PENDAHULUAN
ii
Setelah Kita melihat uraian diatas,Kita tahu bahwa perbuatan zina dan qadzaf itu
merupakan salah satu dosa yang besar dalam Islam.Maka dalam Makalah ini akan diuraikan
secara sederhana tentang Definisi zina dan qadzaf,hukum zina dan qadzaf,macam-macam
zina, unsur-unsur zina,sebab-sebab timbulnya zina,solusi menangani zina,hukuman had
zina dan qadzaf,pembuktian zina dan qadzaf,dan hal-hal yang menggugurkan had zina dan
qadzaf.
B. Perumusan Masalah
Dalam penulisan Makalah ini akan dirumuskan beberapa masalah antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Apa Pengetian zina?
2. Bagaimana Hukum zina?
3. Bagaimana Had Zina itu ?
4. Bagaimana Had Qadzaf itu ?
ii
BAB II
PENMBAHASAN
A. Zina
1. Pengertian Zina
Dalam bahasa arab, zina diambil dari kata : وزنَا ًء ً زَ نَى يَ ْزنِي ِزنyang artinya
ِ ،ى
berbuat fajir ( nista ).Menurut Ibnu Rusydi zina adalah melakukan hubungan seksual
(jima’) di kemaluan tanpa pernikahan yang sah, kepemilikan budak dan tidak juga karena
syubhat.Sedangkan menurut H.A.Dzajuli dengan mengutip ulama Malikiyah zina adalah
mewathui’nya laki-laki mukallaf terhadap faraj wanita yang bukan miliknya dan dilakukan
dengan sengaja.Adapun menurut ulama Syafi’iyah,Zina adalah memasukan zakar
kedalam faraj yang haram dengan tidak syubhat dan cara cara naluriah memuaskan hawa
nafsu.
2. Hukum Zina
Perbuatan zina diharamkan dalam syari’at islam,karena termasuk kepada dosa besar,
berdasarkan dalil-dalil berikut ini:
Allah SWT Berfirman :
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. Dan suatu jalan yang buruk". (Al-Isrâ:32 ).
ان تقتل ولدك خشية ان ياكل:قلت ثم اي ؟قال.ان تجعل هلل ندا وهو خلقك: قلت يا رسول هللا اي الدنب اعظم ؟قال
) ( رواه مسلم.ان تزاني حليلة جارك: ثم اي ؟قال: قلت.معك
"Aku telah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam : Dosa apakah yang
paling besar ? Beliau menjawab : Engkau menjadikan tandingan atau sekutu bagi Allah ,
padahal Allah Azza wa Jalla telah menciptakanmu. Aku bertanya lagi : “Kemudian apa?”
Beliau menjawab: Membunuh anakmu karena takut dia akan makan bersamamu.” Aku
bertanya lagi : Kemudian apa ? Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab lagi: Kamu
berzina dengan istri tetanggamu".( HR.Muslim ).
3. Unsur-unsur Zina
Meskipun para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan zina, tetapi mereka
sepakat terhadap dua unsur zina, yaitu wathi haram dan sengaja atau ada itikad jahat.
ii
Seseorang dianggap memiliki itikad jahat apabila ia melakukan perzinahan dan ia tahu
bahwa perzinahan itu haram.
Yang dimaksud wathi haram adalah wathi pada faraj wanita bukan istrinya atau
hambanya atau masuknya zakar itu seperti masuknya ember ke dalam sumur dan tetap
dianggap zina meskipun ada penghalang antara zakar dan farajnya selama penghalang
itu tidak menghalangi kenikmatan.
4. Bentuk-bentuk Zina
1) Zina Muhsan
Yaitu lelaki atau perempuan yang telah pernah melakukan persetubuhan halal
(sudah pernah menikah) .Perzinaan yang boleh dituduh dan didakwa dibawah kesalahan
Zina Muhsan ialah lelaki atau perempuan yang telah baligh, berakal, merdeka dan telah
pernah berkahwin, iaitu telah merasai kenikmatan persetubuhan secara halal.
Yaitu lelaki atau perempuan yang belum pernah melakukan persetubuhan yang halal
(belum pernah menikah).Penzinaan yang tidak cukup syarat-syarat yang disebutkan bagi
perkara diatas tidak boleh dituduh dan didakwa dibawah kesalahan zina muhsan, tetapi
mereka itu boleh dituduh dan didakwa dibawah kesalahan zina bukan muhsan mengikut
syarat-syarat yang dikehendaki oleh hukum syara’.
Mengapa zina dilarang agama? Islam melarang perbuatan zina karena dampak
negatifnya yang sangat besar. Akibat buruk yang ditimbulkan akibat perzinaan antara lain:
1) Menghancurkan masa depan anak. Anak yang dihasilkan dari hubungan gelap (perzinaan)
akan menghadapi masa kanak-kanaknya dengan tidak bahagia karena ia tidak memiliki
identitas ayah yang jelas.
2) Merusak keturunan yang sah bila perzinaan menghasilkan seorang anak atau lebih.
Keturunan yang sah menurut Islam adalah anak yang dilahirkan dari pernikahan yang sah.
Bila hubungan gelap itu dilakukan dengan dua atau lebih laki-laki, maka akan
mengaburkan hubungan nasab atau keturunan kepada bapak yang sebenarnya.
3) Mendorong perbuatan dosa besar yang lain, seperti menggugurkan kandungan, membunuh
wanita yang telah hamil karena perzinaan, atau bunuh diri karena menanggung rasa malu
telah berzina.
ii
4) Menimbulkan berbagai jenis penyakit kelamin seperti, misalnya AIDS, bila perzinaan
dilakukan dengan berganti-ganti pasangan. Walaupun saat ini telah ada alat pengaman
hubungan cekcual, namun hal tersebut tidak menjamin bebas tertular penyakit cekcual
menular.
5) Terjerat hukuman berupa rajam sebanyak seratus kali atau sampai mati. Hukuman sosial
bagi keluarga pelaku zina juga berlaku di masyarakat, dan hukuman ini akan berlaku
seumur hidup.
Lalu, bagaimanakah cara menghindarkan diri dari perilaku zina? Beberapa cara
efektif yang bisa kita lakukan untuk menghindarkan diri dari perbuatan zina adalah sebagai
berikut:
ii
7. Permasalahan Zina disekitar Kita
Banyak faktor yang menyebabkan maksiat ini “tumbuh subur” di negeri kita ini.
Faktor yang utama adalah lemahnya Iman masyarakat saat ini. Krisis iman ini disebabkan
kita telah jauh dari pendidikan dan pengamalan nilai-nilai Islam. Pendidikan kita selama
ini, sejak usia dini sampai tingkat universitas telah membentuk paradigma bahwa dunia
adalah segala-galanya, tanpa ada prioritas terhadap agama (iman) dan moral (akhlak). Kita
dididik untuk berlomba-lomba mengejar kemewahan dunia (harta, pangkat dan jabatan).
Padahal Allah Swt telah mengingatkan kita:
ii
“Dan apa saja (kekayaan, jabatan dan keturunan) yang diberikan kepadamu, maka itu
adalah kesenangan hidup duniawi dan perhiasannya, sedang apa yang di sisi Allah adalah
lebih baik dan lebih kekal. Tidakkah kamu mengerti? (QS. Al-Qashah: 60).
Selain itu, faktor media elektronik seperti televisi, internet, CD player, komputer
dan sebagainya termasuk menjadi sebab utama krisis moral bangsa ini. Teknologi telah
disalah gunakan. Pornografi dan pornoaksi sangat mudah diakses di internet. Tontonan
film dan sinetron yang tidak syar’i dan tidak mendidik menghiasi chanel televisi kita.
Begitu juga VCD/DVD porno beredar dimana-mana. Media cetakpun memberi andil yang
besar terhadap pemikiran dan moral pembaca. Menjamurnya buku dan bacaan cabul
sangat efektif menghancurkan moral pembacanya, baik novel, komik, maupun majalah
yang mengandung pornografi dan pornoaksi. Semua sarana ini menjurus terjadinya zina.
Selain itu, kita sendiri telah memberikan peluang untuk maksiat ini. Kita
membiarkan remaja kita (yang belum menikah) berkhalwat dengan pacaran, jalan dua-
duaan, dan berboncengan motor. Pergaulan bebas di sepanjang jalan protokol ibu kota
negeri syariat dengan dalih makan burger ikut mewarnai maksiat malam di negeri ini.
Kafe-kafe yang menjamur tanpa ada pemisahan tempat duduk antara laki-laki dan
perempuan yang non muhrim. Pakaian para wanita pun mengundang birahi lawan jenisnya
(ketat, tipis dan nampak aurat). Sementara Pemerintah hanya diam saja menjadi penonton
budiman tanpa ada tindakan tegas, seakan “mengamini” kondisi maksiat ini.
9. Solusi Permasalahan Zina
Islam adalah agama fitrah yang mengakui keberadaan naluri seksual. Di dalam
Islam, pernikahan merupakan bentuk penyaluran naluri seks yang dapat membentengi
seorang muslim dari jurang kenistaan. Maka, dalam masalah ini nikah adalah solusi jitu
yang ditawarkan oleh Rasulullah saw sejak 14 abad yang lampau bagi gadis/perjaka.
Selain itu, penerapan syariat Islam merupakan solusi terhadap berbagai
problematika moral ini dan penyakit sosial lainnya. Karena seandainya syariat ini
diterapkan secara kaffah (menyeluruh dalam segala aspek kehidupan manusia) dan
sungguh-sungguh, maka sudah dapat dipastikan tingkat maksiat khalwat, zina,
pemerkosaan dan kriminal lainnya akan berkurang drastic, seperti halnya di Arab Saudi.
Survei membuktikan, kasus kriminal di Arab Saudi paling sedikit di dunia.
Orang tua pun sangat berperan dalam pembentukan moral anaknya dengan
memberi pemahaman dan pendidikan islami terhadap mereka. Orang tua hendaknya
menutup peluang dan ruang gerak untuk maksiat ini dengan menyuruh anak gadisnya
ii
untuk berpakaian syar’i (tidak ketat, tipis, nampak aurat dan menyerupai lawan jenis).
Memberi pemahaman akan bahaya pacaran dan pergaulan bebas. Dalam konteks
kehidupan masyarakat, tokoh masyarakat dapat memberikan sanksi tegas terhadap pelaku
zina sebagai preventif (pencegahan). Jangan terlalu cepat menempuh jalur damai “nikah”,
sebelum ada sanksi secara adat, seperti menggiring pelaku zina ke seluruh kampung untuk
dipertontonkan dan sebagainya. Selain itu, majelis ta’lim dan ceramah pula sangat
berperan dalam mendidik moral masyarakat dan membimbing mereka.
Begitu pula sekolah, dayah dan kampus sebagai tempat pendidikan secara formal
dan informal mempunyai peran dalam pembentukan moral pelajar/mahasiwa. Dengan
diajarkan mata pelajaran Tauhid, Al-Quran, Hadits dan Akhlak secara komprehensif dan
berkesinambungan, maka para pelajar/mahasiswa diharapkan tidak hanya menjadi seorang
muslim yang cerdas intelektualnya, namun juga cerdas moralnya (akhlaknya).
Peran Pemerintah dalam amal ma’ruf nahi munkar mesti dilakukan. Pemerintah
diharapkan mengawasi dan menertibkan warnet-warnet, salon-salon, kafe-kafe dan
pasangan non-muhrim yang berboncengan. Karena, bisa memberi celah dan ruang untuk
maksiat ini. Mesti ada tindak pemblokiran situs-situs porno sebagaimana yang diterapkan
di Negara Islam lainnya seperti Arab Saudi, Iran, Malaysia dan sebagainya.
Pemerintah hendaknya bersungguh menegakkan syariat Islam di Bumi Serambi
Mekkah ini, dengan membuat Qanun-Qanun yang islami, khususnya Qanun Jinayat
(hukum pidana) dengan sanksi yang tegas, demi terciptanya keamanan, kenyamanan dan
ketentraman di negeri ini. Di samping itu, konsep pendidikan Islami mesti segera
dirumuskan dan diterapkan. Sebagai solusi atas kegagalan dan kelemahan sistim
pendidikan selama ini yang tidak mendidik moral generasi bangsa. Tidak ada pilihan lain,
pendidikan Islami sudah menjadi pilihan dan priotitas seperti yang diamanatkan dalam
renstra Qanun pendidikan untuk segera diterapkan dan juga merupakan solusi terhadap
permasalahan moral generasi bangsa.
10. Hikmah diharamkanya Zina
ii
4) Terpelihara dari penyakit kotor yang ditimbulkan dari perzinaan seperti penyakit
kelamin dan AIDS.
5) Terhindar dari kejahatan-kejahatan lain yang diakibatkan setelah melakukan
perzinaan seperti pengguguran janin dan pembunuhan karena ingin menghindar dari
rasa malu.
B. Had Zina
1. Zina yang mengakibatkan hukuman Had
Zina yang dapat menyebabkan hukuman had adalah ketika ujung kepala zakar
sudah masuk didalam kemaluan wanita yang diharamkan,meskipun tidak sampai
mengeluarkan sperma.Adapun jika hanya bercumbu diselain kemaluan,maka tidak
diberlakukan hukum had,tetapi yang diwajibkan adalah hukuman ta’zir.
2. Hukuman Had bagi Pezina
1) Hukuman Had bagi pezina yang belum menikah
Had pria atau wanita yang lajang yang berzina adalah seratus kali
dera,berdasarkan Firman Allah SWT:
“ Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang
dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah,
dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan orang-orang yang beriman”.( QS.An-Nur :2 )
Sedangkan Menurut Jumhur ulama,Had bagi pezina yang lajang adalah didera 100 kali
dan diasingkan selama setahun.
2) Hukuman Had bagi pezina yang sudah menikah
Hukuman orang yang pernah menikah yang berzina adalah diramjam hingga mati,baik
laki-laki maupun perempuan.
3) Penetapan Hukum Had
Had zina dapat ditetapkan dengan hal-hal sebagai berikut:
a) Pengakuan
Rosulullah SAW Bersabda:
) امر رسول هللا صلى هللا عليه وسلم انيس ليقابل امراة زانية وان شهدت فارجموها ( رواه البخاري
“ Rosulullah SAW memerintahkan Unais untuk menemui wanita yang berzina,kemudian ia
mengakui perbuatanya,laju Unais meranjamnya” (HR.Bukhari )
ii
b) Pernyataan empat orang Saksi
Allah SWT Berfirman :
“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik[1029] (berbuat zina)
dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang
menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka
buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik “. ( QS.An-Nur:4 )
ii
3) Terdakwa menunjukan kesungguhan Taubatnya
Menurut Ibnu Hukum had bisa gugur dari orang yang bertaubat dengan sebenar-
benarnya.
4) Berzina karena dipaksa ( diperkosa )
Pria atau wanita yang dipaksa berbuat zina tidak dijatuhi humuman had.Sebagaimana
dijelaskan dalam Hadits Rosulullah SAW berikut:
) رفع عن امتي الخطا والنسيان وما استقرهوا عليه ( رواه ابن ماجه
“ Umatku dimaafkan dari kesalahan yang dilakukan tanpa sengaja,karena lupa,dank
arena terpaksa “.( HR.Ibnu Majah )
5) Berhubungan Intim dengan pasangan yang keliru
Jika seorang wanita dibawa kepada seorang pria yang baru saja menikah,sementara
seseorang mengatakan kepada pria tersebut:”Inilah Istrimu”,hingga akhirnya pria itu
menggaulinya dengan keyakinan bahwa ia adalah istrinya.Maka menurut kesepakatan
ulama,pria tadi tidak dikenakan hukuman had zina.
ii
Qadzaf hukumnya haram dan termasuk kepada dosa besar.Sebagaimana dijelaskan
dalam Firman Allah SWT:
“ Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi
beriman (berbuat zina), mereka kena la'nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab
yang besar “.( QS.An-Nur:23 )
2. Pembuktian Jarimah Qadzaf
Had Qadzaf bisa ditetapkan dengan 3 hal,yaitu sebagai berikut:
a. Persaksian
Persaksian Jarimah Qadzaf dapat dibuktikan dengan persaksian dan persyaratan
persaksian dalam masalah qadzaf sama dengan persyaratan persaksian dalam kasus zina.
b. Pengakuan
Pengakuan yakni si penuduh mengakui bahwa telah malakukan tuduhan zina kepada
seseorang. Menurut sebagian ulama, kesaksian terhadap orang yang melakukan zina harus
jelas, seperti masuknya ember ke dalam sumur (kadukhulid dalwi ilal bi’ri). Ini
menunjukkan bahwa jarimah ini sebagai jarimah yang berat seberat derita yang akan
ditimpahkan bagi tertuduh, seandainya tuduhan itu mengandung kebenaran yang martabat
dan harga diri seserang. Para hakim dalam hal ini dituntut untuk ekstra hati-hati dalam
menanganinya, baik terhadap penuduh maupun tertuduh. Kesalahan berindak dalam
menanganinya akan berakibat sesuatu yang tak terbayangkan.
c. Sumpah
Dengan Sumpah Menurut Imam Syafi’i jarimah qadzaf bisa dibuktikan dengan
sumpah apabila tidak ada saksi dan pengakuan. Caranya adalah orang yang dituduh
(korban) meminta kepada orang menuduh (pelaku) untuk bersumapah bahwa ia tidak
melakukan penuduhan. Apabila penuduh enggan untuk bersumpah maka jarimah qadzaf
bisa dibuktikan dengan keengganannya untuk sumpah tersebut. Demikian pula sebaliknya,
penuduh (pelaku) bisa meminta kepada orang yang dituduh (korban) bahwa penuduh benar
malakukan penuduhan. Apabila orang yang dituduh enggan melakukan sumpah maka
tuduhan dianggap benar dan penuduh dibebaskan dari hukuman had qadzaf.
Akan tetapi Imam Malik dan Imam Ahmad tidak membenarkan pembuktian dengan
sumpah, sebagaimana yang di kemukakan oleh madzhab Syafi’i.Sebagian ulama Hanafiyah
pendapatnya sama dengan madzhab Syafi’i.
3. Had Qadzaf
Para Fuqaha sepakat bahwa hukuman bagi orang yang menuduh orang lain berbuat
zina namun tidak mampu mendatangkan empat orang saksi adalah :
ii
a. Didera (dijilid) delapan puluh kali bagi qadzif yang merdeka. Sebagaimana firman Allah:
“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka
tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh) 80 kali
dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka selama-lamanya. Dan mereka itulah
orang-orang fasiq”.(QS. An-Nur : 4)
b. Didera atau dijilid empat puluh kali, bila penuduhnya hamba sahaya
Orang yang menuduh seseorang berbuat zina dapat dikenakan hukuman dera/jilid
seperti di atas, bila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) Qadzif (yang menuduh zina) dengan syarat baligh, berakal dan tidak dipaksa.
2) Maqdzuf (yang dituduh zina) dengan syarat : baligh, berakal, islam, merdeka dan
kehormatannya terpelihara.
3) Maqdzuf bih (sesuatu yang digunakan menuduh zina) dengan syarat pernyataan tuduhan
zina baik lisan ataupun tulisan.
4. Syarat-syarat gugurnya Qadzaf
Seorang yang menuduh orang lain berbuat zina dapat bebas dari had (hukuman)
qadzaf apabila terjadi salah satu dari keadaan di bawah ini :
a. Penuduh dapat mengemukakan empat orang saksi, bahwa tertuduh benar-benar berbuat
zina. Syarat saksinya adalah laki-laki, adil, memberikan kesaksian yang sama tentang
tempat berzina, waktu dan cara melakukannya. Dasar hukumnya adalah Qur’an Surat An
Nur : 4).
b. Dengan Li’an ( ) لعانjika suami menuduh isteri berzina tanpa mengemukakan empat orang
saksi.
c. Li’an adalah sumpah suami yang menuduh isterinya berzina. Sumpah tersebut diucapkan
empat kali diantara lain ucapannya ”Demi Allah istri saya telah berzina dengan si Fulan
lalu pada ucapan sumpah yang kelima ditambah dengan kalimat ; “Saya bersedia dikutuk
Allah bila saya berdusta”.
d. Orang yang dituduh memaafkan orang yang menuduh.
e. Bila yang dituduh membenarkan tuduhan penuduh (pengakuan si pelaku).
5. Hikmah Qadzaf
Dengan ditetapkan had qadzaf ternyata mengandung beberapa hikmah sebagai
berikut :
a. Orang lebih berhati-hati berbicara apalagi melemparkan tuduhan berzina
sebelum ada bukti tertentu.
ii
b. Terpelihara keharmonisan dan pergaulan diantara sesama manusia, karena
tidak ada permusuhan diantaranya.
c. Pembohong merasa jera dan menyadari perbuatan yang tidak terpuji
d. Pada zaman kini tes DNA dapat memberikan petunjuk siapa orangtuanya pada
komisi fikih rabitah alam islami terjadi perbedaan pendapat tentang halal
tidaknya tes DNA
ii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Zinah adalah memasukan zakar kedalam faraj yang haram dengan tidak syubhat dan cara cara
naluriah memuaskan hawa nafsu.Perbuatan zina diharamkan dalam syari’at islam,karena
termasuk kepada dosa besar.Zina ada dua macam yaitu zina Muhsan dan zina ghair
Muhsan.Sementara hukuman had bagi pezina adalah sebagai berikut:
a. Hukuman Had bagi pezina yang belum menikah
Had pria atau wanita yang lajang ( Ghair Muhsan ) yang berzina adalah seratus kali
dera,kemudian diasingkan selama satu tahun.
b. Hukuman Had bagi pezina yang sudah menikah
Hukuman orang yang pernah menikah ( Muhsan ) yang berzina adalah diramjam hingga
mati,baik laki-laki maupun perempuan.
2. Qadzf ialah menuduh orang lain berzina. Misalnya seseorang mengatakan, “Wahai orang
yang berzina,” atau lain sebagainya yang dari pernyataan tersebut difaham bahwa seseorang
telah menuduh orang lain berzina.Qadzaf hukumnya haram.Adapun hukuman had Qadzaf
adalah sebagai berikut:
a. Didera (dijilid) delapan puluh kali bagi qadzif yang merdeka
b. Didera atau dijilid empat puluh kali, bila penuduhnya hamba sahaya
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan setelah membahas makalah tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Kepada seluruh umat Islam hendaklah menjauhi segala sesuatu yang dapat menyebabkan
proses terjadina zina karena zina itu merupakan salah satu dosa yang besar yabg dibenci oleh
Allah SWT
2. Kepada seluruh remaja Islam tegakanlah hukum syari’at Islam sesuai dengan ajaran Islam
supaya tercipta masyarakat yang Islami
ii
DAFTAR PUSTAKA\
http://kurniawaalex.blogspot.com/2014/10/makalah-zina.html
https://www.academia.edu/18666701/makalah_zina_dan_pelaksanaan_hukumnya
http://tugaskitaberbagi.blogspot.com/2015/11/makalah-tentang-zina.html
ii
MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
“ZINA”
SMK N 2 TEBO
TAHUN PELAJARAN
2019/2020
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya, sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini
dengan Judul “Makalah Zina”.
Dalam makalah ini membahas tentang, Pengetian zina, Hukum zina, Had Zina itu, Had Qadzaf
, .Akhirnya saya sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri saya sendiri dan khususnya pembaca pada
umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat saya
harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan
pada waktu mendatang.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman judul ................................................................................................................. i
Kata pengantar ................................................................................................................ ii
Daftar isi.......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Batasan Masalah ................................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 2
A. PENGENDALIAN DIRI .................................................................................... 2
1. Pengertian ............................................................................................................ 2
2. Cara mengendalikan diri ..................................................................................... 3
3. Hikmah orang yang dapat mengendalikan diri ................................................... 4
B. PRASANGKA BAIK ........................................................................................ 5
1. Pengertian Husnuzan.................................................................................... 5
2. Dasar Hukum Sikap Husnuzan .................................................................... 6
3. Contoh-Contoh Perilaku Husnuzan ............................................................. 6
4. Husnuzan terhadap Allah Swt ...................................................................... 7
5. Husnuzan terhadap Diri Sendiri .................................................................. 8
C. PERSAUDARAAN ............................................................................................ 9
1. Persaudaraan Muslim. .................................................................................. 9
2. Memelihara Silaturahmi. .............................................................................. 11
3. Keutamaan Silaturrahim ............................................................................. 12
4. Larangan Memutuskan Silaturahmi. ............................................................ 12
5. Bahaya memutuskan silaturrahim ............................................................... 13
6. Larangan memutuskan silaturrahim ............................................................. 14
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 16
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 17
ii
ii