Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

OBAT TRADISIONAL
tentang
Potensi Daya Tolak Ekstrak Daun Marigold (Tagetes Erecta L.)
Terhadap Nyamuk Aedes Aegypti

DI SUSUN OLEH:
LuLu Dina Nustariza (4820119028)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN BAGU
TAHUN 2021-2022

i
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah Swt atas izin-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Kimia Organik ini tepat waktu. Tak
lupa pula saya kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad Saw. Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh ummatnya
yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.Pengerjaan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Obat Tradisional.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta


bimbingan dari beberapa pihak.Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami haturkan
terima kasih kepada Mata Kuliah Obat Tradisional dan semua pihak yang tidak
dapat kami rinci satu per satu yang telah membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.

Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna.Karena itu kami mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi
perbaikan makalah di masa mendatang.Harapan kami semoga makalah ini
bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak.Aamiin

Bagu, 8 April 2022

LuLu Dina Nustariza

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATAR PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Gugus Fungsi...................................................................... 3


B. Macam-Macam Gugus Fungsi.............................................................. 3

BAB II PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 24
B. Saran .................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Nyamuk Aedes aegypti adalah vektor penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) yang merupakan masalah kesehatan yang penting di
Indonesia. Marigold (T. erecta L.) merupakan jenis tanaman yang populer di
masyarakat dan banyak digunakan sebagai obat tradisional serta sebagai
tanaman pengusir nyamuk. Penelitian ini bertujuan untuk menilai daya
proteksi ekstrak etanol daun marigold sebagai repelen terhadap nyamuk Ae.
aegypti. Tanaman marigold (T. erecta L.) diperoleh dari kebun petani di Desa
Kerinjing Kota Pagaralam, Provinsi Sumatera Selatan. Proses ekstraksi
dilakukan di Laboratorium Farmasi dan Laboratorium Genetika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya pada bulan
Juni 2016 dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Uji daya
proteksi nyamuk dilakukan di Laboratorium Entomologi Loka Litbang P2B2
Baturaja pada bulan Agustus-Oktober 2016. Repelen dibuat dengan campuran
cleansing milk sebagai pengencer dengan konsentrasi 25%, 30%, 35%, 40%,
dan 45%. Metode pengujian repelen mengacu pada WHOPES 2009 dengan
modifikasi. Hasil uji fitokimia menggunakan metode uji warna terhadap
ekstrak daun marigold berhasil mengidentifikasi senyawa alkaloid, flavonoid,
saponin, dan tanin. Hasil pengujian daya proteksi menunjukkan bahwa losion
ekstrak daun marigold tidak efektif sebagai repelen terhadap nyamuk Ae.
aegypti dengan daya proteksi diatas 90% hanya bertahan selama dua jam
setelah pengolesan, yaitu pada konsentrasi 30%.

1
B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENDAHULUAN
Nyamuk merupakan hewan yang menularkan berbagai penyakit,
seperti malaria, filariasis dan Demam Berdarah Dengue (DBD).1 DBD
merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang disebabkan virus
dengue dan ditularkan oleh nyamuk Ae. aegypti.2,3 Tahun 2014, penderita
DBD pada
34 provinsi di Indonesia tercatat sebanyak 100.347 penderita dan
907 diantaranya meninggal dunia. Jumlah tersebut mengalami peningkatan
menjadi yakni 126.675 penderita dan 1.229 orang diantaranya meninggal
dunia pada Tahun 2015.4
Pencegahan DBD difokuskan pada pengendalian vektor karena belum
ditemukannya obat dan vaksin penyakit DBD.5 Salah satu cara pengendalian
vektor DBD ini adalah dengan menghindarkan diri dari gigitan nyamuk.6
Cara yang banyak digunakan yaitu menggunakan insektisida, karena hasilnya
dapat dilihat secara cepat dan langsung.5,7 Meskipun demikian, pengendalian
kimiawi menggunakan insektisida sintetis dapat menimbulkan efek samping
yang merugikan, seperti nyamuk menjadi resisten, keracunan pada manusia
dan hewan ternak, kontaminasi terhadap kebun sayuran dan buah, serta polusi
lingkungan.8 Anti nyamuk yang dianggap aman dan efektif dalam
menghindari gigitan nyamuk adalah repelen.9 Penggunaan repelen yang
mengandung bahan kimia seperti DEET (diethyl-meta-toluamide) dapat
membahayakan tubuh manusia seperti iritasi kulit dan gatal- gatal,10,11 serta
iritasi mata yaitu konjungtivis.12 Pengembangan bahan-bahan alami yang
berasal dari alam dan tidak membahayakan manusia untuk menghindari
gigitan nyamuk sangat diperlukan.
Penelitian terhadap tumbuhan marigold jenis Tagetes minuta di
Nairobi, Kenya menunjukkan bahwa minyak esensial dari ekstrak bunga
Tagetes minuta berpotensi sebagai repelen terhadap lalat pasir (Phlebotomus
duboscqi).13 Tumbuhan Tagetes minuta atau lebih dikenal dengan Marigold

3
Meksiko merupakan tumbuhan yang sama genus tetapi berbeda spesies
dengan tumbuhan T. erecta L., perbedaannya terletak pada warna dan bentuk
bunga.14 Beberapa referensi menyebutkan bahwa T. erecta L. adalah
tumbuhan kenikir (Cosmos caudatus) yang sebenarnya merupakan spesies
yang berbeda dengan genus yang berbeda pula, tetapi berasal dari family yang
sama, yaitu Compositae atau Asteraceae.15,16
Tumbuhan marigold (T. erecta L.) banyak dijumpai di Indonesia
merupakan tumbuhan herba dengan bau yang menyengat,17 karena baunya
yang menyengat, tumbuhan ini memiliki beberapa nama lokal seperti bunga
tahi ayam (Jawa), bunga tahi ancok (Sumatera), bunga tahi kotok (Jawa
Barat). Tumbuhan marigold ini banyak digunakan sebagai tanaman pengusir
nyamuk.18,19
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti ingin melihat potensi dari
spesies T. erecta L. sebagai repelen yang diaplikasikan dengan nyamuk Ae.
aegypti.
Potensi ekstrak daun marigold (T. erecta L.) yang ingin diteliti
sebagai repelen dengan basis cleansing milk. Penggunaan cleansing milk
karena mudah didapatkan dan merupakan krim yang biasa digunakan oleh
masyarakat umum. Selain itu, tekstur dari krim ini juga lembut dan halus,
berwarna putih susu dan tanpa aroma sehingga saat dicampurkan dengan
ekstrak dapat tercampur secara merata dan homogen.
Penelitian ini bertujuan menilai daya proteksi ekstrak daun marigold
(T. erecta L.) sebagai repelen dengan basis cleansing milk terhadap nyamuk
Ae. aegypti di laboratorium.

4
B. METODE
1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah aspirator, cawan
petri, gelas beker, gelas ukur, kandang nyamuk, spatula, timbangan
analitik, thermohigrometer, dan thermometer digital.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah cleansing milk
murni tanpa parfum yang diperoleh dari toko bahan-bahan kimia yang
biasa digunakan untuk pengujian repelen, etanol 70% dan nyamuk Ae.
aegypti betina.
Sampel tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah daun
marigold (T. erecta L.) yang diambil dari Desa Kerinjing Kota Pagaralam
Provinsi Sumatera Selatan pada Bulan Februari 2016.
Sampel tanaman yang digunakan dalam penelitian ini dipastikan
nama atau jenis tanaman secara spesifik dengan cara mengirimkan
herbarium sampel tanaman ke Herbarium Bogoriense Bidang Botani
Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor untuk dilakukan
identifikasi/determinasi tanaman.
Penelitian ini melibatkan 6 orang probandus. Kriteria probandus
adalah berusia 18-44 tahun, laki-laki, bersedia menjadi probandus dan
menandatangani inform consent, tidak memiliki riwayat penyakit yang
diakibatkan tular vektor, tidak memiliki bekas luka pada lengan (area uji),
tidak memakai wangi-wangian (parfum), dan tidak merokok selama
pengujian dan 12 jam sebelum pengujian.20
2. Cara Kerja
a. Pembuatan simplisia dan ekstrak daun marigold (T. erecta L.)
Sampel daun marigold (T. erecta L.) ± 30 kg dikeringkan
dibawah sinar matahari tak langsung selama kurang lebih satu bulan.
Daun yang telah kering, selanjutnya diblender sampai halus dan
diayak menggunakan ayakan tepung untuk memperoleh simplisia
daun marigold.

5
Proses ekstraksi dan Pengujian fitokimia dilakukan
berdasarkan metode Departemen Kesehatan RI Tahun 200021 dan
Modul Fitokimia22 di Laboratorium Farmasi FMIPA UNSRI pada
bulan Juni 2016.
Ekstraksi dilakukan secara maserasi menggunakan pelarut
etanol 70% selama 1x24 jam yang diulang sebanyak 4 kali.21
Selanjutnya dilakukan pengujian fitokimia dengan metode uji warna
untuk mengetahui ada tidaknya golongan senyawa metabolit
sekunder seperti senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid,
triterpenoid dan quinon terhadap ekstrak etanol daun marigold yang
dihasilkan.22
b. Formulasi losion ekstrak daun marigold (T. erecta L.)
Formula losion ekstrak daun marigold (T. erecta L.)
ditentukan berdasarkan hasil uji pendahuluan untuk mengetahui
konsentrasi losion yang mampu menolak 50% nyamuk (EC50).20,23
Dari uji pendahuluan tersebut maka ditetapkan konsentrasi yang
digunakan yaitu 25%, 30%, 35%, 40%, dan 45%. Kontrol positif
menggunakan losion anti nyamuk yang sudah komersil dengan
kandungan bahan aktif DEET 13% dan kontrol negatif adalah tanpa
perlakuan. Pengenceran ekstrak daun marigold dan cleansing milk
menggunakan rumus:24
V1 x N1 = V2 x N2
Keterangan:
V1= Volume yang dibutuhkan
N1 = Konsentrasi awal
V2= Volume yang diinginkan
N2= Konsentrasi yang diinginkan
Pengukuran derajat keasaman (pH) sediaan losion ekstrak
daun marigold (T. erecta L.) dilakukan dengan pengamatan 1 kali
dalam seminggu selama satu bulan. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya perubahan pH pada sediaan losion.

6
c. Uji Daya proteksi Nyamuk
Nyamuk Ae. aegypti yang digunakan merupakan nyamuk
betina strain Liverpool keturunan ke 120-123, umur nyamuk 3-7 hari,
belum diberi umpan darah dan hanya diberi pakan air gula, dan 24
jam sebelum penelitian nyamuk dipuasakan terlebih dahulu. Nyamuk
yang dibutuhkan sebanyak 50 ekor untuk 1 kandang uji. Apabila
nyamuk uji telah kenyang darah atau mati dalam proses pengujian
maka akan diganti dengan nyamuk baru.
Uji daya proteksi nyamuk dilakukan di Laboratorium
Entomologi Loka Litbang P2B2 Baturaja pada bulan Agustus-Oktober
2016 dengan mengacu pada metode Guidelines for Repellent 2009
dari WHO20 dengan modifikasi.
Pengujian dilakukan pada kedua lengan bagian ventral
probandus yang telah dikeringkan dan diusap dengan alkohol 70%.
Kedua lengan dikenakan sarung tangan karet yang telah dilubangi 5x5
cm. Adaptasi nyamuk dilakukan pada daerah uji. Apabila dalam
adaptasi jumlah nyamuk yang hinggap pada daerah uji >10 ekor maka
uji dapat dilanjutkan. Adaptasi ini dilakukan berulang kali sampai
memenuhi syarat yang ditetapkan. Jika diatas pukul 08.00 WIB
adaptasi masih belum berhasil, maka pengujian hari itu dibatalkan.8
Variasi konsentrasi losion ekstrak yang digunakan adalah
25%, 30%, 35%, 40%, 45%, dan kontrol positif (repelen komersil
dengan kandungan aktif 13%). Losion dioleskan secara merata pada
area uji (lengan kiri). Lengan kanan dibiarkan tanpa diolesi apapun
sebagai kontrol negatif. Kedua lengan dikontakkan dengan nyamuk
selama 3 menit dan dihitung jumlah nyamuk yang hinggap pada area
uji di masing-masing lengan. Kontak nyamuk di kedua lengan diamati
selama 9 kali pengamatan, yaitu:
Pengamatan 1 : setelah pengolesan losion

7
Pengamatan 2 : setelah jeda 10 menit
Pengamatan 3 : setelah jeda 15 menit
Pengamatan 4 : setelah jeda 30 menit
Pengamatan 5 : setelah jeda 45 menit
Pengamatan 6 : setelah jeda 60 menit
Pengamatan 7 : setelah jeda 2 jam
Pengamatan 8 : setelah jeda 3 jam
Pengamatan 9 : setelah jeda 4 jam
Jeda merupakan waktu istirahat antar pengamatan ke
pengamatan berikutnya. Selama masa pengujian, area uji tidak
dibilas/dibersihkan sampai pengujian selesai. Pengukuran suhu
ruangan dan suhu tubuh probandus dilakukan setiap kali selesai
pengujian. Suhu dan kelembaban ruangan dalam keadaan terkontrol.
Pengujian dilakukan sebanyak lima kali sebagai ulangan pada
waktu/hari yang berbeda.

C. ANALISIS DATA
Data yang didapatkan pada penelitian ini yaitu jumlah nyamuk yang
hinggap pada lengan kontrol negatif dan lengan dengan perlakuan,
selanjutnya dihitung daya proteksinya menggunakan rumus:25
C−P
DP x 100 %
P
Keterangan:
P = Daya Proteksi
C = Jumlah nyamuk yang hinggap pada lengan kontrol negative
P = Jumlah nyamuk yang hinggap pada lengan perlakuan

Repelen dianggap efektif bila hingga 6 jam setelah pengolesan, daya


proteksinya masih diatas 90%.25

8
D. HASIL
Berdasarkan hasil uji fitokimia terhadap ekstrak etanol daun marigold
diketahui ekstrak mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, dan
tanin. Hasil uji fitokimia disajikan dalam Tabel 1.
Pengukuran derajat keasaman (pH) sediaan losion selama sebulan
yang dilakukan setiap minggu dengan menggunakan alat pH meter.
Didapatkan pH berkisar antara 5,9-7,4. Hasil pengukuran pH dapat dilihat
pada Tabel 2. Terlihat pada tabel bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak
maka semakin tinggi pula pH losion tersebut.
Hasil uji daya proteksi losion ekstrak daun marigold dengan basis
cleansing milk disajikan pada Tabel 3. Dapat dilihat bahwa konsentrasi 30%
memiliki daya proteksi diatas 90% yang paling lama, yaitu hingga pada
pengamatan kelima artinya 2 jam setelah pengolesan. Konsentrasi 25% juga
memiliki daya proteksi diatas 90% hingga pengamatan kelima, tetapi pada
pengamatan ketiga daya proteksinya hanya 88% dan naik kembali pada
pengamatan keempat dan kelima.

Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia Terhadap Ekstrak Daun Marigold (T. erecta L.) dengan Uji Warna
No Uji Pereaksi Hasil Ket
1 Alkaloid Dragendorff Terbentuk warna orange dan endapan +
Mayer Terbentuk warna keruh +
Wagner Terbentuk warna coklat +
2 Flavonoid Shinoda (Logam Mg + HCl Terbentuk warna orange gelap +
pekat)
NaOH 10% Terbentuk warna orange kehitaman +
3 Saponin H2O + HCl pekat Terbentuk buih yang mantap +
4 Tanin H2O + FeCl3 1% Terbentuk warna hijau kehitaman +
5 Steroid Fase minyak + asam asetat
Tidak terbentuk warna biru/ungu _
anhidrat + H2SO4 namun kuning kehijauan
6 Triterpenoi Fase minyak + asam asetat
Tidak terbentuk warna ungu/merah _
d anhidrat + H2SO4 namun berwarna kekuningan
7 Quinon H2O + NaOH 1N Tidak terbentuk warna merah namun _
kuning kehijauan
Keterangan: (+) : mengandung senyawa yang dimaksud; (-) : tidak mengandung senyawa yang
dimaksud

9
Tabel 2. Data Hasil Pengukuran pH Losion Ekstrak Daun Marigold (T. erecta L.)
Pengukuran pH
Minggu ke-
25% 30% 35% 40% 45%
1 5,9 6,2 6,3 6,8 7,3
2 5,9 6,1 6,3 6,9 7,2
3 6,0 6,1 6,5 6,8 7,2
4 6,0 6,1 6,5 6,8 7,4
5 6,0 6,1 6,5 6,8 7,4

Daya proteksi losion ekstrak daun marigold dengan basis cleansing


milk terhadap gigitan nyamuk Ae. aegypti mengalami penurunan hingga
pengamatan ke 9 (12 jam setelah pengolesan), yang mana pada konsentrasi
paling kecil (25%) dengan daya proteksi hanya 36,4%, sedangkan konsentrasi
tertinggi (45%) dengan daya proteksi hanya 56%. Kontrol positif yang
menggunakan repelen losion komersial juga menunjukkan penurunan yang
drastis menjadi 0% pada pengamatan ke sembilan (12 jam setelah
pengolesan). Daya proteksi repelen ekstrak marigold setelah pengolesan 6
jam (pengamatan 7-8) tidak ada yang menunjukkan daya proteksi ≥90%
kecuali kontrol positif.
Data selengkapnya ada pada Tabel 3.
Hasil pengukuran lingkungan fisik pada penelitian ini relatif stabil,
sehingga membuat variabel pengganggu ini dalam kondisi terkendali.
Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan rata-rata suhu ruangan adalah
28,3°C untuk suhu maksimal dan 26,0 °C untuk suhu minimum, rata rata
kelembaban ruangan adalah 68% serta suhu tubuh probandus berada pada
35,5 °C sampai dengan 36,3 °C. Berdasarkan hasil penghitungan deskriptif
statistik menggunakan PASW Statistic 18 diperoleh nilai mean suhu tubuh
probandus adalah 35,9 °C dengan standar deviasi sebesar 0,43.

10
Tabel 3. Rata-Rata Daya Proteksi Losion Ekstrak Daun Marigold dengan Basis Cleansing Milk
Daya Proteksi (%)
Pengamatan ke- 25%* 30%* 35%* 40%* 45%* Kontrol
Positif
1 96,5 100 97,3 98,3 98,3 100
2 100 93,6 95,2 94,3 94,3 100
3 88 92,9 90 97,3 97,3 100
4 95,9 94 90 79,3 79,3 100
5 94,1 90 83,7 80,9 81 100
6 59,1 69,3 77,7 81,8 81,8 100
7 63,9 50,7 69,4 35,5 35,5 100
8 44,4 63 60,2 27,6 27,5 100
9 36,4 56,9 46,2 56 56 0
Keterangan: *Konsentrasi

E. PEMBAHASAN
Senyawa fitokimia yang berhasil teridentifikasi pada penelitian ini
adalah golongan alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin (Tabel 1). Hasil ini
menunjukkan perbedaan dengan penelitian yang telah dilakukan di India,
dengan menggunakan pelarut metanol, yang berhasil mengidentifikasi
adanya senyawa aktif lain, yaitu triterpenoid dan steroid.26 Pada penelitian ini
senyawa triterpenoid dan steroid tidak berhasil teridentifikasi. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena adanya perbedaan letak tumbuh dan
perbedaan iklim tumbuh yang sangat mempengaruhi komposisi dan kadar
senyawa aktif yang dimiliki oleh tumbuhan.27,28
Perbedaan senyawa yang teridentifikasi ini juga dapat disebabkan
karena perbedaan pelarut yang digunakan. Menurut Simaremare,29 bahwa
pelarut dapat mempengaruhi kualitas dan jenis senyawa yang terkandung
dalam ekstrak tumbuhan. Diketahui bahwa etanol bersifat polar dan metanol
bersifat semipolar. Menurut Sa’adah,30 mengatakan bahwa senyawa steroid
dan triterpenoid merupakan golongan senyawa yang larut dalam pelarut non
polar sampai semi polar. Berdasarkan hal ini maka disarankan jika ingin

11
mengidentifikasi senyawa aktif triterpenoid dan steroid pada ekstrak daun
marigold sebaiknya menggunakan pelarut metanol pada proses ekstraksinya.
Senyawa bioaktif golongan alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin
diketahui memiliki potensi farmakologi sebagai antioksidan,
antimikrobakterial, dan juga dapat dijadikan bahan dasar insektisida. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Devika & Justin31 dan
Vijay et al.26 yang menggunakan sampel daun dan bunga T. erecta L.
melaporkan bahwa ekstrak marigold berpotensi sebagai antibakteri,
antimikroba, insektisida, dan nematisida.
Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 3) dapat dilihat bahwa daya
proteksi diatas 90% losion ekstrak daun marigold dengan basis cleansing
milk hanya bertahan pada pengamatan kelima atau dua jam setelah
pengolesan, namun setelah 12 jam pengolesan (pengamatan kesembilan),
daya proteksi losion ekstrak masih sebesar 50%. Berbeda dengan kontrol
positif yang 8 jam setelah pengolesan daya proteksinya langsung turun
menjadi 0%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa losion ektrak daun
marigold berpotensi sebagai repelen terhadap nyamuk Ae. aegypti, tetapi
belum efektif menurut standar Komisi Pestisida yang menetapkan bahwa
suatu losion anti nyamuk dianggap efektif apabila 6 jam setelah pengolesan
daya proteksinya masih diatas 90%.25
Hasil pengukuran pH sediaan losion ekstrak daun marigold cenderung
bersifat asam dengan kisaran antara 5,9-7,4. Sediaan losion disimpan didalam
botol kaca selama proses pengukuran pH. Berdasarkan hasil tersebut, dapat
terlihat bahwa sediaan losion stabil secara kimia. Hal ini terlihat dari tidak
adanya reaksi kimia antara sediaan dengan wadah penyimpanan, yang
ditandai dengan stabilnya hasil pengukuran pH selama satu bulan
penyimpanan.35
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya proteksi nyamuk dan
pengukuran pH diketahui bahwa konsentrasi yang optimal untuk losion
ekstrak daun marigold (T. erecta L.) dengan basis cleansing milk adalah
pada konsentrasi <30%. Hal ini terlihat dari nilai daya proteksi di atas 90%
terlama adalah konsentrasi 30% yaitu sampai pengamatan kelima atau 2

12
jam setelah pengolesan serta hasil pengukuran pH losion dengan
konsentrasi 30% masih dalam standar pH yang aman digunakan untuk
kulit manusia, yaitu dengan nilai pH 6,1–6,2. Menurut Hapsari dkk.35 bahwa
standar nilai pH yang aman untuk sediaan repelen adalah 5-6,5. Variabel
pengganggu pada penelitian ini dapat terkendali yang ditandai dengan
stabilnya hasil pengukuran lingkungan fisik, yaitu suhu ruangan antara 26,0-
28,3 °C dengan kelembaban rata-rata 68%. Menurut Embong dan
Sudarmaja dan Anwar dkk. bahwa nyamuk Aedes tertarik pada suhu yang
hangat serta keadaan yang lembab dengan suhu optimum
perkembangannya adalah 25-30 °C dengan kelembapan diatas 70%.37,38
Penelitian dengan menggunakan T. erecta L. sebagai repelen pernah
dilakukan oleh Hutagalung dkk.36 yang menggunakan kelinci sebagai subjek
penelitian. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa daya proteksi losion
dengan konsentrasi 5% mampu menolak nyamuk sampai 100% hingga akhir
percobaan, yaitu 1,5 jam setelah pengolesan. Konsentrasi yang digunakan
pada percobaan Hutagalung dkk. lebih rendah jika dibandingkan dengan
losion ekstrak daun marigold basis cleansing milk, yaitu 25-45%. Selain dari
faktor formula losion, hal ini kemungkinan disebabkan karena subjek
penelitian. Faktor pergerakan kelinci, bulu pada area uji, dan aroma dari
tubuh kelinci yang tidak bisa dikendalikan, kemungkinan menyebabkan
nyamuk tidak tertarik untuk mendekat. Penelitian yang dilakukan ini juga
berbeda dengan yang telah dilakukan sebelumnya karena lebih menekankan
kepada target aplikasi repelen, yaitu manusia sehingga subjek penelitian
langsung menggunakan manusia.
Pengamatan yang dilakukan selama pengujian menemukan nyamuk
pada kelompok perlakuan dalam keadaan mati atau pingsan. Pengamatan 24
jam setelah pengujian juga menemukan bahwa nyamuk yang digunakan pada
pengujian hampir 50% dalam keadaan mati. Berdasarkan temuan tersebut,
kemungkinan losion ekstrak daun marigold dengan basis cleansing milk
memiliki potensi sebagai racun kontak dan senyawa aktif yang berperan
kemungkinan adalah golongan senyawa flavonoid dan saponin, seperti
dilaporkan oleh Ni’mah dkk.32 dan Muta’ali dan Purwani33 bahwa senyawa

13
flavonoid dapat berperan sebagai inhibitor dan bersifat racun kontak yang
dapat membunuh serangga dengan menyerang organ vital seperti pernafasan.
Wati dkk.34 melaporkan bahwa senyawa saponin bersifat bioaktif yang
termasuk dalam golongan racun kontak karena dapat masuk melalui dinding
tubuh nyamuk. Berdasarkan hal ini, maka perlu dilakukan pengujian lebih
lanjut dengan menggunakan senyawa aktif spesifik golongan flavonoid dan
saponin, untuk melihat potensi ekstrak etanol daun marigold sebagai racun
kontak.

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Losion ekstrak etanol daun marigold dengan basis cleansing milk
tidak berpotensi untuk dikembangkan sebagai repelen terhadap nyamuk Ae.
Aegypti karena daya proteksi diatas 90% ekstrak etanol daun marigold hanya
bertahan 2 jam setelah pengolesan.

B. SARAN
Penelitian dengan tujuan mengembangkan potensi daun marigold
sebagai insektisida khususnya repelen disarankan untuk tidak menggunakan
pelarut etanol dalam proses ekstraksinya serta dapat membuat formula losion
yang lebih efektif. Selain itu, jika ingin mengembangkan ekstrak daun
marigold sebagai racun kontak dapat dilakukan dengan menggunakan
senyawa aktif yang lebih spesifik seperti flavonoid dan saponin.

15
DAFTAR PUSTAKA

Fajarini DA, Murrukmihadi M. Uji aktivitas repelan minyak atsiri daun kemangi
(Ocimum basilicum (L.) f . Citratum Back ) terhadap Aedes aegypti dalam
sediaan lotion dan uji sifat fisik lotion. Tradit Med J. 2015;20(2):91- 7.
Mulyani S. Granul minyak serai dapur sebagai larvasida nyamuk Aedes aegypti.
Tradit Med J. 2014;19(3):138-41.
Widiastuti D, Marbawati D. Efek larvasida bakteri Kitinolitik dari limbah kulit
udang terhadap larva Aedes aegypti. ASPIRATOR. 2016;8(1):47-54.
InfoDatin Kementerian Kesehatan. Situasi DBD di Indonesia
[Internet].InfoDATIN. [Accessed February 26, 2017] Available from
http://www.depkes.go.id/resources/download/ pusdatin/infodatin/infodatin
dbd 2016.pdf.
Prasetyowati H, Astuti EP, Ruliansyah A. Penggunaan insektisida rumah tangga
dalam pengendalian populasi Aedes aegypti di daerah endemis Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Jakarta Timur. ASPIRATOR. 2016;8(1):29-
36.
Manaf S, Helmiyetti, Popiani L. Uji efektivitas minyak atsiri daun kacapiring
(Gardenia augusta) sebagai bahan aktif repellent elektrik cair terhadap
nyamuk Aedes aegypti. J Konserv Hayati. 2013;9(1):20-5.
Sari A, Putri NA. Studi formulasi sediaan lotion anti nyamuk dari minyak atsiri
daun legundi (Vitex trifolia Lin ). Prosiding seminar nasional & workshop
"Perkembangan Terkini Sains Farmasi Dan Klinik V" ; 6-7 November
2015; Padang: Universitas Andalas; 2015.
Champakaew D, Junkum A, Chaithong U, et al. Assessment of Angelica sinensis
(Oliv.) diels as a repellent for personal protection against mosquitoes
under laboratory and field conditions in Northern Thailand. Parasit
Vectors. 2016;9:373-. doi:10.1186/s13071- 016-1650-y.
Adiyasa IWS, Santi SR, Manurung M. Uji Aktivitas repelan minyak atsiri buah
liligundi (Vitex trifolia Linn) terhadap nyamuk Aedes aegypti. J Kim.
2014;8(1):23-7.

16
Dewi MY, Koerniasari, Sulistyo I. 3 perbedaan kemampuan daya tolak minyak
atsiri bunga melati (Jasminum sambac) dan daun selasih (Ocimum
basilium) sebagai repelen nyamuk Aedes aegypti. Gema Kesehat
Lingkung. 2013;X(1):31-9.
Akumu Edwin O , Kebenei Sellah AST and NCM. Repellency of Lantana
camara leaves smoke against female Anopheles mosquitoes. Int J
Bioassays. 2014;3(1):1695-8.
Sentra Informasi Keracunan (SIKer) Nasional.
Bahaya DEET pada Insect- Repellent.
Badan POM.
http://ik.pom.go.id/v2016/artikel/BahayaDEE TpadaInsect.pdf. Published
2016. Accessed December 1, 2016.
Kimutai A, Ngeiywa M, Mulaa M, et al. Repellent effects of the essential oils of
Cymbopogon citratus and Tagetes minuta on the sandfly, Phlebotomus
duboscqi. BMC Res Notes. 2017;10(1):1-9. doi:10.1186/s13104- 017-
2396-0.
Gupta P, Vasudeva N. Marigold : A potential ornamental plant drug. Hamdard
Med. 2012;55(1):45-59.
Project TPC (TPC). POB Kenikir. seafast.ipd.ac.id.
seafast.ipb.ac.id/tpc- project/wp-content/uploads/2013/07/buku-
kenikir-rev1.pdf%0A. Published 2013. Accessed
January 10, 2018.
Arini N, Respatie DW, Waluyo S. Pengaruh takaran SP36 terhadap pertumbuhan,
hasil dan kadar karotena bunga Cosmos sulphureus Cav. dan Tagetes
erecta L. di dataran rendah. Vegetalika. 2015;4(1):1-14.

17

Anda mungkin juga menyukai