Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TOKSIKOLOGI

SUMBER DAN DAMPAK TOKSISITAS DI PERAIRAN

Di susun oleh :

Clara Febriana 115 018 007

Ni Kadek Sufiadiani 115 018 030

Ninda Amelia Abe 115 018 031

Tirza 115 018 040

Uspiut Ribon Tobondo 115 018 043

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Jaya Palu

Tahun ajaran 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang
“Sumber dan dampak toksisitas di perairan ”.

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Toksikologi

lingkungan industri dengan dosen pembimbing bapak Matius Paundanan S.SI,

M.SI.

Sebagaimana kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, baik dari isi maupun pembahasan. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan
tugas makalah ini.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Palu, 28 April 2021

Penyusun

Kelompok 3

                                                                                
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
A. Latar belakang………………………………………………………
B. Tujuan………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A. Toksisitas di perairan………………………………………………
B. Pencemaran air……………………………………………………..
C. Faktor-faktor toksisitas di perairan…………………………………
D. Sumber toksisitas di perairan………………………………………
E. Dampak toksisitas di perairan………………………………………
F. Pencegahan terhadap pencemaran perairan…………………………
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekitar 97,2% dari air yang ada di bumi ini adalah air laut, Seperti air
tawar, air laut juga mempunyai kemampuan yang besar untuk melarutkan
bermacam-macam zat, baik yang berupa gas, cairan maupun padatan. Salah
satu zat terlarut yang terdapat dalam air laut adalah logam berat. Unsur atau
senyawa logam berat ini dapat masuk ke tubuh organisme yang hidup di
perairan laut (Hutagalung, 1984).
Akhir-akhir ini masalah logam berat semakin banyak mendapat perhatian
masyarakat. Hal ini mungkin disebabkan kekhawatiran masyarakat akan us
keracunan logam berat, seperti yang terjadi di Jepang yang telah menimbulkan
korban manusia. Disamping itu mungkin juga disebabkan kurangnya
informasi tentang logam berat yang diberikan kepada masyarakat
(Hutagalung, 1984).
Berkembangnya IPTEK memacu terjadinya pencemaran lingkungan baik
pencemaran air, tanah dan udara. Pencemaran air yang diakibatkan oleh
dampak perkembangan industri harus dapat dikendalikan, karena bila tidak
dilakukan sejak dini akan menimbulkan permasalahan yang serius bagi
kelangsungan hidup manusia maupun alam sekitarnya. Salah satu hal yang
perlu dilakukan dalam pengendalian dan pemantauan dampak lingkungan
adalah melakukan analisis unsur-unsur dalam ikan air tawar, terutama Pb, Cu,
dan Cd (Supriyanto, 2007).
Air sering tercemar oleh komponen-komponen anorganik antara lain
berbagai logam berat yang berbahaya. Beberapa logam berat tersebut banyak
digunakan dalam berbagai keperluan sehari-hari dan secara langsung maupun
tidak langsung dapat mencemari lingkungan dan apabila sudah melebihi batas
yang ditentukan berbahaya bagi kehidupan. Logam-logam berat yang
berbahaya yang sering mencemari lingkungan antara lain merkuri (Hg), timbal
(Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), khromium (Cr), dan nikel (Ni). Logam-
logam berat tersebut diketahui dapat terakumulasi di dalam tubuh suatu
mikroorganisme, dan tetap tinggal dalam jangka waktu lama sebagai racun
(Supriyanto, 2007).
Berbagai hasil sisa kegiatan manusia di daratan, seperti limbah domestik,
pertanian dan perindustrian berujung di daerah muara sungai dan pantai.
Kelompok masyarakat dan industri memiliki anggapan bahwa sungai dan laut
merupakan keranjang sampah yang dapat digunakan untuk membuang sampah
yang sangat mudah caranya dan murah ongkosnya. Pengelolaan lingkungan
masih dipandang sebagai beban bagi pengusaha dan pengambil keputusan
tidak begitu mudah terdorong untuk mengadopsi aspek lingkungan dalam
kebijakannya (Martuti, 2012).
Dalam lingkungan perairan ada tiga media yang dapat dipakai sebagai
indikator pencemaran logam berat, yaitu air, sedimen dan organisme hidup.
Pemakaian organisme hidup sebagai indikator pencemaran inilah yang disebut
bioindikator (Hutagalung, 1984).
Adanya pencemaran logam berat dalam suatau perairan perlu mendapat
perhatian yang serius dari berbagai pihak. Karena adanya logam berat dalam
perairan yang relatif kecilpun akan sangat mudah diserap dan terakumulasi
secara biologis oleh tanaman atau hewan air dan akan terlibat dalam sistem
jaring makanan. Kandungan logam berat dalam biota air biasanya akan
bertambah dari waktu ke waktu karena bersifat bioakumulatif, sehingga biota
air dapat digunakan sebagai indikator pencemaran logam dalam perairan
(Darmono, 1995).
Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan
daratan, dimana buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Limbah
yang mengandung polutan tersebut akan masuk ke dalam ekosistem perairan
pantai dan laut. Sebagian larut dalam air, sebagian tenggelam ke dasar dan
terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk ke dalam jaringan tubuh
organisme laut (Ika, 2012).
Perairan laut Indonesia selain dimanfaatkan sebagai sarana perhubungan
lokal maupun internasional, juga memiliki sumber daya laut yang sangat kaya,
antara lain sumber daya perikanan, terumbu karang, mangrove, bahan
tambang, dan daerah pesisir pantai dapat dimanfaatkan sebagai wisata yang
menarik (Rengki, 2011).
Peningkatan kadar logam berat dalam air laut akan diikuti oleh
peningkatan logam berat dalam tubuh ikan dan biota lainnya, sehingga
pencemaran air laut oleh logam berat akan mengakibatkan ikan yang hidup di
dalamnya tercemar. Qiao et al (2007) dalam penelitiannya mengatakan,
akumulasi logam total adalah yang terbesar dalam hati dan terendah dalam
otot. Selanjutnya unsur-unsusr logam berat dapat masuk ke tubuh manusia
melalui makanan dan minuman, serta pernafasan dan kulit. Pemanfaatan ikan-
ikan ini sebagai bahan makanan akan membahayakan kesehatan manusia
(Hutagalung, 1991).

B. Tujuan
Menyadari tingkat toksisitas perairan yang sangat tinggi maka perlu
dilakukan pencegahan dan pengendalian. Sehubungan dengan hal tersebut
maka diperlukan pengetahuan tentang sumber dan bahan pencemar yang
berada di perairan tawar, payau dan laut. Tujuan mempelajari ilmu tentang
sumber, dampak dan bahan pencemar di perairan adalah mengetahui
bagaimana akibat yang ditimbulkan dari bahan pencemar serta cara
mengatasinya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Toksisitas di perairan
Toksikologi merupakan salah satu cabang ilmu yang paling tua
dari pada farmakologi. Secara tradisional ,toksikologi di anggap sebagai
ilmu racun yang berhubungan dengan nyawa manusia . dan itu pulalah
sebabnya bahwa toksikologi merupakan cabang dari ilmu kedokteran .
stewart (1960) mendefinisikan toksikologi sebagai cabang dari ilmu
kedokteran yang berhubungan dengan keadaan ( nature), sifat-sifat
pengaruh dari penggunaan (detection) dari pada racun. Disini juga
termasuk metabolisme, ekspresi, bekerjanya (action) dan cara mengatasi
(treatment), analisis kimia dan fisika,serta diagnosa keracunan.
Berbagai jenis ekosistem perairan, seperti sungai,danau,muara,dan
laut merupakan tempat penampungan terakhir bagi limbah. Dengan
demikian, organisme-organisme penghuni ekositem ini akan memperoleh
dampak yang sangat merugikan. Salah satu jenis organisme perairan,
misalnya ikan berkemampuan untuk akumulasi, biotransformasi, dan
detoksifikasi yang bertujuan untuk menurunkan derajat toksisitas limbah.
Namun, di lain pihak juga berkemampuan untuk membentuk bahan-bahan
yang lebih reaktif bersifat mutagenic, karsinogenik, dan sangat beracun.
Hal ini akan membahayakan kehidupan organisme itu sendiri, maupun
komponen biotik lainnya.
Melihat pengaruh yang sangat riskan dari berbagai jenis limbah
tersebut terhadap makhluk hidup yang secara langsung akan
mempengaruhi produktifitas perikanan ikan kesehatan masyarakat,
berbagai penelitian dasar telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari
berbagai jenis kontaminan lingkungan terhadap beberapa aktifitas enzim
yang berlangsung pada level subseluler khususnya pada fraksi mikrosom
dan cytosol dari berbagai jenis ikan air laut dan air atwar serta avertebrata
seperti kerang, kijing dan udang. Kemudian untuk mengetahui nasib dari
berbagai jenis bahan kimia ( kontaminan lingkungan ) tersebut di dalam
tubuh serta peneybarannya, toksisitasnya, peluruhan dan metabolit yang
mampu menera aktifitas enzin dan produk enzim matik hingga pmol.

B. Pencemaran Air
Dalam undang-undang no 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan PP RI No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan pengendalian Pencemaran Air yang dimaksud dengan
Pencemaran Air adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat,
energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia
sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya (Herlambang,
2006).
Kepadatan penduduk dapat mempengaruhi pencemaran lingkungan
sungai dan situ. Hal ini dikaitkan dengan tingkat kesadaran penduduk
dalam memelihara lingkungan yang sehat dan bersih. Limbah domestic
yang dapat berupa buangan air rumah tangga, padatan berupa sampah yang
dibuang ke sungai, air cucian kamar mandi maupun buangan tinja akan
mempengaruhi tingkat kandungan BOD, COD serta bakteri E. Coli dalam
sungai. Sedangkan limbah industri baik yang bersifat organik dan
anorganik juga akan mempengaruhi kualitas air permukaan. Limbah
domestik, industri, maupun pertanian akan memberikan pengaruh terhadap
keberadaan komponen lingkungan sungai. Apabila pengaruh itu telah
mengubah kondisi perairan sehingga tidak dapat digunakan kembali
dengan baik, maka perairan tersebut dikatakan tercemar. Semakin padat
penduduk suatu lingkungan semakin banyak limbah yang harus
dikendalikan (Hendrawan, 2005).
Berdasar pada sumbernya, bahan pencemar dapat dibedakan atas
pencemaran yang disebabkan oleh alam dan pencemaran oleh kegiatan
manusia. Bahan pencemar di perairan dapat berasal dari sumber buangan
yang dapat diklasifikasikan sebagai sumber titik (point source discharge)
dan sumber menyebar (diffuse source). Sumber titik adalah sumber
pencemaran terpusat seperti yang berasal dari air buangan industry
maupun domestik dan saluran drainase. Sedangkan sumber menyebar
polutan yang masuk ke perairan seperti run off atau limpasan dari
permukaan tanah permukiman atau pertanian (Hendrawan, 2005).
Jenis dan bobot dampak pembangunan terhadap lingkunan perairan
selain dipengaruhi oleh kondisi alam (seperti topografi, geologi, fisiografi,
klimatologi dan hidrografi) ditentukan pula oleh jenis dan macam
kegiatan, teknologi yang digunakan, keanekaragaman kegiatan, intensitas
dan kepadatan kegiatan dan laju perubahan yang terjadi di suatu daerah
aliran sungai dimana perairan itu berasal atau berada. Lingkungan perairan
terdiri dari komponen abiotik (komponen tidak hidup) dan biotik (biota
hidup). Kedua komponen itu saling berinteraksi melalui arus energi dan
daur hara (nutrien). Resultan interaksi dari kedua komponen itu berupa
kualitas air. Apabila interaksinya berubah atau terganggu, maka kualitas
air dari lingkungan perairan itu berubah pula. Sehingga aktivitas manusia
akan mempengaruhi lingkungan air permukaan (Hendrawan, 2005).
Ikan sebagai salah satu biota air dapat dijadikan sebagai salah satu
indikator tingkat pencemaran yang terjadi di dalam perairan. Jika di dalam
tubuh ikan telah terkandung kadar logam berat yang tinggi dan melebihi
batas normal yang telah ditentukan dapat sebagai indikator terjadinya
suatu pencemaran dalam lingkungan. Kandungan logam berat dalam ikan
erat kaitannya dengan pembuangan limbah industri di sekitar tempat hidup
ikan tersebut, seperti sungai, danau, dan laut. Banyaknya logam berat yang
terserap dan terdistribusi pada ikan bergantung pada bentuk senyawa dan
konsentrasi polutan, aktivitas mikroorganisme, tekstur sedimen, serta jenis
dan unsur ikan yang hidup di lingkungan tersebut (Supriyanto, 2007).

C. Faktor-faktor toksisitas di perairan


Ribuan jenis bahan pencemar terlepas ke lingkungan laut akibat
aktivitas manusia (Blasco et al., 2016). Karakteristik air dan organisme
dapat mempengaruhi toksisitas bahan pencemar tersebut (Rand &
Petrocelli, 1985). Faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas tersebut
terdiri dari faktor yang berhubungan dengan bahan pencemar (fisika-
kimia) dan faktor yang berhubungan dengan organisme (biotik). Faktor
fisika-kimia bahan pencemar meliputi konsentrasi, suhu, pH, salinitas, dan
kesadahan. Faktor biotik meliputi spesies, umur, dan kondisi kesehatan
organisme (Rand & Petrocelli, 1985). Faktor lain yang dapat
mempengaruhi toksisitas yaitu interaksi antar bahan pencemar (Landis &
Yu 2004). Hal tersebut dilatar belakangi oleh fenomena bahwa organisme
perairan jarang terpapar oleh satu jenis bahan pencemar saja melainkan
bermacam bahan pencemar yang saling berinteraksi (Okamura & Aoyama
1994). Secara umum interaksi bahan pencemar dapat bersifat sinergis
maupun antagonis, tergantung pada karakter fisika-kimia bahan pencemar
dan kondisi fisiologis organisme yang terpapar (Landis & Yu, 2004).

FAKTOR FISIKA-KIMIA BAHAN PENCEMAR KONSENTRASI


BAHAN PENCEMAR
Menurut Landis & Yu (2004), konsentrasi bahan pencemar
merupakan faktor penting yang mempengaruhi toksisitas. Bahan pencemar
dengan toksisitas tinggi tidak akan terlalu memberi dampak terhadap
organisme, apabila masih dalam konsentrasi sangat rendah. Sebaliknya
bahan pencemar dengan toksisitas rendah, akan berpengaruh buruk apabila
dipaparkan dengan konsentrasi tinggi. Faktor penting lain yang
mempengaruhi toksisitas adalah lamanya pemaparan (durasi) bahan kimia
terhadap organisme. Pemaparan yang lebih lama akan memberi dampak
kronis yang lebih buruk terhadap organsime perairan (Rand & Petrocelli,
1985; Landis & Yu, 2004).

D. Sumber toksisitas di perairan


1. Limbah
Dalam air laut kadar logam berat berkisar antara 10-5 - 10-2 ppm.
Kadar ini akan meningkat bila limbah perkotaan, pertambangan,
pertanian dan perindustrian yang banyak mengandung logam berat ma-
suk ke lingkungan laut. Dari jenis-jenis limbah ini, umumnya yang
paling banyak mengandung logam berat adalah limbah industri. Hal ini
disebabkan senyawa atau unsur logam berat sangat banyak
dimanfaatkan dalam industri, baik sebagai bahan baku, katalisator,
fungisida maupun sebagai "additive". Pencemaran yang terjadi di
perairan waduk, merupakan masalah penting yang perlu memperoleh
perhatian dari berbagai pihak. Hal ini disebabkan beragamnya sumber
pencemar yang masuk dan terakumulasi di waduk, antara lain berasal
dari kegiatan produktif maupun non produktif di upland (lahan atas)
dari permukiman dan dari kegiatan yang berlangsung di badan perairan
waduk sendiri. Jenis bahan pencemar utama yang masuk ke perairan
waduk terdiri terdiri dari beberapa macam, antara lain limbah organik
dan anorganik, residu pestisida, sedimen dan bahan-bahan lainnya
(Pujiastuti, 2013)
2. Makhluk Hidup
Algae yang berlimpah ini dapat membentuk lapisan pada
permukaan air, yang selanjutnya dapat menghambat penetrasi oksigen
dan cahaya matahari sehingga kurang menguntungkan bagi ekosistem
perairan. Pada saat perairan cukup mengandung phosfat, algae
mengakumulasi fosfor di dalam sel melebihi kebutuhannya. Fenomena
yang demikian dikenal dengan istilah konsumsi lebih (luxury
consumption) (Effendi, 2003).
Selanjutnya diketahui pula bahwa dalam kondisi kepadatan
fitoplankton yang tinggi dan jenisnya beragam, zooplankton akan
melakukan pemilihan (selective feeding) terhadap jenis, bentuk dan
ukuran fitoplankton yang hendak dimakannya. Dengan adanya jenis
fitoplankton yang tidak dapat dimakan oleh zooplankton dan adanya
kemampuan selektifitas yang dimiliki zooplankton, maka jenis-jenis
fitoplankton yang tersisa karena tidak dimakan atau tidak dipilih akan
berkembang dan mendominasi komunitas fitoplankton perairan
tersebut10) sesuai dengan unsur-unsur hara yang tersedia, baik yang
berasal dari dalam maupun luar ekosistem. Dari dalam ekosistem
nutrien berasal dari dekomposisi organik (detritus & kotoran/eksresi)
dan regenerasi nutrien oleh zooplankton; sedangkan dari luar
ekosistem nutrien masuk ke badan air bersama-sama berbagai bahan
buangan (limbah) baik yang disengaja ataupun tidak (Garno Y.S.
1999).
3. Bahan Pencemar Air
Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria
yang sama dengan logam-logam lain. Perbedaannya terletak pada
pengaruh yang diakibatkan bila logam ini diberikan dan atau masuk ke
dalam tubuh organisme hidup. Meskipun semua logam berat dapat
mengakibatkan keracunan pada makhluk hidup, namun sebagian dari
logam berat tersebut tetap dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil.
Bila kebutuhan yang sangat sedikit itu tidak dipenuhi, maka dapat
berakibat fatal bagi kelangsungan hidup organisme (Rusman, 2010).
Besi merupakan logam berat yang dibutuhkan dimana zat ini
dibutuhkan dalam proses untuk menghasilkan oksidasi enzim
cytochrome dan pigmen pernapasan (haemoglobin). Logam ini akan
menjadi racun apabila keadaannya terdapat dalam konsentrasi di atas
normal (Hasbi, 2007).
Meningkatnya senyawa Amonia ini, akan meningkatkan
pertumbuhan dan kepadatan fitoplankton. Kepadatan fitoplankton yang
tinggi menimbulkan peristiwa ledakan populasi ("blooming"), yang
diikuti oleh kematian masal ("die off") fitoplankton. Peristiwa ledakan
populasi dan kematian masal fitoplankton akan memperburuk kualitas
air tambak, sehingga produksi udang windu menurun. Penurunan
kualitas air tambak dapat pula memacu timbulnya berbagai macam
penyakit pada udang windu (Daniel, 2002) dalam (Hendrawati et. al.
2007)
Mencermati uraian tersebut diatas maka dapat diduga bahwa
kombinasi pengaruh nutrien dan zooplankton pada suatu komunitas
fitoplankton akan selalu menyebabkan perubahan pada struktur
komunitas fitoplankton tersebut, baik dalam keadaan jenis fitoplankton
penyusun struktur komunitas tersebut berubah ataupun tetap.
Kenyataan bahwa fitoplankton adalah produsen primer, yang struktur
komunitasnya mudah berubah oleh perubahan sifat fisik, kimia (zat-zat
hara) dan biologi ekosistemnya maka keberadaan fitoplankton dalam
suatu perairan bukan hanya dapat dijadikan parameter biologi dalam
analisis status kualitas lingkungan perairan namun dapat pula dijadikan
indikator biologi dalam penentuan tingkat pencemaran. (Garno, 1999).

E. Dampak toksisitas di perairan


Senyawa nitrit yang berlebih di tambak akan menyebabkan
menurunnya kemampuan darah udang untuk mengikat O2, karena nitrit
akan bereaksi lebih kuat dengan hemoglobin yang mengakibatkan tingkat
kematian udang tinggi. Selain itu, tingginya senyawa amonia dan nitrit di
tambak juga akan menganggu proses pengeluaran senyawa amonia dan
nitrit yang ada dalam tubuh udang, sehingga akan terakumulasi di dalam
tubuh udang (Trobos, 2007).
Timbal (Pb) juga salah satu logam berat yang mempunyai daya
toksitas yang tinggi terhadap manusia karena dapat merusak
perkembangan otak pada anak-anak, menyebabkan penyumbatan sel-sel
darah merah, anemia dan mempengaruhi anggota tubuh lainnya. Timbal
dapat diakumulasi langsung dari air dan dari sedimen oleh organisme laut
(Purnomo, 2009).
Akumulasi logam total adalah yang terbesar dalam hati dan
terendah dalam otot. Selanjutnya unsur-unsur logam berat dapat masuk ke
tubuh manusia melalui makanan dan minuman, serta pernafasan dan kulit.
Pemanfaatan ikan-ikan ini sebagai bahan makanan akan membahayakan
kesehatan manusia (Hutagalung, 1991).

F. Pencegahan Terhadap Pencemaran Perairan


Untuk mencegah terjadinya peningkatan Amonia pada air tambak
salah satunya dengan melakukan pembatasan jumlah pakan yang diberikan
atau dengan pengendalian pH pada kondisi alkalis, karena ammonia
mudah menguap pada kondisi ini (Daniel, 2002) dalam (Hendrawati et.
al. 2007)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembuatan makalah tentang materi jenis dan
bahan pencemar didapatkan sebagai berikut :
 Jenis bahan pencemar dibagi menjadi 2 yaitu berdasarkan keadaan
suatu tempat atau bisa diartikan secara alami dan yang kedua
pencemaran yang disengaja atau limbah yang dihasilkan oleh aktivitas
produksi manusia
 Dampak yang ditumbulkan pada pencemaran air ini ke makhluk hidup
diperairan itu sendiri dan manusia ketika mengonsumsi dari hasil
aktivitas perairan tercemar tersebut.
 Cara menanggulanginya dengan manajemen area budidaya sebaik
mungkin supaya tidak ada bahan pencemar masuk dan timbul
merusak usaha budidaya

B. Saran
Saran kami dalam mengelola perairan dipertimbangkan dampak
pembuangan limbah dan manajemen dari perairan yang kita budidayakan
supaya perairan lingkungan dan budidaya tidak tercemar sehingga usaha
yang kita jalankan mencapai ekspetasi kita.

DAFTAR PUSTAKA
Garno, Yudhi Soetrisno. 2008. Kualitas Air Dan Dinamika Fitoplankton Di
Perairan Pulau Harapan. Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jurnal Hidrosfir Indonesia. 3(2): 87-
94.
Hendrawan, Diana. 2005. Kualitas Air Sungai Dan Situ Di Dki Jakarta.
Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi
Lingkungan, Makara, Teknologi, 9(1). Universitas Trisakti, Jakarta Barat.
Ika, Tahril dan Irwan Said. 2012. Analisis timbal (Pb) dan Besi (Fe) Dalam Air
Laut di Wilayah Pesisir Pelabuhan Ferry Taipa Kecamatan Palu
Utara. J. Akad Kim. 1(4): 181-186. Palu

https://www.google.com/search?q=E.
%09Pencegahan+terhadap+toksisitas+pencemaran+perairan&safe=strict&
sxsrf=ALeKk00Y-ZVmo-kYOjBhWJTo80yEsYRTXg
%3A1619601363913&ei=0yeJYLSiN8bc9QPzxZqoAg&oq=E.
%09Pencegahan+terhadap+toksisitas+pencemaran+perairan&gs_lcp=Cgd
nd3Mtd2l6EAM6BwgjELADECc6BwgAEEcQsAM6BAgjECc6BwgjEOo
CECdQuQ1YmJ0BYMOnAWgJcAJ4BIABzwGIAaAmkgEGMC4zNy4x
mAEAoAEBoAECqgEHZ3dzLXdperABCsgBCcABAQ&sclient=gws-
wiz&ved=0ahUKEwj01-
SfzaDwAhVGbn0KHfOiBiUQ4dUDCA0&uact=5
https://www.scribd.com/doc/266157892/Makalah-Pencemaran-Air
LAMPIRAN

NAMA KELOMPOK KETERANGAN


Clara febriana (115018007) Aktif
Ni kadek sufiadiani (115018030) Aktif
Ninda Amelia Abe (115018031) Aktif
Tirza (1150180040) Aktif
Uspiut ribon tobondo (115018030) Aktif

Anda mungkin juga menyukai