Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AKHLAK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak Dengan Judul


“MURTAD”

Dosen pengampu: Drs. Abdullah MF,SKM., M.Kes

Disusun oleh:

Muhammad Rofiqi (2207010317)

Kelas 3C Reguler Banjarbaru

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD
AL- BANJARI BANJARMASIN
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas mandiri untuk mata kuliah AKHLAK, dengan
judul: “ MURTAD “ Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak
terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan
kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberi
manfaat dan ilmu bagi teman-teman yang membacanya.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................................1
1.3 TUJUAN...............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2

2.1 PENGERTIAN MURTAD..................................................................2


2.2 PANDANGAN AL-QUR’AN, HADIST DAN FIQIH MENGENAI
MURTAD.............................................................................................3
2.3 PENGERTIAN HUKUM MURTAD MENURUT IMAM SYAFI’I DAN
IMAM HAMBALI...............................................................................7
2.4 MACAM MACAM MURTAD............................................................7
2.5 HAL-HAL YANG DAPAT MENYEBABKAN MURTAD...............8
2.6 DALIL DAN HADIST TENTANG MURTAD...................................9
2.7 AKIBAT DARI MURTAD..................................................................9
2.8 CARA TERHINDAR DARI MURTAD..............................................10

BAB III PENUTUP.........................................................................................11

3.1 KESIMPULAN.....................................................................................11
3.2 SARAN.................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan di dunia tidak terlepas dari aturan aturan syarak,karena
syarak merupakan aturan yang harus di patuhi oleh orang orang yang
memelukuk agama islam akan tetapi akhir akhir ini banyak sekali dari
kalangan kamu muslimin baik pemuda, orang tua,oang oarang awam
bahakan orang orang berpangkat sekalipun, masih banyak yang belum
mengetahui hal hal yang menjadi aturan dalam hukum islam, bahakan
sesuatu yang paling krusialpun masih bnayak di lakukan, karena ketidak
tauannya, seperti perbuatan murtad atau keluar dari agama islam.
Pemahaman yang berkembang di kalangan msyarakt banyak mengenai
murtad hanyalah terpokus pada keluar dari ajaran islam dengan menyembah
patug saja, padahal melalui perkataan, perbuatan bahakan hati sekalipun
bisa membawa ke dalam dunia kemurtadan oleh karena itu pemakalah
membuat makalah ini supaya bisa membantu kita umat islam terutama
mahasiswa dalam memahami arti murtad dan hal hal yang bisa membawa
kita kepada kemutadan sehinga bisa mawas diri dan waspada.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun tujuan yang ingin di capai dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang di maksud dengan murtad dan murtad dalam Jarimah Hudud?
2. Bagaimana pandangan Al Qur’an, hadist dan fiqih mengenai tentang murtad?
3. Apa pengertian murtad menurut imam Syafi’I dan imam Hambali ?
4. Apa macam-macam murtad?
5. Apa hal-hal yang bisa menyebabkan murtad?
6. Apa dalil dan hadist tentang murtad?
7. Apa akibat dari murtad?
8. Bagaimana cara agar terhindar dari murtad?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apayang dimaksud dengan murtad
2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan Al-Qur’an, hadist dan fiqih mengenai
murtad
3. Untuk mengentahui pengertian murtad menurut imam Syafi’I dan imam
Hambali
4. Untuk mengetahui macam-macam murtad
5. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dapat menyebabkan murtad
6. Untuk mengetahui dalil dan hadist tentang murtad
7. Untuk mengetahui akibad dari murtad
8. Untuk mengetahui cara terhindar dari murtad

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Murtad


Secara etimologi Murtad berasal dari kata irtadda yang artinya raja’a
(kembali), sehingga apabila dikatakan irtadda‘an diinihi maka artinya
orang itu telah kafir setelah memeluk Islam. Sedangkan menurut istilah,
penulis mengutip pengertian murtad menurut Al Kasani al Hanafi bahwa
sudah termasuk murtad orang-orang yang melontarkan kalimat kufur
dengan lisan setelah adanya iman, jadi riddah adalah kembalinya
seseorang dari keimanan kepada kekufuran. Sedang menurut Asy-
Syarbaini asy-Syafi’i riddah adalah memutuskan atau melepaskan diri
dari Islam dengan niat atau pun perbuatan, demikian pula ucapan baik
yang berupa olok-olok, penentangan ataupun berbentuk keyakinan. Dari
pengertian dan penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa riddah
adalah kembali atau berbaliknya seseorang dari keimanan. Perbuatannya
yang menyebabkan dia kafir atau murtad itu disebut sebagai riddah
(kemurtadan). Dengan kata lain adalah menjadi kafir sesudah berislam.
Allah SWT. Berfirman: Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari
agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-
sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni
neraka, mereka kekal di dalamnya”. QS. Al-Baqarah : 217).

Kata murtad adalah bentuk isim fa’il dari kata irtadda ( ‫)ارتـد‬,
yartaddu (‫)يرتـد‬, irtidad (‫)ارتـداد‬. Sedangkan isim masdar-nya adalah ar-
riddah (‫الردة‬, artinya adalah kembali kepada kekafiran setelah memeluk
agama Islam). (Ibn Manzhur, 1956) Baik dengan niat, ucapan, maupun
tindakan. Orang murtad adalah orang yang keluar dari agama Islam
kepada kekafiran seperti berkeyakinan bahwa Allah swt sang Pencipta
Alam itu tidak ada, kerasulan Muhammad saw tidak benar, menghalalkan
suatu perbuatan yang diharamkan seperti zina, meminum khamar dan
lain-lain, atau mengharamkan yang halal seperti jual beli, nikah atau
menafikan kewajiban-kewajiban yang disepakati seluruh umat Islam,
seperti menafikan salat lima waktu atau memperlihatkan tingkah laku
yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah keluar dari agama
Islam, seperti membuang al-Quran ke tempat pembuangan kotoran,
menyembah berhala, dan menyembah matahari.

Tindak Pidana Terhadap Pelaku Murtad Sebagai Jenayah Hudud


Murtad merupakan bagian dari perbuatan dosa yang sangat besar.
Perbuatan itu dapat menggugurkan semua nilai kebaikan yang pernah
dimilikinya ketika ia masih memeluk Islam. Dia juga layak untuk

2
mendapatkan siksa pedih di akhirat. Setiap muslim keluar dari agama
Islam dan dia tetap berada pada kekafirannya sampai meninggal dunia,
maka seluruh kebaikan yang pernah dilakukanya akan sia-sia dan buah
kebaikanya juga tidak dapat dirasakan karena itu tidak lagi memiliki hak
seperti yang dimiliki oleh kaum Muslimin lain. Selain itu, dia juga tidak
berhak mendapatkan kenikmatan akhirat yang seharusnya dapat diraih
oleh seorang Muslim. Dia akan terus mendapatkan siksaan yang pedih.
Allah SWT Juga telah menetapkan hukuman bagi orang-orang yang
murtad yang harus dilaksanakan ketika di dunia, sementara siksa di
akhirat sudah menanti, Yaitu hukuman mati (Sabiq, 2001:153) sanksi
terhadap orang yang murtad adalah hukuman mati tersebut disepakati
oleh pakar hukum Islam klasik bagi kaum lelaki, sedangkan sanksi
terhadap perempuan yang murtad ada perbedaan (Munzir,1986: 240).
Jinayah Murtad merupakan satu fenomena yang amat berbahaya, maka
terdapat peruntukan dalam sistem perundang-undangan untuk mengatasi
masalah ini. Oleh karena masalah ini melibatkan semua pihak, baik
individu, keluarga, masyarakat dan pihak hukum. sudah tentu timbul
desakan untuk mencari penyelesaian secara tuntas untuk mengatasi
masalah ini (Suhaida. 2010: 44 ). Mengikut Jumhur ulama, kesalahan
murtad boleh dikategorikan dalam sistem perundang-undangan Islam
sebagai kesalahan yang dikenakan hukuman hudud (Zuhaili, 1985:12).
Seorang yang melakukan Jinayah Murtad akan dijatuhkan hukuman
hudud. Tetapi bagaimanapun hukuman itu masih tertakluk kepada tiga
hukuman utama. Wujudnya kepelbagaian hukuman-hukuman itu adalah
tertakluk kepada keputusan hakim dengan melihat sebab-sebab dan latar
belakang kasus murtad tersebut (Suhaida, 2010: 45).
2.2 Pandangan Al-Qur’an, Hadist dan Fiqih mengenai Murtad
1. Al-Qur’an
Qur’an Suci adalah sumber syari’at Islam yang paling utama;
oleh sebab itu akan kami dahulukan. Soal pertama, dalam Qur’an tak
ada satu ayat pun yang membicaraan perihal murtad secara
kesimpulan. Irtidad atau perbuatan murtad yang terjadi karena
menyatakan diri sebagai orang kafir atau terang-terangan mengingkari
Islam, ini tak dapat dijadikan patokan, karena adakalanya orang yang
sudah mengaku Islam, mempunyai pendapat atau melakukan
perbuatan yang menurut penilaian ulama ahli fiqih, bukanlah
bersumber kepada Islam. Mencaci-maki seorang Nabi atau menghina
Qur’an, acapkali dijadikan alasan untuk memperlakukan seseorang
sebagai orang murtad, sekalipun ia secara sungguh-sungguh mengaku
sebagai orang beriman kepada Qur’an dan Nabi.

3
Soal kedua, pengertian umum bahwa Islam menghukum mati
orang murtad, ini tak ada dalilnya dalam Qur’an Suci. Dalam
Encyclopaedia of Islam, tuan Heffeming mengawali tulisannya
tentang masalah murtad dengan kata-kata: “Dalam Qur’an, ancaman
hukuman terhadap orang yang murtad hanya akan dilakukan di
Akhirat saja”. Dalam salah satu wahyu Makkiyah terakhir, terdapat
uraian: “Barangsiapa kafir kepada Allah sesudah beriman -bukannya
ia dipaksa, sedang hatinya merasa tentram dengan iman, melainkan
orang yang membuka dadanya untuk kekafiran-, mereka akan ditimpa
kutuk Allah, dan mereka akan mendapat siksaan yang pedih” . Dari
ayat ini terang sekali bahwa orang murtad akan mendapat siksaan di
Akhirat, dan hal ini tak diubah oleh wahyu yang diturunkan
belakangan takala pemerintah Islam telah berdiri, setelah Nabi Suci
hijrah ke Madinah.
Adapun dalil yang paling meyakinkan bahwa orang murtad tidak
dihukum mati, ini tercantum dalam rencana kaum Yahudi yang
diangan-angankan selagi mereka hidup di bawah pemerintahan Islam
di Madinah. Qur’an berfirman: “Dan golongan kaum Ahli Kitab
berkata: Berimanlah kepada apa yang diturunkan kepada arang-orang
yang beriman pada bagian permulaan hari itu, dan kafirlah pada
bagian terakhir hari itu”.
Bagaimana mungkin orang yang hidup di bawah pemerintahan
Islam dapat meng-angan-angankan rencana semacam itu yang amat
merendahkan martabat Islam, jika perbuatan murtad harus dihukum
mati? Surat al-Maidah adalah Surat yang diturunkan menjelang akhir
hidup Nabi Suci, namun dalam Surat itu perbuatan murtad dibebaskan
dari segala hukuman dunia: “Wahai orang-orang yang beriman,
barangsiapa di antara kamu murtad dari agamanya, maka Allah akan
mendatangkan kaum yang Allah cinta kepada mereka dan mereka
cinta kepada-Nya“.
2. Hadist
Marilah kita sekarang meninjau uraian Hadits, yang dalil Hadits
inilah yang dipakai oleh kitab-kitab fiqih sebagai dasar adanya
hukuman mati bagi kaum murtad. Tak sangsi lagi bahwa uraian Hadits
yang bersangkutan mencerminkan uraian yang timbul belakangan,
namun demikian, jika Hadits itu kita pelajari dengan teliti, sampailah
pada kesimpulan, bahwa perbuatan murtad tidaklah dihukum,
terkecuali apabila perbuatan murtad itu dibarengi dengan peristiwa
lain yang menuntut suatu hukuman bagi pelakunya. Imam Bukhari

4
yang tak sangsi lagi merupakan penulis Hadits yang paling teliti dan
paling hati-hati, amatlah tegas dalam hal ini.
Dalam Kitab Bukhari terdapat dua bab yang membahas masalah
murtad; yang satu berbunyi: Kitabul-muharibin min ahlil-kufri
wariddah, artinya Kitab tentang orang yang berperang (melawan kaum
Muslim) dari golongan kaum kafir dan kaum murtad. Adapun yang
satu lagi berbunyi: Kitab istita-bal-mu’anidin wal-murtadin wa
qitalihim, artinya Kitab tentang seruan bertobat bagi musuh dan kaum
murtad dan berperang melawan mereka.
Dua judul itu sudah menjelaskan sendiri. Judul yang pertama,
menerangkan seterang-terangnya bahwa yang dibicarakan hanyalah
kaum murtad yang berperang melawan kaum Muslimin. Adapun judul
yang kedua, hubungan kaum murtad dengan musuh-musuh Islam.
Itulah yang sebenarnya menjadi pokok dasar seluruh persoalan; hanya
karena salah paham sajalah maka dirumuskan suatu ajaran yang
bertentangan dengan ajaran Qur’an yang terang-benderang.
Banyak sekali orang yang hanya menekankan satu Hadits yang
berbunyi: “Barangsiapa murtad dari agamanya, Bunuhlah dia”. Tetapi
mengingat apa yang diungkapkan dalam Kitab Bukhari bahwa yang
dimaksud murtad ialah orang yang berbalik memerangi kaum
Muslimin, dan menghubungkan nama mereka dengan nama-nama
musuh Islam, maka terang sekali bahwa yang dimaksud oleh Hadits
tersebut ialah orang yang mengubah agamanya dan bergabung dengan
musuh-musuh Islam lalu bertempur melawan kaum Muslimin.
Hanya dengan pembatasan dalam arti itulah, maka Hadits tersebut
dapat disesuaikan dengan Hadits lain, atau dengan prinsip-prinsip
yang digariskan oleh Qur’an Suci. Sebenarnya, kata-kata Hadits
tersebut begitu luas sehingga mencakup segala pergantian agama,
agama apa saja. Jika demikian, maka orang non-Muslim yang masuk
Islam, atau orang Yahudi yang masuk Kristen, harus dibunuh. Terang
sekali bahwa uraian semacam itu tak dapat dilakukan kepada Nabi
Suci. Maka Hadits tersebut tak dapat diterima begitu saja tanpa diberi
pembatasan dalam artinya.

5
3. Fiqih
Jika kita membaca kitab fiqih, di sana diuraikan bahwa mula-
mula para ulama fiqih menggariskan satu prinsip yang bertentangan
sekali dengan Qur’an Suci, yakni orang dapat dihukum mati karena
murtad. Dalam Kitab Hidayah diuraikan: “Orang yang murtad, baik
orang merdeka maupun budak, kepadanya disajikan agama Islam;
jika ia menolak, ia harus dibunuh”. Tetapi setelah Kitab Hidayah
menguraikan prinsip tersebut, segera disusul dengan uraian yang
bertentangan dengan menyebut orang murtad sebagai “orang kafir
yang melancarkan perang (kafir harbiy) yang kepadanya telah
disampaikan dakwah Islam”. Ini menunjukkan bahwa dalam Kitab
Fiqih pun, orang murtad yang dihukum mati, ini disebabkan karena
ia musuh yang memerangi kaum Muslimin.
Adapun mengenai perempuan yang murtad, mereka tidak
dihukum mati, karena alasan berikut ini: “Alasan kami mengenai
hal ini ialah, bahwa Nabi Suci melarang membunuh kaum
perempuan dan karena pembalasan yang sebenarnya (bagi kaum
mukmin dan kafir) itu ditangguhkan hingga Hari Kiamat, dan
mempercepat pembalasan terhadap mereka di dunia akan
menyebabkan kekacauan, dan penyimpangan dari prinsip ini hanya
diperbolehkan apabila terjadi kerusakan di bumi berupa
pertempuran, dan hal ini tak mungkin dilakukan oleh kaum
perempuan, karena kondisi mereka tak mengizinkan”.
Ulama yang menafsiri kitab itu menambahkan keterangan:
“Menghukum mati orang murtad itu wajib, karena ini akan
mencegah terjadinya pertempuran yang merusakkan, dan ini
bukanlah hukuman karena menjadi kafir” (idem). Selanjutnya
ditambahkan keterangan sebagai berikut: “Hanya karena kekafiran
saja, tidaklah menyebabkan orang boleh dibunuh menurut hukum”.
Terang sekali bahwa dalam hal pertempuran dengan kaum kafir,
ulama ahli fiqih berbuat kesalah-pahaman, dan nampak sekali
terjadi pertentangan antara prinsip yang digariskan oleh Qur’an
dengan kesalah-pahaman yang masuk dalam pikiran ulama ahli
fiqih. Qur’an Suci menggariskan seterang-terangnya bahwa orang
murtad dihukum mati, bukan karena kekafirannya melainkan
karena hirab atau memerangi kaum Muslimin.
Adapun alasannya dikemukakan seterang-terangnya bahwa
menghukum mati orang karena kekafiran, ini bertentangan dengan
prinsip-prinsip Islam. Tetapi ulama ahli fiqih salah paham, bahwa
kemampuan berperang, mereka anggap sebagai keadaan perang,
suatu anggapan yang tak masuk akal samasekali. Jika itu yang
dimaksud, bahwa orang murtad mempunyai kemampuan
berperang, anak kecil dan erempuan pun dapat disebut harbiy
(orang berperang), karena anak kecil dan perempuan itu akan
tumbuh menjadi besar dan mempunyai kemampuan berperang.

6
2.3 Pengertian Hukum Murtad Menurut imam Syafi’i dan imam
Hambali
1. Menurut Imam Syafi’i
Imam Syafi’i menjabarkan tentang bagaimana hukum murtad
dengan disandarkan kepada dalil-dalil yang ada. Dalam kitab Al-
Umm, Imam Syafi’i berkata seseorang yang berpindah
meninggalkan kesyirikan menuju keimanan, kemudian dia berpindah
lagi dari keimanan menuju kesyirikan, maka jika orang itu adalah
orang dewasa baik laki-laki maupun perempuan dia diminta
bertaubat. Jika dia bertaubat, maka taubatnya itu diterima. Namun
jika dia tidak bertaubat, maka dia harus dihukum mati.
Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah Al-Baqarah ayat
217 berbunyi: “Wa la yazaluna yuqotilunakum hatta yaruddukum an
dinikum instatho-u wa man yartadid minkum an dinihi fa yamut wa
huwa kafirun fa-ulaika habithat a’maluhum fu dunya wal-akhirati.
Wa ula-ika ashhabunnari hum fiha khalidun”. Yang artinya: “Mereka
tidak henti-hentinya memerangi kalian sampai mereka (dapat)
mengembalikan kalian dari agama kalian (kepada kekafiran),
seadainya mereka sanggup. Siapa saja yang murtad di antara kalian
dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah
yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat. Dan mereka itulah
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya,”.

2. Menurut Imam Hambali


Imam Hambali berpendapat, bahwa seseorang dianggap murtad
cukup dengan perkataan atau perbuatan yang diyakini bahwa
perbuatan itu mengkafirkan, sekalipun tidak dibarengi niat. Bahkan
Imam Ahmad Ibn Hambal mengatakan bahwa sekalipun perkataan
dan perbuatan itu hanya sekedar iseng, tetapi dilakukan dengan
kesadaran penuh, maka hukumnya juga membawa kepada murtad
2.4 Macam-macam Murtad
 Murtad Akidah
Orang yang murtad secara akidah sudah keluar dari Islam karena
tidak lagi meyakini konsep keimanan dalam Islam. Misalnya, ia
meragukan salah satu dari enam rukun iman dalam Islam, tidak lagi
percaya terhadap pahala ataupun dosa, dan lain sebagainya. Orang
yang murtad secara akidah menghalalkan perilaku yang sudah
diharamkan agama, seperti zina, pencurian, perampokan, tidak
salat, tidak berzakat, dan lain sebagainya. Di masa silam, khalifah
pertama Islam Abu Bakar As-Shiddiq memerangi golongan orang
yang menolak membayar zakat. Bagi Abu Bakar, mereka dianggap
murtad dan keluar dari Islam. "Demi Allah, seandainya mereka
enggan memberikan 'anaq-dalam riwayat lain: 'iqal- [zakat],

7
niscaya aku akan memerangi mereka karena keengganan itu.
Sesungguhnya zakat adalah hak harta. Demi Allah, aku akan
memerangi mereka yang memisahkan antara salat dan zakat ... "
(H.R. Bukhari dan Muslim).
 Murtad Perbuatan
Orang yang keluar dari Islam karena murtad perbuatannya
dilakukan dengan melanggar perintah Allah dan menyimbolkan
dirinya bukan bagian dari Islam. Sebagai misal, ia menyembah
berhala, menyembah matahari, menyekutukan Allah, dan terang-
terangan melakukan hal-hal yang bukan bagian dari budaya Islam.
Orang yang murtad akan melakukan tindakan di atas karena
kesadarannya sendiri, bukan karena tidak tahu (kebodohan). Jika ia
tidak tahu atau dalam keadaan terpaksa, maka tidak bisa
dikategorikan murtad.
 Murtad Ucapan
Orang yang murtad karena ucapannya dapat terjadi jika ia
menghina nama-nama Allah (Asmaul Husna), menjelek-jelekkan
Al-Quran, tergesa-gesa menuding kafir kepada sesama muslim, dan
ucapan yang merendahkan keyakinan Islam.

2.5 Hal-Hal Yang Dapat Menyebabkan Murtad


Hal-hal yang menyebabkan murtad telah dijelaskan oleh Imam Ibnu
Hajar dalam kitab Al I'lam bi Qawathi'il Islam dan Imam Qadli 'Iyadl
dalam kitab As-Syifa bi Ta'rifi Huquqil Musthafa. Isi kedua kitab
tersebut yang berkaitan dengan mukaffirat bisa disimpulkan sebagai
berikut:

‫وحاصـل أكـثر تلـك العبـارات يرجـع إلى أن كـل عقـد أو فعـل أو قـول يـدل على اسـتهانة او‬
‫استخفاف باهلل أو كتبه أو رسوله أو مالئكته أو شعائره أو معــالم دينــه أو أحكامــه أو وعــده أو‬
‫وعيده كفر أو معصية فليحذر اإلنسان من ذلك جهده‬

Artinya, “Kesimpulan mayoritas ungkapan (dua imam tersebut)


kembali pada simpulan bahwa setiap keyakinan, perbuatan atau
ucapan yang menunjukkan pada tindakan meremehkan Allah, kitab-
Nya, rasul-Nya, malaikat-Nya, tempat syiar agama-Nya, hukum-
hukum-Nya, janji-Nya, atau ancaman-Nya), maka merupakan
kekufuran atau kemaksiatan. Karena itu, seharusnya setiap orang
menjauhinya sekuat tenaga.” (Abdullah bin Al-Husain Baalawi,
Sullamut Taufiq pada Mirqatus Su'udit Tashdiq, [Surabaya, Al-
Haramain], halaman 14).

8
2.6 Dalil Dan Hadist Tentang Murtad
Dalil atau referensi dalam agama Islam mengenai murtad dapat
ditemukan dalam berbagai sumber, termasuk Al-Qur'an dan hadis.
Berikut ini beberapa ayat Al-Qur'an dan hadis yang berkaitan dengan
murtad:

 Al-Qur'an Surah Al-Baqarah (2:217)

Dan jika mereka (orang-orang mukmin) berpaling (murtad),


tangkaplah mereka, dan bunuhlah mereka dimanapun kamu
menjumpai mereka, dan janganlah kamu mengambil seorang dari
mereka menjadi pelindung atau penolong.

 Al-Qur'an Surah An-Nisa (4:137):

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, kemudian kafir,


kemudian beriman lagi, kemudian kafir lagi, kemudian bertambah
dalam kekafiran, Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka,
dan tidak akan memberi petunjuk kepada mereka jalan yang benar.

 Hadist dari Sahih Bukhari:

Dalam hadis tersebut, Rasulullah Muhammad saw. bersabda,


Barangsiapa yang menukar agamanya, bunuhlah dia.

2.7 Akibat Dari Murtad

1. Stigma dan penolakan sosial: Murtad dapat menghadapi stigma


sosial dan penolakan dari keluarga, teman, atau masyarakat di
sekitarnya. Mereka mungkin dianggap sebagai pengkhianat agama
atau keluarga, dan hubungan sosial mereka dapat terganggu atau
bahkan terputus.
2. Hukuman hukum dalam beberapa negara: Di beberapa negara yang
menerapkan hukum berdasarkan Syariah, tindakan murtad dapat
dikenai sanksi hukum. Hukuman yang mungkin termasuk denda,
hukuman penjara, atau bahkan hukuman mati. Namun, penting
untuk dicatat bahwa tidak semua negara menerapkan hukuman ini,
dan praktiknya bervariasi di seluruh dunia.

9
3. Kehilangan hak-hak legal atau sosial: Dalam beberapa kasus,
seseorang yang murtad dapat kehilangan hak-hak legal atau sosial
tertentu. Misalnya, mereka mungkin kehilangan hak waris atau hak
asuh anak, atau menghadapi kesulitan dalam hal pernikahan atau
perceraian yang diatur oleh hukum Islam.
4. Isolasi dan kesulitan psikologis: Murtad dapat mengalami isolasi
sosial dan kesulitan psikologis sebagai akibat dari keputusan
mereka. Rasa kehilangan identitas, konflik internal, atau perasaan
terasing dari komunitas sebelumnya dapat menjadi faktor penyebab
stres dan kesulitan emosional.

2.8 Cara Terhindar Dari Murtad

1. Pendidikan agama: Tingkatkan pemahaman Anda tentang ajaran


dan prinsip-prinsip agama Islam. Belajar Al-Qur'an, hadis, dan
ilmu agama lainnya secara teratur. Mengikuti kelas atau program
pendidikan agama, dan bergabung dengan kelompok studi atau
komunitas yang memperdalam pemahaman agama Islam.
2. Perkuat hubungan dengan Allah: Jaga hubungan spiritual Anda
dengan Allah. Lakukan ibadah secara teratur, seperti salat, puasa,
membaca Al-Qur'an, dan dzikir. Pahami makna dan tujuan di
balik ibadah-ibadah tersebut, sehingga Anda dapat merasakan
kehadiran Allah dalam kehidupan sehari-hari.
3. Membangun pemahaman yang kokoh: Jangan ragu untuk mencari
penjelasan dan pemahaman yang lebih dalam tentang pertanyaan
atau keraguan yang mungkin timbul. Baca literatur Islam yang
dapat membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan Anda atau
berkonsultasilah dengan cendekiawan, ulama, atau pendeta yang
dapat memberikan klarifikasi.
4. Kelompok dan komunitas yang mendukung: Cari komunitas
Muslim yang positif dan mendukung. Bergabunglah dengan
kelompok studi, majelis taklim, atau masjid yang mendorong
kegiatan keagamaan dan saling memperkuat iman.
5. Perkuat nilai-nilai dan keyakinan: Refleksikan dan perkuat nilai-
nilai dan keyakinan Anda dalam kehidupan sehari-hari. Tetap
teguh pada prinsip-prinsip agama dan komitmen Anda terhadap
Islam, dan jangan tergoda oleh argumen atau pengaruh yang
bertentangan dengan keyakinan Anda.
6. Dialog dan diskusi yang sehat: Terlibatlah dalam dialog dan
diskusi yang sehat dengan orang-orang yang memiliki pandangan
berbeda. Dengan cara ini, Anda dapat memperkuat pemahaman
Anda, memperoleh wawasan baru, dan belajar menghadapi
keraguan dengan argumen yang kuat.
7. Perhatikan kesehatan mental dan emosional: Jaga kesehatan
mental dan emosional Anda. Temui profesional kesehatan mental
jika Anda mengalami stres atau konflik batin yang signifikan.

10
Berbagi kekhawatiran Anda dengan orang-orang terpercaya atau
agama yang dapat memberikan dukungan dan nasihat.

11
BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Murtad berasal dari kata irtadda yang artinya raja’a (kembali),


sehingga apabila dikatakan irtadda ‘an diinihi maka artinya orang itu
telah kafir setelah memeluk Islam (lihat Mu’jamul Wasith,
1/338).Perbuatannya yang menyebabkan dia kafir atau murtad itu
disebut sebagai riddah (kemurtadan). Secara istilah makna riddah
adalah : menjadi kafir sesudah berislam. Allah ta’ala berfirman yang
artinya, “Barangsiapa diantara kalian yang murtad dari agamanya
kemudian mati dalam keadaan kafir maka mereka itulah orang-orang
yang terhapus amalannya di dunia dan akhirat. Dan mereka itulah
penghuni neraka. Mereka kekal berada di dalamnya.” (QS. Al-
Baqarah : 217), selain itu ada juga surah dan hadist yang membahas
tentang murtad yaitu surah (QS. An-Nisa :137) dan juga hadist Sahih
Bukhari. Murtad terbagi menjadi tiga yaitu, murtad akidah, murtad
perbutan dan murtad ucapan. Adapun cara-cara agar terhindar dari
murtad adalah dengan cara meningkatkan Pendidikan agama,
memperkuat hubungan dengan Allah, membangun pemahaman yang
kokoh, kelompok dan komunitas yang mendukung, memperkuat nilai-
nilai dan keyakinan, berdialog dan diskusi yang sehat, dan yang
terakhir perhatikan kesehatan dan emosional.

3.2Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu pembaca agar
menjadi lebih baik lagi, mohon maaf atas adanya kekurangan dalam
makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.liputan6.com/hot/read/5298506/apa-arti-murtad-ini-
pengertian-dalil-penyebab-dan-akibatnya
https://islam.nu.or.id/bahtsul-masail/nekat-murtad-dari-islam-ini-
yang-harus-dilakukan-O1T46
https://tirto.id/macam-macam-murtad-dalam-islam-itiqadiyah-filiyah-
qauliyah-gg8n
https://makalahmhasiswa.blogspot.com/2014/10/makalh-
murtad.html?m=1
https://etheses.uinsgd.ac.id/22465/4/4_BAB I.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai