Nuraini
Nuaini.tane@gmail.com
Ulfatuz Zahra
Zahraulfa15@gmail.com
ABSTRAK
Ila dan zhihar adalah salah satu penyebab putusnya perkawinan pada
masa jahiliyah. Pada artikel ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif
yang pendekatannya nenggunakan kajian pustaka. Penulis bertujuan untuk
menguraikan penjelasan tentang ayat-ayat, asbabun nuzul dan hikmah mengenai
ila‟ dan dzihar, supaya semua orang bisa memahami tentang ila‟ dan dzihar
terutama bagi orang yang sudah berkeluarga, karena hal ini sangat penting
baginya. Ila merupakan sumpah sumpah untuk tidak menggauli istrinya lagi.
Sedangkan zhihar merupaka perkataan suami yang menyamakan punggung istri
sama dengan punggung ibunya. Pada zaman dahulu para suami semena-mena
terhadap para istri. Ila pada masa jahiliyah yaitu selama 2 tahun bahkan lebih.
Sehingga istrinya terluntang lantung tanpa kepastian dalam waktu yang begitu
lama, tanpa suami karena tidak diperbolehkan menikah lagi selama ila. Sama
halnya dengan zhihar pada masa jahiliyah. Para suami semena-mena menzhihar
istrinya. Dan menjadikan itu putus perkawinan setelah turun quran surat al-
baqarah ayat 226-227 tentang ila, semenjak itu suami meng ila istrinya menjadi
selama 4 bulan, dan jika ia ingin kembali maka ia harus membayar kafarat. Dan
dalam quran surat al-mujadalah ayat 2-4 tentang zhihar, bahwa hukum zhihar
adalah dosa besar , tidak di hukumi talak dan yang ingin kembali harus
membayar kafarat. Dari asbabun nuzul tersebut maka islam telah mengangkat
derajat perempuan.
TUJUAN
METODE PENELITIEN
PEMBAHASAN
AYAT TENTANG ILA’
ِِِِواِنِِعِِزمِواِالطِلِقِِفِاءِنِِللا4)222(ِِلِلِذِيِنِِيِ ِؤلِِونِِمِنِِنِسِاءِهِمِِتِِربِصِِاِِربِعِةِِاِشِهِرِِفِاءِنِِفِآءِوِفِاءِنِِللاِِغِفِِورِِِرحِيِم
5
)222(ِِسِيِعِِعِلِيِم
Artinya: kepada orang-orang yang mengila‟ istrinya, diberi Tangguh empat bulan
(lamanya). Kemudian jika mereka kembali (kepada istrinya), maka sesungguhnya
allah maha pengampun lagi maha penyayang. Dan jika mereka ber‟azam
(bertatap hati untuk) talak, maka sesungguhnya allah maha mendengar lagi
maha mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 226-227).
TAFSIR PERAYAT AL-BAQOROH: 2266
“ ( ِللَذ ِِْنََ يُْذلن ُي َيي ِم نkepada orang-orang yang mengila‟ istrinya”.
Allah berfirman, )ذَي ِنسذَ َ ِِ ِِ ني
Yakni bersumpah untuk tidak menyetubuhi istrinya. Didalam ayat ini terdapat
pengertian yang menunjukan bahwa ila‟ hanya untuk istri, tidak berlaku pada
budak perempuan.
44
Q.S. Al-Baqoroh: 226
5
Q.S Al-Baqoroh: 227
6
www.ibnukatsironline.com
ini berupa sindiran yang menunjukan pengertian bersetubuh. Demikian menurut
pendapat ibnu abbas, masruq,asy-sya‟bi, said ibnu jubair, dan ulama lainnya
kecuali ibnu jarir.
) ُ )ع ِلذذ
َ ذذع ن) رَي
ِ م ِ َ“ (فmaka sesungguhnya allah maha mendengar lagi maha
َ ذذَِ َّ يهللاَي
mengetahui”. Ayat ini merupakan ancaman dan peringatan bagi seseorang yang
bersumpah seperti ini dan dia bermaksud itu menyusahkan dan memberatkan.7
7
Tafsir ibnu katsir surat al-baqarah ayat: 226-227
sumpahnya tersebut, maka meninggalkan sumpahnya itu adalah kafaratnya.‟”
(Dha‟if: Didha‟ifkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab Dha‟iiful Jaami‟.)
Penetapan hukum „Ilaa‟, karena Allah Ta‟ala menentukan waktunya yaitu 4 bulan.
„Ilaa‟ adalah seseorang bersumpah untuk tidak menggauli (menjima‟i) istrinya.
Seorang yang melakukan „ilaa‟, ditunggu apabila telah melebihi 4 bulan maka
diberikan dua pilihan; kembali menggaulinya atau menceraikannya.
Dalam ayat diatas terdapat isyarat bahwa kembali menggauli istrinya adalah
lebih Allah sukai daripada ia menceraikannya.
Penjelasan adanya penetapan 4 nama bagi Allah Ta‟ala, yaitu Al-Ghafur (Maha
pengampun), Ar-Rahim (Maha Penyayang), As-Sami‟ (Maha Mendengar), dan Al-
„Alim (Maha Mengetahui) dan apa-apa yang terkandung dalam nama-nama
tersebut berupa sifat dan hukum-hukum. Wallahu a‟lam.
Sebab turunnya ayat ini adalah pada zaman dahulu Rasulullah Saw.
pernah meng-ila istri-istrinya selama satu bulan. Maka beliau baru turun setelah
dua puluh sembilan hari, lalu bersabda,
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan pula hal yang semisal melalui
Umar ibnul Khattab r.a.
Jika masa ila lebih dari empat bulan, maka pihak istri boleh meminta
kepada pihak suami agar menggaulinya setelah habis masa empat bulan. Setelah
habis masa empat bulan, pihak suami hanya ada salah satu pilihan: Adakalanya
menyetubuhi istrinya dan adakalanya menceraikan istrinya, pihak hakim boleh
menekan pihak suami untuk melakukan hal tersebut. Demikian itu agar pihak istri
tidak mendapat mudarat karenanya. Oleh sebab itulah maka disebutkan oleh
Allah dalam firman-Nya surat al-baqarah 226-227.
AYAT-AYAT TENTANG DZIHAR
ِ يم نن ُك ن
َ يم نَي ِن
Allah berfirman, ) سَي ِئ ِه ن َ ُْ“ (اَلَّ ِِْنََ يOrang-orang yang men-zihar istrinya
ِ َ )ظَي ِِ ُر ن
di antara kamu. (Al-Mujadilah: 2)”
Kata zihar berasal dari zahar, artinya punggung, Dahulu di masa Jahiliah
apabila seseorang dari mereka men-zihar istrinya, ia mengatakan kepada
istrinya, "Engkau menurutku sama dengan punggung ibuku," yakni
punggungnya sama dengan punggung ibunya. Kemudian menurut istilah
syara' kata zihar ini bisa saja diberlakukan terhadap anggota tubuh lainnya
secara analogi (kias). Dahulu di masa Jahiliah zihar dianggap sebagai talak,
kemudian Allah Swt. memberikan kemurahan bagi umat ini. Dia tidak
menjadikannya sebagai talak, dan pelakunya hanya dikenai sanksi
membayar kifarat, berbeda dengan apa yang berlaku di kalangan mereka di
masa Jahiliah. Hal yang sama telah dikatakan oleh bukan hanya seorang dari
kalangan ulama Salaf.
)” ( َما ِه َّن أ َ َّم َها ِت ِه ْم ا ِْن أ ُ َّم َها ت ُ ُه ْم اِال الال ئي َولَ ْدنَ ُه ْمpadahal tiadalah istri mereka itu ibu
mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan
mereka. (Al-Mujadilah: 2)”
Yakni seorang wanita tidaklah menjadi seorang ibu bagi seorang lelaki yang
mengatakan kepadanya, "Engkau bagiku seperti punggung ibuku, atau
engkau mirip ibuku, atau engkau seperti ibuku," sesungguhnya ibu lelaki yang
8
www.ibnukatsironline.com
bersangkutan hanyalah wanita yang melahirkannya. Karena itulah disebutkan
oleh firman-Nya:
ٌ ُغف
)ور َ لَعَفُ ٌّو
هللا
َ َ ”Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha
(وأ ِّن
Pengampun. (Al-Mujadilah: 2)”
Yaitu terhadap apa yang telah kamu kerjakan di masa Jahiliah. Demikian pula
halnya kata-kata yang keluar dari lisan tanpa disengaja karena terpeleset lidah,
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Daud, bahwa Rasulullah Saw. pernah
mendengar seorang lelaki berkata kepada istrinya, "Hai saudaraku." Maka Nabi
Saw. bertanya, "Dia saudara perempuanmu?" Ini merupakan protes, tetapi kata-
kata tersebut tidak menjadikan istrinya sebagai saudara perempuannya hanya
dengan kata-kata itu, mengingat dia mengucapkan kata-katanya itu tanpa
sengaja. Dan seandainya dia mengeluarkan kata-katanya itu dengan sengaja,
niscaya istrinya itu haram baginya, karena sesungguhnya menurut pendapat
yang sahih tidak ada bedanya antara ibu dan wanita lainnya dari kalangan para
mahram seperti saudara perempuan, bibi dan ayah, dan bibi dari ibu, dan lain
sebagainya yang serupa.
Ulama Salaf dan para imam berbeda pendapat mengenai makna yang dimaksud
oleh firman-Nya: kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka
ucapkan. (Al-Mujadilah: 3) Sebagian ulama mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan 'kembali' ialah kembali mengulangi kata-kata zihar-nya, tetapi pendapat
ini batil. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Hazm dan pendapat Daud yang
diriwayatkan oleh Abu Umar ibnu Abdul Bar, dari Bukair ibnul Asyaj dan Al-Farra,
serta segolongan ulama ilmu kalam (tauhid).
Imam Syafii mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah hendaknya si suami
tetap memegang istrinya sesudah ia men-zihar--nya selama suatu masa yang
memungkinkan baginya dalam masa itu menjatuhkan talaknya, tetapi dia tidak
menjatuhkannya.
Imam Ahmad ibnu Hambal mengatakan, makna yang dimaksud ialah bila suami
yang bersangkutan hendak kembali menyetubuhi istri yang telah di-zihar-
nya, atau bertekad akan menyetubuhinya, maka istrinya itu tidak halal baginya
sebelum ia membayar kifarat zihar-nya.
Firman Allah Swt. )ة ٍ ََحسِ ْي ُس ز ََقب َ “maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang
ْ (فت
budak. (Al-Mujadilah: 3)”
Yakni memerdekakan seorang budak secara utuh, sebelum yang bersangkutan
menggauli istri yang telah di-zihar-nya.
ُ ع
َ ظ ْو
Firman Allah Swt.: )ِن بِه ْ “ ( َذل ُِكDemikianlah yang diajarkan kepadamu. (Al-
َ م ُتو
Mujadilah: 3)”
Yakni sebagai peringatan bagimu.
ِ َ ح ُدو ُد
Firman Allah Swt.: )ّللا َ “ ( َوت ِْلDan itulah hukum-hukum Allah. (Al-Mujadilah:
ُ ك
4)”
Yakni batasan-batasan yang diharamkan-Nya, maka janganlah kamu
melanggarnya.
ٌ اب أَلِي
)م ٌ ع َر َ “ ( َول ِْلdan bagi orang-orang kafir ada siksaan yang sangat
َ َكاف ِِسين
pedih. (Al-Mujadilah: 4)”
Yaitu orang-orang yang tidak beriman dan tidak mau menetapi hukum-hukum
syariat ini serta tidak meyakini bahwa mereka akan selamat dari musibah.
Keadaan yang sebenarnya tidaklah seperti apa yang diduga oleh mereka, bahkan
bagi mereka azab yang pedih di dunia dan akhirat nanti.
Tafsir Ibnu Katsir: Imam Ahmad meriwayatkan dari Yusuf bin „Abdullah
bin Salam, dari Khaulah binti Tsa‟labah, ia bercerita: “Demi Allah, mengenai
diriku dan suamiku, Aus bin ash-Shamit, Allah telah menurunkan ayat yang
terdapat pada permulaan surah al-Mujaadilah.”
“Sungguh engkau telah berbuat benar dan berbuat baik. Pergilah dan
bersedekahlah untuknya. Kemudian nasehatilah putera pamanmu itu dengan
kebaikan.” Maka akupun segera melakukan hal tersebut.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu „Abbas, ia bercerita: Jika pada masa
jahiliyah seorang suami mengatakan kepada istrinya: “Kamu bagiku seperti
punggung ibuku.” Maka istrinya telah diharamkan baginya. Dan orang yang
pertama kali menzhihar istrinya adalah Aus bin ash-Shamit yang memperistri
puteri pamannya, Khaulah binti Tsa‟labah. Dia yang telah menjatuhkan zhihar
kepadanya. Ia mengatakan: “Aku tidak melihat dirimu melainkan telah haram
bagiku.” Dan istrinya pun mengatakan hal yang sama kepadanya. Sa‟id bin Jubair
mengatakan: “Ila‟ dan zhihar merupakan bentuk talak orang-orang Jahilyah.
Kemudian Allah Ta‟ala menetapkan empat bulan bagi ila‟ dan kaffarat bagi
zhihar.”
Oleh karena itu, orang yang demikian adalah orang yang mengatakan
perkataan yang tidak etis dan tidak dibenarkan oleh agama, akal, maupun adat
kebiasaan. Perkataan itu adalah perkataan yang tidak etis, tidak mempunyai
alasan sedikit pun. Sekalipun demikian, Allah akan mengampuni dosa orang yang
telah menzihar istrinya, jika ia mengikuti ketentuan-ketentuan-Nya.
Jika seorang suami telah menzihar istrinya, tidak berarti telah terjadi
perceraian antara kedua suami-istri itu. Masing-masing masih terikat oleh hak
dan kewajiban sebagai suami dan istri. Mereka hanya terlarang melakukan
persetubuhan. Demikian pula untuk menghindarkan diri dari perbuatan haram,
maka haram pula kedua suami-istri itu berkhalwat (berduaan di tempat sunyi)
sebelum suami membayar kafarat.
PENUTUP