Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

HADIST AHKAM
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok
HADIST-HADIST WARIS DAN WASIAT
Dosen Pengampu : Ahmad Sofyan, S.H.I. M.H

KELOMPOK 6
Muhammad Abdurrahman : 1821508034
Muhammad Hendrik : 1821508043
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SAMARINDA
2018
KATA PENGANTAR
Assallamualikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang
berjudul “Hadist-Hadist Waris dan Wasiat” ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang di
rencanakan. Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas dari Bapak Sofyan, S.H.I. M.H.
Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Rasulullah SAW beserta keluarga.
Aamiin
Di dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari berbagai kesulitan-kesulitan  dalam
menyelesaikannya. Namun berkat bantuan yang Maha Kuasa dan dari semua pihak serta dengan
usaha yang maksimal sesuai kemampuan kami, akhirnya makalah ini dapat di selesaikan dengan
baik.
Kami menyadari penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari
isi maupun tata cara penulisan. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

A. PENGERTIAN WARIS

B. HADIST-HADIST WARIS

Hadist Ke 763

Hadist Ke 766

C. PENGERTIAN WASIAT

D. RUKUN-RUKUN WASIAT

E. SYARAT-SYARAT WASIAT

F. HADIST DIANJURKANNYA BERWASIAT

Hadist Ke 777

Hadist Ke 774

Hadist Ke 775
BABI

PEMBAHASAN

A. Pengertian Waris

Warisan berasal dari bahasa Arab Al-miirats, dalam bahasa arab merupakan wujud
masdar (infinititif) dari kata waritsa-yaritsu-irtsan-miiraatsn. Artinya menurut bahasa adalah
berpindahnya dari sesuatu seseorang kepada orang lain. Atau dari suatu kaum kepada kaum lain.

Adapun menurut istilah, pengertian waris adalah berpindahnya harta (hak dan kewajiban)
mereka yang sudah wafat kepada golongan yang disebut dengan ahli waris yang merupakan
kerabat atau karena adanya hubungan perkawinan sesuai peraturan syari’at islam.

B. Hadist-Hadist Warisan

HADITS KE-763
 

‫ضى اَلنَّبِ ُّي صلى اهلل عليه وسلم لِاِل ْبنَ ِة‬ َ َ‫ ( ق‬- ‫ت‬ ٍ ‫ وأُ ْخ‬, ‫ت اِبْ ٍن‬
ِ ‫ وبِْن‬, ‫ت‬ ٍ ‫ود رضي اهلل عنه فِي بِْن‬ ٍ ‫و َعن اِب ِن مسع‬
َ َ ُْ َ ْ ْ َ
ُّ ‫ َر َواهُ اَلْبُ َخا ِر‬ ) ‫ت‬ِ ‫ وما ب ِقي فَلِأْل ُ ْخ‬-‫ تَ ْك ِملَةَ اَ ُّلثلَُث ْي ِن‬- ‫لس ُدس‬ ‫ِّص َ اِل ِ اِل‬
‫ي‬ َ َ ََ َ ُّ َ‫ َو ْبنَة اَ بْ ِن ا‬, ‫ف‬ ْ ‫اَلن‬
Dari Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu tentang (bagian warisan) anak perempuan, cucu
perempuan dan saudara perempuan -Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menetapkan: untuk
anak perempuan setengah, cucu perempuan seperenam -sebagai penyempurna dua pertiga-
dan selebihnya adalah milik saudara perempuan. Riwayat Bukhari.

 Makna dari Hadist ini

Menjelaskan bahwa apabila ahli waris terdiri dari anak perempua, cucu perempuan dan
saudara perempuan maka bagian anak perempuan adalah ½ dari harta peninggalan si
mayit, cucu perempuan mendapat bagian 1/6 dan sisianya 1/3 menjadi bagian dari
saudara perempuan.
HADITS KE-766
 
ِ ‫َن اَلنَّبِ َّي ص لى اهلل علي ه وس لم جع ل لِلْج د‬
َّ ‫ َع ْن أَبِي ِه ; ( أ‬, َ‫َو َع ِن ابْ ِن ُب َريْ َدة‬
ْ ‫ إِذَا ل‬, ‫س‬
‫َم يَ ُك ْن ُدو َن َه ا‬ َ ‫لس ُد‬ ُّ َ‫َّة ا‬ َ َ ََ
 ‫ي‬ٍّ ‫ َو َق َّواهُ اِبْ ُن َع ِد‬, ‫ود‬
ِ ‫ وابن اَلْجار‬, َ‫ وص َّححهُ اِبن ُخزيمة‬, ‫ والنَّسائِ ُّي‬, ‫ رواهُ أَبو َداو َد‬ ) ٌّ‫أُم‬
ُ َ ُ ْ َ َْ َ ُ ْ َ َ َ َ َ ُ ُ ََ
Dari Ibnu Buraidah, dari ayahnya Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam menetapkan bagian seperenam untuk nenek bila dibawahnya tidak ada ibu (ibu sang
mayit). Riwayat Abu Dawud dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah dan Ibnu
Al-Jarud, dan dikuatkan oleh Ibnu Adiy.

 Maksud dari Hadist diatas

Nenek mendapat bagian 1/6 harta warisan dengan syarat tidak meninggalkan ahli
waris ibu

C. Pengertian Wasiat

Kata wasiat berasal dari kata washshaitu, asy-syaia, ushiiyah, artinya aushaltu (aku
menyampaikan sesuatu). Yang juga berarti pesanan, jadi berwasiat juga diartikan berpesan.
Dalam Al-quran kata wasiat dan yang seakar denan itu mempunyai beberapa arti diantaanya
berarti menetapkan, sebagaimana dalam surah Al-anam ayat 144 memerintahkan sebagaimana
dalam surah Luqman ayat 14, surah Maryam ayat 3, mensyariatkan (menetapkan) sebagaimana
dalam surah an-Nissa ayat 12.

Adapun pengertiannya menurut istilah syariah ialah : pesan terakhir yang diucapkan
dengan lisan atau disampaikan dengan tulisan oleh seseorang yang merasakan wafat berkenaan
dengan harta benda yang ditinggalkannya.
D. Rukun-Rukun Wasiat

1. Al-washi atau al-mushi (pemberi wasiat atau pewasiat)


2. Al-musho bihi (pekara atau benda yang di jadikan wasiat
3. Al-musho lahu (penerima wasiat)
4. Al-mushu ilaih (orang yang menerima amanah menyampaikan sesuatu)
5. Wasiat (prilaku/transaksi wasiat).

E. Syarat-Syarat Wasiat

1. Syarat benda yang diwasiatkan


a. Wasiat tidak boleh dari 1/3. Apabila lebih, maka untuk kelebihan dari 1/3 harus
atas seijin waris.
b. Wasiat tidak boleh diberikan kepada salah satu ahli waris kecuali atas seijin ahli
waris lain.
c. Boleh berupa benda yang sudah ada atau belum ada seperti wasiat buah dari
pohon yang belum berbuah.
d. Boleh berupa benda yang sudah diketahui atau tidak diketahui seperti susu dalam
perut sapi.
e. Harta benda yang diwasiatkan harus merupakan hak dari pewasiat.
2. Syarat pewasiat/pemberi wasiat (Al-washi)
a. Akil baligh
b. Berakal sehat
c. Atas kemauan sendiri
d. Boleh orang kafir asal yang diwasiatkan perkara halal.
F. Hadist Dianjiurkannya Berwasiat

HADITS KE-777

‫ ( إِ َّن اَللَّهَ قَ ْد أَ ْعطَى‬: ‫ول‬ ُ ‫ول اَللَّ ِه صلى اهلل عليه وسلم َي ُق‬ َ ‫ت َر ُس‬ ُ ‫اهلِ ِّي رضي اهلل عنه َس ِم ْع‬ ِ ‫و َعن أَبِي أُمامةَ اَلْب‬
َ ََ ْ َ
ِ ِ َّ ‫ َو َح‬, ‫َّس ائِ َّي‬ ِ ِ
ٍ ‫صيَّةَ ل وا ِر‬ ِ
ِ ‫ فَاَل و‬, ُ‫ُك َّل ذي ح ٍّق ح َّقه‬
,‫ي‬ ُّ ‫َح َم ُد َواَلت ِّْرم ذ‬ ْ ‫س نَهُ أ‬ َ ‫ َواأْل َْر َب َع ةُ إاَّل الن‬, ‫َح َم ُد‬
ْ ‫ َر َواهُ أ‬ ) ‫ث‬ َ َ َ َ
ِ ‫ وابن اَلْجار‬, َ‫و َق َّواهُ اِبن ُخزيمة‬
‫ود‬ ُ َ ُ ْ َ َْ َ ُ ْ َ
) ُ‫اء اَل َْو َرثَ ة‬ ِ ِ ِ َ ‫ و َز‬, -‫ض ي اَللَّه َع ْنهم ا‬
َ ‫ ( إِاَّل أَ ْن يَ َش‬: ‫اد في آخ ِره‬ َ َ ُ ُ َ ‫ َر‬- ‫اس‬
ِ ٍ َّ‫يث اِبْ ِن َعب‬
ِ ‫ورواهُ اَلدَّارقُطْنِ ُّي ِمن ح ِد‬
َ ْ َ ََ َ
ُ َ‫َوإِ ْسن‬
‫ادهُ َح َس ٌن‬
Abu Umamah al-Bahily Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah telah memberi hak kepada tiap-tiap yang
berhak dan tidak ada wasiat untuk ahli waris.

 Riwayat Ahmad dan Imam Empat kecuali Nasa'i. Hadits hasah menurut Ahmad dan
Tirmidzi, dan dikuatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu al-Jarud. Daruquthni
meriwayatkan dair hadits Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu dengan tambahan di akhir
hadits: "Kecuali ahli waris menyetujui." Dan sanadnya hasan.  

 Makna Hadist ini adalah

Ketika allah menetapkan setiap bagian ahli waris, maka orang yang hendak meninggal
di larang berwasiat dengan memberi harta warisan kepada ahli warisnya. Di sini islam
dating untuk menjelaskan permasalan ini, dimana di laang memberikan wasiat kepada
ahli waris.

HADITS KE-774
 
ِ ِ َ َ‫ول اَللَّ ِه صلى اهلل عليه وسلم ق‬ ِ ِ
ُ‫ ( َم ا َح ُّق ا ْم ِر ٍئ ُم ْس ل ٍم لَه‬: ‫ال‬ َّ ‫ ; أ‬-‫ضي اَللَّهُ َع ْن ُه َما‬
َ ‫َن َر ُس‬ َ ‫ َر‬- ‫َع ْن ابْ ِن عُ َم َر‬
 ‫ ُمَّت َف ٌق َعلَْي ِه‬ ) ُ‫صيَّتُهُ َم ْكتُوبَةٌ ِع ْن َده‬ ََ ُ ِ‫وص َي فِ ِيه يَب‬
ِ ‫يت لَْيلََت ْي ِن إِاَّل وو‬ ِ ‫َشيء ي ِري ُد أَ ْن ي‬
ُ ُ ٌْ
Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Seorang muslim tidak berhak mewasiatkan sesuatu yang ia miliki kurang dari dua
malam (hari), kecuali jika wasiat itu tertulis disisinya." Muttafaq Alaihi.

 Hadist diatas adalah Muttafaqun alaih artinya sepakat ahli Hadist mengatakan bahwa
Hadist tersebut adalah sahih keberadaannya’

 Makna dari hadist ini ialah

Allah telah bersedekah kepada orang-orang muslim dimana mereka diberikan hak
untuk membelanjakan dan mewasiatkan 1/3 hartanya walaupun setela mereka
meninggal dunia, bahkan mereka diberi ganjaran pahal diatas kesedihannya berbuat
demikian.

HADITS KE-775
 

‫ َواَل يَ ِرثُنِي إِاَّل اِ ْبنَ ةٌ لِي‬, ‫ال‬ٍ ‫ول اَللَّ ِه ! أَنَا ذُو َم‬
َ ‫ ( يَا َر ُس‬: ‫ْت‬ ُ ‫ ُقل‬: ‫ال‬
َ َ‫اص رضي اهلل عنه ق‬ ٍ َّ‫َو َع ْن َس ْع ِد بْ ِن أَبِي َوق‬
? ‫ص َّد ُق بُِثلُثِ ِه‬ َ َ‫ص َّد ُق بِ َش طْ ِر ِه ? ق‬ َ َ‫ص َّد ُق بُِثلُثَ ْي َم الِي? ق‬ ِ
َ َ‫ أَفَأَت‬: ‫ْت‬ ُ ‫ اَل ُقل‬: ‫ال‬ َ َ‫ أَفَأَت‬: ‫ْت‬
ُ ‫ اَل ُقل‬: ‫ال‬ َ َ‫ أَفَأَت‬, ٌ‫َواح َدة‬
ِ ِ َ َ‫ك أَ ْن تَ َذر ور َثت‬ َ َّ‫ إِن‬, ‫ث َكثِ ٌير‬
َ ‫اء َخ ْي ٌر م ْن أَ ْن تَ َذ َر ُه ْم َعالَ ةً َيتَ َك َّف ُف و َن اَلن‬
 ) ‫َّاس‬ َ َ‫ك أَ ْغني‬ ََ َ ُّ ‫ َو‬, ‫ث‬
ُ ُ‫الثل‬ ُ ُ‫ اَ ُّلثل‬: ‫ال‬ َ َ‫ق‬
 ‫ُمَّت َف ٌق َعلَْي ِه‬
Saad Ibnu Waqqash Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku berkata, wahai Rasulullah, aku
mempunyai harta dan tidak ada yang mewarisiku kecuali anak perempuanku satu-satunya.
Bolehkah aku bersedekah dengan dua pertiga hartaku? Beliau menjawab: "Tidak boleh." Aku
bertanya: Apakah aku menyedekahkan setengahnya? Beliau menjawab: "Tidak boleh." Aku
bertanya lagi: Apakah aku sedekahkan sepertiganya? Beliau menjawab: "Ya, sepertiga, da
sepertiga itu banyak. Sesungguhnya engkau meninggalkan ahli warismu kaya lebih baik
daripada engkau meninggalkan mereka dalam keadaan fakit meminta-minta kepada orang."
Muttafaq Alaihi.

 Makna hadist diatas


Bahwa larangan memberikan wasiat melebihi sepertiga harta peninggalan jika ia
memiliki ahli waris. Ini adalah ijma ulama adanya kelebihan harta dari orang yang
kaya memiliki keutamaan untuk memberikan sedekah kepada orang yang tidak
mampu. Namum, sebagian orang yang tidak berada juga tidak boleh hanya
mengandalkan orang lain. Mereka berkewajiban untuk berusaha sebagai bentuk
ibadah kepadanya. Setiap harta yang kita miliki ada kewajiban yang harus
dikeluarkan. Salah satunya berinfak dijalan allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai