Pada saat ini di Indonesia penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing masih tinggi prevalensinya. Hal ini dikarenakan Indonesia berada dalam posisi geografis dengan temperatur dan kelembapan yang sesuai, pengaruh kehidupan yang kurang bersih dan sanitasi lingkungan yang buruk, aspek sosial ekonomi dan tingkat pengetahuan seseorang mengenai pentingnya kesehatan yang masih rendah merupakan faktor yang mempunyai peranan besar terhadap penularan parasit cacing. Infeksi penyakit parasit umumnya sifatnya menahun dan jarang menimbulkan kematian yang mendadak sehingga sering tidak diperhatikan dan diabaikan. Akibat yang paling sering dialami adalah kekurangan gizi dan anemia. Pada infeksi berat penyakit kecacingan ini dapat menyebabkan diare (Syarifah, 2011). Penyakit cacingan merupakan salah satu penyakit yang berbasis pada lingkungan. Hal ini disebabkan oleh iklim tropis dan kelembaban udara tinggi di Indonesia yang merupakan lingkungan yang baik untuk perkembangan cacing, serta kondisi sanitasi dan hygiene yang kurang memenuhi syarat kesehatan dan keadaan sosial ekonomi serta pendidikan yang belum memadai. Pemberian antelmintik dapat digunakan untuk mengeluarkan cacing parasit dari tubuh hewan. Pemakaian antelmintik yang salah dalam pengendalian parasit cacing menyebabkan timbulnya populasi parasit yang resisten pada hewan terhadap antelmintik (Difa, dkk., 2015). Pemanfaat bahan alam menjadi salah satu alternative terapi saat ini. Tanaman menawarkan keuntungan berupa mudah didapatkan, ramah lingkungan, dan efektif untuk pengendalian cacing parasit. Ketepeng cina merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan untuk mengatasi cacingan. Penelitian terdahulu tentang kandungan kimia daun ketepeng cina menyebutkan bahwa daun ketepeng cina mengandung alkaloid dan flavonoid (Sangi, et al. 2008). Adapun penelitian sebelumnya yang menggunakan infusa daun ketepeng cina terhadap cacing Ascaris lumbricoides sudah menunjukkan adanya efek anthelmintik dengan berbagai konsentrasi 20%, 40% dan 80% terbukti memberikan efek antelmintik terhadap cacing gelang (Ascaris lumbricoides) setelah 24 jam pengamatan. Pada penelitian ini diketahui senyawa kimia tannin yang memiliki efek antelmintik (Lasut, et al. 2012). Penelitian lainnya juga menyebutkan bahwa air rebusan daun ketepeng cina memiliki nilai LC50 sebesar 36,5 persen. Artinya pada konsentrasi 36,5 persen, air rebusan daun ketepeng cina 26 Volume 2, Nomor 2 (2015) Jurnal Pharmascience dapat membunuh 50 persen cacing tambang uji (Kuntari, 2008). Oleh karena itu ingin dilakukan penelitian pada daun Ketepeng Cina dalam bentuk ekstrak, yang diharapkan mampu menarik senyawa lebih baik daripada menggunakan metode infusa, sehingga dapat memiliki efek antihelmintik yang lebih baik pada cacing yang berbeda yaitu cacing tambang (Ancylostoma doudenale). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat pengaruh ekstrak daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.) terhadap kematian cacing tambang (Ancylostoma doudenale).
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ekstrak daun ketepang cina (cassia alata linn) memiliki efektivitas antelmintik terhadap cacing tambang (Ancylostoma doudenale) ?
1.3 Tujuan Penelitian
Menentukan efektivitas antelmintik daun ketepang cina (cassia alata linn) terhadap cacing tambang (Ancylostoma doudenale).
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi peneliti
Menambah wawasan penelitian tentang efektivitas daun ketepang cina sebagai antelmintik serta dapat memberikan gambaran tentang konsentrasi ektrak daun ketepang cina sebagai antelmintik.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Memberikan informasi dan wawasan tentang daun ketepang cina sebagai obat antelmintik alami.
PENGARUH_KONSENTRASI_STERILAN_DAN_LAMA_WAKTU_PERENDAMAN_PADA_EKSPLAN_MATA_TUNAS_KENCUR.docx;filename= UTF-8''PENGARUH KONSENTRASI STERILAN DAN LAMA WAKTU PERENDAMAN PADA EKSPLAN MATA TUNAS KENCUR