Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENGENDALIAN VEKTOR BERBASIS LINGKUNGAN

Perbandingan Efektivitas Bubuk dan Rendaman Infusa Daun Mindi


(Melia Azedarach L.) Terhadap Larva Nyamuk Aedes Aegypti L.

Disusun oleh:
Rina Purnama 2000029137
Rizki Amelia 2000029138
Royfanza Reynaldi 2000029145
Nisrinaa Ramadyaningsih 2000029146
Retno Ginasti 2000029147
Tamira Kesuma 2000029168
Idha Putri Kinasih 2000029185
Ahmad Aditya Sidik Zulkarnain 2000029187
Zainal Abidin Daeng Matally 2000029199

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan laporan ini dengan baik.
Tidak lupa shalawat serta salam yang tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita
nantikan kelak.
Penulisan laporan ini berjudul “Infusa Daun Mindi” dapat terselesaikan karena
bantuan dari banyak pihak. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengendalian Vektor berbasis Lingkungan. Kami berharap laporan ini dapat menjadi
referensi bagi teman-teman sekalian untuk menambah wawasan.
Penulis juga menyadari bahwa laporan bertema kesehatan ini memiliki kekurangan
dan masih memerlukan penyempurnaan. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran demi
penyempurnaan laporan. Kami juga berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat. Sekian
dan terima kasih.

Yogyakarta, 1 Juli 2023


INFUSA DAUN MINDI
A. Tujuan
1. Untuk mengetahui keefektifan infusa air mindi dan bubuk daun mindi dalam
pengendalian vektor nyamuk
2. Untuk mengetahui kandungan yang terdapat dalam daun mindi
3. Untuk mengetahui cara penggunaan dan pembuatan infusa dan bubuk daun mindi

B. Dasar Teori
Daerah tropik sangat berpotensi sebagai daerah perindukan nyamuk yang
bertindak sebagai vektor potensial dari berbagai penyakit. Salah satu jenis penyakit yang
sering menimbulkan korban jiwa adalah demam berdarah yang dikenal sebagai “Dengue
Haemorrhaginc Fever (DHF). Penyakit ini disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utamanya. Penyakit Demam Berdarah (DB) telah
dikenal di Indonesia sebagai penyakit yang tidak hanya menyerang anak-anak tetapi juga
dapat menyerang orang dewasa. Di Indonesia demam berdarah timbul sebagai wabah
untuk pertama kalinya di Surabaya pada tahun 1986. Sampai saat ini kasus demam
berdarah dilaporkan dari 26 Propinsi dan telah menyebar dari daerah perkotaan ke
pedesaan. (Rochmadina Suci Bestari, 2018)
Masyarakat yang ada di daerah-daerah tertentu masih ada yang menampung air
hujan dalam drum-drum besar dan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, hal ini
merupakan ternat berkembang biak yang aman bagi larva A. aegypti Pada tempat
penampungan air yang tertutup pun biasanya banyak ditemukan larva aegypti karena
penutupnya sering kurang rapat. Hal ini menjadikan kondisi di dalam kontainer sangat
menguntungkan bagi perkembangan larva Aaegypti. (Ashafil, 2019)
Untuk mengendalikan dan mencegah timbulnya penyakit demam berdarah perlu
dilakukan penekanan terhadap populasi nyamuk Aaegypti Banyak usaha yang telah
dilakukan untuk menekan populasi nyamuk A.aegypti diantaranya dengan penyemprotan
insektisida, abatisasi, gerakan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN), dan pengendalian
hayati. Penggunaan insektisida lebih sering diterapkan untuk menekan populasi nyamuk
tersebut, hal ini berdasarkan kenyataan bahwa insektisida sintetis bekerja lebih cepat
untuk membunuh nyamuk A.aegypti. Namun demikian beberapa faktor telah mendorong
perlu dipertimbangkan kembali ketergantungan kepada insektisida dalam
penanggulangan vektor. Faktor tersebut antara lain timbulnya resistensi vektor terhadap
insektisida, pencemaran oleh residu insektisida yang beracun merupakan ancaman bagi
manusia dan ternak, ikut terbunuhnya organisme bukan sasaran yang akan mengganggu
keseimbangan ekosistem, dan biaya yang sangat besar untuk pengadaan insektisida itu
sendiri. (Yuana1, 2022)
Berdasarkan hal ini maka banyak dilakukan penelitian untuk mencari alternatif
pengendalian organisme vektor yang aman bagi lingkungan. Salah satunya adalah dengan
menggunakan bahan tumbuhan sebagai pestisida alami satunya adalah dengan
menggunakan bahan tumbuhan sebagai pestisida alami untuk mengendalikan populasi
larva nyamuk A. aegypti sebagai vektor penyakit. Mindi (Melia azedarach) L merupakan
salah satu tumbuhan yang bisa digunakan sebagai insektisida karena tanaman mindi
tersebut mengandung senyawa aktif berupa saponin, flavonoid, dan polifenol. Tanaman
mindi ini merupakan tanaman tahunan yang dapat hidup di daerah tropis maupun sub
tropis. Tanaman mindi tersebut sudah banyak digunakan oleh beberapa peneliti antara
lain untuk mengendalikan IIeliotis zea, Spodoptera litura, Aphis citri dan lain-lain. Mindi
ini juga telah diujicobakan untuk mengendalikan hama daun kelapa Plesispa reichei.
(Putri, 2022)
Bagian tumbuhan yang mengandung senyawa aktif tersebut terdapat pada
beberapa organ tanaman antara lain pada daun, buah dan biji. Daun mindi juga
mengandung senyawa kimia berupa alkaloid, saponin dan tanin. Senyawa-senyawa yang
terdapat di dalam daun, buah dan biji dapat menyebabkan kematian dan menghambat
pertumbuhan pada serangga. Definisi tentang pertumbuhan serangga sebagai kemampuan
larva untuk mengadakan pergantian kulit dan tumbuh menjadi instar selanjutnya. Jika
seekor larva tidak mengalami pergantian kulit, diasumsikan bahwa serangga tersebut
tidak tumbuh. Perkembangan serangga dapat diartikan sebagai pergantian fase dalam
siklus hidupnya. Kematian serangga dapat diasumsikan apabila serangga tidak
memberikan respon saat disentuh. M. azedarach juga menghasilkan senyawa bioaktif
yang terdiri dari terpenoid-terpenoid dan diantaranya berupa senyawa tetranoterpene dan
azadirachtin. (Handoyo, 2018)
Melia azedarach, Linn, nama lokal dikenal sebagai mindi, adalah tanaman tingkat
tinggi yang termasuk ke dalam keluarga Meliaceae. Mindi umumnya tumbuh pada
daerah tropis dan subtropis termasuk Indonesia. Tanaman ini biasanya digunakan sebagai
tanaman pelindung dan pemecah angin disekitar lahan hortikultura serta dapat pula
dijumpai tumbuh disepanjang pinggiran jalan raya. Beberapa bagian dari tanaman ini
telah digunakan secara tradisional sebagai obat untuk berbagai penyakit pada kesehatan
manusia. Daunnya digunakan sebagai antelmintika oleh masyarakat Cina, sedangkan
rebusan daun digunakan untuk mengobati eksim kulit di Afrika atau sebagai astringensia
untuk sakit perut di benua Amerika. Ekstrak daun mindi dilaporkan memiliki bahan aktif
bioinsektisida yang dapat membunuh berbagai jenis kutu, lebah dan ulat pada tanaman.
melaporkan bahwa ekstrak air dari daun mindi dapat menurunkan populasi Plutella
maculipennis dan Crocidolomia binotalis, yaitu ulat pada tanaman kol. Ekstrak yang
sama juga memiliki aktivitas repelen terhadap nyamuk Culex quinquefasciatur bila
digosokkan pada permukaan kulit. (Atmaja, 2021)
Salah satu tumbuhan yang banyak mengandung senyawa aktif adalah daun mindi
Kandungan kimia yang terdapat didalam daun mindi adalah alkaloid, flavonoid, saponin,
tanin, steroida. Pada penelitian sebelumnya oleh Khayyunida (2014), pada granula daun
mindi (Melia azedarach L.) dinyatakan bersifat insektisida, karena menghasilkan
metabolit sekunder yaitu tritepenoid dan flavonoid. Efek kandungan dari senyawa
tripenoid dapat menghambat reseptor perasa di daerah mulut larva, sedangkan efek dari
senyawa flavonoid berperan sebagai racun pernafasan. Perbandingan toksisitas
supernatan dan endapan ekstrak terpurifikasi daun mindi (Melia Azedarach L.) pada
nyamuk Aedes aegypti belum pernah dilakukan sebelumnya, tujuan dilakukannya
perbedaan ini untuk mengetahui hasil yang lebih optimal terhadap jumlah larva Aedes
aegypti yang mati. Sehingga berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan
bertujuan untuk mengetahui perbandingan dari toksisitas supernatan dan endapan ekstrak
terpurifikasi daun mindi (Melia Azedarach L.) terhadap larva nyamuk Aedes Aegypti L.
(Rudy, 2017).
Sediaan yang berasal dari tumbuhan telah digunakan secara tradisional sebagai
insektisida dan berpotensi menjadi strategi pengendalian hama terbaik sebagai bagian
dari keseluruhan strategi pengendalian hama agronomis termasuk pengelolaan hama
terpadu. Selain produk tumbuhan alami ini yang berfungsi sebagai toksikan umum
terhadap jentik nyamuk, insektisida nabati juga memiliki potensi untuk digunakan
sebagai penghambat pertumbuhan dan reproduksi, penolak, pengaturan pertumbuhan,
penekanan fekunditas, sterilitas jantan, larvasida. Ekstrak daun Mindi (Melia azedarach)
sangat beracun bagi jentik nyamuk. Tingkat kematian larva yang tinggi diamati pada 2,5
hingga 5 mg/mL dalam waktu 24 jam dengan LC50 nilai 5,808 mg/mL (A. Ojo & E, Ojo,
2022).
Famili tumbuhan Meliaceae yaitu daun Mindi diketahui mengandung berbagai
senyawa yang menunjukkan sifat insektisida, antimakan, pengatur pertumbuhan, dan
pengatur perkembangan. Akibat alelokimia yang tertanam pada tanaman daun Mindi
mempengaruhi proses biokimia dan fisiologis sistem serangga dan meniadakan
mekanisme resistensi dan juga meningkatkan patogenisitas pestisida mikroba. Melia
azedarach umumnya dikenal sebagai pohon lilac Chinaberry adalah pohon gugur yang
berasal dari barat laut India dan telah lama dikenal karena sifat insektisidanya. Ekstrak
buah dari Melia azedarach menimbulkan berbagai efek pada serangga seperti antifeedant,
retardasi pertumbuhan, penurunan fekunditas, gangguan molting, cacat morfogenetik,
dan perubahan perilaku (A. Ojo & E, Ojo, 2022).
Pada pengujian, ekstrak daun M. azedarach paling toksik menunjukkan toksik
tertinggi terhadap larva saat beraktivitas. Pada ekstrak kulit batang M. azedarach
menunjukkan beberapa toksisitas tetapi tidak cukup untuk membunuh larva. Akibatnya
daun M. azedarach mengalami proses partisi. Hasil fraksi yang diperoleh dengan
mempartisi ekstrak kasar daun metanol menjadi heksana, kloroform dan etil asetat
menunjukkan bahwa fraksi non polar paling aktif (A. Ojo & E, Ojo, 2022).

C. Alat dan Bahan

Alat Bahan
1. Pulpen 1. Daun Mindi
2. Slotip / Lem 2. Larva Nyamuk / Jentik
3. Kertas
4. Sendok Ukur
5. Wadah (Aqurium kecil & botol)
6. Mixer / Blender
7. Saringan
8. Panci
9. Kompor

D. Cara Kerja
1. Cara Membuat Infusa Daun Mindi
a. Daun mindi diambil dan dibersihkan
b. Kemudian dikeringkan dengan cara diangin anginkan atau dikeringkan tanpa
terkena sinar matahari secara langsung. Bisa juga dikeringkan di bawah sinar
matahari dengan menutup daun dengan menggunakan kain hitam sehingga tidak
terkena cahaya matahari secara langsung (ini akan menghasilkan daun kering dan
kandungan zat zat di dalamnya tidak hilang atau disebut juga simplisia)
c. Daun yang sudah Menjadi simplisia kemudian di-blender tanpa menggunakan air
untuk pengencer. Hasilnya akan diperoleh serbuk daun kering
d. Membuat infusa dengan konsentrasi 40% dengan cara 52gram daun mindi kering
dicampur dengan 200 ml air suling (diganti dengan air sumur), dipanaskan di atas
penangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu 90C sambil sesekali diaduk.
Saring selagi panas menggunakan saringan dari kain flannel atau kain kaos.
e. Diperolehlah infusa daun mindi dengan konsentrasi 40%, ini yang akan digunakan
untuk pengendalian larva nyamuk.
2. Teknisi Uji Coba

a. Ambil wadah bisa dari gelas bekas minuman kemasan atau botol bekas minuman
kemasan yang dipotong. Buat 3 wadah dan diberikan label ulangan 1,2 dan 3
b. Masukkan 100 ml air sumur ke dalam wadah tersebut
c. Lalu masukkan larva Ae. aegypti masing masing wadah berisi 25 ekor larva
d. Ke dalam 3 wadah tersebut masukkan masing masing 5ml infusa daun mindi
e. Amati kematian larva pada waktu ke 15 menit, 30 menit, 45 menit, 90 menit,
2jam, 4jam, 6 jam, 8jam, 12 jam dan 24 jam. Catat kematian larva dengan sistem
penambahan misalnya pada menit ke 15 ada 1 larva yang mati dicatat kematian 1
ekor larva, pada menit ke 30 ada penambahan kematian larva 2 ekor maka yang
dicatat adalah jumlah kematian larva adalah 2+ 1(kematian pada menit ke 15) = 3
ekor larva demikian seterusnya. Jika sudah mati semua pada jam ke 12 maka
ditulis kematian 25 ekor, pengamatan jam ke 24 ditulis juga jumlah kematian 25
ekor.
f. Mamasukan hasil pengamatan kedalam tabel yang sudah ada
E. Hasil
Pengamatan yang sudah dilakukan dihari Kamis tanggal 13 juli 2023 di jam 15.30 WIB
dirumah salah satu temen kelompok didapatkan hasil data berupa tabel kematian jentik
atau larva nyamuk menggunakan infusa daun mindi dengan konsentrasi 40%.

Pengamatan pada Jumlah kematian larva


No Total Kematian
jam ke.. Wadah 1 Wadah 2 Wadah 3
1 15 menit 2 1 1 4
2 30 menit 3 1 0 4
3 45 menit 3 0 1 4
4 90 menit 2 3 2 7
5 2jam 4 3 3 10
6 4jam 2 2 3 7
7 6 jam 5 2 3 10
8 8jam 0 0 0 0
9 12 jam 0 0 0 0
10 24 jam 2 4 7 13
Total Seluruh 23 16 20 59
Table 1. Pengamatan Kematian Larva Dengan Perlakuan Infusa Daun Mindi (Konsentrasi
40%)
F. Pembahasan

G. Kesimpulan

H.
I. Lampiran
1. Tahap Penghalusan Daun Mindi

Gambar 1. Memasukan Daun Mindi Yang Sudah Kering dan Dicuci Bersih

Gambar 2. Proses Penghalusan Menggunakan Mixer

Gambar 3. Hasil Penghalusan Daun Mindi


2. Hasil Infusa Daun Mindi

Gambar 4. Air Infusa Daun Mindi


3. Tahapan Uji Coba Infusa Daun Mindi Terhadap Jentik Nyamuk

Gambar 5. Jentik Nyamuk

Gambar 6. Proses Memasukan 25 Jentik Ke Setiap Wadah


Gambar 7. Larva atau Jentik Nyamuk

Gambar 8. Proses Memasukan Infusa Daun Ke Dalam Wadag


4. Hasil Akhir Uji Coba

Gambar 9. Hasil Uji Coba Selama 24 Jam Wadah 1


Gambar 10. Hasil Uji Coba Selama 24 Jam Wadah 2

Gambar 11. Hasil Uji Coba Selama 24 Jam Wadah 3

Anda mungkin juga menyukai