Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim,

Segala puji hanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam. Shalawat dan

salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Rasulullah terakhir

yang diutus dengan membawa syariah yang mudah, penuh rahmat, dan membawa

keselamatan dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Makalah berjudul Hukum Jual Beli dalam Islam ini disusun untuk

memenuhi tugas mata kuliah ekonomi islam. Kami telah berusaha semaksimal

mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada agar makalah ini dapat tersusun

sesuai harapan.

Sesuai dengan fitrahnya, manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang

tak luput dari kesalahan dan kekhilafan, maka dalam makalah yang saya susun ini

pun belum mencapai tahap kesempurnaan.

Kami sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu

dalam proses penyelesaian makalah ini, khususnya kepada Bapak Drs. Wiyono,

M.M yang telah memberikan tugas makalah ini. Dan umumnya kepada rekan-

rekan yang telah memberikan motivasi dalam bentuk moril maupun materiil.

Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat, dan semoga

amal ibadah serta kerja keras kita, senantiasa mendapat ridho dan ampunan dari-

Nya. Amin.

Malang, 17, November 2017


Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Allah SWT. Telah menjadikan manusia masing-masing saling

membutuhkan satu sama lain, supaya mereka tolong menolong, tukar menukar

keperluan dalam segala urusan kepentingan hidup masing-masing, salah

satunya adalah dengan jual beli, baik dalam urusan kepentingan sendiri maupun

untuk kemaslahatan umum. Dengan cara demikian kehidupan masyarakat menjadi

teratur dan subur, pertalian yang satu dengan yang lain menjadi teguh. Akan

tetapi, sifat loba atau tamak tetap ada pada manusia, suka mementingkan diri

sendiri supaya hak masing-masing jangan sampai tersia-sia, dan juga menjadi

kemaslahatan umum agar pertukaran dapat berjalan dengan lancar dan teratur.

Oleh sebab itu agama memberi peraturan yang sebaik-baiknya.

Kehidupan dalam bermasyarakat memang penting, apalagi manusia tidak

dapat hidup sendiri. Oleh sebab itu manusia saling berinteraksi antara satu dengan

yang lainnya, atau disebut juga dengan bermuamalah. Memang telah kita ketahui,

manusia adalah makhluk sosial yang tidak lepas dari kegiatan muamalah. Namun
tidak semua masyarakat mengetahui secara kaffah akan peraturan-peraturan dalam

bermuamalah, misalnya dalam kasus jual beli.

Islam melihat konsep jual beli itu sebagai suatu alat untuk menjadikan

manusia itu semakin dewasa dalam berpola pikir dan melakukan berbagai

aktivitas, termasuk aktivitas ekonomi. Pasar sebagai tempat aktivitas jual beli

harus dijadikan sebagai tempat pelatihan yang tepat bagi manusia sebagai khalifah

di muka bumi. Maka sebenarnya jual beli dalam Islam merupakan wadah untuk

memproduksi khalifah-khalifah yang tangguh di muka bumi, tidak sedikit kaum

muslimin yang mengabaikan dalam mempelajari muamalat, melalaikan aspek ini

sehingga tidak mempedulikan lagi, apakah barang itu halal atau haram menurut

syariat Islam.

Jual beli (al-bai) adalah pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain).

Kata lain dari al-bai adalah asy-syira, al-mubadah, danat-tijaarah. Allah

membolehkan jual beli bagi hamba-Nya selama tidak melalaikan dari perkara

yang lebih penting dan bermanfaat. Seperti melalaikannya dari ibadah yang wajib

atau membuat madharat terhadap kewajiban lainnya. Jika asal dari jual beli adalah

disyariatkan, sesungguhnya diantara bentuk jual ada juga yang diharamkan dan

ada juga yang diperselisihkan hukumnya.

B. Rumusan Masalah

Dalam penulisan karya tulis ilmiyah ini ada beberapa rumusan masalah,

yaitu:

1. Apa pengertian jual beli?

2. Apa syarat, rukun dan hukum jual beli dalam islam?


3. Apa sajakah jual beli yang terlarang?

C. Tujuan Masalah

Dalam penulisan makalah ini mempunyai beberapa tujuan masalah, yaitu:

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian jual beli.

2. Untuk mengetahui dan memahami syarat, rukun dan hukum jual beli

dalam Islam.

3. Untuk mengetahui dan memahami beberapa jual beli yang telarang.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penyusunan makalah ini terdapat beberapa manfaat, yaitu:

1. Dengan mengetahui pengertian jual beli, masyarakat dapat

mengetahui definisi-definisi jual beli.

2. Dengan mengetahui syarat-syarat, rukun-rukun dan hukum-hukum

jual beli dalam islam, masyarakat dapat mengetahui hal-hal tersebut.

3. Dengan mengetahui jual beli yang terlarang, masyarakat dapat

mengetahui macam-macam jual beli yang dilaang dalam islam.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jual Beli

Jual beli menurut bahasa adalah suatu bentuk akad penyerahan sesuatu

dengan sesuatu lain. Sedangkan menurut istilah jual beli adalah transaksi antara
penjual dan pembeli untuk melakukan tukar-menukar barang atas dasar suka sama

suka yang disertai dengan akad. Akad jual beli dapat dilakukan dengan dua cara,

yaitu dengan bentuk perkataan dan perbuatan.

Bentuk perkataan terdiri dari ijab dan qobul, ijab adalah kata yang keluar

dari penjual seperti ucapan saya jual dan qobul adalah kata yang keluar dari

pembeli seperti ucapan saya beli.

Bentuk perbuatan yaitu muathoh (saling memberi)yang terdiri dari

perbuatan mengambil dan member seperti penjual memberikan barang kepada

pembeli dan pembeli memberikan harga yang wajar (telah ditentukan)

1. Pengertian Khiyar

Khiyar menurut bahasa adalah memilih, sedangkan menurut istilah adalah

antara penjual dan pembeli memilih yang terbaikdari dua perkara untuk

melangsungkan atau membatalkan akad jual beli. Khiyar terdiri dari delapan

macam, yaitu:

a. Khiyar Majlis (Pilihan Majlis)

Yaitu tempat berlangsungnya jual beli. Maksudnya bagi yang berjual beli

mempunyai hak untuk memilih selama keduanya ada di dalam majlis. Rasulullah

SAW bersabda jika dua orang saling berjual beli, maka masing-masing

mempunyai hak untuk memilih selama belum berpisah dan keduanya ada di

dalam majlis.

Khiyar majlis menjadi bubar ada kalanya disebabkan berpisahnya kedua

belah pihak dari tempat akadnya atau penjual dan pembeli memilih

menggugurkan akadnya.
b. Khiyar Syarat

Yaitu masing-masing dari penjual dan pembeli mensyaratkan adanya

khiyar ketika melakukan akad atau setelahnya selama khiyar majlis dalam waktu

tertentu. Dan dua orang yang bertransaksi sah untuk mensyaratkan khiyar

terhadap salah seorang dari keduanya karena khiyar merupakan hak dari

keduanya, maka selama keduanya ridho berarti hal itu boleh.

c. Khiyar Ghobn

Yaitu jika seorang tertipu dalam jual beli dengan penipuan yang keluar

dari kebiasaan, maka seorang telah tertipu diberi pilihan akan melangsungkan

transaksinya atau membatalkannya. Dan orang yang tertipu tidak akan lapang

jiwanya dengan penipuan, kecuali kalau penipuan tersebut adalah penipuan ringan

yang sudah biasa terjadi, maka tidak ada khiyar baginya.

d. Khiyar Tadlis

Yaitu menampakkan barang yang aib (cacat) dalam bentuk yang bagus

seakan-akan tidak ada cacat. Tadlis diambil dari kata ad-dzulma (gelap) yaitu

penjual menunjukkan barang kepada pembeli yang bagus di dalam kegelapan

sehingga barang tersebut tidak terlihat secara sempurna. Tadlis ada dua macam,

yaitu:

1. Menyembunyikan cacat barang

2. Menghiasi dan memperindahnya dengan sesuatu yang menyebabkan

harganya bertambah.
Tadlis hukumnya adalah haram, dan bagi pembeli yang sudah terlanjur

membeli barang tadlis maka syariat memperbolehkan mengembalikan barang

pembeliannya.

e. Khiyar aib

Yaitu khiyar bagi pembeli yang disebabkan adanya aib dalam suatu barang

yang tidak disebutkan oleh penjual atau tidak diketahui olehnya, akan tetapi jelas

aib itu ada dalam barang-barang dagangan sebelum dijual. Adapun ketentuan aib

yang memperbolehkan adanya khiyar adalah dengan adanya aib itu biasanya

menyebabkan nilai barang berkurang atau mengurangi harga barang itu sendiri.

Apabila pembeli mengetahui aib setelah akad, maka baginya berhak khiyar

untuk melanjutkan membeli dan mengambil ganti rugi seukuran perbedaan antara

harga barang yang baik dengan yang terdapat aib. Atau boleh bagi pembeli untuk

membatalkan pembelian dengan mengembalikan barang dan meminta kembali

uang yang telah ia berikan.

f. Khiyar Takhbir Bitsaman

Yaitu menjual barang dengan harga pembelan, kemudian penjual

mengkhabarkan kadar barang tersebut ternyata tidak sesuai dengan hakikat dari

barang tersebut.

g. Khiyar Bisababi Takhaluf

Khiyar yang terjadi apabila pembeli dan penjual berselisih dalam sebagian

perkara, seperti berselisih dalam kadar harganya, ukurannya atau berselisih dalam

keadaan tidak ada kejelasan dari keduanya, maka ketika itu terjadi perselisihan
dan keduanya mempunyai keinginan yang berbeda. Maka keduanya boleh

membatalkan jika ia tidak ridha dengan perkataan lainnya.

h. Khiyar Ruyah

Yaitu khiyar bagi pembeli, jika ia membeli suatu barang berdasarkan

penglihatan sebelumnya, kemudian ia mendapati adanya perubahan sifat barang

tersebut. Maka ketika itu baginya berhak untuk memilih antara melanjutkan atau

membatalkan pembelian.

B. Pengertian Riba

Riba menurut bahasa adalah ziyadah yang artinya tambahan, sedangkan

menurut istilah adalah pengambilan tambahan baik dalam transaksi jual beli

maupun pinjam-meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip-prinsip

muamalat dalam islam.

Riba dikelompokkan menjadi dua, yaitu riba hutang piutang dan riba jual

beli. Riba hutang piutang yang terdiri riba qiradh dan riba jabiliyah sedangkan

riba jual beli terbagi atas:

1. Riba Fadhl

Yaitu pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau takaran yang

berbeda, sedangkan yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis barang ribawi

2. Riba Nasiah

Yaitu penangguhan penyarahan atau penerimaan barang ribawi yang

dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba nasiah muncul karena

adanya perbedaan perubahan atau tambahan antara yang diserahkan saat ini

dengan yang diserahkan kemudian.


C. Hikmah Jual Beli

Dalam jual beli terkandung beberapa hikmah bagi penjual, pembeli,

masyarakat dan negara.

1. Hikmah Bagi Penjual

a. Mendapat rahmat dan keberkataan daripada Allah dengan

mengikut apa yang telah disyariatkan.

b. Dapat berjualan dengan aman tanpa berlakunya khianat dan

mengkhianati antara satu sama lain.

2. Hikmah Bagi Pembeli

a. Mendapat keridhaan dan rahmat dari Allah

b. Terhindar daripada siksaan api neraka.

3. Hikmah Bagi Masyarakat

a. Menyenangkan manusia bertukar-tukar faedah harta dalam

kehidupan seharian

b. Menghindarkan kejadian rampas merampas dan ceroboh

mencerobohi dalam usaha memiliki harta

c. Menggalakkan orang ramai supaya hidup berperaturan,

bertimbang rasa, jujur dan ikhlas.

4. Hikmah Bagi Negara

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara ke tahap yang

lebih baik.

b.Dapat menarik pelabur asing untuk melabur dalam ekonomi

negara.
c. Menggalakkan persaingan ekonomi yang sehat sesama

negara Islam.

D. Syarat, Rukun dan Hukum Jual Beli dalam Islam

1. Syarat jual beli dalam islam

Dalam syariat islam jual beli mempunyai beberapa persyaratan dan

ketentuan-ketentuan tersendiri yang harus dipenuhi oleh penjual dan pembeli.

Sahnya suatu jual beli ada dua unsur pokok yaitu bagi yang berakad dan barang

yang diakadi, apabila salah satu dari syarat tersebut hilang atau gugur maka tidak

sah jual belinya. Adapun syarat tersebut adalah:

a. Bagi yang Berakad

Adanya saling ridha antara penjual dan pembeli, tidak sah bagi suatu jual

beli apabila salah satu dari keduanya ada unsur terpaksa. Tanpa haq (sesuatu yang

diperbolehkan). Namun apabila keterpaksaan itu adalah perkara yang haq

(dibenarkan syariah), maka sah jual belinya.

berakad adalah orang yang diperkenankan oleh syariat untuk melakukan

transaksi, yaitu orang yang merdeka, mukallaf, dan orang yang sehat akalnya. Dan

tidak sah jual beli dari anak kecil, orang bodoh, orang gila, hamba sahaya yang

tanpa izin majikannya. (jual beli yang tidak boleh dilakukan anak kecil adalah jual

beli yang biasa dilakukan orang dewasa, seperti jual beli rumah, kendaraan dan

lain-lain. Bukan jual beli yang sifatnya sepele seperti jual beli jajanan anak kecil).

b. Bagi Barang yang Diakadi


Barang tersebut adalah sesuatu yang dapat diambil manfaatnya secara

mutlaq, dan tidak sah menjual sesuatu yang diharamkan mengambil manfaatnya

seperti khomer, alat-alat music dan bangkai.

Yang diakadi berupa harga atau sesuatu yang dihargai mampu untuk

dikuasai, karena sesuatu yang tidak dapat dikuasai menyerupai sesuatu yang tidak

ada, maka tidak sah jual belinya..

Barang yang diakadi tersebut diketahui ketika terjadi akad oleh yang

berakad, karena ketidak tahuan terhadap barang tersebut merupakan suatu bentuk

penipuan, sedangkan penipuan itu terlarang. Maka tidak sah membeli sesuatu

yang tidak terlihat atau terlihat namun tidak diketahui hakikatnya.

2. Rukun Jual Beli

a. Ada penjual dan ada pembeli yang keduanya harus berakal sehat,

atas kemauannya sendiri, dewasa dan tidak mubadzir (tidak boros)

b. Ada barang atau jasa yang diperjual belikandan barang penukar

seperti uang, dinar, emas, dirham perak dan barang atau jasa.

c. Ada ijab qobul, yaitu ucapan transaksi antara penjual dan pembeli.

3. Hukum Jual Beli

a. Haram, jika tidak memenuhi syarat dan rukun jual beli, atau

melakukan jual beli yang terlarang.

b. Mubah, jual beli secara umum memang hukumnya adalah mubah.

c. Wajib, jual beli menjadi wajib hukumnya tergantung situasi dan

kondisi, seperti menjual harta anak yatim dalam keadaan terpaksa.

E. Larangan dalam Jual Beli


1. Membeli barang di atas harga pasaran

2. Membeli barang yang sudah dibeli atau dipesan orang

3. Menjual atau membeli barang dengan cara menipu

4. Menghambat orang lain mengetahui harga pasar agar membeli

barangnya

5. Menimbun barang yang dijual agar harga naik karena dibutuhkan

masyarakat

6. Menyakiti penjual atau pembeli untuk melakukan transaksi

7. Menyembunyikan cacat barang kepada pembeli

8. Menjual barang dengan cara kridit dengan imbalan bunga yang

ditetapkan

9. Menjual atau membeli barang haram

10. Jual beli yang bertujuan buruk, seperti untuk merusak ketentraman

umum, menyempitkan gerakan pasar, mencelakai para pesaing dan

lain-lain.

F. Jual Beli yang Terlarang

1. Jual Beli Ketika Panggilan adzan

Tidak sah jual beli yang dilakukan ketika telah masuk

kewajiban untuk melakukan shalat jumat. Yaitu setelah terdengar

panggilan adzan yang kedua. Allah SWT melarang jual beli, agar

tidak menjadikannya sebagai kesibukan yang menghalangi untuk

melaksanakan shalat jumat. Dan Allah SWT mengkhususkan

melarang jual beli karena itu adalah perkara terpenting yang sering

menyebabkan kesibukan seseorang. Dan melakukan kesibukan


dengan perkara selain jual beli sehingga mengabaikan shalat jumat

adalah perkara yang diharamkan. Demikian juga shalat

fardhu lainnya, tidak boleh disibukkan dengan aktifitas jual beli

ataupun yang lainnya setelah ada panggilan untuk menghadirinya.

2. Jual Beli untuk Kejahatan

Allah SWT melarang menjual sesuatu yang membantu

terwujudnya kemaksiatan dan dipergunakan kepada yang

diharamkan Allah SWT.

3. Menjual Budak Muslim kepada Non Muslim

Allah SWT melarang menjual hamba sahaya muslim kepada

seorang kafir jika tidak membebaskannya. Karena hal tersebut akan

menjadikan budak tersebut hina dan rendah di hadapan orang kafir.

4. Jual Beli di atas Jual Beli Saudaranya

Diharamkan menjual barang di atas penjualan saudaranya,

dan diharamkan juga membeli barang di atas pembelian saudaranya.

Maka diwajibkan untuk umat islam untuk menjauhi perbuatan

tersebut dan melarang manusia dari perbuatan seperti itu serta

mengingkari segenap pelakunya

5. Samsaran

Merupakan jual beli yang diharamkan. Samsaran adalah

seorang penduduk kota menghadang orang yang datang dari tempat

lain (luar kota), kemudian orang itu meminta kepadanya untuk

menjadi perantara dalam jual belinya, begitu juga sebaliknya.


6. Jual Beli dengan Inah

Di antara jual beli yang terlarang adalah jual beli dengan cara

inah, yaitu menjual suatu barang kepada seseorang dengan harga

kridit, kemudian ia membelinya lagi dengan harga kontan akan tetapi

lebih rendah dari harga kridit.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jual beli merupakan transaksi antara penjual dan pembeli

untukmelakukan tukar-menukar barang atas dasar suka sama suka yang

disertai dengan akad. Dalam jual beli penjual dan pembeli diberi

kesempatan untuk berkhiyar sebelum berakad. Allah SWT

memperbolehkan jual beli namun mengharamkan riba.

Melakukan jual beli terdapat beberapa syarat dan rukun jual beli

yang harus dipenuhi penjual dan pembeli, jika tidak dipenuhi maka tidak

sah jual beli di antara kedua pihak tersebut

Pada dasarnya hukum jual beli adalah mubah, namun bisa berubah

wajib jika memang sangat terpaksa untuk melakukan jual beli tersebud.

Dan bisa juga berubah haram jika tidak memenuhi syarat dan rukun jual

beli. Selain itu, juga dikarenakan kecurangan atau penipuan dari salah satu

penjual dan pembeli.


B. Saran-saran

Jual beli merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh setiap

manusia, namun pada zaman sekarang manusia tidak menghiraukan

hukum islam. Oleh karena itu, sering terjadi penipuan dimana-mana.

Untuk menjaga perdamaian dan ketertiban sebaiknya kita berhati-hati

dalam bertransaksi dan alangkah baiknya menerapkan hukum islam dalam

interaksinya.

Allah SWT telah berfirman bahwasannya Allah memperbolehkan

jual beli dan mengharamkan riba. Maka dari itu, jauhilah riba dan jangan

sampai kita melakukun riba. Karena sesungguhnya riba dapat merugikan

orang lain.

Hendaklah meninggalkan jual beli dan segala kesibukan lainnya

kemudian beribadahlah kepada Allah ketika mendengarkan seruan adzan.

Karena sesungguhnya Allah SWT mengharamkan jual beli di waktu

tertentu. Dimana kita harus melakukan ibadah, seperti shalat jumat dan

shalat fardhu.
DAFTAR PUSTAKA

Sunarto, Achmad. Fat-hul qarib. 1991. Surabaya: Al-Hidayah

http// www. Hukum jual beli dalam islam. Com

Prof.Dr.Abdullah al Mushlih,Prof Dr.Shalah ash-Shawi, Fiqh Ekonomi Keuangan


Islam, Jakarta : Darul Haq, 2004.

Prof. DR. Rachmat Syafei, MA, Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia 2001.

H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2010

Departemen Agama RI, Al-hidayah Al-Quran Tafsir Perkata Tajwid Kode


Angka, Banten, Kalim, 2012

Anda mungkin juga menyukai