Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH FIQIH IBADAH

“SHOLAT WAJIB, SUNNAH , JAMAAH DAN JUMAT”

DOSEN PENGAMPU:

RINAH, M.Pd

DISUSUN OLEH :
1. AGUNG DANUARTHA
2. AMALIA YUNISA PUTRI
3. ANISA MARLINA
4. ANISSA SALSABILA
5. FEBY MAWARDIANTO
6. HUDA NURRAFA
7. INDAH PUSPITA
8. KHAIRUNNISA GITA S
9. MARWA DEWITA
10. MIFTAHUL JANNAH
11. M.RAIHAN

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat allah swt yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya kepada kita semua karena dengan rahmat dan karunia nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada rasulullah saw
beserta keluarga nya.

kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan karena pengetahuan dan pengalaman penulis yg terbatas, oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi terciptanya makalah yang lebih
baik lagi dimasa mendatang.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................1
1.3 TUJUAN................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
2.1 SHOLAT WAJIB.......................................................................................................................2
2.2 SHALAT SUNNAH....................................................................................................................6
2.3 SHALAT BERJAMAAH..........................................................................................................13
2.4 SHOLAT JUM’AT....................................................................................................................18
BAB III...............................................................................................................................................21
PENUTUP..........................................................................................................................................21
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................22

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG
Salah satu kajian fiqih yang paling sering dipraktekkan di kalangan masyarakat adalah kajian
masalah berbagai macam jenis shalat, yaitu shalat wajib,sunnah,berjamaah dan shalat jumat. Shalat
merupakan salah satu masalah ibadah yang amat gampang jika dibayangkan bahkan kita selalu
menyepelekan masalah tersebut. Namun jika kita melihat dari aspek praktek masih banyak
kesalahan-kesalahan yang dilakukan dimasyarakat dalam gerakan maupun bacaan dalam shalat.
Untuk itu dalam makalah ini mengangkat sebuah tema yang berkaitan dengan berbagai macam jenis
shalat, tujuannya sebagai pandangan bagaimana seharusnya gerakan dan bacaan dalam shalat
dengan baik dan benar. Kemudian dalam makalah ini juga membahas bagaimana pengertian semua
tentang shalat itu sendiri, syarat dan rukunnya termasuk kaifiat dalam berbagai macam shalat.

Seiring dengan perkembangan Zaman dan teknologi, banyak manusia yang tertipu oleh daya
tarik dunia ini yang sesungguhnya dunia ini hanya tempat persinggahan kita yang sementara
sedangkan tempat kita yang abadi dan kekal adalah di akhirat kelak. Banyak orang yang tidak
percaya akan adanya akhirat sehingga menyepelekan masalah yang satu ini, ada pula yang
dikarenakan perkembangan zaman hingga banyak orang melupakan akan akhirat sehingga kondisi
seperti ini akan terjadi terus menerus dan turun menurun yang mengakibatkan rusaknya akidah-
akidah Islam yang tidak lain yang merusaknya adalah orang Islam itu sendiri. Lain juga akan banyak
yang Bahkan ada yang tidak tahu bagaimana caranya sholat dan mengaji. Permasalahan seperti
diatas harus ditanggulangi sedalam mungkin dan mendapat perhatian khusus dari keluarga dan
masyarakat.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari sholat wajib,sunnah,berjamaah,dan shalat jumat?


2. Apa syarat dan rukun shalat wajib,sunnah,berjamaah,dan shalat jumat?
3. Apa contoh dari shalat wajib,sunnah,berjamaah?

1.3 TUJUAN

1. Mahasiswa dapat mengetahui. pengertian dari sholat wajib,sunnah,berjamaah,dan


shalat jumat
2. Mahasiswa dapat mengetahui syarat dari sholat wajib,sunnah,berjamaah,dan shalat
jumat

1
3. Mahasiswa dapat mengetahui rukun dari sholat wajib,sunnah,berjamaah,dan shalat
jumat
4. Mahasiswa dapat mengetahui berbagai contoh dari sholat wajib,sunnah,berjamaah,dan
shalat jumat

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SHOLAT WAJIB

Pengertian shalat secara etimologi berarti do’a dan secara terminologi atau istilah dari para
ahli fiqih membagi arti shalat secara lahir dan hakiki. Shalat secara lahiriah berarti perkataan dan
perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam, dan dengan itu kita beribadah
kepada Allah SWT menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan (Sidi Gazalba,88). Dan secara
hakikinya shalat ialah “berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-
Nya serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya” dan
keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua –
duanya” (Hasbi Asy-Syidiqi, 59) Shalat juga diartikan sebagai salah satu sarana komunikasi antara
seorang hamba dengan Tuhan-Nya, sebagai bentuk ibadah yang di dalamnya terdapat amalan yang
tersusun dari beberapa ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul ikhram dan diakhiri
dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun shalat yang telah ditentukan (Imam Bashari
Assayuthi, 30).

Maka dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat ialah merupakan salah
satu ibadah kepada Allah, yang berupa perkataan/ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbir
dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan.Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa shalat adalah ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan tertentu, yang diawali
dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun shalat yang telah
ditentukan dalam islam. Sedangkan shalat fardhu atau yang biasa disebut shalat wajib 5 waktu adalah

shalat yang hukumnya fardhu (wajib), dimana shalat yang wajib dilaksanakan oleh semua umat
muslim dan dikerjakan pada 5 waktu yaitu: subuh, dzuhur, ashar, maghrib dan isya’

Syarat dan Rukun Shalat Fardhu (wajib)

Berikut beberapa syarat wajib shalat yang harus dipenuhi:

1. Beragama Islam

2. Baligh

3. Berakal

4. Telah sampai dakwah islam kepadanya

5. Bersih dan suci dari najis, haid, nifas, dan lain sebagainya

2
Rukun-rukun yang harus di jalankan dalam shalat, yakni :

1. Niat

2. Berdiri bagi yang mampu

3. Takbiratul ikhram

4. Melafalkan surat Al-fatihah

5. Ruku’/membungkuk dengan tuma’ninah

6. I'tidal dengan tuma'ninah

7. Sujud dengan tuma’ninah

8. Duduk di antara dua sujud dengan tuma'ninah

9. Sujud kedua dengan tuma'ninah

10. Tasyahud

11. Melafalkan shalawat Nabi Muhammad SAW

12. Salam

Dalam islam terdapat syarat-syarat dan rukun-rukun shalat fardhu (wajib) dimana syarat dan rukun
shalat haruslah dijalankan agar sesuai dengan syari’at islam.

Waktu dan Bacaan Niat Shalat Fardhu (wajib)

Shalat fardhu ada 5 waktu dan masing masing mempunyai waktu yang di tentukan. Setiap umat islam
diperintahkan untuk menunaikan shalat-shalat itu di dalam waktunya masing masing.

Adapun waktu shalat fardhu (wajib) yang ditentukan dalam islam adalah sebagai berikut:

1. Shalat Subuh

Waktunya dimulai dari terbitnya fajar shidiq, hingga terbitnya matahari.

Yaitu antara pukul 04.00 – 5.30 pagi. Shalat subuh terdiri dari 2 raka’at.

Niat Shalat Subuh:

Ushalli fardhash-shubhi rak'ataini mustaqbilal-qiblati adaa'an (ma'muuman / imaaman) lillaahi


ta'aalaa.

Artinya: Aku berniat melakukan shalat fardhu subuh 2 raka’at, dengan menghadap qiblat
(ma’muman/imaman) karena Allah ta’ala.

2. Shalat Dzuhur

3
Dilakukan pada waktu matahari mulai condong ke arah barat hingga panjang suatu benda menjadi
sama dengan benda itu sendiri. Yaitu antara pukul 12.00 – 15.00 siang. Shalat dzuhur terdiri dari 4
raka’at.

Niat Shalat Dzuhur:

Ushalli fardhazh-zhuhri arba'a raka'aatim mustaqbilal-qiblati adaa'an (ma'muman / imaman) lillaahi


ta'aalaa.

Artinya: Aku berniat melakukan shalat fardhu dzuhur 4 raka’at, dengan menghadap qiblat
(ma’muman/imaman) karena Allah ta'ala.

3. Shalat Ashar

Waktunya dimulai setelah waktu dzuhur berakhir hingga matahari terbenam. Antara pukul 15.00-
18.00 sore. Shalat ashar terdiri dari 4 raka’at.

Niat Shalat Ashar:

Ushalli fardhal-'ashri arba'a raka'aatim mustaqbilal-qiblati adaa'an (ma'muman / imaman) lillaahi


ta'aalaa.

Artinya: Aku berniat melakukan shalat fardhu ashar 4 raka’at, dengan menghadap qiblat
(ma’muman/imaman) karena Allah ta'ala.

4. Shalat Maghrib

Waktunya dimulai sejak terbenamnya matahari hingga hilangnya mega merah di langit. Yaitu antara
pukul 18.00-19.00 sore. Shalat maghrib terdiri dari 3 raka’at.

Niat Shalat Maghrib:

Ushalli fardhal-maghribi tsalaatsa raka'aatim mustaqbilal-qiblati adaa'an (ma'muman / imaman)


lillaahi ta'aalaa.

Artinya: Aku berniat melakukan shalat fardhu maghrib 3 raka’at, dengan menghadap qiblat
(ma’muman/imaman) karena Allah ta'ala.

5. Shalat Isya’

Waktunya dimulai sejak hilangnya mega merah di langit atau setelah habisnya waktu shalat maghrib
hingga terbitnya fajar. Yaitu antara pukul 19.00 – 04.30 malam. Shalat isya’ terdiri dari 4 raka’at.

4
Niat Shalat Isya’:

Ushalli fardhal-'isyaa'i arba'a raka'aatim mustaqbilal-qiblati adaa'an (ma'muman / imaman) lillaahi


ta'aalaa.

Artinya: Aku berniat melakukan shalat fardhu maghrib 4 raka’at, dengan menghadap qiblat
(ma’muman/imaman) karena Allah ta'ala.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa melaksanakan shalat fardhu (wajib) harus sesuai dengan
waktu yang sudah ditentukan dalam islam, apabila tidak sesuai waktunya maka berlaku waktu yang
tidak diperbolehkan shalat.

Manfaat Shalat Fardhu (wajib)

Manfaat shalat fardhu (wajib) bagi anak-anak itu banyak sekali terutama untuk pembentukan
karakternya serta mengajarkan kedisiplinan.

Adapun manfaat shalat fardhu (wajib) bagi anak diantaranya:

1. Shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar

2. Shalat menjauhkan dari sifat mengeluh dan kikir

3. Shalat mencegah dari berbagai macam kesesatan

4. Shalat menenangkan dan menentramkan hati

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat dari shalat sangatlah banyak baik bagi jasmani
maupun rohani jika shalat tersebut dilakukan secara baik dan benar dan teratur.

2.2 SHALAT SUNNAH

Sholat sunnah adalah sholat yang dikerjakan di luar sholat fardhu. Nabi Muhammad SAW
mengerjakan sholat sunnah selain untuk mendekatkan diri kepada Allah juga mengharapkan tambahan
pahala. Seseorang yang mengerjakan sholat sunnah maka ia akan mendapatan pahala, jika tidak
dikerjakan pun ia juga tidak mendapatkan dosa. Shalat sunnah terbagi dua yaitu:

5
1. Shalat sunnah yang dilaksanakan secara berjamah. Terdiri dari imam dan makmum.Shalat
sunnah jenis ini status hukumnya adalah muakkad,contohnya: shalat idul fitri, idul adha,
terawih, istisqa, kusuf dan khusuf.

2. Shalat sunnah yang dikerjakan secara munfarid ( sendiri-sendiri ). Status hukumnya ada
yang muakkad seperti: shalat sunnah rawatib dan tahajud. Ada pula yang status hukumnya
sunnah biasa ( ghairu muakkad ) seperti: shalat tahiyatul masjid, shalat dhuha, shalat witir,
dan lain-lain.

Contoh-contoh shalat sunah:

Shalat sunah yang di anjurkan secara berjamaah

 Shalat Id
 Shalat Istisqo
 Shalat Gerhana
 Shalat Tarawih
 Shalat Witir

Shalat sunnah yang dianjurkan secara munfarid :

 Shalat rawatib
 Shalat tahajud
 Shalat istikharah
 Shalat hajat
 Shalat dhuha
 Shalat Wudhu
 Shalat sunnah tasbih
 Shalat sunnah taubat

Pengertian shalat sunnah berjamaah


Shalat sunnah yang dilakukan berjamaah ialah shalat sunnah yang dikerjakan ecara bersama-sama.
Terdiri dari imam dan makmum.

Contoh shalat sunnah yang dilakukan dengan berjamaah :

1. Shalat Idul Fitri

Shalat Idul Fitri dilakukaan setiap tanggal 1 Syawal ,waktunya berlangsung sejak matahari terbit
sampai condong ke barat . Disunahan pelaksanaannya lebih akhir. Shalat Idul Fitri dilaksanakan di
mesjid atau di tempat lain yang memungkinkan untuk ditempati, seperti di lapangan atau di halaman
yang luas. Shalat Idul Fitri terdiri dari 2 rakaat. Hukumnya sunnah Mu akad (dianjurkan).

Niat Shalat Idul Fitri : Ushalli sunnatal li, iidil fitri rak'ataini (imamam/makmumam) lillahi Taa'laa
artinya : "Aku niat shalat idul fitri dua rakaat (imam/makmum) karena Allah”

Syarat, rukun&sunnatnya sama seperti shalat yg lainnya. Hanya ditambah beberapa sunnat sebagai
berikut :

a. Berjamaah

b. Takbir 7 kali pada rakaat pertama & 5 kali pd rakat ke 2

c. Mengangkat tangan setinggi bahu pada tiap takbir.

6
d. Setelah takbir yg ke 2 sampai takbir yang terakhir baca tasbih.

e. Membaca surat Qaf di rakaat pertama&surat Al Ghasiyah pada rakaat kedua.

f. Imam menyaringkan bacaannya

g. Khutbah 2 kali setelah shalat sebagaimana khutbah jum'at

h. Pada khutbah Idul Fitri memaparkan tentang zakat fitrah & pd Idul Adha tentang hukum-hukum
Qurban.

i. Mandi, berhias, memakai pakaian sebaik-baiknya.

j. Makan terlebih dahulu pd shalat Idul Fitri, pd Shalat Idul Adha sebaliknya.

Tata cara shalat Idul fitri

1) Rakaat pertama meliputi : takbiratul ikhram,takbir sebanyak tujuh kali (setiap takbir diselingi
membaca tasbih), membaca do’a iftitah, membaca Surah Al-Fatihah, membaca salah satu surah Al-
Qur’an, rukuk, i’tidal, sujud pertama, duduk diantara dua sujud, sujud kedua, bangkit dari sujud
langsung berdiri.

2) Rakaat kedua : Takbir sebanyak lima kali, membaca Surah Alfatihah, membaca salah satu surah
Al-Qur’an, dan seterusnya sampai salam. Selesai shalat Idul Fitri, khotib naik ke mimbar untuk
berkhutbah. Sementara itu para jamaah mendengarkan khotbah sampai selesai.

2. Shalat Idul Adha

[3]Cara shalat Idul Adha sama dengan pelaksanaan shalat Idul Fitri,hanya waktu
pelaksanaannya yang berbeda.Shalat idul adha dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijjah, sedangkan
Idul Fitri tanggal 1 Syawal. Hukumnya sunnah Mu akad (dianjurkan).

"Sesungguhnya kami telah memberi engkau (yaa Muhammad) akan kebajikan yg byk, sebab itu
shalatlah engkau&berqurbanlah krn Tuhanmu pd Idul Adha

(Q.S.AlKautsar.1-2)

Dari Ibnu Umar: "Rasulullah, Abu Bakar, Umar pernah melakukan shalat pada 2 hari raya sebelum
berkhutbah." (H.R. Jama'ah).

Niat Shalat Idul Adha :

Ushalli sunnatal li'iidil Adha rak'ataini (imamam.makmumam) lillahita'aalaa

artinya : "Aku niat shalat idul adha dua rakaat (imam/makmum) karena Allah"

3. Shalat Tarawih

Shalat tarawih ialah shalat sunnah yang dikerjakan pada malam hari di bulan ramadhan. Hukum nya
sunnah muakad, artinya sunnah yang sangat dianjurkan bagi laki-laki ataupun perempuan. Waktu
shalat tarawih adalah setelah shalat isya sampai terbit fajar.

Cara melaksanakan tarawih :

7
1. bagi yang mengerjakan 20 rakaat, setiap 2 rakaat salam. Bagi yang mengerjakan 8 rakaat boleh
dilakukan 2 kali salam boleh juga 4 kali salam.

2. Salat tarawih boleh dilakukan dengan cara sendirian (munfarid). Tetapi lebih utama dilakukan
dengan berjamaah.

3. Niat melakukan solat terawih

Lafadz niat: Ushollii sunatan Tarawehi rok'ataini mustaqbilal qiblati adaa-an (immaan/ma'muman )
lillaahi ta'aalaa.

Artinya : "Niat aku sholat sunah tahajud dua raka'at ( imam/ ma'mum) menghadap qiblat karena
Allah".

4. Sarat,rukun,bacaan,dan cara mengerjakan salat tarawih sama dengan salat fardhu (diawali dengan
takbiratul ikhrom,dan diakhiri dengan salam).

5. Setiap 2 rakaat, atau 4 rakaat selesai salam disunnahkan membaca dzikir dan do’a.

4. Shalat Witir

Shalat Witir adalah shalat sunnah yang biasanya mengiringi shalat tarawih. Bilangan rakaatnya
Adalah ganjil. Shalat witir disunnahkan untuk dilakukan setiap malam setelah shalat isya,bukan hanya
pada bulan ramadhan saja.

Cara melaksanakan shalat witir :

1. Jika shalat witir dikerjakan 3 rakaat,maka boleh 2 kali salam, yakni 2 rakaat kemudian diakhiri
dengan salam. Lalu berdiri lagi shalat satu rakaat kemudian tahiyat akhir diakhiri dengan salam.

Boleh langsung 3 rekaat 1 salam.

2. Jika shalat witir dikerjakan 5 rakaat , 7 rakaat , 9 rakaat , atau 11 rakaat maka boleh dikerjakan
setiap 2 rakaat salam dan yang terakhir 1 rakaat salam, atau yang terakhir langsung 3 rakaat salam
tanpa tahiyat awal.

3. Niat shalat witir, Lafadz niat shalat witir : Ushollii sunatan witir rok'aataini mustaqbilal qiblati
adaa-an lillaahi ta'aalaa.

Artinya :"Niat aku sholat sunah witir dua raka'at menghadap qiblat karena Allah

pelaksanaan shalat witir sama seperti shalat fardhu.

4. Setelah selesai shalat witir disunnahkan berdzikir dan berdo’a

5. Shalat Dua Gerhana

Shalat dua gerhana (shalat khusu fain) adalah shalat sunat yang dilakukan karena terjadi gerhana
bulan ataupun gerhana matahari.hukum melaksanakan kedua shalat gerhana tersebut adalah sunah
muakad. Waktu Pelaksanaan gerhana matahari adalah sejak awal terjadinya gerhana sampai selesai
atau tertutupnya matahari . Adapun waktu pelaksanaan shalat gerhana bulan adalah sejak awal
terjadinya gerhana bulan sampai akhir atau tertutupnya bulan tersebut.

8
Cara mengerjakan kedua shalat gerhana tersebut sama.Yang membedakan adalah niat.Shalat gerhana
di laksanakan dengan cara sebagai berikut:

a. Mengerjakan shalat sebanyak 2 rakaat,boleh dilakukan sendiri-sendiri , tetapi lebih utama


dikerjakan secara berjamaah.

b. Berniat melakukan shalat sunat gerhana (matahari atau bulan)

c. Membaca do’a iftitah(pembukaan).

d. Membaca surah alfatihah dan ayat al-quran dari surah yang panjang, seperti surah albaqarah atau
surah lain yang hampir sama panjangnya dengan surah tersebut. Namun, jika dibaca surah yang
pendek, shalat ini pun sah.

e. Rukuk dengan waktu yang hampir menyamai waktu berdiri.

f. Berdiri dan membaca surah al-fatihah, diikuti dengan membaca surah yang lebih pendek dari surah
yang pertama.

g. Ruku dengan waktu menyamai waktu berdiri

h. Itidal

i. Sujud

j. Duduk diantara 2 sujud

k.Sujud

l. Kembali berdiri untuk melakukan rakaat kedua yang caranya sama dengan rakaat yang pertama,
hanya rakaat kedua lebih pendek dari rakaat yang pertama.

m. Membaca tasyahud dan shalawat nabi

n. Salam

Adapun bacaan takbir,al-fatihah,surah,dan salam dalam shalat gerhana bulan dinyaringkan sedangkan
dalam shalat gerhana matahari tidak dinyaringkan. Lafadz niat shalat gerhana : Ushalli sunnatal
khusuufi rak'ataini lillahita'aalaa

artinya : "Aku niat shalat gerhana bulan 2 rakaat karena Allah"

6. Shalat Istiqa',

shalat sunat yg dikerjakan untuk memohon hujan kepada Allah SWT.

Niatnya : Ushalli sunnatal Istisqaa-i rak'ataini (imamam/makmumam) lillahita'aalaa

artinya : "Aku niat shalat istisqaa 2rakaat (imam/makmum) karena Allah"

Syarat-syarat mengerjakana Shalat Istisqa :

a). 3hari sblmnya agar ulama memerintahkan umatnya bertaobat dgn berpusa&meninggalkan segala
kedzaliman serta menganjurkan beramal shaleh. Sebab menumpuknya dosa itu mengakibatkan
hilangnya rejeki&datangnya murka Allah. "Apabila kami hendak membinasakan suatu negeri, maka
lbh dulu kami perbanyak orang-orang yg fasik, sebab kefasikannyalah mereka disiksa, lalu kami
robohkan (hancurkan) negeri mereka sehancur-hancurnya" (Q.S.Al Isra:16).

9
b). Pd hari ke4 semua penduduk trmsk yg lemah dianjurkan pergi kelapangan dgn pakaian
sederana&tanpa wangi-wangian utk shalat Istisqa'

c). Usai shalat diadakan khutbah 2kali. Pd khutbah pertama hendaknya baca istigfar 9x dan pd
khutbah kedua 7x. Pelaksanaan khutbah istisqa berbeda dgn khutbah lainnya, yaitu

a. Khatib disunatkan memakai selendang.

b. Isi khutbah menganjurkan byk beristigfar,berkeyakinan bhw Allah SWT akan mengabulkan
permintaan mereka.

c. Saat berdo'a hendaknya mengangkat tangan setinggi-tingginya.

d. Saat berdo'a pd khutbah kedua, khatib hendaknya menghadap kiblat membelakangi makmumnya.
niat shalat sesuai dengan sholat mana yang akan kita krjkan.

Pengertian Salat Sunah Munfarid


Shalat sunnat munfarid adalah shalat sunnat yang dikerjakan secara sendirian. Contohnya:

1. Salat Tahiyatul Masjid

Salat tahiyatul masjid adalah salat yang dilakukan untuk menghormati masjid. Salat dilakukan
sebelum duduk. Jumlah rakaat nya sebanyak dua rakaat

melaksanakan salat tahiyatul masjid :

1) Niat salat tahiyatul masjid.

Niatnya : Ushalli sunnatal Tahiyatul Masjidi rak'ataini lillahi Ta'aalaa

Artinya : "aku niat shalat sunnah tahiyatul masjid 2 rakaat karena Allah"

2) Bacaan dan gerakan salat tahiyatul masjid sama seperti salat fardu lima waktu.

2.Shalat Tahajud

Shalat tahjud adalah shalat sunah yang di kerjakan setelah tidur pada malam hari antara waktu solat
isya sampai dengan fajar sidiq (menjelang subuh). Waktu yang paling utama adalah dua per tiga
malam,sekitar pukul 02.00 dini hari. Jumlah rakaat paling sedikit dua rakaat dan paling banyak tidak
dibatasi. Cara melaksanakan salat tahajud :

1) Niat shalat tahajud : Ushalli sunnatal tahajjudi rak'ataini lillahi Ta'aalaa

Artinya : "aku niat shalat sunnah tahajjud 2rakaat krn Allah"

2) Bacaan dan gerakan salat tahajud sama seperti salat fardlu lima waktu

3) Salam dan do’a

3. Salat Istikharah

Salat istikharah adalah salat sunah yang dilakukan untuk memohon petunjuk dari Allah SWT dalam
menentukan pilihan terbaik diantara dua pilihan atau lebih. Jumlah nya dua rakaat

Cara melaksanakan shalat istikharah :

10
1) Niat shalat istikharah: Ushalli sunnatal Istikharah rak'ataini lillahi Ta'aalaa

Artinya : "aku niat shalat sunnah Istikharah 2rakaat krn Allah”

2) Bacaan dan gerakan shalat istikharah sama seperti shalat fardlu lima waktu

3) Salam dan do’a

4. Shalat Dhuha

Shalat dluha adalah shalat sunah yang dilakukan pada waktu pagi hari,sekurang kurang nya dua rakaat
dan rakaat sebanyak banyak nya 12 rakaat. Adapun waktu lebih kurang dari pukul 07.00 pagi sampai
masuk waktu dzuhur .

Cara melaksanakan shalat dluha :

1) Niat shalat dluha

Niatnya : Ushalli sunnatal Dhuha rak'ataini lillahi Ta'aalaa

Artinya : "aku niat shalat sunnah dhuha 2rakaat krn Allah”

2) Bacaan dan gerakan shalat duha sama seperti shalat fardu lima waktu.

3) Salam dan do’a

5. Shalat Sunat Wudlu’

Setiap kali seseorang berwudlu’, disunatkan mengerjakan shalat sunat wudlu dua rakaat, dan cara
mengerjakannya yaitu: Sehabis berwudlu’ sebagaimana biasa kita disunatkan membaca do’a:

Selesai membaca do’a tersebut, lalu melaksanakan shalat sunat wudlu’ dua rakaat, dengan lafadz
niatnya sebagai berikut:

Ushalli sunnatal wudlu-i rak'ataini lillahi Ta'aala

Artinya : “Aku niat shalat sunat wudlu’ dua rakaat karena Allah ta’ala.” Allahu Akbar.

Shalat ini dikerjakan sebagaimana shalat yang lain dengan ikhlas sampai salam.

6. Shalat Sunnat Tasbih

Shalat sunnat tasbih ialah shalat yang sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah saw. kepada mamaknya
Sayyidina Abbas Ibn Abdul Muthalib. Shalat tasbih ini dianjurkan mengamalkannya, kalau bisa tiap-
tiap malam, kalau tidak bisa tiap malam, maka sekali seminggu, kalau tidak sanggup juga sekali
seminggu, dapat juga dilakukan sebulan sekali atau setahun sekali, dan kalau tidak bisa sekali setahun,
setidak-tidaknya sekali seumur hidup.

Cara mengerjakannya

A). Niat : Ushalli sunnatan tasbihi raka'ataini lilllahi ta'aalaa. artinya :"aku niat shalat sunnah tasbih
2rakaat karena Allah"

B). Usai baca surat Al Fatehah, bc tasbih 15x.

11
C). Ruku', usai baca do'a ruku, baca tasbih 10x.

D). Itidal, usai membaca do'a 'itidal, baca tasbih 10x.

E). Sujud, usai baca doa sujud, baca tasbih 10x.

F). Usai baca do'a duduk diantara2sujud, baca tasbi 10x.

G). Usai baca doa sujud kedua, baca tasbih 10x.

Jmlh keseluruhan tasbih yg dibaca pd tiap rakaatnya sebnyk 75x.

Lafadz bacaan tasbih yg dmksd adalah sbg berikut :

Subhanallah wal hamdu lillahi walaa ilaaha illallahu wallahu akbar

artinya : "Maha suci Allah yang Maha Esa. Segala puji bagi Allah, Dzat yang Maha Agung"

7. Shalat Sunnat Taubat

Shalat sunnat taubat adalah shalat yang disunnatkan. Shalat ini dilakukan setelah seseorang
melakukan dosa atau merasa berbuat dosa lalu bertaubat kepada Allah swt.

Lafadz niat shalat taubat: Ushalli sunnatal Taubati rak'ataini lillahi Ta'aalaa

Artinya:“Aku niat shalat sunnat taubat dua rakaat karena Allah ta’ala.”Allahu Akbar.

8. Shalat Sunnah Rawatib

Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib

Salah satu pembahasan dari Tuntunan sholat sunah adalah sholat rawatib. Dari Ummu Habibah
radhiyallahu ‘anha, Istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia berkata: Aku mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ت‬ ْ َ‫ال‬SSَ‫ ق‬.‫ْت فِى ْال َجنَّ ِة‬


ٌ ‫يض ٍة إِالَّ بَنَى هَّللا ُ لَهُ بَ ْيتًا فِى ْال َجنَّ ِة أَوْ إِالَّ بُنِ َى لَهُ َبي‬
َ ‫صلِّى هَّلِل ِ ُك َّل يَوْ ٍم ِث ْنت َْى َع ْش َرةَ َر ْك َعةً تَطَوُّ عًا َغي َْر فَ ِر‬
َ ُ‫َما ِم ْن َع ْب ٍد ُم ْسلِ ٍم ي‬
ِّ
‫صلي ِه َّن بَ ْع ُد‬ ُ ُ َ َ
َ ‫أ ُّم َحبِيبَة ف َما بَ ِرحْ ت أ‬ ُ

“Seorang hamba yang muslim melakukan shalat sunnah yang bukan wajib, karena Allah, (sebanyak)
dua belas rakaat dalam setiap hari, Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah (istana) di
surga.” (Kemudian) Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha berkata, “Setelah aku mendengar hadits ini
aku tidak pernah meninggalkan shalat-shalat tersebut.”

Hadits yang agung ini menunjukkan keutamaan shalat sunnah rawatib, sehingga Imam an- Nawawi
mencantumkan hadits ini sebagai hadits yang pertama dalam bab: keutamaan shalat sunnah rawatib
(yang dikerjakan) bersama shalat wajib (yang lima waktu), dalam kitab beliau Riyadhus Shaalihiin.

Mutiara hikmah yang dapat kita petik dari hadits ini:

 Sholat sunnah Rawatib adalah shalat sunnah yang dikerjakan sebelum dan sesudah shalat
wajib lima waktu.
 Dalam riwayat lain hadits ini dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjelaskan dan memerinci sendiri makna “dua belas rakaat” yang disebutkan

12
dalam hadits di atas, yaitu: empat rakaat sebelum shalat Zhuhur dan dua rakaat sesudahnya,
dua rakaat sesudah Magrib, dua rakaat sesudah Isya’ dan dua rakaat sebelum Subuh. Adapun
riwayat yang menyebutkan: “…Dua rakaat sebelum shalat Ashar”, maka ini adalah riwayat
yang lemah karena menyelisihi riwayat yang lebih kuat yang kami sebutkan sebelumnya.
 Keutamaan yang disebutkan dalam hadits di atas adalah bagi orang yang menjaga shalat-
shalat sunnah rawatib dengan melaksanakannya secara kontinyu, sebagaimana yang dipahami
dan dikerjakan oleh Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha, perawi hadits di atas dan demikian
yang diterangkan oleh para ulama.
 Jika seseorang tidak bisa melakukan Shalat sunnah rawatib pada waktunya karena ada udzur
(sempitnya waktu, sakit, lupa dan lain-lain) maka dia boleh mengqadha (menggantinya) di
waktu lain. Ini ditunjukkan dalam banyak hadis shahih.
 Dalam hadis ini terdapat peringatan untuk selalu mengikhlaskan amal ibadah kepada Alah
Ta’ala semata-mata.
 Hadits ini juga menunjukkan keutamaan amal ibadah yang dikerjakan secara kontinyu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Amal (ibadah) yang paling dicintai Allah
Ta’ala adalah amal yang paling kontinyu dikerjakan meskipun sedikit.”
 Semangat dan kesungguhan para sahabat dalam memahami dan mengamalkan petunjuk dan
sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, inilah yang menjadikan mereka lebih utama
dalam agama dibandingkan generasi yang datang setelah mereka.

2.3 SHALAT BERJAMAAH

Pengertian Shalat Jamaah

Menurut Bahasa, jamaah berarti sesuatu yang jumlahnya banyak. Kata al-jam’u
berarti menyatukan beberapa hal terpisah. Sedang menurut Istilah syariat, jamaah
dipergunakan untuk sebutan sekumpulan orang, yang diambil dari makna ijtimaa’
(perkumpulan). Minimal perkumpulan tersebut adalah dua orang, yaitu imam dan makmum.
Disebut shalat jamaah karena adanya pertemuaan orang-orang yang shalat dalam bentuk
perbuatan dalam tempat dan waktu yang sama. Jika mereka meninggalkan keduanya atau
salah satu dari keduanya tanpa adanya sebab, maka tidak ada lagi jamaah atas hal itu.

    Hukum Shalat Berjamaah

Para Ulama ada yang menyatakan bahwa shalat berjamaah hukumnya fardhu kifayah.
Artinya, kewajiban yang cukup dilaksanakan oleh sebagian umur saja. Jika ada sebagian
umat yang melaksanakannya maka yang lainnya tidak berdosa. Seperti halnya mengurus
jenazah. Ada pula yang menyatakan bahwa shalat berjamaah hukumnya sunah muakkadah,
sunah yang ditekankan. Sebagiannya lagi ada yang menyatakan bahwa ia fardhu ‘ain, wajib
bagi setiap individu yang tidak ‘udzur (halangan). Wanita dan lelaki yang ‘udzur menurut
pendapat ini hukumnya tidak wajib.
Namun para ulama telah sepakat bahwa shalat di Masjid merupakan ibadah yang
paling agung. Tetapi setelah itu mereka berbeda pendapat tentang status hukum shalat jamaah
di Masjid itu sendiri, apakah fardhu ‘ain (wajib bagi masing-masing individu), atau fardhu
kifayah, atau sunah muakad, sebagai berikut :
1.      Fardhu ‘ain. Ketatapan ini berasal dari Imam Ahmad dan lainnya dari para Imam salaf dan
fuqaha’ khalaf
2.      Fardhu kifayah. Inilah yang rajih dalam madzhab syafi’i juga pendapat sebagian sahabat
Malik dan pendapat dalam madzhab Ahmad.

13
3.      Sunah muakad. Dan itulah yang populer dari sahabat-sahabat Abu Hanifah dan mayoritas
sahabat-sahabat Imam Malik, serta banyak dari sahabat Imam Syafi’i, dan disebutkan sati
riwayat dari Imam Ahmad
4.      Fardhu ‘ain dan syarat sahnya shalat. Itulah pendapat satu kelompok dari sahabat lama
Ahmad dan sekelompok ulama salaf. Dan ini pula yang menjadi pilihan Ibnu Hazm dan
lainnya.

Dalil-dalil tentang Shalat Berjamaah

Shalat jamaah sangat dianjurkan oleh agama. Pahala yang didapat, dua puluh tujuh
derajat lebih besar daripada shalat seorang diri. Didalam shalat jamaah, terkandung nilai
kebersamaan, persatuan kesatuan, dan rasa solidaritas antar sesama muslim. Karena itu, Allah
menyediakan buat pelakunya pahala yang besar.

293. Telah mengkhabarkan kepada kami Malik dari Abi Zinad dari A’raj dari Abi
Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Nabi SAW telah bersabda : “Shalat berjamaah yang
dilakukan salah seorang diantara kamu lebih utama dari pada shalat sendirian, pahalanya
berlipat dua puluh lima kali”.[1]

Syarat-Syarat Shalat Jamaah.


    

Untuk melaksanakan shalat berjamaah, ada beberapa syarat yang harus diketahui
diantaranya :
1. Mengetahui semua gerakan imam
2. Harus niat menjadi makmum
3. Tidak berdiri lebih depan dari imam
4. Tidak mendahului gerakan (rukun Fi’li) imam
5. Shalat makmum harus sama dengan shlat imam ( dalam hal niat waktu shalat)
6. Jarak antara imam dan makmum, atau antara makmum dengan baris makmum
yang terakhir tidak boleh lebih dari 300 hasta.
7. Tidak ada dinding yang memisahkan antara imam dan makmum. Kecuali bagi
makmum perempuan dengan syarat ada seorang atau lebih dari mereka yang dapat
melihat semua gerakan imam.
    Shalat-shalat yang boleh berjamaah

Shalat-shalat yang beleh dilakukan secara berjamaah adalah semua shalat wajib.
Sedangkan shalat-shalat sunnah hanya beberapa saja, diantaranya :
1. Shalat hari raya (Lebaran Idul Fitri dan lebaran Qurban)
2. Shaat terawih
3. Shalat witir
4. Shalat gerhana
5. Shalat istisqa
6. Shalat jenazah

14
Adapun shalat sunnah yang lainnya terdapat perbedaan dari para ulama.

      Cara melaksanakan shalat jamaah

Agar lebih tepat dalam mempraktekkan shalat berjamaah, kita harus memperhatikan
posisi (tumit) kaki-kaki dalam mengatur shaf, bukan memposisikan posisi badan.
Berikut cara-cara berjamaah :
1. Posisi satu orang makmum

Dalam hal ini berarti shalat berjamaah dilakukan oleh dua orang. Maka makmum harus
berada disamping kanan imam dengan posisi ujung jari-jari kaki makmum bertepatan dengan
ujung tumit imam.
2. Posisi dua orang makmum

Jika datang satu orang makmum lainnya, maka berdiri disamping kiri imam, sejajar dengan
makmum sebelah kanan dan tidak ada peraturan mundur jika hanya dua makmum.
3. Posisi tiga orang makmum

Jika datang makmum ketiga, maka berdirilah tepat dibelakang imam dengan jarak
disesuaikan kebutuhan tempat untuk sujud. Kemudian kedua makmum pertama harus mundur
hingga sejajar dengan makmum ketiga, walaupun tanpa ada isyarat dari makmum ketiga.

4. Posisi lebih dari tiga makmum


Jika datang makmum berikutnya, maka diutamakan agar berdiri sebelah kanan hingga penuh,
baru kemudian memenuhi sebelah kiri.

5. Niat menjadi makmum


Lafazh  niat untuk  menjadi imam adalah sebagai berikut

Misal shalat dhuhur


‫ت ُم ْستَ ْقبِ َل ْالقِ ْبلَ ِة اَ َد ًءا ِإ َما ًما هَّلِل ِ تَ َعالَى‬
ٍ ‫الظه ِْر أَرْ بَ َع َر َك َعا‬
ُّ   ‫ض‬ َ ُ‫ا‬
َ ْ‫صلِّي فَر‬
Artinya :”aku sengaja shalat fardhu zuhur empat rakaat menghadap kiblat sebagai imam
karena Allah”.
Akan tetapi niat menjadi imam bukanlah hal yang wajib dilakukan. Seorang imam bleh
berniat seperti biasa tanpa ada kata IMAAMAN kecuali ketika berjamaah untuk shalat
jum’at, maka berniat menjadi imam adalah kewajiban yang apabila tidak dilakukan shalat
jum’atnya tidak sah semuanya.

6. Niat menjadi makmum


Lafazh niat untuk  menjadi imam adalah sebagai berikut
Misal shalat dhuhur :
‫ت ُم ْستَ ْقبِ َل ْالقِ ْبلَ ِة اَ َد ًءا َمأ ُموْ ًما هَّلِل ِ تَ َعالَى‬
ٍ ‫الظه ِْر أَرْ بَ َع َر َك َعا‬
ُّ   ‫ض‬ َ ُ‫ا‬
َ ْ‫صلِّي فَر‬
 Artinya :”aku sengaja shalat fardhu zuhur empat rakaat menghadap kiblat sebagai makmum
karena Allah”.
Dalam shalat berjama’ah ada dua istilah yang penting kita ketahui yaitu :
makmum Muafiq  dan makmum Masbuq. Makmum muafiq adalah makmum yang mengikuti
berjamaah sejak pertama iqamah, atau dia adalah makmum yang menyaksikan takbiratul
ihram imam. Sedangkan makmum masbuq adalah makmum yang tidak menyaksikan
takbiratul ihram imam.

15
Kedudukan sebagai Imam
   

1.      yang boleh menjadi imam


a)      Laki-laki makmum kepada laki-laki.
b)      Wanita makmum kepada laki-laki.
c)      Wanita makmum kepada wanita.
d)      Banci makmum kepada laki-laki.
e)      Wanita makmum kepada banci.
2.      Wanita tidak boleh menjadi imam
a)      Laki-laki makmum kepada wanita.
b)      Laki-laki makmum kepada banci.
c)      Banci makmum kepada banci.
d)      Banci makmum kepada banci.
e)      Orang fasih dalam Al-Qur’an makmum kepada yang belum fasih.

     Makmum Masbuq

Dalam sholat berjamaah ada dua istilah yang penting kita ketahui, yaitu
Makmum Muafiq dan Makmum Masbuq.
Makmum Muafiq adalah makmum yang mengikuti berjamaah sejak pertama iqamah,
atau makmum yang menyaksikan takbiratul ihram imam. Sedangkan
makmum Masbuq adalah makmum yang tidak menyaksikan takbiratul ihram imam.

1. Ketentuan ketentuan makmum masbuq


Dibanding dengan makmum muafiq, makmum masbuq memiliki ketentuan sendiri, di
antaranya sebagai berikut:
a)      Tidak wajib menyelesaikan bacaan surat al-fatihah jika imam sudah rukuk. Karena jika
dia menyelesaikan bacaannya, hingga imam bangun dari rukuk, maka dia tertinggal rakaat
tersebut. Begitu pula jika makmum masbuq tiba ketika imam rukuk, maka dia hanya wajib
takbiratul ihram kemudian langsung rukuk.
b)      Jika posisi makmum masbuq saling berseberangan, yaitu posisi dimana makmum
masbuq turun akan rukuk, sedangkan imam naik akan i’tidal, maka makmum masbuq tidak
mendapatkan rakaat tersebut.
c)      Walaupun makmum masbuq bisa langsung mengikuti gerakan imam yang mana pun,
namun lebih utama jika menunggu hingga imam menyelesaikan rakaat tersebut (tentunya jika
bukan rakaat terakhir).
d)      Jika makmum masbuq hanya menemui imam ketika tasyahud akhir, maka dia tidak
mendapatkan rakaat sama sekali, selain mendapatkan keutamaan berjamaah.
e)      Selama imam belum selesai mengucapkan salam maka masih boleh untuk menjadi
makmum

2. Tasyahud Awal bagi Makmum Masbuq


Kita tentu pernah mengalami kasus, misalnya tertinggal 1 rakaat sholat dzuhur.
Artinya kita (sebagai makmum masbuq) akan mendapati rakaat pertama langsung melakukan
tasyahud awal, mengikuti imam.

16
Pada rakaat kedua, (yang seharusnya melakukan tasyahud awal), adalah rakaat ketiga
bagi imam. Dan pada rakaat terakhir imam, kita mendapati tasyahud juga, sedangkan ketika
kita menambah satu rakaat  setelah salam imam, kita akan melakukan tasyahud yang ketiga.
Dalam kasus seperti ini, tasyahud pertama yang kita lakukan bersama imam bukanlah
tasyahud awal, melainkan tasyahud untuk menghormati jamaah. Sedangkan tasyahud pertama
kita adalah pada saat tasyahud terakhir imam.

3 , Menjadikan Makmum Masbuq sebagai Imam


Sebagaimana, telah dijelaskan, bahwa bagi seorang tidak wajib niat menjadi imam.
Maka hal ini akan memperbolehkan seorang makmum masbuq (yang sudah selesai dari
jamaah awal) menjadi imam bagi makmum masbuq berikutnya. Kasus seperti ini berlaku
hingga berkali lipat kedatangan makmum masbuq lainnya.[2]

Manfaat Salat Berjamaah


       

        Dengan melaksanakan salat secara berjamaah, ada beberapa manfaat yang dapat kita
petik, diantaranya :
1.      Merealisasikan salat pada waktunya, karena salat pada awal waktu merupakan salah satu
pekerjaan yang paling disukai Allah swt.
2.      Merespon panggilan muadzin dengan niat salat berjamaah.
3.      Berjalan menuju masjid dengan tenang.
4.      Allah menjadi saksi atas setiap orang yang memelihara salat berjamaah di masjid dengan
penuh keimanan.
5.      Setiap langkah yang diayunlan seorang muslim untuk menegakkan salat berjamaah terhitung
di sisi Allah sebagai pahala dan ganjaran baginya

       Berbagai Kesalahan dalam Melaksanakan Salat Jamaah.

1. Mendahului Gerakan Imam


2. Merendahkan Takbir bagi Imam
3. Mengeraskan Takbir bagi Makmum
4. Menyentuh Pundak Calon Imam
5. Berdiri Lebih Depan dari Imam
6. Berdiri Terlalu Jauh dari Imam
7. Tidak Berniat Menjadi Makmum

2.4 SHOLAT JUM’AT

17
Pengertian Shalat Jum’at

Shalat Jum’at merupakan salah satu bentuk dari amal shaleh yang merupakan kewajiban untuk
dilaksanakan bagi setiap muslim apabila tidak ada udzur dan memenuhi syarat untuk terselenggaranya
jamaah shalat Jum’at (Ghazali 2008:11). Salah satu kegiatan yang berkesinambungan yang di
selenggarakan di masjid–masjid dalam rangka pembinaan umat Islam adalah shalat Jum’at yang di
pimpin oleh imam dan khatib, hari Jum’at bagi umat Islam merupakan hari yang mulia (Sayyidul
ayyam). Dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah R.a. Rasulullah S.a.w dengan
tegas menjelaskan bahwa hari yang paling baik ialah hari Jum’at. Shalat Jum’at itu fardu ain bagi
setiap orang muslim yang tidak udzur atau berhalangan maupun sakit (Syahruddin, 1988 : 4). Dasar
kewajiban melaksanakan shalat Jum’at adalah sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-
Jumu’ah : 9-10:

Artinya: Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum´at, maka bersegeralah
kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika
kamu mengetahui Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntun (Al-Jumu`ah : 9-10).
(Depag RI, 2005: 342).

Dalam ayat ini, Allah SWT menggunakan lafad Amr (perintah) yaitu untuk segera menunaikan shalat
Jum’at. Lafad perintah dalam usul fiqh menunjukkan kepada hukum wajib. Hal ini diperkuat lagi
dengan larangan Allah SWT untuk melakukan aktivitas apapun jika waktu shalat Jum’at sudah
masuk, seperti segeralah meninggalkan jual beli sebagaimana tercantum dalam ayat tersebut. Dalam
hadis lain yaitu:

Artinya: Barang siapa meninggalkan shalat Jum’at sebanyak tiga kali karena menyepelekkannya,
maka Allah mengunci mata hatinya berhentilah orang-orang dari melalaikan shalat jum’at, atau Allah
mengunci mata hati mereka sehingga selamanya mereka menjadi orang yang lalai (H.R Muslim dan
An-Nasai) (Al-Hasani: 1992: 64-65).

Shalat Jum’at merupakan kewajiban bagi setiap muslim laki-laki yang telah dewasa, yang waktunya
tepat pada waktu dzuhur. Shalat Jum’at pelaksanaannya harus dengan berjamaah bersama sejumlah
kaum muslimin disuatu tempat. Pada hakikatnya shalat Jum’at ini merupakan pengganti shalat
dzuhur, sehingga seseorang yang telah melakukan shalat Jum’at Ia tidak perlu lagi melakukan shalat
dzuhur (Sudarsono: 1994: 57).

Hal ini berdasarkan firman Allah S. An-Nisa: 103.

18
Artinya: Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di
waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah
shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman (QS An-Nisa: 103).

Syarat-Syarat Shalat Jum'at

1. Syarat Sahnya Melakukan Shalat Jum’at

Shalat Jum’at yang didirikan di tengah hari bertujuan agar shalat itu menghimpun sebanyak mungkin
orang dalam satu masjid. Dalam pertemuan setiap pekan itu terkandung pelajaran, pesan, dan
pengarahan.Pertemuan untuk shalat Jum’at merupakan ajang memperbarui ikrar, menghidupkan
nurani terhadap persaudaraan, menghimpun persatuan dan kesatuan sesama, serta memperlihatkan
kekuatan sesama umat Islam. Saat yang tepat jika pada hari Jum’at itu setiap insan melepaskan diri
dari kesibukan duniawi untuk beribadah dan bersyukur kepada Allah SWT.

Tujuannya adalah agar shalat Jum’at menjadi momentum berharga untuk memperbaiki diri dengan
mengingat kejadian dan akhir kehidupan (Halim. 2006 : 212).

Shalat Jum’at terdiri dari dua rakaat, hanya disunnahkan supayamen-jahar-kan (mengeraskan) bacaan
didalam keduanya. Dan disunahkan membaca surah Al-Jum’ah sesudah Al-fatihah pada rakaat
pertama, dan surah Al-Munafikun pada rakaat kedua (Ibrahim, 1992: 54). Ulama sepakat mengenai
akhir waktu shalat Jum’at, waktu shalat Jum’at berakhir dengan berakhirnya waktu dzuhur
(Abdurrahim: 2006: 275). Menurut pendapat dikalangan pengikut mazhab Syafi’iyyah yang banyak di
ikuti oleh umat Islam di Indonesia, bahwa shalat Jum’at dilaksanakan dengan persyaratan tertentu,
antara lain adalah jumlah orang yang akan melaksanakan shalat Jum’at. Kitab-kitab Syafi’iyyah pada
umumnya menyatakan bahwa yang menjadi syarat sahnya pelaksanaan shalat Jum’at (‘adad Al-
Jum’at) adalah empat puluh orang (Munir: 2008: 115). Menurut Prof. Dr. Abdullah Ath-Thayyar
dalam bukunya yang berjudul Ensiklopedia Shalat (2006: 219), bahwa syarat sah shalat Jum’at
adalah:

a. Shalat Jum’at didirikan sesuai dengan waktu yang ditetapkan

b. Shalat Jum’at didirikan secara berjamaah

c. Shalat Jum’at didirikan oleh orang yang mukim

d. Shalat Jum’at wajib didahului dua khutbah

Sedangkan menurut Multazam dalam bukunya yang berjudul Fiqih Syafi’i (1984:171) syarat-syarat
sahnya melakukan shalat Jum’at yaitu:

a. Negeri tempat shalat itu adalah merupakan kota atau desa

b. Bilangan orang yang sah melakukan Jum’at itu ada (sedikit-dikitnya) 40 orang

c. Waktunya masih ada Bila waktunya sudah keluar (habis) atau syarat-syaratnya tidak terpenuhi,
maka di haruskan untuk mengerjakan shalat Dzuhur. Negeri tempat shalat Jum’at adalah kota atau
desa, karena Nabi Saw beserta sahabatnya tidak melakukan shalat Jum’at kecuali dengan demikian
itu, dan suku-suku Arab itu bermukim disekeliling Kota Madinah dan mereka tidak melakukan shalat
Jum’at. Tidak memerintahkan mereka untuk melakukan shalat Jum’at.

19
2. Syarat Wajibnya Jum'atan dan Syarat Sah Mendirikan Jum’atan

H. Sulaiman Rasjid dalam bukunya yang berjudul, Fiqih Islam, menerangkan tentang syarat-syarat
wajibnya Jum'ah itu ada 6 (enam) yaitu:

a. Islam, tidak wajib jum’at atas orang bukan Islam

b. Baligh (dewasa), tidak wajib Jum’at atas kanak-kanak

c. Berakal, tidak wajib Jum’at atas orang bodoh atau orang gila

d. Laki-laki, tidak wajib Jum’at atas perempuan

e. Sehat, tidak wajib Jum’at atas orang sakit, atau berhalangan dan

sebagainya

f. Tetap dalam negeri, tidak wajib Jum’at atas orang yang dalam

perjalanan. Sabda Rasulullah Saw:

Artinya: Berkata Rasulullah Saw, jum’at itu hak yang wajib dikerjakan oleh tiap-tiap orang Islam
dengan berjamaah dengan bersama-sama dikecualikan empat macam: hamba sahaya, perempuan,
kanak-kanak, orang sakit”.

Menurut pendapat Sudarsonodalam bukunya yang berjudul Sepuluh Aspek Agama Islam (1994: 59 )

Sunah Jum’at yaitu:

a. Mandi (membersihkan tubuh) dan memotong kuku

b. Berpakaian yang putih dan bersih

c. Berpakaian yang rapi (bersih)

d. Memakai wangi-wangian

e. Menyegerakan datang ke Masjid

f. Memperbanyak dzikir dan shalawat

g. Memperbanyak baca Al-Qur’an

h. Memperhatikan segala maksud-maksud khutbah yang dibacakan oleh

khatib

20
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Maka dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat ialah merupakan salah satu
ibadah kepada Allah, yang berupa perkataan/ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan
diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan.Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa shalat adalah ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan tertentu, yang diawali
dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun shalat yang telah
ditentukan dalam islam.

Sedangkan shalat fardhu atau yang biasa disebut shalat wajib 5 waktu adalah shalat yang hukumnya
fardhu (wajib), dimana shalat yang wajib dilaksanakan oleh semua umat muslim dan dikerjakan pada
5 waktu yaitu: subuh, dzuhur, ashar, maghrib dan isya’ Syarat dan Rukun Shalat Fardhu (wajib)
Berikut beberapa syarat wajib shalat yang harus dipenuhi: 1.

21
DAFTAR PUSTAKA

22
23

Anda mungkin juga menyukai