Disusun Oleh :
Fafa
Fika
PRODI GIZI
SEMARANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat rahmat dan karunianya kami dapat
menyelesaikan makalah Sabar dan Qanaah dalam Maqamat Tassawuf untuk memenuhi tugas
mata kuliah Akhlak Tassawuf pada semester 4 tahun 2018.
Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua untuk menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan kita, serta agar dapat dijadikan sebagai media pembelajaran
terutama pada mata kuliah akhlak tassawuf. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala urusan kita. Amin
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan............................................................................................................
3.2 Saran......................................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Kata maqam, dengan fathah pada huruf mim, makna asalnya adalah tempat
berdiri. Sedangkan muqoam, dengan dhamah huruf mim, adalah tempat mendirikan
(maudi’ al-iqamah). Tetapi terkadang kedua kata tersebut memiliki makna yang sama,
yaitu mendirikan dan berdiri. Yang dimaksud berdiri (qiyam) disini adalah suatu keadaan
bertambah lebih baiknya seorang hamba karena sifat-sifat yang dihasilkannya melalui
riyadhah dan ibadah.1
1
Zaprulkhan, Ilmu Tassawuf Sebuah Kajian Tematik, ( Jakarta : Raja Grafindo Pers, 2016) hlm 42
2
Samsul Munir, Ilmu Tassawuf, (Jakarta : Remaja Rosdakarya, 2015) hlm 47
3
Imam Khomeini, Ihsan Ilahi, terj. M. Ilyas (Jakarta : Pustaka Zahra, 2004), hlm. 295.
4
Muhammad Fethullah Gulen, Key Concepts in The Practice of Sufism (New Jersey : Light, 2006), hlm. 42.
6
Mubarok mendefinisikan sabar sebagai tabah hati tanpa mengeluh dalam menghadapi
godaan dan rintangan dalam jangka waktu tertentu dalam rangka mencapai tujuan.5
Adapun Kesabaran, jika dilihat dari objeknya, dapat dibagi menjadi beberapa
macam sebagai berikut:
a. Sabar dalam melaksanakan ketaatan. Maksudnya, sabar dalam memikul kewajiban
ibadah kepada Allah SWT.
b. Sabar dalam menghindari kemaksiatan. Maksudnya, sabar ketika menghadapi berbagai
jalan menuju dosa yang sangat menarik bagi hawa nafsu.
c. Sabar dalam menghadapi berbagai ujian baik dari bumi maupun dari langit. Kesabaran
jenis ini menurut sikap ridha terhadap qadha’ dan takdir Allah SWT.
d. Sabar dalam menempuh jalan istiqamah dan menjaganya tanpa mengubah atau
mencari alternatif lain, ketika menghadapi berbagai bentuk fitnah dunia.
e. Sabar melewati hidup yang membutuhkan waktu.
f. Sabar menghadapi kerinduan pada perjumpaan dengan Allah ketika perintah-Nya,
“Kembalilah” terjadi. (QS Al-Fajr [89] : 28 ). 6
Sedangkan sabar juga terbagi menjadi enam jika ditilik dari bentuk dan
perwujudan, sebagai berikut :
a. Sabar lillah. Maksudnya, mengetahui bahwa Allah ta’ala. Ini adalah sabar tingkat
pertama.
b. Sabar ‘alallah. Maksudnya, tidak terburu-buru ketika menghadapi berbagai bentuk
tajalliyat (manifestasi) keindahan dan keagungan Allah SWT dengan berkata: “Demi
Allah dalam segala sesuatu terdapat rahasia dan hikmah”.
c. Sabar Fillah. Maksudnya, keselarasan antara “keperkasaan” dan “kelembutan” di
jalan menuju Allah (Maksudnya, tidak membeda- bedakan antara nikmat dan
musibah). Kesabaran jenis ini memiliki keistimewaan tertentu sehingga mengungguli
jenis-jenis kesabaran yang lain.
5
Ahmad Mubarok, Psikologi Qur’ani, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), hlm. 73.
6
Ibid, hlm. 191-192.
7
d. Sabar ma’allah. Maksudnya, tetap bersama Allah SWT sembari menjaga semua
rahasia maam yang ia diami, yaitu maam al-ma’iyyah (kebersamaan dengan Allah)
dan al-qurb (kedekatan dengan Allah).
e. Sabar ‘anillah. Maksudnya, kesabaran para perindu hakikat, yaitu mereka yang selalu
tabah menanggung nikmatnya berhubungan dengan Allah, karena harus tetap berada
di tengah makhluk.7
7
Muhammad Fethullah, op.cit., hlm. 191-192.
8
Mahfudz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian
itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya
kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya
kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya
kepadamu…”
Menanamkan keyakinan tentang Qada dan Qadar Allah yang tidak
mungkin dapat dihindari. (QS. [57]: 22-23).8
Artinya :
“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati
dari Rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan
(azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada
mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada
siang hari. (inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan
melainkan kaum yang fasik”.
8
Zaprulkhan, Ilmu Tassawuf Sebuah Kajian Tematik, ( Jakarta : Raja Grafindo Pers, 2016) hlm 45
9
2.2.4 Hikmah bagi Orang yang Bersabar
Diantaranya hikmah bagi orang-orang yang bersabar antara lain sebagai
berikut:
Pujian Allah terhadap orang-orang yang sabar Allah memuji orang-orang
yang benar dalam keimanannya, QS. Al-Baqarah: 177:
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-
orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,
penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”
9
Ayat-ayat lain yang serupa mengenai perintah untuk bersabar, diantaranya terdapat pada QS.3 : 200 , 16 : 127 , 8
: 46 , 10 :109 , 11 : 115
10
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal
saleh, mereka diberi petunjuk Tuhan mereka karena keimanannya, di
bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh
kenikmatan.10
10
Zaprulkhan, Ilmu Tassawuf Sebuah Kajian Tematik, ( Jakarta : Raja Grafindo Pers, 2016) hlm 47
11
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Kami menyadari makalah yang kami buat sangatlah jauh dari kata sempurna,
kritik dan saran dari pembaca sangatlah bermanfaat bagi kami sebagai pemakalah,
agar pembuatan makalah kami yang selanjutnya menjadi lebih baik serta menjadikan
kami lebih memahami dan menguasai terhadap materi makalah yang kami
sampaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Fethullah Gulen, Muhammad. 2006. Key Concepts in The Practice of Sufism. New Jersey :
Light. hlm. 42.
Khomeini, Imam. 2004. Ihsan Ilahi, terj. M. Ilyas. Jakarta : Pustaka Zahra. hlm. 295.
Mubarok,Ahmad. 2001. Psikologi Qur’ani.Jakarta: Pustaka Firdaus. hlm. 73.
Munir,Samsul. 2015. Ilmu Tassawuf. Jakarta : Remaja Rosdakarya. hlm 47
Zaprulkhan. 2016. Ilmu Tassawuf Sebuah Kajian Tematik. Jakarta : Raja Grafindo Pers. hlm
42