Anda di halaman 1dari 7

Journal of Mechanical Engineering, Vol. 2, No.

2, September 2018
p-ISSN: 2598-7380 e-ISSN: 2613-9847
Journal Homepage: http://jurnal.untidar.ac.id/index.php/mechanical

PENGARUH PENAMBAHAN INHIBITOR ORGANIK EKSTRAK ECENG


GONDOK TERHADAP LAJU KOROSI

Nani Mulyaningsih1), Catur Pramono2, Ryan Try Prasetyo3


1
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Tidar
email: nani_mulyaningsih@untidar.ac.id
2
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Tidar
email: caturpramono@ untidar.ac.id
3
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Tidar
email: ryantryprasety0259@gmail.com

Abstrak
Salah satu kandungan ekstrak bahan alam yang dapat digunakan menjadi inhibitor korosi adalah
tanin dan lignin yang ada pada tumbuhan eceng gondok. Pemanfaatan ekstrak eceng gondok
sebagai inhibitor korosi sangat bermanfaat bagi dunia industri. Tujuan penelitian adalah
menganalisis pengaruh inhibitor dari eceng gondok terhadap laju korosi baut SIICHASE. Metode
penelitian ini dengan memberikan larutan inhibitor yang terbuat dari ekstrak eceng gondok
terhadap material baut SIICHASE dengan konsentrasi inhibitor 0%, 9%, 12% dan 15%, kemudian
diuji ketahanan korosi pada lingkungan air laut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
penambahan konsentrasi inhibitor 12% ekstrak eceng gondok menghasilkan nilai laju korosi
terendah sebesar 10,852 mpy.

Kata kunci: inhibitor, eceng gondok, baut, laju korosi

Abstract
One of the extracts of natural ingredients can be used as corrosion inhibitors is tannin and lignin
in eichornia crassipes plants. The used extract eichornia crassipes as a corrosion inhibitor is very
useful for the industrial. The aim of the study was to analyze the effect of inhibitors of eichornia
crassipes on the corrosion rate of SIICHASE bolts. This research method by providing inhibitor
solutions made from eichornia crassipes to SIICHASE bolt material by inhibitor concentrations of
0%, 9%, 12% and 15%, then tested for corrosion resistance in the seawater. The results showed
that the addition of a 12% inhibitor concentration of eichornia crassipes produced the lowest
corrosion rate of 10.852 mpy.

Keywords: inhibitor, eichornia crassipes, ship bolt, corrosion rate

PENDAHULUAN terjadinya korosi adalah berkurangnya


Korosi adalah serangan yang kekuatan dari baja itu sendiri dan
bersifat merusak pada suatu logam oleh menurunnya fatique life, tensile strength
reaksi kimia atau elektrokimia dengan dan berkurangnya sifat mekanis material
lingkungannya. Pada konstruksi yang lainnya. Ada dua aspek penting yang
terbuat dari logam maupun non logam, mempengaruhi proses korosi yaitu logam
korosi dapat menimbulkan kerugian biaya dan lingkungannya. Berbagai cara telah
yang sangat besar. Korosi tidak dapat dilakukan untuk mengurangi laju korosi,
dicegah tetapi lajunya dapat dikurangi. salah satunya dengan pemakaian inhibitor.
Kerugian teknis yang akan dialami akibat Sejauh ini penggunaan inhibitor
merupakan salah satu cara yang paling sering sekali mendapat permasalahan
efektif untuk mencegah korosi, karena yaitu korosi. Salah satu kandungan dari
biayanya yang relatif murah dan ekstrak bahan alam yang dapat digunakan
prosesnya yang sederhana (Hermawan, menjadi inhibitor korosi adalah tanin dan
2007). Di lingkungan industri perkapalan, lignin. Lignin mempunyai kemampuan
penggunaan material baja menempati membentuk senyawa kompleks karena
urutan pertama sebagai komponen memiliki unsur-unsur yang memiliki
bangunan kapal. Disatu sisi material baja pasangan bebas yang berfungsi sebagai
didalam kapal sangat rentan terhadap pendonor elektron terhadap logam yang
serangan korosi yang dapat menurunkan berfungsi sebagai inhibitor. Pemanfaatan
kualitas material kapal. Kerusakan karena eceng gondok sebagai inhibitor korosi
serangan korosi (karat) merupakan sangat bermanfaat bagi dunia industri
permasalahan umum yang menyebabkan mengingat bahan untuk menahan laju
degradasi material sebagai interaksi korosi atau bahan kimia yang mahal,
dengan lingkungannya, sehingga tidak dengan adanya eceng gondok sebagai
hanya memperburuk penampilannya bahan untuk menahan laju korosi ini
namun juga memperpendek usia pakai sangat menguntungkan.
dari baja tersebut. Untuk menghindari Populasi pertumbuhan eceng gondok
serangan berbagai jenis korosi yang (Eichornia crassipes) yang cepat dan tak
sangat merugikan tersebut diperlukan terkendali dapat merusak lingkungan
langkah-langkah pencegahan. Beberapa perairan. Eceng gondok dengan
prinsip pencegahan korosi yang telah pertumbuhan yang cepat dapat
berkembang; yang umumnya disesuaikan menyebabkan pendangkalan, karena eceng
dengan jenis peralatan, tempat, maupun gondok yang telah membusuk dan mati
jenis lingkungan yang korosif. akan mengendap di dasar perairan.
Pencegahan korosi pada baja yang cukup Tertutupnya permukaan air oleh eceng
luas dikenal adalah dengan cara melapisi gondok menyebabkan sinar matahari tidak
baja dengan menambahkan inhibitor alami dapat menembus perairan yang
untuk menghambat laju korosi pada baja berdampak buruk terhadap perumbuhan
perkapalan (Jones, 1992). mikroorganisme dan tumbuhan di dalam
air. Banyaknya eceng gondok yang
tumbuh mengakibatkan sungai menjadi
sempit dan dangkal (Hermawan, 2007).
Upaya yang dilakukan untuk
mengurangi pertumbuan eceng gondok
adalah mengangkat eceng gondok ke
daratan. Eceng gondok juga dapat
dimanfaatkan sebagai pengabsorbsi
perairan tercemar karena eceng gondok
memiliki akar yang baik untuk
penyerapan.
Hasil penelitian ilmiah menyebutkan
Gambar 1. Baut Kapal bahwa tanaman eceng gondok, terutama
selulosa, tanin, hemisolulosa sesuai pada
Baut kapal bagian SIICHASE yang tabel 1.
digunakan sebagai spesimen inhibitor ini

40
Tabel 1. Kandungan Kimia Eceng Gondok mekanis. Di alam, biasanya selulosa
(Harborne, J.B., 2014) berasosiasi dengan polisakarida lain
Kandungan Kimia Nilai (%) seperti hemiselulosa atau lignin
Selulosa 60 membentuk kerangka utama dinding sel
Hemiselulosa 8 tumbuhan (Shrerir, 2000). Unit penyusun
Lignin 17 (building block) selulosa adalah selobiosa
karena unit keterulangan dalam molekul
Inhibitor adalah suatu zat kimia selulosa adalah 2 unit gula (D-glukosa).
yang apabila ditambahkan kedalam suatu Selulosa adalah senyawa yang tidak larut
lingkungan, dapat menurunkan laju di dalam air dan ditemukan pada dinding
penyerang korosi lingkungan itu terhadap sel tumbuhan terutama pada tangkai,
suatu logam. Inhibitor merupakan zat batang, dahan, dan semua bagian berkayu
yang dapat melapisi dan melindungi suatu dari jaringan tumbuhan. Selulosa
logam dari proses korosi, lapisan ini merupakan polisakarida struktural yang
hanya dalam ukuran beberapa lapis atom berfungsi untuk memberikan
saja. Perlu diperhatikan antara inhibitor perlindungan, bentuk, dan penyangga
yang aman dan inhibitor yang berbahaya. terhadap sel, dan jaringan (Manganon,
Inhibitor yang aman adalah zat yang 1999). Selulosa tidak pernah ditemukan
memperlambat kecepatan korosi tanpa dalam keadaan murni di alam, tetapi
meningkatkan intensitas korosi. selalu berasosiasi dengan polisakarida lain
Sedangkan inhibitor yang berbahaya seperti lignin, pectin, hemiselulosa, dan
adalah zat yang sangat memperlambat laju xilan. Kebanyakan selulosa berasosiasi
korosi tetapi akan meningkatkan intensitas dengan lignin sehingga sering disebut
serangan korosi (Manganon, 1999). sebagai lignoselulosa. Selulosa,
Menurut Harbone (2014) bahwa hemiselulosa dan lignin dihasilkan dari
pemilihan bahan alam sebagai inhibitor proses fotosintesis.
korosi merupakan salah satu alternatif Lignin adalah molekul kompleks
yang dapat dikembangkan karena yang tersusun dari unit phenylphropane
biayanya yang relatif lebih murah serta yang terikat di dalam struktur tiga
ramah lingkungan. Dibandingkan dengan dimensi. Lignin adalah material yang
inhibitor yang diperoleh dari bahan kimia paling kuat di dalam biomassa. Lignin
sintesis yang bersifat berbahaya, lebih sangat resisten terhadap degradasi, baik
mahal dan tidak ramah lingkungan. Bahan secara biologi, enzimatis maupun kimia.
alam yang dapat dimanfaatkan sebagai Karena kandungan karbon yang relatif
inhibitor adalahsenyawa - senyawa yang tinggi dibandingkan dengan selulosa dan
memiliki pasangan elektron bebas pada hemiselulosa, lignin memiliki kandungan
atom penyusunnya.Salah satu senyawa energi yang tinggi. Lignin merupakan
yang dapat digunakan sebagai inhibitor polimer alami dan tergolong ke dalam
alami adalah tanin. senyawa rekalsitran karena tahan terhadap
Selulosa adalah polimer glukosa degradasi atau tidak terdegradasi dengan
yang berbentuk raneceng gondok linier cepat di lingkungan. Molekul lignin
dan dihubungkan oleh ikatan β-1,4 adalah senyawa polimer organik
glikosidik. Struktur yang linier kompleks yang terdapat pada dinding sel
menyebabkan selulosa bersifat kristalin tumbuhan dan berfungsi memberikan
dan tidak mudah larut. Selulosa tidak kekuatan pada tanaman. Lignin tersusun
mudah didegradasi secara kimia maupun dari 3 (tiga) jenis senyawa fenilpropanoid,

41
yaitu alkohol kumaril, alkohol koniferil yang mengandung selulosa bersifat kuat
dan alkohol sinapil. Ketiganya tersusun dan keras (Winarni, 2010).
secara random membentuk polimer lignin Pemanfaatan eceng gondok sebagai
yang amorfus (tidak beraturan). inhibitor korosi sangat bermanfaat bagi
Ketidakteraturan struktur lignin ini dunia industri mengingat bahan untuk
menyebabkan proses degradasi menjadi menahan laju korosi atau bahan kimia
sangat kompleks (Dalimuntle, 1999). yang mahal, dengan adanya eceng gondok
Lignin sangat mudah mengalami sebagai bahan inhibitor untuk menahan
oksidasi, bahkan dalam keadaan lemah laju korosi ini merupakan solusi yang
dapat terurai menjadi asam aromatis sangat berguna.
seperti asam benzoate dan asam proto
chatchecat. Jika oksidasinya terlalu keras METODE PENELITIAN
akan membentuk asam–asam formiat, Metode penelitian yang digunakan
asetat, oksalat dan suksinat. Dalam adalah metode eksperimental. Metode
keadaan oksidasi sedang yang banyak eksperimental yang dilakukan dengan
terdapat dalam proses pemutihan lignin menambahkan inhibitor ekstrak eceng
diubah menjadi produk yang dapat larut gondok variasi konsentrasi inhibitor
air atau alkali (Dalimuntle, 1999). ekstrak eceng gondok 0%, 9%,12%, dan
Eceng gondok adalah tumbuhan 15% terhadap baut SIICHASE. Adapun
yang hidup di perairan terbuka. Tumbuhan langkah-langkah penelitian yang
ini dapat berkembang biak secara dilakukan adalah sebagai berikut:
vegetatif dengan tunas dan dengan a. Mempersiapkan alat dan bahan.
generatif dengan biji. Eceng gondok b. Membentuk spesimen uji baut
memiliki daya adaptasi yang besar SIICHASE hingga sesuai dengan
terhadap berbagai macam hal yang ada di dimensi yang berukuran tebal 4 mm
sekelilingnya dan dapat berkembang biak dan berdiameter 14 mm.
secara cepat. Eceng gondok merupakan c. Membersihkan spesimen uji dari
biomassa lignoselulosa yang mengandung kotoran-kotoran yang menempel.
dan hemisolulosa dengan kadar yang d. Memberi nomor setiap spesimen
tinggi serta kandungan lignin yang rendah. menggunakan stamping, kemudian
Senyawa lignin dapat membantu tiap spesimen ditimbang sebelum
melindungi baja karena sifat adsorpsinya perendaman.
yang tinggi.Eceng gondok selulosa terdiri e. Membuat ekstrak eceng gondok
dari satuan glukosa anhidrida yang saling dengan variasi kosentrasi 9%, 12%
berikatan melalui atom karbon pertama dan 15%.
dan ke empat. Ikatan yang terjadi adalah f. Melakukan perendaman spesimen
ikatan ß-1,4-glikosidik. Secara alamiah pada masing-masing konsentrasi dan
molekul-molekul selulosa tersusun dalam mengujinya pada waktu perendaman.
bentuk fibril-fibril yang terdiri dari g. Melakukan pengamatan dan
beberapa molekul selulosa yang perekaman proses terjadinya korosi
dihubungkan dengan ikatan glikosidik. pada spesimen yaitu spesimen yang
Fibril - fibril ini membentuk struktur yang diberi inhibitor 0%, 9%, 12%
kristal yang dibungkus oleh lignin. dan 15% pada waktu perendaman.
Komposisi kimia dan struktur yang h. Setelah perendaman, kemudian
demikian membuat kebanyakan bahan menguji laju korosi dan menganalisis
nilai laju korosinya baut SIICHASE.

42
HASIL DAN PEMBAHASAN SIICHASE dengan variasi konsentrasi
Laju korosi merupakan kecepatan 0%, 9%, 12% dan 15% ditampilkan pada
rambatan atau penurunan kualitas bahan tabel 2.
terhadap waktu. Dalam perhitungan laju
korosi, satuan yang digunakan yaitu Tabel 2. Hasil Laju Korosi baut
milimeter per tahun atau mills per year SIICHASE dengan variasi konsentrasi
(mpy), standar British). Perhitungan yang
9%, 12% dan 15%
harus dicari terlebih dahulu yaitu mencari
atau menentukan Icorr (kerapatan arus) Variasi
Icorr
Icorr rata- Laju
Spesimen Inhibitor rata Korosi
sesuai gambar 2. (%)
(µA/cm²)
(µA/cm²) (mpy)

𝐴1 0% 60,901
𝐴2 0% 60,675
𝐴3 0% 57,195 59,504 27,269
𝐴4 0% 57,195
𝐴5 0% 61,556
𝐵1 9% 47,678
𝐵2 9% 49,503
𝐵3 9% 50,728 49,274 22,581
𝐵4 9% 48,712
𝐵5 9% 49,749
𝐶1 12% 23,927
𝐶2 12% 22,147
𝐶3 12% 21,871 23,621 10,825
𝐶4 12% 24,426
𝐶5 12% 25,737
Gambar 2. Menentukan Icorr
𝐷1 15% 30,800
𝐷2 15% 30,901
Cara menghitung laju korosi yang 31,658 14,058
𝐷3 15% 33,450
sudah di inhibitor menggunakan ekstrak
𝐷4 15% 28,787
eceng gondok pada spesimen dengan 𝐷5 15% 34,354
variasi konsentrasi 12% dengan Icorr =
23,621 µA/cm ² sebagai berikut : Berdasarkan nilai rata-rata laju
dengan nilai: korosi dengan variasi konsentrasi 0%, 9%,
K : 0,129 mpy 12%, dan 15% kemudian ditampilkan
A : 55,847 pada grafik hubungan variasi inhibitor
I : 23,621 µA/cm² dengan laju korosi sesuai gambar 3.
n :2
D : 7,86 gram/cm³
kemudian dimasukkan ke dalam
persamaan laju korosi sesuai persamaan 1.
𝑎 .𝐼
CR = K 𝑛 .𝐷 (1)
55,847.23,621 µA/cm²
CR = 0,129 2.7,86 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑐𝑚3
CR = 10,825 mpy
Dengan cara yang sama seperti di atas,
kemudian nilai laju korosi baut

43
30 gondok terhadap laju korosi baut
Laju Korosi (mpy) SIICHASE sebagai berikut :
20 a. Ekstrak eceng gondok dengan
konsentrasi inhibitor yang tepat
10 terbukti dapat menurunkan
(menghambat) laju korosi.
0 b. Hasil penelitian dengan variasi
0% 9% 12% 15% konsentrasi inhibitor ekstrak eceng
Variasi Inhibitor (%) gondok 12% menghasilkan nilai laju
korosi terendah sebesar 10,852 mpy.
Gambar 3. Hubungan antara variasi
inhibitor terhadap Laju Korosi baut UCAPAN TERIMA KASIH
SIICHASE Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Berdasarkan gambar 3 dapat
Teknik Universitas Tidar, laboran, dan
disimpulkan bahwa nilai laju korosi rata-
rata untuk baut SIICHASE 0% atau baja semua pihak yang telah memberikan
karbon rendah tanpa pemberian inhibitor bantuan, dukungan, dan sarana sehingga
didapatkan nilai laju korosi sebesar 27,269 dapat menyelesaikan penelitian ini dan
mpy. Baut SIICHASE yang telah mampu membuat jurnal hingga terbit.
diberikan inhibitor dengan variasi
konsentrasi 9% didapat nilai laju korosi DAFTAR PUSTAKA
sebesar 22,581 mpy, dan baut SIICHASE Dalimuntle, I.S., 1999, Kimia Dari
yang telah diberikan inhibitor dengan Inhibitor Korosi, Program Studi
variasi konsentrasi 12% didapat nilai laju Teknik Kimia, Fakultas Teknik
korosi sebesar 10,852 mpy, dan baut USU, Sumatra Utara
SIICHASE yang telah diberikan inhibitor
Harborne, J.B., 2014, Metode Fitokimia :
dengan variasi konsentrasi 15% didapat
Penuntun Cara Mode Menganalisis
nilai laju korosi sebesar 14,508 mpy. baut
Tumbuhan, diterjemahkan oleh
SIICHASE tanpa diberikan inhibitor
sangat tinggi laju korosinya dibandingkan Kosasih Padmawinata dan Iwang
Soediro, Terbitan Kedua, Penerbit
baut SIICHASE yang telah diberi
ITB, Bandung
inhibitor. Berdasarkan perhitungan,
konsentrasi inhibitor yang terbaik yaitu Hermawan, B., 2007, Ekstrak Bahan
12% dengan laju korosi sebesar 10,852 Alam sebagai Alternatif Inhibitor
mpy. Berdasarkan gambar 3 dapat Korosi, Program Teknik Kimia
disimpulkan bahwa nilai laju korosi paling UGM, Yogyakarta
rendah berada pada konsentrasi 12%
karena penyerapan kandungan lignin Jones, D., 1992, Principles and Prevention
paling optimal sesuai hasil penelitian yang Of Corrosion, Macmillan Publishing
telah dilakukan oleh Malfinora (2014). Company, New York
Malfinora, A., Handani, A.S., Yetri, Y.,
SIMPULAN 2014, Pengaruh Konsentrasi
Hasil dari penelitian pengaruh Inhibitor Ekstrak Daun Kakao
penambahan inhibitor ekstrak eceng terhadap Laju Korosi Hardox 450,
ITB, Bandung

44
Manganon, P.L., 1999, The Principles Of
Natural Selection For Enggineering
Design. Florida Pratice Hall
Shereir, L.L., 2000, Corrosion
Metal/Evironment Reactions
Volume Edition, Butteruart-
Heinemann
Yanuar, A.P., Pratikno, H., Titah, H.S.,
2016, Pengaruh Penambahan
Inhibitor Alami terhadap Laju
Korosi pada Material Pipa dalam
Larutan Air Laut Buatan, Jurnal
Teknik ITS Vol. 5, No. 2, Surabaya
Yuli, R.A., Sri, H., Rodanelli, H., 2012,
Penentuan Efisiensi Inhibisi Reaksi
Korosi Baja Menggunakan Ekstrak
Kulit Buah Manggis (Garcinia
Mangostana L), Jurnal Teknik
Kimia USU Vol. 1, No. 2, Medan
Winarni, P., Trihadiningrum, Y.,
Soeprijanto, 2010, Produksi Biogas
dari Eceng gondok, Jurusan Teknik
Lingkungan ITS, Surabaya

45

Anda mungkin juga menyukai