Anda di halaman 1dari 7

EFEKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN TEH

(Camellia sinensis) DALAM MEMBUNUH JENTIK NYAMUK


(Aedes aegypti) SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT DEMAM BERDARAH
DENGUE (DBD)

Tugas Penelitian

Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas


mata kuliah metode penelitian Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga

Disusun Oleh:
Amirul Muslim Amrullah
061711133169

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang jumlah penderitanya semakin meningkat
dan penyebarannya semakin luas, penyakit DBD merupakan penyakit
menular yang pada umumnya menyerang pada usia anak-anak umur kurang
dari 15 tahun dan juga bisa menyerang pada orang dewasa (Widoyono, 2005).
Menurut data WHO, Asia Pasifik menanggung 75 persen dari beban
dengue di dunia antara tahun 2004 dan 2010, sementara Indonesia dilaporkan
sebagai negara ke-2 dengan kasus DBD terbesar diantara 30 negara wilayah
endemis. Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi di Indonesia
dengan jumlah kasus 68.407 tahun 2017 mengalami penurunan yang
signifikan dari tahun 2016 sebanyak 204.171 kasus. Provinsi dengan jumlah
kasus tertinggi terjadi di 3 (tiga) Provinsi yaitu di Jawa Barat, Jawa Timur,
dan Jawa Tengah. Kasus DBD pada Jawa Barat dengan total kasus sebanyak
10.016 kasus, Jawa Timur sebesar 7.838 kasus dan Jawa Tengah 7.400 kasus
(Kemenkes RI, 2018).
Untuk kasus kematian demam berdarah dengue (DBD) yang terjadi di
Indonesia pada tahun 2017 berjumlah 493 kematian jika dibandingkan tahun
2016 berjumlah 1598 kematian, kasus ini mengalami penurunan hamper tiga
kali lipat. Untuk kematian tertinggi tahun 2017 terjadi di Provinsi Jawa Timur
yaitu sebanyak 105 kematian dan tertinggi kedua terjadi di Provinsi Jawa
Tengah dengan jumlah kematian sebanyak 92 orang (Kemenkes RI, 2018).
Demam berdarah dengue (DBD) adalah infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue yang termasuk ke dalam famili Flaviridae dan genus Flavivirus,
ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, khususnya
nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus yang terdapat hampir di seluruh
pelosok Indonesia (Aryu Candra, 2010).
Perkembangan teknologi saat ini belum mampu menemukan vaksin
atau obat untuk mencegah DBD. Pengobatan terhadap penderita Demam
Berdarah Dengue (DBD) hanya bersifat simptomatik dan suportif (Sukohar,
2014). Oleh karena itu, untuk mencegah DBD program Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus perlu terus dilakukan secara
berkelanjutan sepanjang tahun khususnya pada musim penghujan. Program
PSN, yaitu: 1) Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan
tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan
air minum, penampung air lemari es dan lain-lain 2) Menutup, yaitu menutup
rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air,
dan lain sebagainya; dan 3) Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang
barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan
nyamuk penular Demam Berdarah (Kemenkes RI, 2016).
Perkembangbiakan nyamuk penular DBD yaitu Aedes aegypti dibagi
dalam dua tempat. Yakni 3 stadium berkembang di dalam air (telur, jentik,
dan pupa) dan 1 stadium hidup di udara bebas (nyamuk dewasa) Sementara
itu, kondisi air yang jernih merupakan tempat untuk pertumbuhan Aedes
aegypti, mulai dari telur sampai pupa (Arda Dinata, 2018:60).
Jentik Aedes aegypti untuk mendapatkan makanannya yang berupa
partikel-partikel kecil dari air tempat hidupnya dengan membuat pusaran air
kecil dalam air dengan menggunakan bagian ujung dari tubuhnya yang
ditumbuhi bulu sehingga mirip kipas. Pusaran air tersebut menyebabkan
bakteri dan mikroorganisme lainnya tersedot dan masuk ke dalam mulut
jentik Aedes aegypti, menurut Yahya (dalam Arda Dinata, 2018: 61).
Perkembangan stadium Aedes aegypti paling lama ialah berada dalam
air, termasuk aktivitas makan-nya juga dalam air. Untuk itu menurut Metcalf
dan Luckman (dalam Arda Dinata, 2018: 61) upaya pengendalian yang sesuai
dengan stadium ini berupa abatisasi. Di mana, abatisasi merupakan
pengendalian dengan menggunakan insektisida sintetis. Penggunaan
insektisida sintetis memang lebih mudah digunakan dan lebih efektif, namun
penggunaan insektisida sintetis ini dinilai kurang baik karena dapat
menimbulkan resistensi, resurgensi, dapat membunuh jasad yang bukan
sasaran, serta menurunkan kualitas lingkungan.
Oleh karena itu penggunaan bahan alam, misalnya tanaman, merupakan
salah satu alternatif yang bisa digunakan. daun teh (Camellia sinensis)
merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai larvasida
nabati. Banyak kandungan senyawa kimia dalam daun teh, diantaranya
berupa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid, tanin, saponin,
triterpenoid. Komposisi bahan aktif dalam daun teh lainnya adalah kafein,
tanin, theophylline, theobromine, lemak, saponin, minyak esesial, katekin,
karoten, vitamin C, A, B1, B2, B12, P, Fluorite, Ferum, Magnesium, Kalsium,
Strontium, Plumbum, Nikel, Zink, dan Phosphor (Nita Noriko, 2013).
Menurut Wulanda et al (2017) zat aktif tanin potensial digunakan
sebagai insektisida nabati. Kadar kandungan tanin pada daun teh yaitu sekitar
7-15 % dan akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan usia
tanaman.
Tanin merupakan senyawa makro molekul yang dihasilkam oleh
tanaman dan berperan sebagai penolak nutrisi (antinutrient) dan penghambat
enzim (enzyme inhibitor) sehingga mengakibatkan rendahnya hidrolisis pati
dan menurunkan respons terhadap gula darah pada hewan menurut
Matsushita et al (dalam Wulanda et al, 2017). Selain itu, penggunaan
senyawa tanin dapat menyebabkan terjadinya penyerapan air pada tubuh
organisme sehingga dapat mematikan organisme, karena tubuh organisme
kekurangan air.
Oleh karena itu pada penelitian ini penulis akan meneliti tentang
pemanfaatan ekstrak daun teh (Camellia sinensis) sebagai larvasida untuk
membunuh jentik nyamuk Aedes aegypti.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah di uraikan, maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1.2.1 Apakah ada pengaruh ekstrak daun teh (Camellia sinensis) terhadap
kematian jentik nyamuk Aedes aegypti ?
1.2.2 Bagaimanakah efektivitas ekstrak daun teh (Camellia sinensis) dalam
membunuh jentik nyamuk Aedes aegypti ?
1.2.3 Berapakah konsentrasi ekstrak daun teh (Camellia sinensis) yang paling
efektif dalam membunuh jentik nyamuk Aedes aegypti ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Menentukan pengaruh ekstrak daun teh (Camellia sinensis) terhadap
jumlah kematian jentik nyamuk Aedes aegypti.
1.3.2 Mengetahui efektivitas ekstrak daun teh (Camellia sinensis) dalam
membunuh jentik nyamuk Aedes aegypti.
1.3.3 Mengetahui konsentrasi ekstrak daun teh (Camellia sinensis) yang
paling efektif dalam membunuh jentik nyamuk Aedes aegypti.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi penulis
Menambah dan memperluas pengetahuan penulis mengenai efektivitas
ekstrak daun teh (Camellia sinensis) dalam membunuh jentik nyamuk
Aedes aegypti.
1.4.2 Bagi masyarakat
Dengan adanya penelitian ini penulis berharap dapat membantu
memecahkan masalah yang ada di masyarakat, terutama penggunaan
ekstrak daun teh (Camellia sinensis) dalam upaya pemberantasan
nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penular penyakit demam
berdarah.

1.5 Landasan Teori


Penelitian yang dilakukan oleh Nita Noriko (2013) menyebutkan bahwa
daun teh Camellia sinensis mengandung tanin yang terdeteksi berdasarkan
pengujian dengan FeCl3. Wulanda et al (2017) menyebutkan bahwa zat aktif
tanin merupakan salah satu senyawa yang potensial digunakan sebagai
insektisida nabati.

1.6 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah ekstrak daun teh (Camellia sinensis) mempunyai
aktivitas biolarvasida terhadap jentik Aedes aegypti.
DAFTAR PUSTAKA

Dinata, A. 2018. Bersahabat Dengan Nyamuk: Jurus Jitu Atasi Penyakit Bersumber
Nyamuk. Arda Publishing. Pangandaran. 46-76.

Noriko, N. 2013. Potensi Daun Teh (Camellia sinensis) Dan Daun Anting-Anting
Acalypha indica L. Dalam Menghambat Pertumbuhan Salmonella typhi.
Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains Dan Teknologi. 2(2): 104-110.

Wuryaningsih, T. 2008. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Persepsi Dengan


Perilaku Masyarakat Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengue (PSN DBD) Di Kota Kediri. Tesis. Program Studi
Kedokteran Keluarga, Universitas Sebelas Maret.

Yusro, F. 2013. Kadar Tanin Aktif Ekstrak Kulit Kayu Jengkol (Pithecolobium
jiringa Jack) Dan Kereaktifannya Terhadap Formaldehid. Jurnal. 1(9): 21-
26.

Ludiana Y. dan S. Handani. 2012. Pengaruh Konsentrasi Inhibitor Ekstrak Daun


The (Camelia sinensis) Terhadap Laju Korosi Baja Karbon. Jurnal Fisika
Unand. 1(1): 12-18.

Fajrina, A., J. Jubahar dan S. Sabirin. 2017. Penetapan Kadar Tanin Pada The Celup
Yang Beredar Di Pasaran Secara Spektrofotometri Ultraviolet Sinar
Tampak. Jurnal Sains Dan Teknologi Farmasi. 01(19): 17-21.

Sukohar, A. 2014. Demam Berdarah Dengue (DBD). 2(2): 1-15.

Yuliani, S., L. Udarno dan E. Hayani. Kadar Tanin Dan Quersetin Tiga Tipe Daun
Jambu Biji (Psidium guajava). 17-24.

Nirma et al. 2017. Efektivitas Larvasida Ekstrak Kulit Buah Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia) Dalam Mambunuh Jentik Nyamuk Aedes sp. 2(3): 87-96.

Wulanda et al. 2017. Potensi Tannin Pada Ramuan Nginang Sebagai Insektisida
Nabati Yang Ramah Lingkungan. Bioeksperimen. 2(3): 83-93.

Palgunadi, B. U. dan A. Rahayu. Aedes aegypti Sebagai Vektor Penyakit Demam


Berdarah Dengue.
Candra, A. 2010. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, Dan
Faktor Risiko Penularan. Aspirator. 2(2): 110-119.

Kemenkes RI. 2018. Situasi Penyakit Demam Berdarah Di Indonesia Tahun 2017.

Aryanto, Y. 2008. Efektivitas Ekstrak Daun Serai (Cymbopogon nardus) Dalam


Membunuh Larva Nyamuk Aedes aegypti Instar III. Skripsi. Program
Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Yudhastuti, R. dan A. Vidiyani. 2005. Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer,


Dan Perilaku Masyarakat Dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes
egypti Di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Surabaya. Jurnal
Kesehatan Lingkungan. 2(1): 170-182.

Towaha, J. dan Balittri. 2013. Kandungan Senyawa Kimia Pada Daun The
(Camellia sinensis). Warta Penelitian Dan Pengembangan Tanaman
Industri. 3(19).

Raini, M. 2009. Toksikologi Insektisida Rumah Tangga Dan Pencegahan


Keracunan. Artikel Media Peneliti Dan Pemngembangan Kesehatan. XIX:
S27-S33.

Anda mungkin juga menyukai