Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada mulanya orang berfikir bahwa dengan melihat luasnya lautan, maka
semua hasil buangan sampah dan sisa-sisa industri yang berasal dari aktifitas manusia
di daratan seluruhnya dapat di tampung oleh lautan tanpa menimbulkan suatu akibat
yang membahayakan. Bahan pencemar yang masuk ke dalam lautan akan diencerkan
dan kekuatan mencemarnya secara perlahan-lahan akan diperlemah sehingga
membuat mereka menjadi tidak berbahaya. Dengan makin cepatnya pertumbuhan
penduduk dunia dan makin meningkatnya lingkungan industri mengakibatkan makin
banyak bahan-bahan yang bersifat racun yang dibuang ke laut dalam jumlah yang
sulit untuk dapat dikontrol secara tepat.
Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan daratan,
di mana buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Selain itu air laut juga
sebagai tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang jatuh dari atmosfir. Limbah
tersebut yang mengandung polutan kemudian masuk ke dalam ekosistem perairan
pantai dan laut. Sebagian larut dalam air, sebagian tenggelam ke dasar dan
terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk ke dalam jaringan tubuh organisme
laut (termasuk fitoplankton, ikan, udang, cumi-cumi, kerang, rumput laut dan lain-
lain).
Kemudian, polutan tersebut yang masuk ke air diserap langsung oleh
fitoplankton. Fitoplankton adalah produsen dan sebagai tropik level pertama dalam
rantai makanan. Kemudian fitoplankton dimakan zooplankton. Konsentrasi polutan
dalam tubuh zooplankton lebih tinggi dibanding dalam tubuh fitoplankton karena
zooplankton memangsa fitoplankton sebanyak-banyaknya. Fitoplankton dan
zooplankton dimakan oleh ikan-ikan planktivores (pemakan plankton) sebagai tropik
level kedua. Ikan planktivores dimangsa oleh ikan karnivores (pemakan ikan atau
hewan) sebagai tropik level ketiga, selanjutnya dimangsa oleh ikan predator sebagai
tropik level tertinggi.
Ikan predator dan ikan yang berumur panjang mengandung konsentrasi
polutan dalam tubuhnya paling tinggi di antara seluruh organisme laut. Kerang juga
mengandung logam berat yang tinggi karena cara makannya dengan menyaring air
masuk ke dalam insangnya setiap saat dan fitoplankton ikut tertelan. Polutan ikut
masuk ke dalam tubuhnya dan terakumulasi terus-menerus dan bahkan bisa melebihi
konsentrasi yang di air.
Salah satu polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia adalah
logam berat. WHO (World Health Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia
dan FAO (Food Agriculture Organization) atau Organisasi Pangan Dunia
merekomendasikan untuk tidak mengonsumsi makanan laut (seafood) yang tercemar
logam berat. Logam berat telah lama dikenal sebagai suatu elemen yang mempunyai
daya racun yang sangat potensil dan memiliki kemampuan terakumulasi dalam organ
tubuh manusia. Bahkan tidak sedikit yang menyebabkan kematian.
Pencemaran laut merupakan suatu ancaman yang benar-benar harus ditangani
secara sungguh-sungguh. Untuk itu, kita perlu mengetahui apa itu pencemaran laut,
bagaimana terjadinya pencemaran laut, serta apa yang solusi yang tepat untuk
menangani pencemaran laut tersebut.

B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan pencemaran laut?
2) Apa yang menjadi sumber pencemaran laut?
3) Apa Permasalahan dalam laut?
4) Apa Permasalahan dalam pesisir?
5) Apa Pemeliharaan lingkungan pesisir dan laut?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tulisan ini bertujuan untuk mengupas
mengenai pencemaran laut. Secara khusus akan dibahas sumber, dampak dan
pencegahan serta penanggualangan pencemaran laut yang tentu saja tidak lepas dari
pengertian dan perspektif hukum dari pencemaran laut serta indikator pencemaran
tersebut. Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai dampak pencemaran laut
beserta cara penanggulangan, timbul kesadaran dari kita semua akan betapa
pentingnya laut bagi kehidupan yang pada akhirnya pencemaran laut dapat dikurangi
sehingga manfaat laut dapat kita rasakan secara keseluruhan.
PENCEMARAN LAUT

A. Definisi Laut
Laut adalah kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang
menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau. Jadi laut adalah merupakan
air yang menutupi permukaan tanah yang sangat luas dan umumnya mengandung
garam dan berasa asin. Biasanya air mengalir yang ada di darat akan bermuara ke laut.

B. Manfaat Laut
Laut memiliki banyak fungsi / peran / manfaat bagi kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya karena di dalam dan di atas laut terdapat kekayaan sumber
daya alam yang dapat kita manfaatkan diantaranya yaitu :
1. Tempat rekreasi dan hiburan
2. Tempat hidup sumber makanan kita
3. Pembangkit listrik tenaga ombak, pasang surut, angin, dsb.
4. Tempat budidaya ikan, kerang mutiara, rumput laun, dll.
5. Tempat barang tambang berada
6. Salah satu sumber air minum (desalinasi)
7. Sebagai jalur transportasi air
8. Sebagai tempat cadangan air bumi
9. Sebagai objek riset penelitian dan pendidikan, dll

C. Pencemaran Laut
Pencemaran laut didefinisikan sebagai peristiwa masuknya partikel kimia,
limbah industri, pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme
invasif (asing) ke dalam laut, yang berpotensi memberi efek berbahaya.
Dalam sebuah kasus pencemaran, banyak bahan kimia yang berbahaya
berbentuk partikel kecil yang kemudian diambil oleh plankton dan binatang dasar,
yang sebagian besar adalah pengurai ataupun filter feeder (menyaring air). Dengan
cara ini, racun yang terkonsentrasi dalam laut masuk ke dalam rantai makanan,
semakin panjang rantai yang terkontaminasi, kemungkinan semakin besar pula kadar
racun yang tersimpan. Pada banyak kasus lainnya, banyak dari partikel kimiawi ini
bereaksi dengan oksigen, menyebabkan perairan menjadi anoxic. Sebagian besar
sumber pencemaran laut berasal dari daratan, baik tertiup angin, terhanyut maupun
melalui tumpahan.

D. Penyebab Pencemaran Laut


1) Pencemaran oleh minyak
Saat ini industri minyak dunia telah berkembang pesat, sehingga kecelakaan
kecelakaan yang mengakibatkan tercecernya minyak dilautan hampirtidak bias
dielakkan.Kapal tanker mengangkut minyak mentah dalam jumlah besar tiap
tahun. Apabila terjadi pencemaran miyak dilautan, ini akan mengakibatkan minyak
mengapung diatas permukaan laut yang akhirnya terbawa arus dan terbawa ke pantai.
Contoh kecelakaan kapal yang pernah terjadi :
a. Torrey canyon dilepas pantai Inggris 1967mengakibatkan 100.000 burung mati
b. Showa maru di selat Malaka pada tahun 1975
c. Amoco Cadiz di lepas pantai Perancis 1978
Pencemaran minyak mempunyai pengaruh luas terhadap hewan dan tumbuh
tumbuhan yang hidup disuatu daerah. Minyak yang mengapung berbahaya bagi
kehidupan burung laut yang suka berenang diatas permukaan air. Tubuh burung akan
tertutup minyak. Untuk membersihkannya, mereka menjilatinya. Akibatnya mereka
banyak minum minyak dan mencemari diri sendiri. Selain itu, mangrove dan daerah air
payau juga rusak. Mikroorganisme yang terkena pencemaran akan segera
menghancurkan ikatan organik minyak, sehingga banyak daerah pantai yang terkena
ceceran minyak secara berat telah bersih kembali hanya dalam waktu 1 atau 2 tahun.

Gambar.1 Tumpahan minyak di laut

2) Pencemaran oleh logam berat


Logam berat ialah benda padat atau cair yang mempunyai berat 5 gram atau lebih
untuk setiap cm3, sedangkan logam yang beratnya kurang dari 5 gram adalah logam
ringan.
Logam berat, seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd),
kromium (Cr), seng (Zn), dan nikel (Ni), merupakan salah satu bentuk materi anorganik
yang sering menimbulkan berbagai permasalahan yang cukup serius pada perairan.
Penyebab terjadinya pencemaran logam berat pada perairan biasanya berasal dari
masukan air yang terkontaminasi oleh limbah buangan industri dan pertambangan.
Logam berat memiliki densitas yang lebih dari 5 gram/cm3 dan logam berat
bersifat tahan urai. Sifat tahan urai inilah yang menyebabkan logam berat semakin
terakumulasi di dalam perairan. Logam berat yang berada di dalam air dapat masuk ke
dalam tubuh manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Logam berat di
dalam air dapat masuk secara langsung ke dalam tubuh manusia apabila air yang
mengandung logam berat diminum, sedangkan secara tidak langsung apabila memakan
bahan makanan yang berasal dari air tersebut. Di dalam tubuh manusia, logam berat
juga dapat terakumulasi dan menimbulkan berbagai bahaya terhadap kesehatan.

Gambar 2 Tercemar akibat logam berat


3) Pencemaran oleh sampah
Plastik telah menjadi masalah global. Sampah plastik yang dibuang, terapung dan
terendap di lautan. 80% (delapan puluh persen) dari sampah di laut adalah
plastik, sebuah komponen yang telah dengan cepat terakumulasi sejak akhir Perang
Dunia II. Massa plastik di lautan diperkirakan yang menumpuk hingga seratus juta
metrik ton.
Plastik dan turunan lain dari limbah plastik yang terdapat di laut berbahaya untuk
satwa liar dan perikanan. Organisme perairan dapat terancam akibat terbelit, sesak
napas, maupun termakan.
Jaring ikan yang terbuat dari bahan plastik, kadang dibiarkan atau hilang di laut.
Jaring ini dikenal sebagai hantu jala sangat membahayakan lumba-lumba, penyu, hiu,
dugong, burung laut, kepiting, dan makhluk lainnya. Plastik yang membelit membatasi
gerakan, menyebabkan luka dan infeksi, dan menghalangi hewan yang perlu untuk
kembali ke permukaan untuk bernapas.
Sampah yang mengandung kotoran minyak juga dibuang kelaut melalui sistem
daerah aliran sungai (DAS). Sampah-sampah ini kemungkinan mengandung logam
berat dengan konsentrasi yang tinggi. Tetapi umumnya mereka kaya akan bahan-bahan
organik, sehingga akan memperkaya kandungan zat-zat makanan pada suatu
daerah yang tercemar yang membuat kondisi lingkungan menjadi lebih baik bagi
pertumbuhan mikroorganisme.

Gambar 4 Pencemaran pesisir oleh sampah

4) Pencemaran akibat peningkatan keasaman


Dewasa ini sangat banyak kegiatan manusia yang menyebabkan polusi udara, tanah
dan air, yang disebabkan oleh limbah pabrik, industri, asap kendaraan, dan banyak lagi.
Salah satu contoh adalah semakin banyak karbon dioksida memasuki atmosfer bumi,
maka karbondioksida yang kita hasilkan sehari-hari dapat menyebabkan hujan asam
dan juga meningkatkan kadar keasaman laut menjadi lebih asam. Potensi peningkatan
keasaman laut dapat mempengaruhi kemampuan karang dan hewan bercangkang
lainnya untuk membentuk cangkang atau rangka. Perubahan iklim juga akan
berdampak buruk pada ekosistem di lautan . Jika air laut semakin memanas, maka akan
terjadi peningkatan keasaman laut, dan terumbu karang adalah yang paling rentan
menghadapi peningkatan keasaman ini . menurut Dr. Nerilie Abrahams dari Universitas
Nasional Australia, terumbu karang seperti sedang mencatat kematiannya sendiri.
Jumlah Karbon Dioksida yang dipompakan ke atmosfer sebetulnya mengubah
keasaman laut, dan membuat lebih asam lagi. Bahayanya adalah tentu saja seluruh
terumbu karang akan hancur dan larut karena asam tadi. Persoalan perubahan suhu
maupun berbagai perubahan lain yang dialami lautan sebetulnya bukanlah sesuatu yang
luar biasa. Di masa lalu hal ini sudah barangkali terjadi, nemun perbedaannya adalah
saat ini perubahan suhu tersebut dipicu oleh campur tangan manusia, jadi bukan karena
sebab alami

Gambar 5 Terumbu karang yang rusak

E. Kerusakan Lingkungan Pesisir dan Laut


Daerah pesisir dan laut merupakan salah satu dari lingkungan perairan yang
mudah terpengaruh dengan adanya buangan limbah dari darat. Wilayah pesisir yang
meliputi daratan dan perairan pesisir sangat penting artinya bagi bangsa dan ekonomi
Indonesia. Wilayah ini bukan hanya merupakan sumber pangan yang diusahakan
melalui kegiatan perikanan dan pertanian, tetapi merupakan pula lokasi bermacam
sumber daya alam, seperti mineral, gas dan minyak bumi serta pemandangan alam yang
indah, yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia, perairan pesisir juga
penting artinya sebagai alur pelayaran.
Di daratan pesisir, terutama di sekitar muara sungai besar, berkembang pusat-
pusat pemukiman manusia yang disebabkan oleh kesuburan sekitar muara sungai besar
dan tersedianya prasarana angkutan yang relatif mudah dan murah, dan pengembangan
industri juga banyak dilakukan di daerah pesisir. Jadi tampak bahwa sumberdaya alam
wilayah pesisir Indonesia telah dimanfaatkan secara beranekaragam. Namun perlu
diperhatikan agar kegiatan yang beranekaragaman dapat berlangsung secara serasi.
Suatu kegiatan dapat menghasilkan hasil samping yang dapat merugikan kegiatan
lain. Misalnya limbah industri yang langsung dibuang ke lingkungan pesisir, tanpa
mengalami pengolahan tertentu sebelumnya dapat merusak sumber daya hayati akuatik,
dan dengan demikian merugikan perikanan. Lingkungan pesisir terdiri dari bermacam
ekosistem yang berbeda kondisi dan sifatnya.
Pada umumnya ekosistem kompleks dan peka terhadap gangguan. Dapat
dikatakan bahwa setiap kegiatan pemanfaatan dan pengembangannya di manapun juga
di wilayah pesisir secara potensial dapat merupakan sumber kerusakan bagi ekosistem
di wilayah tersebut. Rusaknya ekosistem berarti rusak pula sumber daya di dalamnya.
Agar akibat negatif dari pemanfaatan beranekaragam dapat dipertahankan sekeci-
kecilnya dan untuk menghindari pertikaian antarkepentingan, serta mencegah
kerusakan ekosistem di wilayah pesisir, pengelolaan, pemanfaatan dan pengembangan
wilayah perlu berlandaskan perencanaan menyeluruh dan terpadu yang didasarkan atas
prinsip-prinsip ekonomi dan ekologi.
Secara garis besar gejala kerusakan lingkungan yang mengancam kelestarian
sumber daya pesisir dan lautan di Indonesia yaitu : pencemaran, degradasi fisik habitat,
over eksploitasi sumber daya alam, abrasi pantai, konservasi kawasan lindung menjadi
peruntukan pembangunan lainnya dan bencana alam. Permasalahan yang dihadapi
dalam pengelolaan wilayah pesisir dan laut, khususnya di Indonesia yaitu pemanfaatan
ganda, pemanfaatan tak seimbang, pengaruh kegiatan manusia, dan pencemaran
wilayah pesisir.

1. Pemanfaatan Ganda
Konsep pemanfaatan ganda perlu memperhatikan keterpaduan dan keserasian
berbagai macam kegiatan. Sementara itu, batas kegiatan perlu ditentukan. Dengan
demikian pertentangan antar kegiatan dalam jangka panjang dapat dihindari atau
diperkecil. Salah satu contoh penggunaan wilayah untuk pertanian, kehutanan,
perikanan, alur pelayaran, rekreasi, pemukiman, lokasi industri dan juga sebagai tempat
pembuangan sampah dan air limbah. Pemanfaatan ganda wilayah pesisir yang serasi
dapat berjalan untuk jangka waktu tertentu, kemudian persaingan dan pertentangan
mulai timbul dengan berjalannya waktu, pemanfaatan telah melampaui daya dukung
lingkungan. Untuk beberapa hal, keadaan ini mungkin dapat diatasi dengan teknologi
mutakhir. Akan tetapi, perlu dijaga agar cara pemecahan itu tidak mengakibatkan
timbulnya dampak negatif atau pertentangan baru.
2. Pemanfaatan Tak Seimbang
Masalah penting dalam pemanfaatan dan pengembangan wilayah pesisir di
Indonesia adalah ketidakseimbangan pemanfaatan sumber daya tersebut, ditinjau dari
sudut penyebarannya dalam tata ruang nasional. Hal ini merupakan akibat dari
ketimpangan pola penyebaran penduduk semula disebabkan oleh perbedaan
keunggulan komparatif (comparative advantages) keaadaan sumber daya wilayah
pesisir Indonesia.
Pengembangan wilayah dalam rangka pembangunan nasional harus juga
memperhatikan kondisi ekologis setempat dan faktor-faktor pembatas. Melalui
perencanaan yang baik dan cermat, serta dengan kebijaksanaan yang serasi, perubahan
tata ruang tentunya akan menjurus ke arah yang lebih baik.
3. Pengaruh Kegiatan Manusia
Pemukiman di sekitar pesisir menghasilkan pola-pola penggunaan lahan dan air
yang khas, yang berkembang sejalan dengan tekanan dan tingkat pemanfaatan, sesuai
dengan keadaan lingkungan wilayah pesisir tertentu. Usaha-usaha budidaya ikan,
penangkapan ikan, pembuatan garam, eksploitasi hutan rawa, pembuatan perahu,
perdagangan dan industri, merupakan dasar bagi tata ekonomi masyarakat pedesaan
wilayah pesisir.
Tekanan penduduk yang besar sering mengakibatkan rusaknya lingkungan,
pencemaran perairan oleh sisa-sisa rumah tangga, meluasnya proses erosi, kesehatan
masyarakat yang memburuk dan terganggunya ketertiban dan keamanan umum. Karena
itu, perlu diperoleh pengertian dasar tentang proses perubahan yang terjadi di wilayah
pesisir. Dengan demikian, pemanfaatan sumber daya yang terkandung di dalamnya
dapat dikelola dengan baik. Perlu dihayati pula bahwa sekali habitat atau suatu
ekosistem rusak maka sukar untuk diperbaiki kembali.

F. Pemeliharaan Lingkungan Pesisir Dan Laut


Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat
meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi
sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke
arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang
terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh
kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Soegiarto,
1976; Dahuri et al, 2001).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:
KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir
Terpadu, wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat
dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke arah laut 12 mil dari garis pantai untuk
propinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu (kewenangan propinsi) untuk
kabupaten/kota dan ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota.
Kedua definisi wilayah pesisir tersebut di atas secara umum memberikan
gambaran besar, betapa kompleksitas aktivitas ekonomi dan ekologi terjadi di wilayah
ini. Kompleksitas aktivitas ekonomi seperti perikanan, pariwisata, pemukiman,
perhubungan, dan sebagainya memberikan tekanan yang cukup besar terhadap
keberlanjutan ekologi wilayah pesisir seperti ekosistem mangrove, padang lamun, dan
terumbu karang. Tekanan yang demikian besar tersebut jika tidak dikelola secara baik
akan menurunkan kualitas dan kuantitas sumberdaya yang terdapat di wilayah pesisir.
Peranan pemerintah, swasta dan masyarakat dalam hal ini menjadi bagian
terpenting yang tidak terpisahkan dalam upaya mengelola lingkungan pesisir dan laut.
Dewasa ini, pengelolaan lingkungan secara terpadu disinyallir terbukti memberikan
peluang pengelolaan yang cukup efektif dalam rangka menyeimbangkan antara
pelestarian lingkungan dan pemanfaatan ekonomi. Namun demikian, hal ini tidak
menutup kemungkinan akan adanya bentuk-bentuk pengelolaan lain yang lebih
aplikatif (applicable) dan adaptif (acceptable). Salah satu bentuk pengelolaan yang
cukup berpeluang memberikan jaminan efektifitas dalam pengimplementasiannya
adalah pengelolaan berbasis masyarakat (community based management).
Komunitas/masyarakat memiliki adat istiadat, nilai-nilai sosial maupun
kebiasaan yang berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya. Perbedaan dalam hal-hal
tersebut menyebabkan terdapatnya perbedaan pula dalam praktek-praktek pengelolaan
lingkungan. Karena itu, dalam proses pengelolaan lingkungan perlu memperhatikan
masyarakat dan kebudayaannya, baik sebagai bagian dari subjek maupun objek
pengelolaan tersebut. Dengan memperhatikan hal ini dan tentunya juga kondisi fisik
dan alamiah dari lingkungan pesisir dan laut, proses pengelolaannya diharapkan dapat
menjadi lebih padu, lancar dan efektif serta diterima oleh masyarakat setempat.
Proses pengelolaan lingkungan ada baiknya dilakukan dengan lebih memandang
situasi dan kondisi lokal agar pendekatan pengelolaannya dapat disesuaikan dengan
kondisi lokal daerah yang akan dikelola. Pandangan ini tampaknya relevan untuk
dilaksanakan di Indonesia dengan cara memperhatikan kondisi masyarakat dan
kebudayaan serta unsur-unsur fisik masing-masing wilayah yang mungkin memiliki
perbedaan di samping kesamaan. Dengan demikian, strategi pengelolaan pada masing-
masing wilayah akan bervariasi sesuai dengan situasi setempat. Perlu diperhatikan
adalah nilai-nilai dan norma-norma yang dianut oleh suatu masyarakat yang merupakan
kearifan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan.
Segenap gambaran wacana tersebut di atas secara umum memberikan cermin
bagaimana sebuah pengelolaan yang melibatkan unsur masyarakat cukup penting untuk
dikaji dan diujicobakan. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan ini lebih dikenal
dengan istilah pengelolaan berbasis masyarakat (PBM) atau community based
management (CBM). Menurut Carter (1996), Community-Based Resource
Management (CBRM) didefinisikan sebagai suatu strategi untuk mencapai
pembangunan yang berpusat pada manusia, di mana pusat pengambilan keputusan
mengenai pemanfaatan sumber daya dan lingkungan secara berkelanjutan di suatu
daerah terletak/berada di tangan organisasi-organisasi dalam masyarakat di daerah
tersebut. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam sistem pengelolaan ini, masyarakat
diberikan kesempatan dan tanggung jawab dalam melakukan pengelolaan terhadap
sumber daya dan lingkungan yang dimilikinya, di mana masyarakat sendiri yang
mendefinisikan kebutuhan, tujuan dan aspirasinya serta masyarakat itu pula yang
membuat keputusan demi kesejahteraannya. Konsep pengelolaan sumber daya alam
dan lingkungan pesisir dan laut berbasis masyarakat memiliki beberapa aspek positif
yaitu;

a. Mampu mendorong timbulnya pemerataan dalam pengelolaan sumber daya alam


dan lingkungan;
b. Mampu merefleksikan kebutuhan-kebutuhan masyarakat lokal yang spesifik;
c. Mampu meningkatkan manfaat lokal bagi seluruh anggota masyarakat yang ada;
d. Mampu meningkatkan efisiensi secara ekonomis maupun teknis;
e. Responsif dan adaptif terhadap variasi kondisi sosial dan lingkungan lokal;
f. Mampu menumbuhkan stabilitas dan komitmen; serta
g. Masyarakat lokal termotivasi untuk mengelola secara berkelanjutan.

Peran pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya dan


lingkungan seoptimal mungkin harus seimbang, terkoordinasi dan tersinkronisasi. Hal
ini penting dilakukan mengingat pemerintah mempunyai kewajiban untuk memberikan
pelayanan terhadap masyarakat, termasuk mendukung pengelolaan sumber daya dan
lingkungan demi sebesar-besarnya kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Di sisi
lain, masyarakat juga mempunyai tanggung jawab dan turut berperanserta untuk
menjaga kelestarian dan keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan.

G. Penanggulangan Kerusakan Lingkungan Pesisir dan Laut Berbasis Masyarakat


Penanggulangan kerusakan lingkungan pesisir dan laut perlu dilakukan secara
hati-hati agar tujuan dari upaya dapat dicapai. Mengingat bahwa subjek dan objek
penanggulangan ini terkait erat dengan keberadaan masyarakatnya, dimana mereka
juga mempunyai ketergantungan cukup tinggi terhadap ketersediaan sumber daya di
sekitar, seperti ikan, udang, kepiting, kayu mangrove, dll., maka penanggulangan
kerusakan lingkungan pesisir dan laut yang berbasis masyarakat menjadi pilihan yang
bijaksana untuk diimplementasikan.
Penanggulangan kerusakan lingkungan pesisir dan laut berbasis masyarakat
diharapkan mampu menjawab persoalan yang terjadi di suatu wilayah berdasarkan
karakteristik sumber daya alam dan sumber daya manusia di wilayah tersebut. Dalam
hal ini, suatu komunitas mempunyai hak untuk dilibatkan atau bahkan mempunyai
kewenangan secara langsung untuk membuat sebuah perencanaan pengelolaan
wilayahnya disesuaikan dengan kapasitas dan daya dukung wilayah terhadap ragam
aktivitas masyarakat di sekitarnya.
Pola perencanaan pengelolaan meliputi pola pendekatan perencanaan dari bawah
yang disinkronkan dengan pola pendekatan perencanaan dari atas menjadi sinergi
diimplementasikan. Dalam hal ini prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat menjadi
hal krusial yang harus dijadikan dasar implementasi sebuah pengelolaan berbasis
masyarakat. Tujuan khusus penanggulangan kerusakan lingkungan pesisir dan laut
berbasis masyarakat dalam hal ini dilakukan untuk:
a. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menanggulangi
kerusakan lingkungan;
b. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berperan serta dalam
pengembangan rencana penanggulangan kerusakan lingkungan secara terpadu
yang sudah disetujui bersama;
c. Membantu masyarakat setempat memilih dan mengembangkan aktivitas ekonomi
yang lebih ramah lingkungan; dan
d. Memberikan pelatihan mengenai system pelaksanaan dan pengawasan upaya
penanggulangan kerusakan lingkungan pesisir dan laut berbasis masyarakat.

Kegiatan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang berbasis


masyarakat seringkali terfokus pada pengembangan, transformasi atau penguatan
kelembagaan masyarakat, sehingga proses identifikasi kelembagaan lokal yang ada
dan menganalisisnya untuk mengetahui sejauh mana kelembagaan tersebut
berhubungan dengan upaya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan.
Pengelolaan yang berbasis masyarakat adalah suatu sistem pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan di suatu tempat dimana masyarakat lokal di tempat tersebut
terlibat secara aktif dalam proses pengelolaan sumber daya alam yang terkandung
didalamnya. Pengelolaan di sini meliputi berbagai dimensi kegiatan sebagai berikut:
1. Persiapan
Dalam persiapan ini terdapat tiga kegiatan kunci yang harus dilaksanakan,
yaitu:
a. Sosialisasi rencana kegiatan dengan masyarakat dan kelembagaan lokal yang ada,
b. Pemilihan/pengangkatan motivator (key person) desa, dan
c. Penguatan kelompok kerja yang telah ada/pembentukan kelompok kerja baru.
2. Perencanaan
Dalam melakukan perencanaan upaya penanggulangan pencemaran laut
berbasis masyarakat ini terdapat tujuh ciri perencanaan yang dinilai akan efektif,
yaitu
a. Proses perencanaannya berasal dari dalam dan bukan dimulai dari luar,
b. Merupakan perencanaan partisipatif, termasuk keikutsertaan masyarakat lokal,
c. Berorientasi pada tindakan (aksi) berdasarkan tingkat kesiapannya,
d. Memiliki tujuan dan luaran yang jelas,
e. Memiliki kerangka kerja yang fleksibel bagi pengambalian keputusan,
f. Bersifat terpadu, dan
g. Meliputi proses-proses untuk pemantauan dan evaluasi.

3. Persiapan Sosial
Untuk mendapatkan dukungan dan partisipasi masyarakat secara penuh,
maka masyarakat harus dipersiapkan secara sosial agar dapat:
a. Mengutarakan aspirasi serta pengetahuan tradisional dan kearifannya dalam
menangani isu-isu lokal yang merupakan aturan-aturan yang harus dipatuhi,
b. Mengetahui keuntungan dan kerugian yang didapat dari setiap pilihan intervensi
yang diusulkan yang dianggap dapat berfungsi sebagai jalan keluar untuk
menanggulangi persoalan lingkungan yang dihadapi, dan
c. Berperan serta dalam perencanaan dan pengimplementasian rencana tersebut.

4. Penyadaran Masyarakat
Dalam rangka menyadarkan masyarakat terdapat tiga kunci penyadaran, yaitu:
a. Penyadaran tentang nilai-nilai ekologis ekosistem pesisir dan laut serta manfaat
penanggulangan kerusakan lingkungan,
b. Penyadaran tentang konservasi, dan
c. Penyadaran tentang keberlanjutan ekonomi jika upaya penanggulangan kerusakan
lingkungan dapat dilaksanakan secara arif dan bijaksana.

5. Analisis Kebutuhan
Untuk melakukan analisis kebutuhan terdapat tujuh langkah
pelaksanaannya, yaitu:
a. PRA dengan melibatkan masyarakat lokal,
b. Identifikasi situasi yang dihadapi di lokasi kegiatan,
c. Analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman,
d. Identifikasi masalah-masalah yang memerlukan tindak lanjut,
e. Identifikasi pemanfaatan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan di masa depan,
f. Identifikasi kendala-kendala yang dapat menghalangi implementasi yang efektif
dari rencana-rencana tersebut, dan
g. Identifikasi strategi yang diperlukan untuk mencapai tujuan kegitan.
6. Pelatihan Keterampilan Dasar
Pelatihan keterampilan dasar perlu dilakukan untuk efektivitas upaya
penanggulangan kerusakan lingkungan, yaitu
a. Pelatihan mengenai perencanaan upaya penanggulangan kerusakan,
b. Keterampilan tentang dasar-dasar manajemen organisasi,
c. Peranserta masyarakat dalam pemantauan dan pengawasan,
d. Pelatihan dasar tentang pengamatan sumber daya,
e. Pelatihan pemantauan kondisi sosial ekonomi dan ekologi, dan
f. Orientasi mengenai pengawasan dan pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang
berkaitan dengan upaya penanggulangan kerusakan lingkungan dan pelestarian
sumber daya.
7. Penyusunan Rencana Penanggulangan Kerusakan Lingkungan Pesisir dan
Laut secara Terpadu dan Berkelanjutan
Terdapat lima langkah penyusunan rencana penanggulangan kerusakan
lingkungan pesisir dan laut secara terpadu dan berkelanjutan, yaitu:
a. Mengkaji permasalahan, strategi dan kendala yang akan dihadapi dalam
pelaksanaan upaya penanggulangan kerusakan lingkungan,
b. Menentukan sasaran dan tujuan penyusunan rencana penanggulangan,
c. Membantu pelaksanaan pemetaan oleh masyarakat,
d. Mengidentifikasi aktivitas penyebab kerusakan lingkungan, dan
e. Melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan serta dalam pemantauan
pelaksanaan rencana tersebut.
8. Pengembangan Fasilitas Sosial
Terdapat dua kegiatan pokok dalam pengembangan fasilitas sosial, yaitu:
a. Melakukan perkiraan atau analisis kebutuhan prasarana yang dibutuhkan dalam
upaya penanggulangan kerusakan lingkungan, penyusunan rencana
penanggulangan dan pelaksanaan penanggulangan berbasis masyarakat, serta
b. Meningkatkan kemampuan (keterampilan) lembaga-lembaga desa yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan langkah-langkah penyelamatan dan
penanggulangan kerusakan lingkungan dan pembangunan prasarana.
9. Pendanaan
Pendanaan merupakan bagian terpenting dalam proses implementasi upaya
penanggulangan kerusakan lingkungan. Karena itu, peran pemerintah selaku
penyedia pelayanan diharapkan dapat memberikan alternatif pembiayaan sebagai
dana awal perencanaan dan implementasi upaya penanggulangan. Namun
demikian, modal terpenting dalam upaya ini adanya kesadaran masyarakat untuk
melanjutkan upaya penanggulangan dengan dana swadaya masyarakat setempat.
Kesembilan proses implementasi upaya penanggulangan pencemaran laut
tersebut di atas tidak bersifat absolut, tetapi dapat disesuaikan dengan
karakteristik wilayah, sumberdaya dan masyarakat setempat, terlebih bilamana di
wilayah tersebut telah terdapat kelembagaan lokal yang memberikan peran positif
bagi pengelolaan sumber daya dan pembangunan ekonomi masyarakat sekitarnya
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Laut adalah kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang
menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau. Jadi laut adalah merupakan
air yang menutupi permukaan tanah yang sangat luas dan umumnya mengandung
garam dan berasa asin. Biasanya air mengalir yang ada di darat akan bermuara
Manfaat Laut
Laut memiliki banyak fungsi / peran / manfaat bagi kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya karena di dalam dan di atas laut terdapat kekayaan sumber
daya alam yang dapat kita manfaatkan diantaranya yaitu :
1. Tempat rekreasi dan hiburan
2. Tempat hidup sumber makanan kita
3. Pembangkit listrik tenaga ombak, pasang surut, angin, dsb.
4. Tempat budidaya ikan, kerang mutiara, rumput laun, dll.
5. Tempat barang tambang berada
6. Salah satu sumber air minum (desalinasi)
7. Sebagai jalur transportasi air
Pencemaran laut didefinisikan sebagai peristiwa masuknya partikel kimia, limbah
industri, pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme invasif
(asing) ke dalam laut, yang berpotensi memberi efek berbahaya.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/08234/lina_warlina.pdf
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/pencemaran-laut/sumber-dan-
bahan-pencemar-laut/
http://yunuzmuhammad.blogspot.com/2007/11/pengertian-dan-sumber-pencemaran.html
www.kaskus.com
www.thedi76.wordpress.com
www.google.com
www.majalahversi.net
www.pencemaran-lingkungan-bumi.blogspot.com
www.lautkita.blogspot.com
www.antaranews.com
www.goblue.or.id
www.wikipedia.org

MAKALAH
PESISIR DAN LAUT
DISUSUN
NAMA : 1. RESTU NINGTIYAS UTAMI
2. APRI YENTI RAHMAINI
3. FRISCA AULIA DESVITA AYU. P
4. TEGAR PANDEGA YANDRA
5. RENO SETIAWAN
6. ARIF KURNIAWAN

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI


SMP NEGERI 34 KABUPATEN TEBO
TAHUN AJARAN 2020

Anda mungkin juga menyukai