JARIMAH QADZAF
A. JARIMAH
1. Pengertian
Menurut bahasa, Jarimah berasal dari akar kata ًر ْي َمة
ِ َج َر َم – يَجْ ِر ُم – َج
yang berarti “berbuat” dan “memotong”. Kemudian, secara khusus
dipergunakan terbatas pada “perbuatan dosa” atau “perbuatan yang dibenci”.
1
2
Mustofa Hasan dan Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam, … hlm. 15
23
24
Rian Hidayat El-Bantany, Kamus Pengetahuan Islam Lengkap, Cet. ke-1, (Depok:
Mutiara Allamah Utama, 2014), hlm. 241
3
25
M. Abdul Mujieb, dkk. Kamus Istilah Fiqih, Cet. ke-1, (Jakarta: Pt. Pustaka Firdaus,
1994), hlm. 139
4
َولَ ْم، ِريَّ ِة,, ِة ْالبَ َش,,َا ُّم لِ ْل َج َماع,, ُع ْال َع,, ِه النَّ ْف,,ِق ب
َ َّا تَ َعل,, َم:ِق هللا
ُّ ,, َح...
ِ َّيَ ْختَصَّ بِ َوا ِح ٍد ِمنَ الن
. اس
Hak Allah adalah suatu hak yang manfaatnya kembali kepada
masyarakat dan tidak tertentu bagi seseorang.
Dalam hubungannya dengan hukuman had maka pengertian
hak Allah di sini adalah bahwa hukuman tersebut tidak bisa
dihapuskan oleh perseorangan (orang yang menjadi korban
atau keluarganya) atau oleh masyarakat yang diwakili oleh
negara.
Jarimah hudud ini ada tujuh macam antara lain sebagai berikut.
Jarimah zina
26
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas… hlm. 17
5
Jarimah qadzaf
Jarimah syurbul khamr
Jarimah pencurian
Jarimah hirabah
Jarimah riddah
Jarimah Al-Baghyu (pemberontakan)
Dalam jarimah zina, syurbul khamr, hirabah, riddah, dan
pemberontakan yang dilanggar adalah hak Allah semata-mata.
Sedangkan dalam jarimah pencurian dan qadzaf (penuduhan zina)
yang disinggung di samping hak Allah, juga terdapat hak manusia
(individu), akan tetapi hak Allah lebih menonjol.
b. Jarimah qisas dan diat
Jarimah qisas dan diat adalah jarimah yang diancam dengan
hukuman qisas atau diat. Baik qisas maupun diat keduanya adalah
hukuman yang sudah ditentukan oleh syara’. Perbedaannya dengan
hukuman had adalah bahwa had merupakan hak Allah (hak
masyarakat), sedangkan qisas dan diat adalah hak manusia
(individu). Adapun yang dimaksud dengan hak manusia
sebagaimana dikemukakan oleh Mahmud Syaltut adalah sebagai
berikut.27
27
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas… hlm. 18
6
28
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas… hlm. 19
7
30
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas… hlm. 24
9
31
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas… hlm. 25
32
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas… hlm. 26
10
3. Unsur-unsur Jarimah
Abdul Qadir Audah mengemukakan bahwa unsur-unsur untuk jarimah
itu ada tiga macam.
Unsur formal
Unsur formal yaitu adanya nash (ketentuan) yang melarang
perbuatan dan mengancamnya dengan hukuman.34 Dengan perkataan lain,
tidak ada jarimah dan tidak ada hukuman kecuali dengan adanya suatu
nash. Ketentuan ini dalam hukum positif disebut dengan istilah asas
legalitas. Salah satu kaidah yang penting adalah35
Sebelum ada nash (ketentuan), tidak ada hokum bagi perbuatan
orang-orang yang berakal sehat.
Unsur material
Unsur material yaitu adanya tingkah laku yang membentuk jarimah,
baik berupa perbuatan nyata (positif) maupun sikap tidak berbuat
(negatif). Dalam jarimah zina unsur materiilnya adalah perbuatan yang
merusak keturunan. Dalam jarimah qadzaf unsur materiilnya adalah
perkataan yang berisi tuduhan zina. Sedangkan dalam jarimah
pembunuhan unsur materiilnya adalah perbuatan yang mengakibatkan
hilangnya nyawa orang lain. Unsur materiil ini mencakup tiga masalah
pokok, yaitu tentang jarimah yang telah selesai, jarimah yang belum
selesai atau percobaan dan turut serta melakukan jarimah.
Unsur moral
Unsur moral yaitu bahwa pelaku adalah orang yang mukallaf, yakni
orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban atas tindak pidana yang
dilakukannya. Pengertian pertanggungjawaban pidana dalam syariat
Islam adalah pembebanan seseorang dengan akibat perbuatan atau tidak
adanya perbuatan yang dikerjakan dengan kemauan sendiri, di mana
orang tersebut mengetahui maksud dan akibat dari perbuatannya. Dalam
syariat Islam pertanggungjawaban itu didasarkan kepada tiga hal:36
34
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas… hlm. 28
35
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas… hlm. 29
36
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas… hlm. 74
12
37
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas… hlm. 85
13
d. Di bawah umur.
B. JARIMAH QADZAF
1. Pengertian
Seperti yang telah dijelaskan, yang dimaksud jarimah adalah
perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara’, yang diancam dengan
hukuman had atau ta’zir. Sedangkan qadzaf, asal makna qadzaf adalah
arramyu (melempar), umpamanya melempar dengan batu atau dengan yang
lain.
Firman Allah SWT dalam surat QS. Thaha’ 39 yaitu:
Artinya: Yaitu: "Letakkanlah ia (Musa) didalam peti, kemudian lemparkanlah
ia ke sungai (Nil), Maka pasti sungai itu membawanya ke tepi,
supaya diambil oleh (Fir'aun) musuh-Ku dan musuhnya. dan aku
telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku;
dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku. (QS. Thaha’:
39)38
Akan tetapi kata arramyu bisa juga berarti kinayah, seperti yang
terdapat dalam surah an-Nur ayat 4, yang berbunyi:
38
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung: Gema Risalah Press),
hlm. 605
39
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya… hlm. 613
14
40
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya… hlm. 684
41
M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, Cet. ke-1, (Jakarta: Amzah, 2016), hlm. 53
42
Rian Hidayat El-Bantany, Kamus Pengetahuan Islam… hlm. 443
43
A. Rahman Ritonga, dkk., Ensiklopedi Hukum Islam, Cet. ke-6, (Jakarta: PT. Ichtiar
Baru Van Hoeve, 2003), hlm. 1456
44
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri’ al-Jina’i al-Islamiy Muqaranan bil Qanunil Wad‘Iy,
Cetakan Pertama, (Beirut: Muatsatsah Al-Risalah, 1998), hlm. 17
15
45
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri’ al-Jina’i al-Islamiy … hlm. 23
16
49
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri’ al-Jina’i al-Islamiy … hlm. 38
50
Mustofa Hasan, dan Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam... hlm. 263
51
Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2016), hlm. 581
18
56
Mustofa Hasan, dan Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam… hlm. 264
57
Mustofa Hasan, dan Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam… hlm. 265
21
58
Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah… hlm. 582
59
Mustofa Hasan, dan Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam… hlm. 266
22
60
Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah… hlm. 583
61
Mustofa Hasan, dan Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam… hlm. 267
23