JARIMAH SARIQAH
(PENCURIAN) DAN
PERAMPOKAN
Retanisa rizqi, S.H.,M.H
Akmal Adzharuz
Dzaki
Npm: 2202031002
Agenda
TO P I K U TA M A D A L A M
P R E S E N TA S I I N I
Dalam memberlakukan sanksi potong tangan, harus diperhatikan aspek-aspek penting yang
berkaitan dengan syarat dan rukunnya. Menurut Shalih Sa’id Al-Haidan, dalam bukunya Hal Al-
Muttaham fi Majlis Al-Qada’ yaitu :
1) Pelaku telah dewasa dan berakal sehat. Jika pelakunya sedang tidur, anak kecil, orang gila dan
orang dipaksa tidak dapat dituntut.
2) Pencurian tidak dilakukan karena pelakunya sangat terdesak oleh kebutuhan hidup. Misalnya
adalah kasus seorang hamba sahaya milik Hatib bin Abi Balta’ah yang mencuri dan menyembelih
seekor unta milik seseorang yang akhirnya dilaporkan kepada Umar bin Al-Khathab. Namun, Umar
justru membebaskan pelaku karena ia terpaksa melakukannya.
3) Tidak terdapat hubungan kerabat antara pihak korban dan pelaku, seperti anak mencuri harta
milik ayah atau sebaliknya. 4) Tidak terdapat unsur syubhat dalam hal kepemilikan, seperti harta yang
dicuri itu menjadi hak milik bersama antara pencuri dan pemilik.
5) Pencurian tidak terjadi saat peperangan di jalan Allah. Pada saat seperti itu, Rasulullah tidak
memberlakukan hukuman potongan tangan. Meskipun demikian, jarimah ini dapat diberikan sanksi
dalam bentuk lain, seperti dicambuk atau dipenjara.
Hukuman ini baru dapat diberlakukan apabila telah memenuhi beberapa rukun. Abdul Qadir
Audah mengemukakan rukun-rukun sebagai berikut : mengambil secara sembunyi-sembunyi, barang
yang diambil berupa harta, harta yang diambil tersebut milik orang lain, dan melawan hukum
Sanksi dan Dasar Hukum Jarimah
Sariqah
Pengganti Kerugian
(Dhaman)
Pengertian
pelaku perampokan. Kalau hanya merampas harta lebih
dari nisab pencurian,
sanksinya potong tangan. Kalo pelakunya membunuh,
HIRABAH sanksinya hukuman mati.
Sementara kalo pelaku membunuh korban dan