logam sehingga membuat sebanyak 9% mampu menurunkan laju
laju korosi naik.
41
korosi sebesar 0,066 mpy, yang Ketahanan Korosi Paduan Fe-2,2Al-0,6C
sebelumnya sebesar 2,503 mpy. setelah Proses Temper, Jurusan Teknik
Mesin STTNAS, Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA Mardina, D., 2018, Efektivitas
A. Groysman. 2010. Corrosion for Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium
Everybody. Springer Science + Bussines Guajava L)Sebagai Inhibitor Pada Baja
Media B. V. Karbon St-37 Dalam Medium Korosif
NaCl 3%, FMIPA, Universitas
Ali, F., Saputri, D., & Nugroho, R. F. Lampung, Bandar Lampung.
2014. Pengaruh Waktu Perendaman Dan
Konsentrasi Ekstrak Daun Jambu Biji ( Nababan, P., 2015. Kemampuan
Psidium guajava , Linn ) SebagaiInhibitor Daun Jambu Biji Sebagai Inhibitor Korosi
Terhadap Laju Korosi Baja SS 304 Dalam Besi pada Medium Asam Klorida,
Larutan Garam dan Asam Teknik Kimia Fakultas Teknik
Teknik Kimia, Vol. 2. No. 1. pp. 28–37. Universitas Sumatra Utara,
Medan.
Anggaretno, G., Rochani, I., Supomo,
H., 2012, Analisa Pengaruh Jenis Roberge, Deny. 2000. Principles and
Elektroda terhadap Laju Korosi pada Prevention of Corrosion. New York:
Pengelasan Pipa API 5L Grade X65 Macmillan Publishing Company.
dengan Media Korosi FeCl3, Surabaya,
Fakultas Teknologi Kelautan, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
42