Anda di halaman 1dari 15

JARIMAH RIDDAH DALAM HUKUM PIDANA

ISLAM

DISUSUN OLEH

NAMA : NUR KHOLIS MAJID (2102026140)

ANANDHIA SALSA (2102026127)

MUHAMMAD NUR ALFAN KAMAL (2102026153)

SEMESTER :3

UIN WALISONGO SEMARANG

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini


karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Semarang, September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Riddah dan Dasar Hukumnya ........................................ 3

2.2 Unsur-unsur Jarimah Riddah .......................................................... 4

2.3 Hukuman Untuk Jarimah Riddah .................................................... 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era globalisasi saat ini banyak orang islam tetapi tidak berkelakuan
seperti orang islam selayaknya. Banyak orang yang menganggap remeh tentang
agama, bahkan banyak di antara mereka sudah bertindak yang bisa di kategorikan
dalam tindakan murtad atau keluar dari agama Islam.

Dalam menyikapi hal yang terjadi seperti itu, maka kami akan membahas
tentang apakah yang dinamakan murtad, hukuman bagi yang melakukannya serta
yang lain sebagainya yang terkait dengan murtad. Sehingga setidaknya kita bisa
tahu dan memahami tentang hal-hal yang bisa menyebabkan kita menuju kepada
tindakan atau pemikiran yang murtad.

Islam itu sebagai jalan yang sempurna dalam kehidupan. Islam sebagai
agama yang sesuai dengan segala zaman, sebagai ibadah, tuntunan, moril, material,
serta berhubungan dengan dunia dan akhirat. Islam tidak mengajarkan hal-hal yang
bertentangan denga fitrah manusia. Islam juga tidak menghambat jalannya
pembangunan manusia, baik di bidang moral, spiritual dan fisik material. Akan
tetapi justru Islam mendorong manusia ke arah kesempurnaan. Namun dengan
bergulirnya waktu, dunia semakin canggih jurtru kerusakan moral, kerakusan
manusia semakin mengakar kuat, kebebasan, keindahan dunia dan rasio sesatnya
yang dijadikan patron dalam hidupnya.

Dengan demikian tak jarang manusia yang lari dari kebenaran agama Islam,
menjadi seorang penghianat terhadap peraturan-peraturan syariat Islam. Disinilah
Islam juga hadir memberikan perhatian serius bagi penghianat baik laki-laki
maupun perempuan. Semua manusia baik warga komunis maupun kapitalis ataupun
yang lainnya, bila ia mengingkari undang-undang negaranya tentu dituduh sebagai
penghianat terhadap negaranya.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Riddah dan Bagaimana dasar hukumnya?

2. Bagaimanakah unsur-unsur terjadinya jarimah riddah?

3. Hukuman seperti apa yang diberikan untuk para pelaku jarimah riddah?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Riddah Dan Dasar Hukumnya

Riddah dalam arti bahasa adalah ‫ الرجو ع عن الشئ ا لي غير ه‬yang artinya
kembali dari sesuatu ke sesuatu yang lain. Ibrahim Unais dan kawan-kawan dalam
kamus Al-Mujam Al-Wasith Jilid I mengemukakan bahwa Murtad berasal dari kata
:‫ معنه وصر فه‬: ‫ رده ردا وردة‬,yang artinya menolak dan memalingkannya. Menurut
istilah Syara’, pengertian riddah sebagaimana dikemukakan oleh Wahbah Zuhaili
adalah sebagai berikut.

‫وهئ شر عا الر جؤ ع عن د ين االسال م الي الكفر سواء با ا لنية او با لفعل المكفر او با لقو ل‬

“Riddah menurut syara’ adalah kembali dari agama islam kepada


kekafiran, baik dengan niat, perbuatan yang menyebabkan kekhafiran, atau dengan
ucapan.”

Pengertian yang sama dikemukakan juga oleh Abdul Qadir Audah sebagai
berikut:

‫ الرجوع عن االء سال م او قطع االء سالم‬.....‫الر دة شر عا‬

“Riddah adalah kembali (ke luar) dari agama islam atau memutuskan (ke
luar) dari agama islam.”

Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapatlah dipahami bahwa


orang yang murtad adalah orang yang ke luar dari agama islam dan kembali kepada
kekafiran. Riddah merupakan perbuatan yang dilarang oleh Allah yang diancam
dengan hukuman di akhirat,yaitu dimasukkan ke neraka selama-lamanya. Hal ini
dijelaskan oleh Allah dalam Surah Al-Baqarah 217:

‫ومن يرتدد منكم عن دينه فيمت وهو كافر فأولئك حبطت أعمالهم في الدنيا واآلخرة وأولئك‬
) 217: ‫أصحاب النار هم فيها خالدون ( البقرة‬

3
“Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati
dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di
akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” )QS. Al-
Baqarah :217).

‫من كفر باهلل من بعد إيمانه إال من أكره وقلبه مطمئن باإليمان ولكن من شرح بالكفر صدرا فعليهم‬
‫غضب من هللا ولهم عذاب عظيم‬

“Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat
kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang
dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya
untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya adzab yang
besar.”(QS. An-Nahl:106)

Di samping al-Qur’an, Rasulullah sawmenjelaskan hukuman untuk orang


murtad ini di dalam sebuah hadits :

‫ من بدل د ينه فا‬: ‫ قال ر سو ل هللا صلئ هللا عليه و سلم‬: ‫و عن ابن عبا س ر ضي هللا عنه قال‬
)‫قتلوه (رواه البخاري‬

Dari Ibn Abbas ra.Ia berkata: Rasulullah saw. Bersabda: “Barang siapa
menukar agamanya maka bunuhlah dia.” (Hadits riwayat Bukhari).

Dari ayat dan hadits tersebut jelaslah bahwa murtad termasuk salah satu
jenis tindak pidana yang diancam dengan hukuman mati.

2.2 Unsur-Unsur Jarimah Riddah

Dari definisi tersebut,dapat diketahui bahwa unsur-unsur jarimah riddah


itu ada dua macam,yaitu :

4
1. Kembali (ke Luar) dari Islam

Unsur yang pertama dari jarimah riddah adalah keluar dari islam. Pengertian
ke luar dari islam itu adalah meninggalkan agama islam itu setelah mempercayai
dan meyakininya. Ke luar dari islam bisa terjadi dengan salah satu dari tiga cara,
yaitu :

a. Dengan perbuatan atau menolak perbuatan;

Keluar dari islam dengan perbuatan terjadi apabila seseorang melakukan


perbuatan yang diharamkan oleh islam dengan menganggapnya boleh
atau tidak haram, baik ia melakukannya dengan sengaja atau
melecehkan islam, menganggap ringan atau menunjukkan
kesombongan. Contohnya seperti sujud kepada berhala, matahari,
bulan, atau binatang, melemparkan mushaf al-Qur’an atau kitab hadis
ke tempat yang kotor atau menginjak-injaknya atau tidak mempercayai
ajaran yang dibawa oleh al-Quran. Termasuk juga dalam kelompok ini
orang yang melakukan perbuatan haram seperti; zina, pencurian, minum
minuman keras (khamr), dan membunuh dengan keyakinan bahwa
perbuatan-perbuatan tersebut hukumnya halal.

Adapun yang dimaksud dengan menolak melakukan perbuatan adalah


keenggangan seseorang untuk melakukan perbuatan yang diwajibkan
oleh agama (islam), dengan diiringi keyakinan bahwa perbuatan tersebut
tidak wajib. Contohnya seperti enggan melaksanakan salat, zakat,
puasa dan haji. Karena merasa semuanya itu tidak wajib.

b. Dengan ucapan (perkataan);

Keluar dari islam juga bisa terjadi dengan keluarnya ucapan dari mulut
seseorang yang berisi kekafiran. Contohnya seperti pernyataannya
bahwa Allah punya anak, mengaku menjadi nabi, mempercayai

5
pengakuan seseorang sebagai nabi, mengingkari nabi, malaikat dan lain-
lain.

c. Dengan iktikad atau keyakinan

Disamping itu, ke luar islam juga bisa terjadi dengan i’tikad atau
keyakinan yang tidak sesuai dengan akidah islam. Contohnya seperti
seseorang yang meyakini langgengnya alam, atau keyakinan bahwa
Allah itu makhluk, atau keyakinan bahwa manusia menyatu dengan
Allah, atau keyakinan bahwa Alquran itu bukan dari Allah, atau bahwa
Nabi Muhammad itu bohong, Ali sebagai nabi, atau bahkan
menganggapnya sebagai tuhan dan lain-lain yang bertentangan dengan
al-Quran dan sunah rasul. Adapun keyakinan semata-mata tidak
menyebabkan seseorang menjadi murtad (kafir), sebelum diwujudkan
dalam bentuk ucapan atau perbuatan. Hal ini berdasarkan hadis yang
dirawayatkan empat imam ahli hadis dari Abu Hurairah bahwa
rasulullah saw, bersabda :

‫ان هللا تعا لي تجا وز المتي عما حد ثت به انفسها ما لم تتكلم به او تعمل به (رواه االربعة‬
)‫عن ابي هر يره‬

“Sesungguhnya Allah Ta’ala mengampuni umatku dari apa-apa yang


terlintas dalam hatinya, selama belum diucapkan atau
dikerjakan”. (hadis riwayat yang empat dari Abu Hurairah).

Dengan demikian seseorang yang baru beri’tikad dalam hatinya dengan


i’tikad yang bertentangan dengan islam belum dianggap ke luar dari
islam dan di dunia secara lahiriyah ia tetap dianggap sebagai muslim
dan tidak dikenakan hukuman. Adapun di akhirat ketentuan dan
urusannya diserahkan kepada Allah SWT. Apabila i’tikadnya itu telah
diwujudkan dan dibuktikan dengan ucapan atau perbuatan maka ia
sudah termasuk murtad. Seseorang dianggap murtad apabila ia berakal
sehat. Dengan demikian,orang yang tidak berakal sehat pernyataan

6
murtadnya tidak sah, seperti orang gila, orang dalam keadaan tidur,
orang yang sakit ingatan,mabuk kareana barang yang mubah,atau anak
kecil yang belum tamyiz yang akalnya belum sempurna. Menurut
fuqaha Syafi’iyah, murtadnya anak kecil dan islamnya hukumnya tidak
sah. Pendapat ini juga merupakan pendapat Imam Zufar dari pengikut
mazhab Hanafi, Zhahiriyahdan Syi’ah Zaidiyah. Meskipun
demikian,kelompok Syafi’iyah tetap mengakui keislaman anak kecil,
karena ia mengakuti kedua orang tuanya atau salah satunya yang masuk
islam.

2. Niat yang melawan hukum

Untuk terwujudnya jarimah riddah disyaratkan bahwa pelaku perbuatan


itu sengaja melakukan perbuatan atau ucapan yang menunjukkan
kepada kekafiran, padahal ia tahu dan sadar bahwa perbuatan atau
ucapannya itu berisi kekafiran. Dengan demikian, apabila seseorang
melakukan perbuatan yang mengakibatkan kekafiran tetapi ia tidak
mengetahui bahwa perbuatan tersebut menunjukkan kekafiran, maka ia
tidak termasuk kafir dan murtad.

2.3 Hukuman Untuk Jarimah Riddah

Didalam jarimah riddah ada tiga macam bentuk hukumannya, yaitu pokok,
pengganti dan tambahan.

1. Hukuman Pokok

Hukuman pokok untuk jarimah riddah adalah hukuman mati dan statusnya
sebagai hukuman had. Hukuman mati ini adalah hukuman yang berlaku umum
untuk setiap orang yang murtad baik laki-laki maupun perempuan, tua maupun
muda. Akan tetapi, Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa perempuan tidak
dihukum mati karena murtad, melainkan dipaksa kembali kepada islam dengan

7
jalan ditahan dan kemudian dikeluarkan setiap hari untuk diminta bertobat dan
ditawari untuk kembali ke dalam islam.

Apabila ia menyatakan islam maka ia dibebaskan.Akan tetapi, apabila ia


tidak mau menyatakan islam maka ia akan tetap ditahan (dipenjara) sampai ia mau
menyatakan islam atau sampai ia meninggal dunia. Sedangkan para ulama lain
tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam penerapan hukuman bagi
orang yang murtad. Menurut ketentuan yang berlaku, orang yang murtad tidak
dapat dikenakan hukuman mati, kecuali setelah ia diminta untuk bertobat. Apabila
setelah ditawari untuk bertobat ia tidak mau maka barulah hukuman mati
dilaksanakan. Menurut sebagian fuqaha penawaran untuk bertobat ini hukumnya
wajib.

Adapun cara tobat adalah dengan mengucapkan dua kalimat


syahadatdisertai dengan pengakuan-pengakuan dari orang yang murtad terhadap
apa yang diingkarinya dan melepaskan diri dari setiap agama dan keyakinan yang
menyimpang dari agama Islam. Seseorang yang mengakui dan mempercayai
adanya dua Tuhan atau mengingkari kerasulan Muhammad tobatnya cukup dengan
mengucapkan dua kalimat syahadat. Apabila murtadnya karena mengingkari
sesuatu yang lain, seperti pernyataan bahwa Muhammad itu hanya diutus untuk
orang atau bangsa arab sajaatau ia mengingkari suatu kewajiban atau larangan maka
tobatnya disamping mengucapkan dua kalimat syahadatjuga harus disertai dengan
pernyataan pengakuan terhadap substansi yang diingkarinya.

Sebagai akhir dari tobatnya itu, apabila tobatnya diterima maka hukuman
mati menjadi terhapus dan statusnya kembali sebagai orang yang dijamin
keselamatannya. Apabila setelah itu ada orang lain yang membunuhnya maka
pelaku (pembunuh) harus diqishash, karena ia membunuh orang yang memiliki
jaminan keselamatan.

8
2. Hukuman Pengganti

Hukuman pengganti untuk jarimah riddah berlaku dalam dua keadaan


sebagai berikut:

a. Apabila hukuman pokok gugur karena tobat maka hakim


menggantinya dengan hukuman ta’zir yang sesuai dengan keadaan
pelaku tersebut,seperti hukuman jilid (cambuk), penjara atau denda
atau cukup dengan dipermalukan (taubikh).

b. Apabila hukuman pokok gugur karena syubhat, seperti pandangan


Imam Abu Hanifah yang menggugurkan hukuman mati bagi pelaku
wanita dan anak-anak maka dalam kondisi ini pelaku perbuatan itu
(wanita dan anak-anak) dipenjara dengan masa hukuman yang tidak
terbatas dan keduanya dipaksa untuk kembali ke agama islam.

3. Hukuman Tambahan

Hukuman tambahan yang dikenakan kepada orang murtad ada dua macam,
yaitu:

a. Penyitaan atau Perampasan Harta

Menurut Imam Malik, Imam Syafi’Idan Imam Ahmad, apabila


orang murtad meninggal atau dibunuh maka hartanya menjadi
milik bersama dan tidak boleh diwarisi oleh siapa pun atau dengan
kata lain harta tersebut harus disita oleh Negara.

b. Berkurangnya Kecakapan Untuk Melakukan Tasarruf

Riddah tidak berpengaruh terhadap kecakapan untuk memiliki


sesuatu dengan cara apapun kecuali warisan, tetapi ia berpengaruh
terhadap kecakapan untuk men-tasarruf-kan hartanya, baik harta
tersebut diperoleh sebelum murtad ataupun sesudahnya. Dengan
demkian, tasarruf orang murtadseperti menjual barang, tidak nafidz

9
melainkan mauquf (ditangguhkan keabsahannya). Apabila ia
kembali ke islam maka tasarruf-nya itu hukumnya sah dan dapat
dilangsungkandan apabila ia mati dalam keadaan murtad maka
tasarruf-nya hukumnya batal.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan makalah di atas, dapat kita mengetahui tentang definisi


riddah (murtad), dasar hukumnya, unsur-unsur terjadinya jarimah riddah serta
hukuman bagi pelaku jarimah murtad ini. Sehingga harapan kami setelah
membahas dan memahami makalah ini dapat mengetahui lebih dalam mengenai
jarimah khususnya jarimah riddah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-Kahlani, Muhammad ibn Ismail. 1960. Subul As-Salam. Mesir: Mathba’ah


Musthafa Al-Baby Al-Halaby.
Ali, Zainudin. 2009. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika.
As-Sayuthi, Jalal Ad-Din. Tanpa tahun. Al-Jami’ Ash-Shaghir. Dar Al-fikr.
Asy-Syaukani, Muhammad ibn Ali. Tanpa tahun. Nail Al-Authar. Saudi Arabia:
Idarah Al-Buhuts Al-‘Ilmiyah.
Muslich, A.Wardi. 2005. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika.
Unais, Ibrahim, et.al. Tanpa tahun. Al-Mu’jam Al-Wasith. Dar Ihya At-Turats Al-
Arabi.
Zuhaili, Wahbah. 1989. Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh. Damaskus: Dar Al Fikr.

12

Anda mungkin juga menyukai