Anda di halaman 1dari 23

RINGKASAN BULUGHUL MARAM

KITAB NIKAH

Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal

1. SUDAH MAMPU NAMUN BELUM JUGA MENIKAH


Apa itu Nikah?
Nikah secara bahasa itu berarti mengumpulkan. Namun secara istilah, nikah merujuk pada 2 hal:
1. Akad
2. Hubungan Intim
Yang di maksud dengan nikah yaitu, akad yang membuat hubungan antara pasangan laki-laki dan
perempuan menjadi halal, untuk menjalin kasih sayang. Dengan menikah diharapkan memiliki
keturunan dengan jalan yang syar’i.
Dibalik perikahan maslahatnya besar sekali. Diantaranya adalah:
1. Umat islam semakin banyak,
2. Laki-laki merasa tenang dan wanita ada yang menafkahi,
3. Menyatukan 2 pihak keluarga,
4. Lebih menjaga kemaluan dan pandangan,
5. Menjaga masyarakat dari keburukan-keburukan dan akhlak yang menyimpang.

ُّ َ‫ فَِإنَّهُ أَغ‬, ‫اءةَ َفلْيََت َز َّو ْج‬ ِ ‫اب ! م ِن اس تط‬ َ ‫ول اَللَّ ِه صلى اهلل عليه وسلم ( يَا َم ْع‬ ٍ ‫َعن َعب ِد اَللَّ ِه ب ِن مسع‬
‫ض‬ َ َ ْ َ ِ َ‫لش ب‬
َ َ‫َاع م ْن ُك ُم اَلْب‬ َّ َ‫ش َر ا‬ ُ ‫ال لَنَا َر ُس‬ َ َ‫ود رضي اهلل عنه ق‬ ُْ َ ْ ْ ْ
‫الص ْوِم ; فَِإنَّهُ لَهُ ِو َجاءٌ ) ُمَّت َف ٌق َعل َْي ِه‬
َّ ِ‫َم يَ ْستَ ِط ْع َف َعل َْي ِه ب‬
‫ل‬ ‫ن‬ ‫م‬
ْ ْ ََ‫و‬ , ‫ج‬
ِ ‫ر‬ ‫ف‬ ‫ل‬
ْ ِ
ْ َ ُ َ ْ َ ‫ص ِر‬
‫ل‬ ‫ن‬ ‫ص‬ ‫َح‬
‫أ‬ ‫و‬ , ِ
َ َ‫للْب‬

Abdullah Ibnu Mas’ud Radliyallaahu ‘anhu berkata:


Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda pada kami: 
"Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia
menikah, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan.
Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu."

َ‫اءة‬
َ َ‫اَلْب‬ 1 :. Kemampuan jima’ (hubungan intim)
2. Kemampuan finansial (mahar dan nafkah)

Pendapat yang lebih kuat adalah kemampuan finansial. Karena yang tidak mampu disuruh
berpuasa. Kalo yang dimaksudkan kemampuan untuk jima’ tentu tidak dianjurkan untuk berpuasa.

‫ش َر‬
َ ‫َم ْع‬ : Sekelompok
ِ َ‫لشب‬
‫اب‬ َّ َ‫ا‬ : Pemuda yang umurnya dibawah 30 tahun. Maximal 30 tahun

Kenapa yang di panggil para pemuda?


Karena mereka yang punya syahwat, punya kebutuhan tentang menikah. Dengan menikah itu,
lebih menundukan pandangan. Ada tempat untuk menyalurkan syahwat yang halal. Dengan
menikah itu lebih menjaga diri dari zina.

‫الص ْوِم‬
َّ ِ‫َف َعل َْي ِه ب‬ : Pemuda yang belum mampu secara finansial
Dengan puasa lebih dapat mengekang syawat.

Kesimpulan/ Faedah Hadits:


1. Barangsiapa yang mampu menikah dari sisi finansial, hendaklah mereka menikah.
2. Dengan menikah seseorang lebih menjaga matanya, lebih menjaga kemaluan.
3. Yang tidak mampu dari sisi finansial, maka hendaklah berpuasa. Karena berpuasa dapat lebih
mengekang syahwat.

Apa hukum menikah?


Ada yang mengatakan wajib, tetapi pendapat jumhur ulama’ mengatakan sunnah. Tetapi jika
dengan tidak menikah dapat menjadikan seseorang terjerumus dengan zina, maka hukum menikah
ini menjadi wajib.

Bolehkah meminjam uang untuk menikah?


Orang yang tidak mampu, baiknya tidak mencari pinjaman untuk menikah. Dengan itu, dia
harus menjaga dirinya dengan menundukkan pandangan dan banyak berpuasa. Jangan
melampiaskan dengan onani (istimla’). Pendapat jumhur ulama’, onani itu haram. Nabi shallallahu
‘alaihi wassallam menganurkan untuk berpuasa, karena berpuasa dapat mengekang syahwat.

2. INGIN MEMBUJANG SAJA

Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam setelah
memuji Allah dan menyanjung-Nya bersabda: "Tetapi aku sholat, tidur, berpuasa, berbuka, dan
mengawini perempuan. Barangsiapa membenci sunnahku, ia tidak termasuk ummatku." Muttafaq
Alaihi.

Pernah suatu ketika tiga orang Shahabat radhiyallaahu ‘anhum datang bertanya kepada isteri-isteri
Nabi shal-lallaahu ‘alaihi wa sallam tentang peribadahan beliau. Kemudian setelah diterangkan,
masing-masing ingin meningkatkan ibadah mereka. Salah seorang dari mereka berkata: “Adapun
saya, maka sungguh saya akan puasa sepanjang masa tanpa putus.” Shahabat yang lain ber-kata:
“Adapun saya, maka saya akan shalat malam selama-lamanya.” Yang lain berkata, “Sungguh saya
akan menjauhi wanita, saya tidak akan nikah selama-lamanya… dst” Ketika hal itu didengar oleh
Nabi shal-lallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau keluar seraya bersabda:
“Benarkah kalian telah berkata begini dan begitu? Demi Allah, sesungguhnya akulah yang paling
takut kepada Allah dan paling taqwa kepada-Nya di antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan
aku ber-buka, aku shalat dan aku pun tidur, dan aku juga menikahi wanita. Maka, barangsiapa
yang tidak menyukai Sunnahku, ia tidak termasukgolonganku.”

Nabi shallalllahu ‘alaihi wassallam menyuruh kita tidur supaya kita kuat shalat malam, menyuruh
kita berbuka supaya kita kuat berpuasa lagi, dan menyuruh kita menikah untuk mengatasi syahwat
yang bergejolak, untuk menjaga iffah(kesucian diri), dan untuk memperbanyak keturunan yang
akhirnya nanti umat islam menjadi banyak.

Faedah hadits:
1. Hadits di atas dijadikan dalil yang menunjukan keutamaan menikah.
2. Barangsiapa yang meninggalkan menikah untuk ibadah saja terus, maka ia telah keluar dari
petunjuk nabi.
3. Kita diperintahkan untuk tidak mempersulit diri dalam beribadah. Nabi menjelaskan, siapa
yang mempersulit diri dalam beribadah maka ia akan kalah. Hal ini sekaligus menjadi dalil
untuk tidak melakukan bid’ah. Karena bid’ah mempersulit diri dalam ibadah.
4. Mengikuti ajaran nabi shallallahu ‘alaihi wassallam itu lebih baik daripada banyak beramal.
Jadi yang dituntut di kita adalah amal yang benar(yang mengikuti ajaran nabi), tapi lebih baik
lagi banyak amal yang dicontohkan Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam.

Ada beberapa rincian untuk membujang:


1. Tidak ada keinginan untuk menikah, karena memang dilihat dari fitrahnya, atau punya
penyakit, atau tidak mampu memberi mahar dan nafkah. Padahal dalam nikah ada
keharusan memberi mahar dan nafkah. Maka dalam kondisi ini dimakrukan untuk
menikah.
2. Membujang karena sibuk ibadah dan menuntut ilmu agama jika dikhawatirkan menikah
dapat melalaikan. Ini sebabnya Ibnu Taimiyah dan Imam Nawawi yang memiliki peran
penting dalam agama memilih membujang untuk menuntut ilmu agama karena
maslahatnya lebih besar. Maka hal ini tidak mengapa. Namun kalo mampu menikah, tidak
punya peran dalam agama, maka menikahlah.
3. Mampu menikah dalam finansial, namun tidak disibukan dengan ibadah dan menuntut
ilmu, maka lebih baik untuk menikah.

3. PASTI MEMILIH CANTIK DULU


Keitka seseorang memilihi calonnya maka ia akan melihat dari 4 sisi:
1. Harta
2. Kedudukan sosial/kemuliaannya
3. Cantiknya
4. Agamanya

Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam bukhori dan imam muslim dari abu hurairah r.a.
Adapun bunyi dari hadits tersebut adalah sebagai berikut :

Artinya :
Seorang wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, kemuliaannya,
kecantikannya, dan karena agamanya, maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu
beruntung.

: tidak akan merugi


4 alasan wanita itu dinikahi:

1. Harta
2. Kemuliaan
3. Kecantikan
4. Yang bagus agamanya

Maka pilihlah yang bagus agamabya karena akan mendapat manfaat dunia akhirat. Memilih
boleh boleh saja, tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam menyuruh kita untuk memilih yang
bagus agamanya. Karena yang bagus agamanya akan menutupi 3 faktor yang lain.

Faedah Hadits (syaikh Abdul Fauzan):

1. Laki-laki memilih wanita dengan dasar 4 faktor tadi. Ada yang mengincar karena harta,
kamuliaan (nasab), kecantikan, dank arena bagusnya agamanya. Memilih disini tidak
salah, tetapi prioritaskan yang bagus agamanya. Karena ini bisa menutupi ke 3 faktor
lainnya
2. Hadits ini jadi dalil, para laki-laki memilih wanita berdasarkan yang bagus agamanya.
Karena ini ada pengaruh untuknya, untuk anak-anaknya, untuk rumahnya kelak. Kita saja
berteman harus memilih yang baik agamanya, apalagi memilih istri. Dunia hanya periasan
semata. Sebaik-baiknya perhiasan adalah istri yang shalihah.
3. Bolehnya menikahi wanita karena 4 faktor tadi. tapi ingat kalo milih karena faktor harta,
kalo hartanya ilang, maka bisa rusak rumah tangga. Begitu pula 2 faktor lainnya yaitu
kemuliaan dan kecantikan. Walaupun kecantikan hilangnya lebih lama daripada harta.
Kata syaikh Abdul Fauzan, jika seorang laki-laki ingin menikahi seseorang wanita, maka
disarankan untuk menanyakan factor duniawi terlebih dahulu, harta, kemuliaan,
kecantikan. Setelah itu baru agamanya. Kenapa? Karena jika ditanyakan agamanya
terlebih dahlu kemudan baru faktor yang lain, saat ia menolak maka seakan-akan ia
menolak agamanya.
4. Suami boleh menikmati harta suaminya. Kata Syaikh Abdul Fauzan, maka hal ini tidak
tepat. Harta istri ya harta istri. Tetap itu punya istri. Seuami tidak bisa menggunakan
seenaknya.
5. Berteman dengan orang yang bagus agamanya, dengan orang yang shalih, orang yang
istiqomah. Karena dengan berteman dengan orang seperti ini kita bisa mengambil
karakter baiknya, ilmunya. Kemudian kita tidak diganggu oleh dia. Ketika memilih istri
cara menentukan bagus agamanya adalah dengan melihat keseharian dia, minta komentar
dari temen dia,ngaji dimana, gurunya siapa,danlain-lain. Caranya sama dengan ketika
memilih teman baik.
6. Untuk wanita dan untuk wanita, pilihlah calon suami yang shalih, baik agama dan
akhlaknya, punya muru’ah, sopan santun, aqidahnya lurus, yang bisa membimbing.
Karena jika ia mencintaiya maka ia akan memulakannnya, jika ia membencinya, ia tidak
akan mendzaliminya.
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda: “Apabila datang kepada kalian siapa
yang kalian ridhai akhlak dan agama nya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak kalian lakukan,
niscaya akan menjadi fitnah dan muka bumi dan kerusakan yang luas.” (HR. Al-Hakim)

4. CARI ISTRI YANG PENYAYANG


Rasulullah menganjurkan umatnya untuk menikahi wanita yang penyayang dan subur .

Dari Anas bin Malik ra; adalah Rasulullah saw memerintahkan untuk ba’ah (kemampuan
memberi tempat tinggal) dan melarang perbujangan dengan larangan yang keras, Beliau
bersabda: “Nikahilah wanita yang penyayang dan subur (karena) aku akan melebihi para nabi
(jumlah umatnya) di hari kiamat kelak.” 

Al Waduud : penyayang
Al Waluud : subur
Ba’ah disini ada beberapa perbedaan pendapat. Ada yang berpendapat kemampuan
untuk jima’, ada juga yang mengatakan kemampuan untuk menikah, yaitu memberi mahar
dan nafkah. Dan syaikh Abdul Fauzan mengatakan ba’ah disini maksudnya mampu
memberikan mahar dari sisi nafkah dan mahar. Pendapat ini yang lebih kuat. Dalam hadits ini
Nabi memerintahkan kami untuk ba’ah (menikah) dan melarang kami untuk tabattul (enggan
untuk menikah/membujang) dengan tujuan hanya senang senang saja. Ada juga yang kedua
untuk ibadah, layaknya pendeta dan biarawati kaum nasrani.
Sifat disini Al Waduud berarti dicintai pasangannya karena banyak kebaikan yang ia
miliki dan akhlak yang mulia yang ia tampakan. Jadi sebagai seorang istri akhlaknya mulia.
Nurut pada suami, qana’ah, dsb. Kemudian sifat berikutnya adalah Al Waluud yaitu punya
banyak anak/keturunan. Dari janda bisa mudah diketahui. Kalo dari gadis bisa diketahui dari
keadaan ibunya dan kerabatnya.

Hikmah Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam menggabungkan 2 sifat ini (Al Waduud dan
Al Waluud):
Kata Syaikh Abdul Fauzan jika ada wanita subur tapi tidak penyayang maka kurangnya
semangat atau tidak terlalu tertarik untuk menikahi wanita ini. Jika wanita ini penyayang tapi
tidak punya keturunan, maka tujuan dari menikah ini tidak tercapai. Tujuan menikah salah
satunya agar banyak keturunan dari umat islam ini. Karena Nabi sangat berbangga di hari
kiamat nanti kaarena umat beliau banyak.

Faedah Hadits:
1. Kita diajak untuk semangat menikah. Karena dari menikah akan dihasilkan keturunan dan
jumlah umat islam semakin banyak. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam akan
berbangga dengan banyaknya umat pada hari kiamat.
2. Hadits ini juga jadi dalil Dilarang hidup membujang dan tidak menikah. Padahal ia
mampu untuk menikah. Walaupun disini alasannya untuk ibadah, semangat menuntut
ilmu. Larangan ini bermakna haram. Enggan menikah berarti menyelisihi ajaran Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wassallam.
3. Kita dianjurkan menikahi wanita yang punya sifat Al Waduud (penyayang) dan Al
Waluud (subur). Sifat Al Waduud bisa diketahui dari tetangganya, temannya. Untuk sifat
Al Waluud bisa diketahui dari ibunya atau kerabatnya.
4. Dilarang membatasi keturunan (haditsini menjadi dalil). Seperti ini tidak mengikuti
petunjuk Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wassallam. Adapun disini, mencegah
hanyak untuk sementara waktu, tidak permanen (memberi jarak), atau karena rawan bagi
si ibu. Hal ini boleh jika sifatnya hanya sementara.

5. DOA UNTUK KEDUA MEMPELAI

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam bila
mendoakan seseorang yang menikah, beliau bersabda, “Semoga Alah memberkahimu dan
menetapkan berkah atasmu, serta mengumpulkan engkau berdua dalam kebaikan.”

Hadis tersebut diriwayat Ahmad dan Imam Empat. Kualitas hadis sahih menurut Tirmiz, Ibnu
Khuzaimah dan Ibnu Hibban.

Idzaa rafaa insaanan. Ada 2 makna:


1. Beliau shallallahu ‘alaihi wassallam ingin mendoakan orang yang menikah, maka beliau
ucapkan tadi. barakallahu laka wa Baraka ‘alaika wa jama’a bainakumaa fii khair.
2. Yang dimaksudkan dengan rafaa insanaan adalah jika mengucapkan selamat dan
mendoakan kebaikan dengan memohon taufiq dan juga agar hubungan keluarga itu
menjadi baik dan mendapatkan keturunan yang thayyib.

Singkatnya ketika Nabi menghadiri prosesi nikah beliau mendoakan seperti itu. Barakallahu
laka wa Baraka ‘alaika makna laka dan ‘alaika. Barakallahu laka itu doa kebaikan
sedangkan wa Baraka ‘alaika ini biasanya keadaannya buruk. Barakallahu laka: semoga Allah
memberkahimu dalam kebaikan dan kesenangan. Dan wa Baraka ‘alaika: dan semoga Allah
juga memberkahimu ketika susah, ketika ada kesulitan dalam rumah tangga, didoakan agar
yang buruk-buruk dalam rumah tangga cepat terselesaikan. Jadi dua keadaan tadi (baik dan
buruk) tetap didoakan. Sekaligus ini jadi pertanda bahwa ketika kita jalani suatu rumah tangga
itu tidak selamanya baik. Ada juga susahnya, tidak semuanya senang, tidak semuanya bersuka
cirta. Pasti ada susahnya. Dan itu perlu di manage, butuh doa supaya kita dimudahkan dalam
masalah-masalah sepeti itu. Wa jama’a bainakumaa fii khair : dan mengumpulkan kalian
berdua dalam kebaikan. Ini maksudnya semua, macam-macam kebaikan. Seperti jadi orang
yang taat (saling menasihati dalam kebaikan), bersikap baik pada pasangan (punya hubungan
yang baik dengan pasangan), dan mendapatkan keturunan yang shalih.

Faedah Hadits:
1. Disunnahkan mendoakan orang yang menikah dengan doa berkah. Dan Nabi pernah
mendoakan Abdurrahman bin ‘Auf dengan doa berkah. Dan doa ini disertakan dengan
selamat juga. Doa ini lebih baik daripada kita buat doa-doa yang lainnya karena
kandungan doa tadi sudah sangat mencukupi.

6. ATURAN DALAM NAZHOR

Abdullah Ibnu Mas’ud berkata:


Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam mengajari kami khutbah pada suatu hajat:
(artinya = Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, kami meminta
pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri
kami.
Barangsiapa mendapat hidayah Allah tak ada orang yang dapat menyesatkannya.
Barangsiapa disesatkan Allah, tak ada yang kuasa memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba-
Nya dan utusan-Nya) dan membaca tiga ayat.
Riwayat Ahmad dan Imam Empat.
Hadits hasan menurut Tirmidzi dan Hakim.

Dianjurkan khutbah hajah ketika memulai akad nikah hukumnya sunnah tidak sampai wajib.
Para ulama’ katakan tidak hanya padaakad nikah saja namun juga berlaku untuk yang lainnya.

Nadzrul khatibi ilalmakhthuubah


Laki-laki melakukan nazhor atau memandang pada wanita yang dikhitbah.

ِ ِ ِ ُ ‫ال رس‬ َ َ‫َو َع ْن َجابِ ٍر رضي اهلل عنه ق‬


َ ‫ فَِإ ْن ا ْستَط‬, َ‫َح ُد ُك ُم ال َْم ْرأَة‬
ُ‫َاع أَ ْن َي ْنظ َُر م ْن َه ا َم ا يَ ْد ُعوه‬ َ ‫ول اَللَّه صلى اهلل عليه وسلم ( إِذَا َخط‬
َ ‫َب أ‬ ُ َ َ َ‫ ق‬: ‫ال‬
‫ْحاكِ ُم‬ ٌ ‫ َو ِر َجالُهُ ثَِق‬, ‫ َوأَبُو َد ُاو َد‬, ‫َح َم ُد‬ ِ
َ ‫ص َّح َحهُ اَل‬
َ ‫ َو‬, ‫ات‬ ْ ‫ َر َواهُ أ‬ ) ‫ َفلَْي ْف َع ْل‬, ‫إِلَى نِ َكاح َها‬
Dari Jabir bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila salah seorang
di antara kamu melamar perempuan, jika ia bisa memandang bagian tubuhnya yang menarik
untuk dinikahi, hendaknya ia lakukan." Riwayat Ahmad dan Abu Dawud dengan perawi-
perawi yang dapat dipercaya. Hadits shahih menurut Hakim.

‫َّسائِ ِّي ; َع ِن ال ُْم ِغ َير ِة‬ ِّ ‫ ِع ْن َد اَلت ِّْر ِم ِذ‬: ‫اه ٌد‬
َ ‫ َوالن‬, ‫ي‬
ِ ‫ولَه َش‬
ُ َ

Hadits itu mempunyai saksi dari hadits riwayat Tirmidzi dan Nasa'i dari al-Mughirah.

Begitu pula riwayat Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dari hadits Muhammad Ibnu Maslamah.

Menurut riwayat Muslim dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
pernah bertanya kepada seseorang yang akan menikahi seorang wanita: "Apakah engkau telah
melihatnya?" Ia menjawab: Belum. Beliau bersabda: "Pergi dan lihatlah dia."

Faedah Hadits:
1. Hadits ini menjadi dalil, laki-laki boleh memandang wanita yang akan dipinang. Apa
manfaat nazhor disini? Pertama, mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam,
kedua, lebih melanggengkan cinta kasih sayang, yang ketiga, menghindari agar hal-hal
yang tidak disenangi bisa diketahui. Kemudian yang keempat agar tidak timbul
penyesalan. Asalnya memandang wanita haram, karena ini jadi perantara menuju yang
haram, dibolehkan ketika ada hajat dan ketika ada maslahat. Jadi tidak boleh orang main-
main ketika ingin nazhor.
2. Jika ada perintah setelah sebelumnya dilarang maka hukumnya menjadi mubah atau
boleh. Imam Nawawi rahimahullah mengatakan hukum nazhor itu sunnah.
3. Yang dipandang itu pada wajah. Sedangkah selain wajah, ada perselisihan pendapat
diantara para ulama’. Tapi yang disepakati adalah cukup melihat wajah.
4. Kapan melakukan nazhor? Sebagian pendapat mengatakan itu dilakukan sebelum khitbah.
Ada juga yang mengatakan nazhor itu setelah melamar. Saat nazhor ditemani dengan
mahram.
5. Ada beberapa aturan untuk nazhor oleh Syaikh Abdul Fauzan. Pertama, laki-laki yang
ingin nazhor benar-benar sudah bertekad akan menikah. Kedua, dia punya penilaian kalau
ia itu nantinya bisa diterima, jika nazhornya sebelum khitbah. Ketiga, nazhornya bukan
dengan syahwat. Nazhor dengan syahwat hanya boleh ketika sudah sah sebagai suami
istri. Keempat, nazhor itu cuma sekadarnya saja, kalau nazhornya sudah cukup yasudah.
Kelima, nazhor itu tidak boleh berkhalwat. Keenam, nazhor tidak ada bersentuhan dan
bersalaman, karena masih ajnabi. Tidak disyaratkan si wanita mengetahui kalau ia di
nazhor. Seandainya proses itu gagal maka laki-laki tadi tidak membocorkan pada yang
lain. Kalau ta’aruf hanya lewat foto itu punya beberapa mudhorot. Pertama, dengan foto
belum sempurna dalam nazhor. Kedua, foto itu bisa diedit. Ketiga, jika foto ini didapat
bisa jadi dimanfaatkan atau dilihat terus tanpa ada keperluan. Hati-hati juga
berkomunikasi dengan dia, ini mending dihindari. Karena ini tanpa perantara.
6. Wanita dibolehkan juga memandang laki-laki dalam nazhor.

7. JODOH DIAMBIL TEMAN

ِ ‫ض ُكم علَى ِخطْب ِة أ‬


‫ َحتَّى َي ْت ُر َك‬, ‫َخ ِيه‬ ِ ُ ‫ال رس‬ ِ ‫ ر‬- ‫و َع ِن ابْ ِن ُعمر‬
َ ْ ‫ول اَللَّه صلى اهلل عليه وسلم ( اَل يَ ْخط‬
َ ْ ُ ‫ُب َب ْع‬ ُ َ َ َ‫ ق‬: ‫ال‬ َ َ‫ ق‬-‫ض َي اَللَّهُ َع ْن ُه َما‬ َ ََ َ
‫ي‬ ِ ‫ل‬ ِ
‫ل‬ ‫ظ‬ ‫ف‬َّ
‫ل‬ ‫ال‬‫و‬ , ِ
‫ه‬ ‫َي‬
‫ل‬ ‫ع‬ ‫ق‬ ‫ف‬‫ت‬َّ ‫م‬   ) ‫ب‬ ِ
ِّ َ ُ ُ ْ َ ْ َ ٌ َ ُ ُ َ َ ُ َ َ َ ْ ُ ْ َ ُ َ َ‫ا‬
‫ر‬ ‫ا‬ ‫خ‬ ‫ْب‬ ‫اط‬ ‫ْخ‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫َه‬‫ل‬ ‫ن‬ ‫ذ‬ ْ
‫أ‬ ‫ي‬ ‫َو‬
‫أ‬ , ‫َه‬
‫ل‬ ‫ب‬‫ق‬ ‫ب‬ ِ
‫اط‬ ‫ْخ‬ ‫ل‬

Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Janganlah seseorang di antara kamu melamar seseorang yang sedang dilamar
saudaranya, hingga pelamar pertama meninggalkan atau mengizinkannya." Muttafaq Alaihi
dan lafadznya menurut Bukhari.

Larangan disini adalah larangan makruh, bukan larangan haram. Dan tidak merusak akad.
Adapun khitbah yaitu meminta pada si wanita atau kepada walinya untuk menikahi si wanita
tersebut. Hadits di atas berlaku untuk muslim. Kata Syaikh Abdul Fauzan dibolehkan
mengkhitbah khitbahan yang sebelumnya dilakukan oleh non muslim, walaupun dalam hal ini
masih ada perselisihan. Boleh mengkhitbah di atas khitbahan saudaranya sesame muslim
kalau orang pertama yang mengkhitbah tadi sudah membatalkannya atau telah
mengizinkannya.

Faedah Hadits:
1. Hadits ini menjadi dalil bahwasanya larangan seorang laki-laki mengkhitbah diatas
khitbahan saudaranya tanpa ada pembatalan atau pengizinan dari pengkhitbah pertama.
Kenapa ini dilarang? Supaya tidak terjadi permusuhan dan kebencian. Bisa juga pelamar
kedua mencela pelamar pertama, ia menjunjung tinggi dirinya, ini tidak diperbolehkan.
2. Boleh mengkhitbah di atas khitbahan saudaranya sesame muslim kalau orang pertama
yang mengkhitbah tadi sudah membatalkannya atau telah mengizinkannya. Dibolehkan
lagi jika pelamar kedua tidak tahu kalau ada pelamar sebelumnya. Hal tersebut dianggap
udzur.
3. Kalo wanita tadi diambil oleh pelamar kedua, akad nikahnya sah. Namun pelamar yang
kedua menurut jumhur ulama’ pelamar kedua ini berdosa.
4. Boleh seorang muslim mengkhitbah diatas khitbahan orang non muslim. Karena maksud
dari hadits disini ba’dukum:sesama muslim. Bagaimana kalau pelamar pertama muslim
tapi dia fasiq, bolehkan pelamar kedua melamar diatas lamaran pelamar pertama.
Jawabannya tidak boleh. Karena pelamar pertama yang fasiq tadi masih muslim. Jumhur
ulama’ tetap tidak membolehkan. Disini ada pelajaran. Perbaiki diri, belajar, karena tetap
pemilihan jodoh yang terbaik adalah pilih yang sholeh, baik agama dan akhlaknya.

8. MAHAR NIKAH TERMURAH


Sahal Ibnu Sa'ad al-Sa'idy Radliyallaahu 'anhu berkata: Ada seorang wanita menemui
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan berkata: Wahai Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam, aku datang untuk menghibahkan diriku pada baginda. Lalu Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memandangnya dengan penuh perhatian, kemudian beliau
menganggukkan kepalanya. Ketika perempuan itu mengerti bahwa beliau tidak
menghendakinya sama sekali, ia duduk. Berdirilah seorang shahabat dan berkata: "Wahai
Rasulullah, jika baginda tidak menginginkannya, nikahkanlah aku dengannya. Beliau
bersabda: "Apakah engkau mempunyai sesuatu?" Dia menjawab: Demi Allah tidak, wahai
Rasulullah. Beliau bersabda: "Pergilah ke keluargamu, lalu lihatlah, apakah engkau
mempunyai sesuatu." Ia pergi, kemudian kembali dam berkata: Demi Allah, tidak, aku tidak
mempunyai sesuatu. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Carilah, walaupun
hanya sebuah cincin dari besi." Ia pergi, kemudian kembali lagi dan berkata: Demi Allah
tidak ada, wahai Rasulullah, walaupun hanya sebuah cincin dari besi, tetapi ini kainku -Sahal
berkata: Ia mempunyai selendang -yang setengah untuknya (perempuan itu). Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apa yang engkau akan lakukan dengan kainmu?
Jika engkau memakainya, Ia tidak kebagian apa-apa dari kain itu dan jika ia memakainya,
engkau tidak kebagian apa-apa." Lalu orang itu duduk. Setelah duduk lama, ia berdiri. Ketika
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melihatnya berpaling, beliau memerintah untuk
memanggilnya. Setelah ia datang, beliau bertanya: "Apakah engkau mempunyai hafalan
Qur'an?" Ia menjawab: Aku hafal surat ini dan itu. Beliau bertanya: "Apakah engkau
menghafalnya di luar kepala?" Ia menjawab: Ya. Beliau bersabda: "Pergilah, aku telah
berikan wanita itu padamu dengan hafalan Qur'an yang engkau miliki." Muttafaq Alaihi dan
lafadznya menurut Muslim. Dalam suatu riwayat: Beliau bersabda padanya: "berangkatlah,
aku telah nikahkan ia denganmu dan ajarilah ia al-Qur'an." Menurut riwayat Bukhari: "Aku
serahkan ia kepadamu dengan (maskawin) al-Qur'an yang telah engkau hafal."
Menurut riwayat Abu Dawud dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu beliau bersabda: "Surat
apa yang engkau hafal?". Ia menjawab: Surat al-Baqarah dan sesudahnya. Beliau bersabda:
"Berdirilah dan ajarkanlah ia dua puluh ayat."

Faedah Hadits:
1. Hadits ini jadi dalil, bolehnya wanita menawarkan diri kepada laki-laki shalih yang dia
berharap dia mendapat manfaat dari keshalihannya.
2. Hadits ini jadi dalil, bolehnya melihat secara detail dari wanita sebelum dinikahi supaya
ada ketertarikan.
3. Bolehnya wanita menghibahkan diri kepada Rasulullah tanpa mahar. Tapi ini hanya
khusus Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun selain Rasulullah tetap pakai
mahar. Boleh disebut saat akad atau ditetapkan mahar semisal.
4. Wajibnya mahar ketika nikah.
5. Bolehnya wanita membuka wajahnya saat di nazhor.
6. Khitbah untuk menikah tidak wajib. Andai tanpa khitbah langsung menikah itu nikahnya
sah.
7. Boleh menjadikan mahar untuk nikah berupa pengajaran Al Quran, yaitu berupa jasa (jasa
mengajaran Al Quran), walaupun jumhur dari malikiyyah, hanafiyyah, mengatakan tidak
boleh, yaitu mahar harus berupa harta, benda. Tapi pendapat yang lebih kuat kata Syaikh
Abdul Fauzan, jika harta ada maka itu diutamakan.
8. Bolehnya mengkhitbah wanita yang sudah dikhitbah jika pengkhitbah yang pertama tadi
sudah mengizinkan/mengundurkan diri.
9. Masih bolehnya orang yang susah itu menikah. Karena Allah akan menolong (memberi
kecukupan) bagi orang yang menikah karena ingin menjaga izzahnya.

9. SEBARKAN BERITA PERNIKAHAN

Dari Amir Ibnu Abdullah Ibnu al-Zubair, dari ayahnya Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sebarkanlah berita pernikahan." Riwayat Ahmad.
Hadits shahih menurut Hakim.

Faedah Hadits:
1. Wajibnya mengumumkan pernikahan yang membuatnya tersebar. Inilah bedanya nikah
yang diumumkan terang-terangan dengan nikah sir (nikah sirih). Tujuan dari diumumkan
supaya orang-orang tahu bahwa si fulan nikah dengan si fulanah yang ini. Bentuk
perantara mengumumkan nikah tadi, kata para ulama’ bentuknya, pertama yaitu ada satu
saksi yang hadir ketika akad nikah. Kedua, berita pernikahan yang tersebar. Ketiga,
dengan memainkan duff (rebana). Dikatakan oleh Syaikh Abdul Fauzan cara untuk
mengumumkan pernikahan secara syar’i yaitu dengan memainkan duff tadi, yaitu
dimainkan ketika walimatul ‘ursy. Duff yang dimaksudkan disini yaitu alat music yang
menggunakan kulit. Namun memainkan duff disini punya aturan-aturan yang harus
dipenuhi. Yaitu: memainkan duff disini hanya khusus untuk perempuan. Karena kalo
laki-laki yang memainkan itu namanya tasyabuh dengan perempuan. Kemudian yang
kedua, jangan menggunakan pengeras suara sehingga bisa terdengar oleh laki-laki/bisa
mengganggu orang. Jadi hanya diperdengarkan sesame perempuan saja. Yang ketiga,
jangan sampai memainkan duff ini diiringi lagi dengan alat music yang lainnya dan juga
ada penyanyi disitu. Keempat, waktunya tidak boleh lama.

10. NIKAH HARUS DENGAN WALI

Dari Abu Burdah Ibnu Abu Musa, dari ayahnya Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak sah nikah kecuali dengan wali." Riwayat
Ahmad dan Imam Empat. Hadits shahih menurut Ibnu al-Madiny, Tirmidzi, dan Ibnu Hibban.
Sebagian menilainya hadits mursal.

Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Perempuan yang nikah tanpa izin walinya, maka nikahnya batil. Jika sang laki-laki telah
mencampurinya, maka ia wajib membayar maskawin untuk kehormatan yang telah dihalalkan
darinya, dan jika mereka bertengkar maka penguasa dapat menjadi wali bagi wanita yang
tidak mempunyai wali." Dikeluarkan oleh Imam Empat kecuali Nasa'i. Hadits shahih menurut
Ibnu Uwanah, Ibnu Hibban, dan Hakim.

Imam Ahmad meriwayatkan hadits marfu' dari Hasan, dari Imran Ibnu al-Hushoin: "Tidak
sah nikah kecuali dengan seorang wali dan dua orang saksi."

Faedah Hadits:
1. Nikah tidaklah sah kecuali dengan wali. Yang dimaksud dengan Laa nikaha:tidak ada
nikah:tidak sah.
2. Apa yang dimaksud dengan wali. Wali adalah kerabat yang punya hak perwalian ketika
akad nikah bagi si perempuan. Tentu saja ayah yang paling utama. (laki-laki).
3. Wali itu syarat sah nikah (menurut jumhur).
4. Urutan wali: 1. Ayah, 2. Kakek, 3. Saudara laki-laki kandung, 4. Saudara laki-laki
sebapak, 5. Anak dari saudara laki-laki kandung (keponakan), 6. Anak dari saudara laki-
laki sebapak, 7. Saudara kandung dari bapak (paman harus dari jalur bapak), 8. Saudara
sebapak dari bapak, 9. Anak laki-laki dari saudara kandung dari bapak (sepupu), 10. Anak
laki-laki dari saudara sebapak dari bapak. Jika tidak ada ini barulah beralih pada wali
hakim. Anak laki-laki kita dari suami tidak bisa menjadi wali (menurut madzhab syafi’i).
tetapi 3 madzhab lainnya menyelisihi ini. Dari wali-wali tadi ada syaratnya. Syarat wali
nikah ada 6 yaitu: 1. Islam, 2. Tidak melakukan dosa besar, 3. Baligh, 4. Berakal, 5.
Selamat dari penyakit yang membuatnya sulit berpikir (pikun), 6. Tidak sedang berihram
saat haji dan umrah.
5. Mahar itu ada ditetapkan ketika sudah terjadi persetubuhan. Jadi mahar harus dibayar
ketika sudah terjadi persetubuhan. Mahar ini boleh diucapkan ketika diawal saat ijab
qobul. Seandainya belum diucapkan maka terjadinya hubungan intim maka sudah jadi
wajib mahar.
6. Wanita yang tidak memiliki wali, walinya adalah wali hakim/penguasa.

11. MENIKAHI GADIS ATAU JANDA

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Seorang janda tidak boleh dinikahkan kecuali setelah diajak berembuk dan
seorang gadis tidak boleh dinikahkan kecuali setelah diminta izinnya." Mereka bertanya:
Wahai Rasulullah, bagaimana izinnya? Beliau bersabda: "Ia diam." Muttafaq Alaihi.

Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Seorang janda lebih
berhak menentukan (pilihan) dirinya daripada walinya dan seorang gadis diajak berembuk,
dan tanda izinnya adalah diamnya." Riwayat Imam Muslim. Dalam lafaz lain disebutkan,
"Tidak ada perintah bagi wali terhadap janda, dan anak yatim harus diajak berembuk."
Riwayat Abu Dawud dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban.

Faedah Hadits:
1. Janda akan bicara jika ada orang yang datang akan melamarnya, ia akan bicara dengan
kata-kata dengan tegas. Jika ia mau atau tidak ia akan mengatakan dengan tegas. Kalau
gadis diam tanda ia mau, karena punya sifat malu yang luar biasa.
2. Tetap harus ada persetujuan si wanita ketika akan menikah. Kalo janda dengan kalimat
tegas ia berbicara. Kalau izin dari gadis adalah dengan diamnya.
3. Seorang wali tidak boleh memaksakan seorang wanita terutama janda yang sudah baligh,
berakal untuk menikah.
4. Para ulama’ berselisih pendapat untuk gadis apakah boleh dipaksa dalam hal ini.
Sebagian menyatakan boleh (pendapat jumhur ulama’). Pendapat kedua mengatakan tetap
harus dengan ridho si wanita tadi. Syaikh Abdul Fauzan lebih cenderung ke pendapat
kedua.
5. Disyaratkannya wali dalam nikah. Jadi si wanita tidak boleh kawin lari.

12. NIKAH KARENA TERPAKSA

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Perempuan tidak boleh menikahkan perempuan lainnya, dan tidak boleh pula
menikahkan dirinya." Riwayat Ibnu Majah dan Daruquthni dengan perawi-perawi yang dapat
dipercaya.

Faedah Hadits:
1. Seorang wanita ia tidak punya wilayah perwalian dalam hal nikah. Maka ia tidak bisa
menikahkan dirinya sendiri dan juga tidak bisa menjadi untuk wanita lainnya.

Nafi' dari Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
melarang perkawinan syighar. Syighar ialah seseorang menikahkan puterinya kepada
orang lain dengan syarat orang itu menikahkan puterinya kepadanya, dan keduanya tidak
menggunakan maskawin. Muttafaq Alaihi. Bukhari-Muslim dari jalan lain bersepakat
bahwa penafsiran "Syighar" di atas adalah dari ucapan Nafi'.

Faedah Hadits:
1. Larangan nikah syighar. Konsekuensinya haram berdasarkan ijma’ para ulama. Ada
pendapat yang mengatakan akadnya batal, namun ada pendapat yang kedua nikahnya
sah tapi harus ada mahar. Sebab terlarangnya nikah ini karena, yang pertama tidak
adanya mahar. Kedua, sebabnya masing-masing saling mensyaratkan dan ini
termasuk dzalim kepada si perempuan, buat konflik pertengkaran. Ujung-ujungnya
menikah dengan keterpaksaan.

Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa ada seorang gadis menemui Nabi
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam lalu bercerita bahwa ayahnya menikahkannya dengan
orang yang tidak ia sukai. Maka Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memberi
hak kepadanya untuk memilih. Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah. Ada
yang menilainya hadits mursal.

Faedah Hadits:
1. Seorang gadis yang sudah baligh tidak boleh dipaksa untuk menikah.

13. KAWIN LARI KARENA CINTA

Dari Hasan, dari Madlmarah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Seorang perempuan yang dinikahkan oleh dua orang wali, ia milik wali pertama."
Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Hadits hasan menurut Tirmidzi.

Faedah Hadits:
1. Wali pertama menikahkan dengan laki-laki A danwali kedua menikahkan dengan laki-
laki B untuk satu wanita. Maka yang dinikahkan pertama kali, itu lah yang lebih berhak.
Berarti nikah yang kedua itu tidak sah. Disini bisa terjadi jika walinya itu dua dan
derajatnya sama. Kalo missal tidak sederajat, missal ayah dengan saudara laki-laki. Maka
yang didahulukan adalah ayahnya.

Dari Jabir Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Seorang budak yang menikah tanpa izin dari tuannya atau keluarganya, maka ia
dianggap berzina." Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi. Hadits shahih menurut
Tirmidzi dan Ibnu Hibban.

Faedah Hadits:
1. Seorang budak tidak bisa menikah kecuali dengan izin tuannya. Jika ia nekat maka
nikahnya tidak sah. Jadi harus dengan izin tuannya.
2. Seorang anak perempuan ingin menikah, harus dengan izin. Tidak boleh kawin
lari.harus dengan izin walinya. Kalau tanpa izin nikahnya tidak sah.

14. SIAPAKAH MAHRAM KITA?


Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Tidak boleh dimadu antara seorang perempuan dengan saudara
perempuan ayahnya dan antara seorang perempuan dengan saudara perempuan
ibunya." Muttafaq Alaihi.

Faedah Hadits:
1. Tidak boleh menikahi seorang wanita sekaligus dengan bibinya dari saudara ayah
atau ibu si wanita tadi..
2. Tidak boleh menikahi seorang wanita sekaligus dengan saudara perempuan si
wanita tadi.
3. Keduanya bersifat mahram sementara. Kalau si wanita sudah meninggal, boleh bagi
si laki-laki menikahi bibi wanita tadi atau saudara perempuan wanita tadi.

Dari Utsman Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Orang yang sedang berihram tidak boleh menikah dan menikahkan." Riwayat Muslim.
Dalam riwayatnya yang lain: "Dan tidak boleh melamar." Ibnu Hibban menambahkan: "Dan
dilamar."

Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menikahi
Maimunah ketika beliau sedang ihram. Muttafaq Alaihi.

Menurut riwayat Muslim dari Maimunah sendiri: Bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
menikahinya ketika beliau telah lepas dari ihram.

Pendapat jumhur ulama’ Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassallam menikahi maimunah
dalam keadaan halal (sudah tidak berihram).

Dan janganlah kamu menikahi perempuan-perempuan yang telah dinikahi oleh ayahmu,
kecuali (kejadian pada masa) yang telah lampau. Sungguh, perbuatan itu sangat keji dan
dibenci (oleh Allah) dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).
Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-
saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara
ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-
anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu;
saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam
pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan
isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan
diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam
perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau;
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang
kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan
dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk
dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara
mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban;
dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya,
sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana .

MAHRAM KITA:
1. Istri dari bapak
2. Ibu kandung
3. Anak perempuan
4. Saudara perempuan
5. Bibi dari saudara bapak
6. Bibi dari saudara ibu
7. Keponakan perempuan dari saudara laki-laki
8. Keponakan perempuan dari saudara perempuan
9. Ibu persusuan
10. Saudara perempuan sepersusuan
11. Ibu mertua
12. Anak dari janda dimana telah berlangsung akad dan hubungan intim dengan janda
tersebut.(rabibah)
13. Menantu
14. Ipar (diharamkan menikah sekaligus dengan dua orang perempuan yang bersaudara).
Kalau salah satu sudah meninggal baru boleh dinikahi saudara dari perempuan (mantan
istri) yang telah meninggal tadi atau sudah cerai (mahram muakkad/mahram sementara)
15. Wanita yang bersuami

15. INGIN NIKAH TETAPI TIDAK BOLEH DIPOLIGAMI

Dari Uqbah Ibnu Amir bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Sesungguhnya syarat yang paling patut dipenuhi ialah syarat yang menghalalkan kemaluan
untukmu." Muttafaq Alaihi.

Faedah Hadits:
1. Syarat yang paling penting dipenuhi untuk nikah adalah syarat selama seseorang itu
meminta kehalalan kemampuan istrinya (hubungan intim). Kata Syaikh Abdul Fauzan
syarat ini mesti ditunaikan. Persyaratan shahih ini ada 2 macam. Yang pertama, syarat
yang menunjukan konsekuensi akad. Misal setelah menikah kamu kasih saya tempat
tinggal. Dan ini tidak perlu dijadikan syarat. Karena nikah konsekuensinya memang
begitu. Jadi tidak usah disebut dalam akad. Yang kedua, syarat yang disitu ada maslahat
dan tidak menyelisihi hukum syariat. Jika ini sudah syarat maka harus ditunaikan. Kalau
tidak maka terjadinya pembatalan nikah.
2. Syaikh Abdul Malik membagi syarat ini menjadi 3. Pertama, syarat yang dihalalkan
danwajib dipenuhi, misal mempergauli istri dengan baik. Kedua, syarat yang tidak harus
dipenuhi. Syarat yang bertentangan dengan hukum syariat (fasid). Misal istri kedua
meminta si suami untuk menceraikan istri yang pertama. Contoh lain, pihak wanita
meminta kalau sudah nikah kamu tidak boleh menggauli saya. Yang ketiga, syarat yang
tidak diperintah dan tidak dilarang oleh Allah. Misal si wanita meminta agar suami tidak
menikah lagi. Pendapat paling kuat persyaratan ini tetap harus dipenuhi.

16. NIKAH MUT’AH (KAWIN KONTRAK)


Salamah Ibnu Al-Akwa' berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah memberi
kelonggaran untuk nikah mut'ah selama tiga hari pada tahun Authas (tahun penaklukan kota
Mekkah), kemudian bleiau melarangnya. Riwayat Muslim.

Ali Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang nikah
mut'ah pada waktu perang khaibar. Muttafaq Alaihi.

Apa itu nikah mut’ah?


Nikah mut’ah dari kata Al intifa’ wattaladzun, mengambil manfaat, memenuhi syahwat
adalah menikahi seorang wanita dalam jangka waktu tertentu dengan kompensasi harta
tertentu, dengan mahar tertentu. Jika waktu yang ditentukan tadi sudah berakhir, maka terjadi
perpisahan tanpa mesti men-tala q.
Keuntungannya, si wanita bisa mendapatkan manfaat dari harta tadi. Maharnya dia dapat,
laki-laki dan perempuan ini terpenuhi syahwatnya tanpa mesti hamil. Dan berdasarkan hadits
diatas disebutkan 3 hari pada 8 hijriyyah, pada tahun authas. Setelah itu dilarang. Jika ia
berniat dalam hati “saya mau ceraikan dia setelah 1 tahun” maka nikahnya tidak batal.
Namun, yang terjadi di nikah mut’ah, karena nikah ini sudah dilarang maka nikahnya tidak
sah.

Faedah Hadits:
1. Nikah mut’ah diharamkan, dan akadnya tidak sah. Akad kalau disebut tidak sah berarti
statusnya zina. Kenapa tidak sah, karena Rasulullah sudah melarangnya.
2. Hikmah diharamkannya nikah mut’ah adalah kata Syaikh Abdul Fauzan yang pertama,
tujuan nikah itu untuk menyatukan. Kalo nikah mut’ah tidak seperti itu. Dalam jangka
waktu tertentu pisah. Kedua, nikah mut’ah ini bermakna ijarah (sewa), ngontrak. Wanita
dianggap seperti barang. Ketiga, yang terjadi adalah rusaknya nasab. Misal kontrak ke
laki-laki pertama 1 bulan, kemudian pindah ke laki-laki kedua 1 bulan, kemudian pindah
lagi ke laki-laki ketiga 1 bulan. Kalau si perempuan tadi hamil, akan bingung itu
anaknnya siapa. Keempat, disebutkan oleh Ibnul Qayyim adalah akhirnya orang bisa
memilih nikah mut’ah saja, tidak usah nikah beneran dan ini perantara zina.
3. Nikah mut’ah haram selamanya sampai hari kiamat. Hanya boleh di masa awal-awal
islam. Ketika perang kkaibar tahun 7 hijriyyah nikah mut’ah haram. Pada 8 hijriyyah
pada saat fathul makkah dibolehkan hanya 3 hari saja. Setelah itu diharamkan selamanya
sampai hari kiamat.

17. INGAT TALAK ITU CUMA 3 KALI (NIKAH TAHLIL)


Ibnu Mas'ud berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melaknat muhallil (laki-laki
yang menikahi seorang perempuan dengan tujuan agar perempuan itu dibolehkan menikah
kembali dengan suaminya) dan muhallal lah (laki-laki yang menyuruh muhallil untuk
menikahi bekas istrinya agar istri tersebut dibolehkan untuk dinikahinya lagi)." Riwayat
Ahmad, Nasa'i, Dan Tirmidzi. Hadits shahih menurut Tirmidzi.

Talak cuma 3 kali dan itu cukup dengan ucapan dan kata-katanya tegas “saya talak
kamu” mau ucapan langsung atau sms, dll. Maka tetap jatuh talak. Mau serius mau
bercanda tetap dianggap talak. Kesempatan rujuk 2 kali saja.

Talak 1: menunggu kalo masih masa iddah, masih bisa rujuk kembali
Talak 2: masih bisa rujuk
Talak 3: tidak ada rujuk. Bisa kembali ke mantan istri dengan cara mantan istri nikah dengan
laki-laki lain sudah digauli kemudian akhirnya cerai, baru bisa kembali ke suami yang dulu
(dengan catatan ini terjadi tidak dibuat-buat). Tidak boleh dibuat sandiwara. Seperti dia
(muhallal lah) minta kepada muhallil untuk menikahi wanita yang telah di talak 3 supaya
wanita tadi bisa kembali kepadanya (muhallal lah). Rasulullah melaknat dua orang ini
(muhallil dan muhallal lah)

Faedah Hadits:
1. Diharamkannya nikah tahlil.
2. Yang melakukan nikah tahlil itu dosa besar.
3. Nikah tahlil ini nikahnya batal. Baik mantan istrinya mau balik ke mantan suami atau
tidak. Tapi tetap tergantung dengan suami kedua. Kalau suami kedua berniat melakukan
sandiwara (menjadi muhallil) maka nikahnya tetap batal.

18. NIKAH SESUDAH BERZINA

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Orang berzina
yang telah dicambuk tidak boleh menikahi kecuali dengan wanita yang seperti dia." Riwayat
Ahmad dan Abu Dawud dengan para perawi yang dapat dipercaya.

Faedah Hadits:
1. Seseorang dilarang menikah dengan orang yang telah berbuat zina. Baik laki-laki maupun
perempuan.
2. Laki-laki pezina tidak bisa menikahi wanita yang benar-benar menjaga kehormatan
dirinya. Dan sebaliknya.
3. Menurut pendapat jumhur, menikahi wanita yang hamil di luar nikah itu sah.
4. Perbaiki diri. Karena laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik dan begitu pula
sebaliknya.

19. MENYESAL KARENA SUDAH TALAK TIGA


'Aisyah .ra berkata: ada seseorang mentalak istrinya tiga kali, lalu wanita itu dinikahi seorang
laki-laki. Lelaki itu kemudian menceraikannya sebelum menggaulinya. Ternyata suaminya
yang pertama ingin menikahinya kembali. Maka masalah tersebut ditanyakan kepada
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, lalu beliau bersabda: "Tidak boleh, sampai suami
yang terakhir merasakan manisnya perempuan itu sebagaimana yang dirasakan oleh suami
pertama." Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Muslim.

Faedah Hadits:
1. Wanita yang sudah ditalak 3 maka tidak halal bagi suami yang dulu. Sampai wanita ini
menikah dengan laki-laki yang lain dan disetubuhi kemudian suami yang kedua mentalak
si wanita ini tanpa sandiwara. Maka si wanita baru bisa rujuk kembali dengan suami
pertama.

20. CARI YANG SEKUFU

[112:4]  “dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”

Yang dimaksud sekufu dalam nikah adalah, si laki-laki dan perempuan hendaklah sama atau
selevel. Kesamaan ini dalam hal agama, nasabnya, sama-sama merdekan, dan ulama-ulama
fikih juga menetapkan hal yang lainnya. Standar sama ini bukan sesuatu yang disepakati
dalam madzhab para ulama. Mereka katakana yang wajib ada antara laki-laki dan perempuan
tentu saja sekufu dalam hal agama. Tetap yang paling utama agama.

  ‫ول اَللَّ ِه صلى اهلل عليه‬


ُ ‫ال َر ُس‬ ِ ‫ ر‬- ‫َو َع ِن ابْ ِن ُعمر‬
َ َ‫ ق‬-‫ض َي اَللَّهُ َع ْن ُه َم ا‬
َ َ‫ ق‬: ‫ال‬ َ ََ َ
‫ إِاَّل‬, ‫ض‬ ُ ‫ َوال َْم َوالِي َب ْع‬, ‫ض‬
ٍ ‫ض ُه ْم أَ ْك َف اءُ َب ْع‬ ٍ ‫ض ُه ْم أَ ْك َف اءُ َب ْع‬
ُ ‫ب َب ْع‬
ُ ‫وس لم ( اَل َْع َر‬
ِ ِ ِ ِ ِ ٌ ِ‫َحائ‬
‫اس َت ْن َك َرهُ أَبُو‬
ْ ‫ َو‬, ‫س َّم‬ ْ ‫ َوفي إ ْس نَاده َرا ٍو ل‬, ‫ْح اك ُم‬
َ ُ‫َم ي‬ َ ‫ َر َواهُ اَل‬ ) ‫ام‬ٌ ‫ك أ َْو َح َّج‬
 ‫َحاتِ ٍم‬

Dari Ibnu Umar Radliyallahu 'anhuma bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Bangsa Arab itu sama derajatnya satu sama lain dan kaum mawali (bekas hamba
yang telah dimerdekakan) sama derajatnya satu sama lain, kecuali tukang tenung dan tukang
bekam." Riwayat Hakim dan dalam sanadnya ada kelemahan karena ada seorang perawi yang
tidak diketahui namanya. Hadits munkar menurut Abu Hatim.

sekufu dalam nasab menurut jumhur ulama iya. Tapi dari sisi hadits, haditsnya lemah.

‫ه‬GG‫لى هللا علي‬GG‫س ; أَنَّ اَلنَّبِ َّي ص‬ٍ ‫ت قَ ْي‬ ِ ‫اط َمةَ بِ ْن‬
ِ َ‫َ َوعَنْ ف‬
َ ُ‫ ( اِ ْن ِك ِحي أ‬: ‫وسلم قَا َل لَ َها‬
ْ ‫ َر َواهُ ُم‬ ) َ‫سا َمة‬
 ‫سلِ ٌم‬

Dari Fatimah Bintu Qais Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda kepadanya: "Nikahilah Usamah." Riwayat Muslim.

Faedah Hadits:
1. Sekufu dilihat dari sisi keturunan tidak dianggap. Dan inilah yang lebih tepat.

‫ ( يَ ا‬: ‫ال‬َ َ‫َن اَلنَّبِ َّي ص لى اهلل علي ه وس لم ق‬ َّ ‫َو َع ْن أَبِي ُه َر ْي َرةَ رض ي اهلل عن ه أ‬
َ
ِ ِ ِ ٍ ِ ِ َ َ‫بَنِي َبي‬
  ‫ َر َواهُ أَبُ و‬ ) ‫ َوانْك ُح وا إل َْي ه َو َك ا َن َح َّج ًام ا‬, ‫ أَنْك ُح وا أَبَ ا ه ْن د‬, َ‫اض ة‬
‫سنَ ٍد َجيِّ ٍد‬ ِ ِ َ ‫ وال‬, ‫َداو َد‬
َ ‫ْحاك ُم ب‬ َ ُ
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Hai Banu Bayadlah, nikahilah Abu Hind, kawinlah dengannya." Dan ia adalah
tukang bekam. Riwayat Abu Dawud dan Hakim dengan sanad yang baik.

Faedah Hadits:
1. Hadits ini jadi dalil sekufu dalam hal keturunan, dalam hal mihnah (pekerjaan).
2. Pekerjaan tidak dianggap dalam hal sekufu.

ِ ِ ْ ‫ض َي اَللَّهُ َع ْن َه ا قَ ال‬ ِ ‫ش ةَ ر‬ ِ
َ ‫ت بَ ِري َرةُ َعلَى َز ْوج َه ا ح‬
‫ين‬ ْ ‫ ( ُخِّي َر‬: ‫َت‬ َ َ ‫َو َع ْن َعائ‬ َ
َّ ‫ ( أ‬: ‫ َولِ ُم ْس لِ ٍم َع ْن َه ا‬.‫يث طَ ِوي ٍل‬
‫َن َز ْو َج َه ا َك ا َن‬ ٍ ‫ت ) مَّت َف ٌق َعل َْي ِه ِفي ح ِد‬
َ ُ ْ َ ‫َعَت‬ ‫ق‬
 
‫اس‬ٍ َّ‫ص َّح َع ِن ابْ ِن َعب‬
َ ‫ت َو‬ُ َ‫ ( َك ا َن ُح ًّرا ) َواأْل ََّو ُل أَ ْثب‬: ‫َع ْب ًدا ) َوفِي ِر َوايَ ٍة َع ْن َه ا‬
ِّ ‫ِع ْن َد اَلْبُ َخا ِر‬
 ‫ي ; أَنَّهُ َكا َن َع ْب ًدا‬
'Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata: Barirah disuruh memilih untuk melanjutkan
kekeluargaan dengan suaminya atau tidak ketika ia merdeka. Muttafaq Alaihi -dalam
hadits yang panjang. Menurut riwayat Muslim tentang hadits Barirah: bahwa suaminya
adalah seorang budak. Menurut riwayat lain: Suaminya orang merdeka. Namun yang
pertama lebih kuat. Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu riwayat Bukhari membenarkan
bahwa ia adalah seorang budak.

Faedah Hadits:
1. Kalau sudah bebas (tidak lagi jadi budak), maka ia boleh memilih dengan suaminya
dulu yang masih budak, ataukan berpisah.
2. Status merdeka itu sekufu dengan yang merdeka. Tapi ini bukan syarat sahnya
menikah.

Kesimpulan:
Ketika seseorang akan menikah, cari yang sekufu. Supaya tidak menjadi konflik.

Anda mungkin juga menyukai