Di susun oleh :
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang
“Sumber dan dampak toksisitas di perairan ”.
M.SI.
Penyusun
Kelompok 3
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
A. Latar belakang………………………………………………………
B. Tujuan………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A. Toksisitas di perairan………………………………………………
B. Pencemaran air……………………………………………………..
C. Faktor-faktor toksisitas di perairan…………………………………
D. Sumber toksisitas di perairan………………………………………
E. Dampak toksisitas di perairan………………………………………
F. Pencegahan terhadap pencemaran perairan…………………………
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekitar 97,2% dari air yang ada di bumi ini adalah air laut, Seperti air
tawar, air laut juga mempunyai kemampuan yang besar untuk melarutkan
bermacam-macam zat, baik yang berupa gas, cairan maupun padatan. Salah
satu zat terlarut yang terdapat dalam air laut adalah logam berat. Unsur atau
senyawa logam berat ini dapat masuk ke tubuh organisme yang hidup di
perairan laut (Hutagalung, 1984).
Akhir-akhir ini masalah logam berat semakin banyak mendapat perhatian
masyarakat. Hal ini mungkin disebabkan kekhawatiran masyarakat akan us
keracunan logam berat, seperti yang terjadi di Jepang yang telah menimbulkan
korban manusia. Disamping itu mungkin juga disebabkan kurangnya
informasi tentang logam berat yang diberikan kepada masyarakat
(Hutagalung, 1984).
Berkembangnya IPTEK memacu terjadinya pencemaran lingkungan baik
pencemaran air, tanah dan udara. Pencemaran air yang diakibatkan oleh
dampak perkembangan industri harus dapat dikendalikan, karena bila tidak
dilakukan sejak dini akan menimbulkan permasalahan yang serius bagi
kelangsungan hidup manusia maupun alam sekitarnya. Salah satu hal yang
perlu dilakukan dalam pengendalian dan pemantauan dampak lingkungan
adalah melakukan analisis unsur-unsur dalam ikan air tawar, terutama Pb, Cu,
dan Cd (Supriyanto, 2007).
Air sering tercemar oleh komponen-komponen anorganik antara lain
berbagai logam berat yang berbahaya. Beberapa logam berat tersebut banyak
digunakan dalam berbagai keperluan sehari-hari dan secara langsung maupun
tidak langsung dapat mencemari lingkungan dan apabila sudah melebihi batas
yang ditentukan berbahaya bagi kehidupan. Logam-logam berat yang
berbahaya yang sering mencemari lingkungan antara lain merkuri (Hg), timbal
(Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), khromium (Cr), dan nikel (Ni). Logam-
logam berat tersebut diketahui dapat terakumulasi di dalam tubuh suatu
mikroorganisme, dan tetap tinggal dalam jangka waktu lama sebagai racun
(Supriyanto, 2007).
Berbagai hasil sisa kegiatan manusia di daratan, seperti limbah domestik,
pertanian dan perindustrian berujung di daerah muara sungai dan pantai.
Kelompok masyarakat dan industri memiliki anggapan bahwa sungai dan laut
merupakan keranjang sampah yang dapat digunakan untuk membuang sampah
yang sangat mudah caranya dan murah ongkosnya. Pengelolaan lingkungan
masih dipandang sebagai beban bagi pengusaha dan pengambil keputusan
tidak begitu mudah terdorong untuk mengadopsi aspek lingkungan dalam
kebijakannya (Martuti, 2012).
Dalam lingkungan perairan ada tiga media yang dapat dipakai sebagai
indikator pencemaran logam berat, yaitu air, sedimen dan organisme hidup.
Pemakaian organisme hidup sebagai indikator pencemaran inilah yang disebut
bioindikator (Hutagalung, 1984).
Adanya pencemaran logam berat dalam suatau perairan perlu mendapat
perhatian yang serius dari berbagai pihak. Karena adanya logam berat dalam
perairan yang relatif kecilpun akan sangat mudah diserap dan terakumulasi
secara biologis oleh tanaman atau hewan air dan akan terlibat dalam sistem
jaring makanan. Kandungan logam berat dalam biota air biasanya akan
bertambah dari waktu ke waktu karena bersifat bioakumulatif, sehingga biota
air dapat digunakan sebagai indikator pencemaran logam dalam perairan
(Darmono, 1995).
Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan
daratan, dimana buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Limbah
yang mengandung polutan tersebut akan masuk ke dalam ekosistem perairan
pantai dan laut. Sebagian larut dalam air, sebagian tenggelam ke dasar dan
terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk ke dalam jaringan tubuh
organisme laut (Ika, 2012).
Perairan laut Indonesia selain dimanfaatkan sebagai sarana perhubungan
lokal maupun internasional, juga memiliki sumber daya laut yang sangat kaya,
antara lain sumber daya perikanan, terumbu karang, mangrove, bahan
tambang, dan daerah pesisir pantai dapat dimanfaatkan sebagai wisata yang
menarik (Rengki, 2011).
Peningkatan kadar logam berat dalam air laut akan diikuti oleh
peningkatan logam berat dalam tubuh ikan dan biota lainnya, sehingga
pencemaran air laut oleh logam berat akan mengakibatkan ikan yang hidup di
dalamnya tercemar. Qiao et al (2007) dalam penelitiannya mengatakan,
akumulasi logam total adalah yang terbesar dalam hati dan terendah dalam
otot. Selanjutnya unsur-unsusr logam berat dapat masuk ke tubuh manusia
melalui makanan dan minuman, serta pernafasan dan kulit. Pemanfaatan ikan-
ikan ini sebagai bahan makanan akan membahayakan kesehatan manusia
(Hutagalung, 1991).
B. Tujuan
Menyadari tingkat toksisitas perairan yang sangat tinggi maka perlu
dilakukan pencegahan dan pengendalian. Sehubungan dengan hal tersebut
maka diperlukan pengetahuan tentang sumber dan bahan pencemar yang
berada di perairan tawar, payau dan laut. Tujuan mempelajari ilmu tentang
sumber, dampak dan bahan pencemar di perairan adalah mengetahui
bagaimana akibat yang ditimbulkan dari bahan pencemar serta cara
mengatasinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Toksisitas di perairan
Toksikologi merupakan salah satu cabang ilmu yang paling tua
dari pada farmakologi. Secara tradisional ,toksikologi di anggap sebagai
ilmu racun yang berhubungan dengan nyawa manusia . dan itu pulalah
sebabnya bahwa toksikologi merupakan cabang dari ilmu kedokteran .
stewart (1960) mendefinisikan toksikologi sebagai cabang dari ilmu
kedokteran yang berhubungan dengan keadaan ( nature), sifat-sifat
pengaruh dari penggunaan (detection) dari pada racun. Disini juga
termasuk metabolisme, ekspresi, bekerjanya (action) dan cara mengatasi
(treatment), analisis kimia dan fisika,serta diagnosa keracunan.
Berbagai jenis ekosistem perairan, seperti sungai,danau,muara,dan
laut merupakan tempat penampungan terakhir bagi limbah. Dengan
demikian, organisme-organisme penghuni ekositem ini akan memperoleh
dampak yang sangat merugikan. Salah satu jenis organisme perairan,
misalnya ikan berkemampuan untuk akumulasi, biotransformasi, dan
detoksifikasi yang bertujuan untuk menurunkan derajat toksisitas limbah.
Namun, di lain pihak juga berkemampuan untuk membentuk bahan-bahan
yang lebih reaktif bersifat mutagenic, karsinogenik, dan sangat beracun.
Hal ini akan membahayakan kehidupan organisme itu sendiri, maupun
komponen biotik lainnya.
Melihat pengaruh yang sangat riskan dari berbagai jenis limbah
tersebut terhadap makhluk hidup yang secara langsung akan
mempengaruhi produktifitas perikanan ikan kesehatan masyarakat,
berbagai penelitian dasar telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari
berbagai jenis kontaminan lingkungan terhadap beberapa aktifitas enzim
yang berlangsung pada level subseluler khususnya pada fraksi mikrosom
dan cytosol dari berbagai jenis ikan air laut dan air atwar serta avertebrata
seperti kerang, kijing dan udang. Kemudian untuk mengetahui nasib dari
berbagai jenis bahan kimia ( kontaminan lingkungan ) tersebut di dalam
tubuh serta peneybarannya, toksisitasnya, peluruhan dan metabolit yang
mampu menera aktifitas enzin dan produk enzim matik hingga pmol.
B. Pencemaran Air
Dalam undang-undang no 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan PP RI No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan pengendalian Pencemaran Air yang dimaksud dengan
Pencemaran Air adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat,
energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia
sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya (Herlambang,
2006).
Kepadatan penduduk dapat mempengaruhi pencemaran lingkungan
sungai dan situ. Hal ini dikaitkan dengan tingkat kesadaran penduduk
dalam memelihara lingkungan yang sehat dan bersih. Limbah domestic
yang dapat berupa buangan air rumah tangga, padatan berupa sampah yang
dibuang ke sungai, air cucian kamar mandi maupun buangan tinja akan
mempengaruhi tingkat kandungan BOD, COD serta bakteri E. Coli dalam
sungai. Sedangkan limbah industri baik yang bersifat organik dan
anorganik juga akan mempengaruhi kualitas air permukaan. Limbah
domestik, industri, maupun pertanian akan memberikan pengaruh terhadap
keberadaan komponen lingkungan sungai. Apabila pengaruh itu telah
mengubah kondisi perairan sehingga tidak dapat digunakan kembali
dengan baik, maka perairan tersebut dikatakan tercemar. Semakin padat
penduduk suatu lingkungan semakin banyak limbah yang harus
dikendalikan (Hendrawan, 2005).
Berdasar pada sumbernya, bahan pencemar dapat dibedakan atas
pencemaran yang disebabkan oleh alam dan pencemaran oleh kegiatan
manusia. Bahan pencemar di perairan dapat berasal dari sumber buangan
yang dapat diklasifikasikan sebagai sumber titik (point source discharge)
dan sumber menyebar (diffuse source). Sumber titik adalah sumber
pencemaran terpusat seperti yang berasal dari air buangan industry
maupun domestik dan saluran drainase. Sedangkan sumber menyebar
polutan yang masuk ke perairan seperti run off atau limpasan dari
permukaan tanah permukiman atau pertanian (Hendrawan, 2005).
Jenis dan bobot dampak pembangunan terhadap lingkunan perairan
selain dipengaruhi oleh kondisi alam (seperti topografi, geologi, fisiografi,
klimatologi dan hidrografi) ditentukan pula oleh jenis dan macam
kegiatan, teknologi yang digunakan, keanekaragaman kegiatan, intensitas
dan kepadatan kegiatan dan laju perubahan yang terjadi di suatu daerah
aliran sungai dimana perairan itu berasal atau berada. Lingkungan perairan
terdiri dari komponen abiotik (komponen tidak hidup) dan biotik (biota
hidup). Kedua komponen itu saling berinteraksi melalui arus energi dan
daur hara (nutrien). Resultan interaksi dari kedua komponen itu berupa
kualitas air. Apabila interaksinya berubah atau terganggu, maka kualitas
air dari lingkungan perairan itu berubah pula. Sehingga aktivitas manusia
akan mempengaruhi lingkungan air permukaan (Hendrawan, 2005).
Ikan sebagai salah satu biota air dapat dijadikan sebagai salah satu
indikator tingkat pencemaran yang terjadi di dalam perairan. Jika di dalam
tubuh ikan telah terkandung kadar logam berat yang tinggi dan melebihi
batas normal yang telah ditentukan dapat sebagai indikator terjadinya
suatu pencemaran dalam lingkungan. Kandungan logam berat dalam ikan
erat kaitannya dengan pembuangan limbah industri di sekitar tempat hidup
ikan tersebut, seperti sungai, danau, dan laut. Banyaknya logam berat yang
terserap dan terdistribusi pada ikan bergantung pada bentuk senyawa dan
konsentrasi polutan, aktivitas mikroorganisme, tekstur sedimen, serta jenis
dan unsur ikan yang hidup di lingkungan tersebut (Supriyanto, 2007).
B. Saran
Saran kami dalam mengelola perairan dipertimbangkan dampak
pembuangan limbah dan manajemen dari perairan yang kita budidayakan
supaya perairan lingkungan dan budidaya tidak tercemar sehingga usaha
yang kita jalankan mencapai ekspetasi kita.
DAFTAR PUSTAKA
Garno, Yudhi Soetrisno. 2008. Kualitas Air Dan Dinamika Fitoplankton Di
Perairan Pulau Harapan. Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jurnal Hidrosfir Indonesia. 3(2): 87-
94.
Hendrawan, Diana. 2005. Kualitas Air Sungai Dan Situ Di Dki Jakarta.
Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi
Lingkungan, Makara, Teknologi, 9(1). Universitas Trisakti, Jakarta Barat.
Ika, Tahril dan Irwan Said. 2012. Analisis timbal (Pb) dan Besi (Fe) Dalam Air
Laut di Wilayah Pesisir Pelabuhan Ferry Taipa Kecamatan Palu
Utara. J. Akad Kim. 1(4): 181-186. Palu
https://www.google.com/search?q=E.
%09Pencegahan+terhadap+toksisitas+pencemaran+perairan&safe=strict&
sxsrf=ALeKk00Y-ZVmo-kYOjBhWJTo80yEsYRTXg
%3A1619601363913&ei=0yeJYLSiN8bc9QPzxZqoAg&oq=E.
%09Pencegahan+terhadap+toksisitas+pencemaran+perairan&gs_lcp=Cgd
nd3Mtd2l6EAM6BwgjELADECc6BwgAEEcQsAM6BAgjECc6BwgjEOo
CECdQuQ1YmJ0BYMOnAWgJcAJ4BIABzwGIAaAmkgEGMC4zNy4x
mAEAoAEBoAECqgEHZ3dzLXdperABCsgBCcABAQ&sclient=gws-
wiz&ved=0ahUKEwj01-
SfzaDwAhVGbn0KHfOiBiUQ4dUDCA0&uact=5
https://www.scribd.com/doc/266157892/Makalah-Pencemaran-Air
LAMPIRAN