Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat ini di Indonesia penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing masih
tinggi prevalensinya. Hal ini dikarenakan Indonesia berada dalam posisi geografis
dengan temperatur dan kelembapan yang sesuai, pengaruh kehidupan yang kurang
bersih dan sanitasi lingkungan yang buruk, aspek sosial ekonomi dan tingkat
pengetahuan seseorang mengenai pentingnya kesehatan yang masih rendah
merupakan faktor yang mempunyai peranan besar terhadap penularan parasit
cacing. Infeksi penyakit parasit umumnya sifatnya menahun dan jarang
menimbulkan kematian yang mendadak sehingga sering tidak diperhatikan dan
diabaikan. Akibat yang paling sering dialami adalah kekurangan gizi dan anemia.
Pada infeksi berat penyakit kecacingan ini dapat menyebabkan diare (Syarifah,
2011).
Penyakit cacingan merupakan salah satu penyakit yang berbasis pada
lingkungan. Hal ini disebabkan oleh iklim tropis dan kelembaban udara tinggi di
Indonesia yang merupakan lingkungan yang baik untuk perkembangan cacing,
serta kondisi sanitasi dan hygiene yang kurang memenuhi syarat kesehatan dan
keadaan sosial ekonomi serta pendidikan yang belum memadai. Pemberian
antelmintik dapat digunakan untuk mengeluarkan cacing parasit dari tubuh hewan.
Pemakaian antelmintik yang salah dalam pengendalian parasit cacing
menyebabkan timbulnya populasi parasit yang resisten pada hewan terhadap
antelmintik (Difa, dkk., 2015).
Pemanfaat bahan alam menjadi salah satu alternative terapi saat ini. Tanaman
menawarkan keuntungan berupa mudah didapatkan, ramah lingkungan, dan efektif
untuk pengendalian cacing parasit. Ketepeng cina merupakan salah satu tanaman
yang dapat digunakan untuk mengatasi cacingan. Penelitian terdahulu tentang
kandungan kimia daun ketepeng cina menyebutkan bahwa daun ketepeng cina
mengandung alkaloid dan flavonoid (Sangi, et al. 2008). Adapun penelitian
sebelumnya yang menggunakan infusa daun ketepeng cina terhadap cacing
Ascaris lumbricoides sudah menunjukkan adanya efek anthelmintik dengan
berbagai konsentrasi 20%, 40% dan 80% terbukti memberikan efek antelmintik
terhadap cacing gelang (Ascaris lumbricoides) setelah 24 jam pengamatan. Pada
penelitian ini diketahui senyawa kimia tannin yang memiliki efek antelmintik
(Lasut, et al. 2012). Penelitian lainnya juga menyebutkan bahwa air rebusan daun
ketepeng cina memiliki nilai LC50 sebesar 36,5 persen. Artinya pada konsentrasi
36,5 persen, air rebusan daun ketepeng cina 26 Volume 2, Nomor 2 (2015) Jurnal
Pharmascience dapat membunuh 50 persen cacing tambang uji (Kuntari, 2008).
Oleh karena itu ingin dilakukan penelitian pada daun Ketepeng Cina dalam
bentuk ekstrak, yang diharapkan mampu menarik senyawa lebih baik daripada
menggunakan metode infusa, sehingga dapat memiliki efek antihelmintik yang
lebih baik pada cacing yang berbeda yaitu cacing tambang (Ancylostoma
doudenale). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat pengaruh ekstrak daun
Ketepeng Cina (Cassia alata L.) terhadap kematian cacing tambang (Ancylostoma
doudenale).

1.2 Rumusan Masalah


Apakah ekstrak daun ketepang cina (cassia alata linn) memiliki efektivitas
antelmintik terhadap cacing tambang (Ancylostoma doudenale) ?

1.3 Tujuan Penelitian


Menentukan efektivitas antelmintik daun ketepang cina (cassia alata linn)
terhadap cacing tambang (Ancylostoma doudenale).

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi peneliti


Menambah wawasan penelitian tentang efektivitas daun ketepang cina sebagai
antelmintik serta dapat memberikan gambaran tentang konsentrasi ektrak daun
ketepang cina sebagai antelmintik.

1.4.2 Bagi Masyarakat


Memberikan informasi dan wawasan tentang daun ketepang cina sebagai obat
antelmintik alami.

Anda mungkin juga menyukai