PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran merupakan sumber dari segala hukum. Telah kita ketahui
bahwa Al-Quran di samping berisi tentang masalah keimanan, nilai-nilai
moral, juga berisi tentang beberapa hal yang terkait dengan masalah
hukum. Kurang lebih sepertiga ayat Al-Quran membicarakan masalah
hukum, baik yang terkait dengan hubungan antara manusia dengan Allah,
maupun hal-hal yang terkait dengan hubungan antar sesama manusia.
Di antara
surat
al-Maidah
38-39.
Pencurian
dalam
hukum
islam
C.
1.
2.
3.
4.
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pengertian pencurian dan perampokan
Untuk mengetahui hukuman bagi pencuri dan perampok
Untuk mengetahui syarat-syarat pencuri dan perampokan
Untuk mengetahui sudut pandang terhadap kasus pencurian
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENCURIAN
1. Definisi Pencurian
tanpa
diketahui
orang
lain.
Mencuri
berarti
mengambil milik orang lain secara tidak sah. Sementara itu, ada beberapa
definisi pencurian diantaranya sebagai berikut :
1) Wahbah Al-Zuhaili: Pencurian adalah mengambil hara milik orang
lain dari tempat penyimpanannya yang biasa digunakan untuk
menyimpan secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi. Termasuk
dalam katagori mencuri adalah mencuri informasi dan pandangan
jika dilakukan dengan sembunyi-sembunyi.1
2) Pencurian di dalam ketentuan KUHP Indonesia adalah perbuatan
mengambil suatu barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan
orang lain, dengan maksud untuk memiliki secara melawan hukum.
3) Pencurian dalam Islam merupakan perbuatan tindak pidana yang
berat dan dikenakan hukuman potong tangan apabila harta yang
dicuri tersebut bernilai satu nisab pencurian.
Jadi pencurian adalah mengambil harta orang dari penyimpanannya
yang semestinya secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi dan tidak
dibenarkan dalam Islam. Di antara bentuk penggunaan kata ini adalah
istiraaqus
sami
(mencuri
dengar,
menyadap
pembicaraan)
dan
2. Hukuman Pencurian
Sumber pokok yang menjadi landasan persyaratan hukuman hadd
tangan adalah
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan
dan sebagai siksaan dari Allah. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(al-Maaidah:38.)
Apabila suatu kasus kejahatan pencurian terbukti kebenarannya, maka
yang sebenarnya harus dilakukan adalah menjatuhkan hukuman potong
tangan terhadap pelakunya, karena pencurian adalah sebuah kejahatan.
Apabila tidak sampai ada keharusan menjatuhinya hukum potong tangan,
maka hukuman yang dijatuhkan kepadanya dalah denda ganti rugi.
Ulama Hanfiyah berpendapat apabila barang yang dicuri telah hilang,
si pencuri tidak bisa dijatuhi hukuman denda dan hukuman potong tangan
sekaligus. Oleh karena itu, apabila si korban pencurian memilih untuk
mendenda si pencuri, maka si pencuri tidak dipotong tangannya, yakni
jika memang perkaranya belum diajukan kepada hakim. Apabila si korban
pencurian memilih supaya pencuri dipotong tangannya dan hukuman itu
pun dilaksanakan, maka si korban pencurian tidak boleh lagi mendenda si
pencuri tersebut. Karean Syaari (Allah SWT atau Rasulullah saw.) tidak
menyinggung-nyinggung masalah hukuman denda. Oleh karena itu, jika
sudah dijatuhi hukum potong tangan, maka tidak ada lagi suatu hukuman
yang lain.
Sementara ulama Malikiyah berpendapat apabila si pencuri adalah orang
yang mampu ketika menjalani hukum potong tangan, maka ia dijatuhi
hukum potong tangan sekaligus denda dikenai denda sebagai bentuk
pemberatan atas dirinya. Namun jika ia adalah orang yang tidak mampu,
maka ia tidak dikenai tuntutan untuk mengganti nilai barang yang dicuri
sehingga ia tidak dikenai denda akan tetapi ia hanya dijatuhi hukuman
potong tangan saja sebagai bentuk peringanan bagi dirinya karena ia
SWT
sehingga
masing-masing
dari
keduanya
tidak
saling
menghalangi sama seperti diyat dan kafarat atau hukuman dan denda
ganti rugi nilai dalam kasus membunuh binatang buruan tanah haram
milik seseorang.3
Sementara itu, Imam Syafii dan yang lainnya mengatakan barang-barang
yang diberlakukan denda ganti rugi terhadapnya, maka barang itu
statusnya tidak bisa berubah menjadi hak milik orang yang didenda
sehingga hukum potong tangan dan denda bisa bisa dijatuhkan keduaduanya
karena
motif
masing-masing
hukuman
itu
berbeda
dan
kirinya.
Selanjutnya,
para
ulama
berbeda
pendapat
seputar
ketiga
yang
dicuri
berupa
harta
yang
memiliki
nilai
(mutaqawwim)6
Yang dimaksud dengan nilai adalah sesuatu yang memiliki nilai yang
harus ditanggung untuk diganti oleh orang yang merusakkannya ketika ia
melakukan pelanggaran terhadapnya.
5Mughnil Muhtaaj, juz 4, hlm. 178.
6Al-Badaai, juz 7, hlm. 67; Al-Muhadzdzab, juz 2, hlm. 280 dan halaman
berikutnya; Al-Qawaaniin Al-Fiqhiyyah, hlm. 359; Ghaayatul Muntahaa, juz 3, hlm.
336.
6
fuqaha
berpendapat
bahwa
salah
satu
syarat
untuk
dinar.
Sedangkan
dalam
kasus
penganiayaan
yang
1. Definisi Perampokan
Perampokan
perampokan
adalah
suatu
(disebut
tindak
kriminal
perampokan)
dimana
mengambil
sang
pelaku
kepemilikan
kekerasan
bila
korbannya
berusaha
lari
mencari
masih
mempunyai
banyak
peran
kontroversi
penting
dalam
para
ahli
hukum.
menentukan
Disini
hukumannya,
hakim
baik
ditujukan pada
orang
dengan
tujuan
untuk
mempermudah
dalam
melakukan aksinya.8
2. Hukuman Perampokan
Al-Quranulkarim
menjelaskan
bahwa
perampokan
itu
merupakan
9QS 5/Al-Maidah:33
9
semacam
itu
dilakukan
dikota,
maka
ia
tak
termasuk
ketahuilah
bahwasanya
Allah
Maha
Pengampun
lagi
Maha
penyayang.10
unsur
Hirabah berbeda bagi satu ulama terhadap yang lainnya. Menurut Imam
Malikk, perampokan dapat dilakukan baik di kota maupun di luar kota.
Tetapi Imam Abu Hanifah berkata bahwa bukan peampokan kalau ia
dilakukan dalam kota, karena ada pihak berwenang yang akan melindungi
warganya. Ulama yang lain mengatakan sama saja halnya apakah ia
diakukan di dalam atau di luar kota, asalkan ia menggunakan kekerasan.
Sedangkan Imam Syafii menjelaskan bahwa bila pihak yang berwenang
lemah, tak dapat menolong atau melindungi warganya, maka perampokan
bersenjata mungkin saja terjadi di dalam kota. Para ulama telah pula
menjelaskan tindakan Hirabah dengan beberapa kategori berikut:
1. Perampokan yang hanya dapat membunuh tetapi tak dapat
bmembawa rampasannya. Tetap dianggap merampok.
10Ibid., ayat 34
10
Hirabah.
3. Syarat -Syarat Perampokan yang Bisa Dijatuhi Hukuman
Untuk menjatuhkan hukuman kepda pelaku Hirabah terdapat beberapa
syarat, yaitu:
11
1.
Kemudian
(baligh) dan berakal. Ini merupakan persyaratan umum yang yang berlaku
untuk semua jarimah, sesuai dengan hadits Nabi yang telah diriwayatkan
oleh imam Ahmad dan Abu dawud.
Dari Aisyah ra, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW, Dihapuskan
ketentuan dasri tiga hal yaitu orang tidur sampai ia terbangun, dari orang
gila sampai ia sembuh dari anak kecil sampai ia tumbuh dewasa (HR.
Ahmad, Abu Dawu, Nasai, ibn Majah dan Hakim)
Ini artinya anak kecil dan orang gila tidak bisa dianggap sebagai
pelaku hirabah yang mendapat had, walaupun ia terlibat sekalipun dalam
sindikat hirabah. Karena anak kecil dan ornag gila tidak bis dijatuhi
hukuman (had) menurut hukum syara.
Di samping itu, Imam Abu Hanifah juga mensyaratkan pelaku
hirabah harus laki laki dan tidak boleh perempuan. Dengan demikian,
apabila di antara mereka pelaku hirabah terdapat perempuan maka ia
tidak
dikenakan
hukuman
had.
Akan
tetapi,
Imam
Ath
Thahawi
menyatakan bahwa perempuan dan laki laki dalam tindakan pidana ini
sama statusnya. Dengan demikian, perempuan yang ikut serta dalam
melakukan perampokan tetap harus dikenakan had. Menurut Imam Malik,
Imam Syafii, Imam Ahmad, Zhahiriyah dan Syiah Zaidiyah, perempuan
yang turut serta melakukan perampokan tetap harus dikenakan hukuman.
Sedangkan menurut kami dengan mengambil pendapat terkuat dan
terbanyak, maka hukum hirabah juga berlaku bagi seorang perempuan.
Terkadang seorang perempuan ada yang kuat seperti halnya kaum lakilaki dalam mengatur siasat kejahatan, dan melancarkan tindakan jahat.
Dengan demikian hukuman hirabah tidak membedakan antara pelaku lakilaki dan perempuan seperti hanya dalam jarimah yang lainnya.
2.
menyerang
seluruh
wilayah
di
sebuah
kota,
membunuh,
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pencurian berasal dari kata curi artinya mengambil dengan diam-diam,
sembunyi-sembunyi
tanpa
diketahui
orang
lain.
Mencuri
berarti
mengambil milik orang lain secara tidak sah. Jadi pencurian adalah
mengambil harta orang dari penyimpanannya yang semestinya secara
diam-diam dan sembunyi-sembunyi dan tidak dibenarkan dalam Islam.
Hukum pencurian laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,
potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka
kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (al-Maaidah:38.). salah satu syarat pencurian adalah sesuatu
yang dicuri berupa harta yang memiliki nilai (mutaqawwim), dan
perbedaan sudut pandang dalam kasus pencurian adalah terkandung
kemaslahatan dan hikmah yang sangat agung. Dalam kedua kasus sangat
berhati-hati menyangkut masalah harta dan anggota tubuh.
Perampokan
adalah
suatu
tindak
kriminal
dimana
sang
pelaku
14
makalah
ini.
Akhirnya
15
semoga
makalah
ini
dapat