Anda di halaman 1dari 52

FORMULASI DAN UJI KARAKTERISTK FISIKOKIMIA

KOMBINASI EKSTRAK DAUN GAHARU (Aquilaria


malaccensis) DAN DAUN SIRIH (Piper betle linn) PADA
SEDIAAN GEL HAND SENITIZER

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Farmasi (S-1)

Disusun Oleh :

Nama : Tasya Putri Oktaviani

Nim : 52019050002

Pembimbing :

1. Dr.Apt. Endang Setyowati, M.Sc


2. Apt. Eko Retnowati, M.Si.,M.Farm

JURUSAN S-1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH KUDUS
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan


Karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan
proposal skripsi dengan judul "FORMULASI DAN UJI KARAKTERISTK
FISIKOKIMIA KOMBINASI EKSTRAK DAUN GAHARU (Aquilaria
malaccensis Limk) DAN DAUN SIRIH (Piper betle linn) SEDIAAN GEL
HAND SENITIZER ". Laporan proposal skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk mengerjakan skripsi pada program Strata-1 di Jurusan
Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Kudus.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini tidak
akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada
kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Rusnoto, SKM., M. Kes (Epid) selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Kudus.
2. Indanah, M.Kep.Ners, Sp.Kep.An selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Kudus
3. Apt. Zaenal Fanani, M.Sc selaku Ketua Program Studi S1 Farmasi
Universitas Muhammadiyah Kudus.
4. Dr. Apt. Endang Setyowati, M.Sc selaku Pembimbing Utama yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk,
dan arahan sehingga pemulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini
5. Apt. Eko Retnowati, M.Si.,M.Farm selaku Pembimbing Anggota
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk,
dan arahan sehingga pemulis dapat menyelesaikan
proposal skripsi ini
6. Seluruh staf Laboratorium Program Studi Farmasi Universitas
Muhammadiyah Kudus yang telah membimbing serta mengarahkan
penulis selama melakukan penelitian.
7. Kedua orang tua yang senantiasa mendoakan dan mencurahkan
kasih sayangnya dan selalu memberikan nasehat, kritik, dan
semangat dan motivasi sehingga skripsi ini bisa selesai tepat waktu
8. Keluarga besar Universitas Muhammadiyah Kudus, khususnya
teman-teman seperjuangan dari S1 Farmasi
9. Seluruh civitas akademik Jurusan Farmasi Universitas
Muhammadiyah Kudus yang telah memberikan dukungan moril
kepada penulis.
10. Seluruh pihak yang terlibat yang tidak dapat penulis sebutkan satu-
persatu yang telah membantu selama proses penyusunan skripsi
Penulis menyadari proposal skripsi ini tidak luput dari berbagai
kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan
dan perbaikannya sehingga akhirnya laporan proposal skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan dilapangan
serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut. Aamiin.

Kudus , Juli 2022


DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Keaslian Penelitian
F. Ruang Lingkup
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Teori
B. Kerangka Teori
C. Hipotesis
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Desain Penelitian
C. Subyek, Waktu, Dan Tempat Penelitian
D. Metode Penelitian Data
E. Instrumen Penelitian
F. Teknik Analisis Data
G. Kode Etik Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Dan Skala Pengukuran

Tabel 3.2 Formulasi Basis Gel

Tabel 3.3 Formulasi Gen Hand Sanitizer


DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tanaman Gaharu
Gambar 2.2 Tanaman Sirih Hijau
Gambar 2.3 Kerangka Teori
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
DAFTAR SINGKATAN
°C = Derajat Celcius
DNA = Asam Deoksiribonukleat
MRNA = Asam Ribonukleat
KHM = Kadar Hambat Minimum
KBM = Kadar Bunuh Minimum
L = Liter
ML = Mililiter
KG = Kilogram
G = Gram
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit yang berasal dari infeksi dan penyebaran kuman, bakteri
dan virus merupakan salah satu permasalahan dalam bidang
kesehatan yang dari waktu ke waktu terus berkembang, hal ini
disebabkan karena pertumbuhan dan penyebaran kuman yang sangat
cepat dan dapat terjadi dimana pun, baik dari penularan satu orang ke
orang lain, dari hewan ke manusia, bahkan dari udara dan tempat -
tempat umum atau fasilitas umum lain yang memungkinkan menjadi
tempat berkembang biaknya mikroorganisme (Shu, 2013). Beberapa
wabah dan penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman, bakteri dan
virus diantaranya diare, influenza, ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan
Atas), HIV (Human Immunodeficiency Virus), rabies, ebola, cacar, dan
yang tebaru ini yaitu COVID-19 (Corona Virus Disease). Salah satu
cara yang sederhana untuk menangani permasalahan infeksi dan
penyebaran kuman, bakteri dan virus adalah dengan menjaga
kesehatan, kebersihan dan sering mencuci tangan dengan air mengalir
atau menggunakan produk antiseptik sebelum melakukan aktivitas.
Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun antiseptic terbukti
mampu mencegah penyebaran dan perkembangan kuman yang
menyebabkan berbagai penyakit sampai 90% dari jumlah semula
namun, mikoorganisme dapat menginfeksi kembali dalam 8 jam (Susilo,
2020). Seiring dengan perkembangannya jaman, dan padatnya
aktivitas masyarakat, maka perlu solusi lain selain mencuci tangan
untuk mengatasi permasalahan infeksi kuman. Maka, muncul produk
inovasi pembersih tangan tanpa air yang dikenal dengan hand sanitizer
yang dipilih karena praktis digunakan, mudah dibawa dan efektif dalam
mencegah infeksi kuman (Shu, 2013).
Hand sanitizer pada umumnya cenderung menggunakan bahan-
bahan kimia sehingga dapat menimbulkan dampak yang kurang baik
bagi kesehatan dan lingkungan. Contoh dari efek hand sanitizer dari
bahan kimia yaitu akan membuat kulit kering dan iritasi. Dalam kegiatan
pemberdayaan ini, kelebihan dari hand sanitizer yang dibuat yaitu
hanya menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan, seperti
daun sirih, jeruk nipis dan air sebagai pelarutnya. Hand sanitizer yang
dibuat ini tidak akan menimbulkan kulit kering dan iritasi karena dibuat
dari bahan yang alami, namun hand sanitizer ini tidak dapat bertahan
lama, hanya sekitar dua minggu sampai satu bulan penggunaannya.
Oleh sebab itu, pencariaan alternatif formulasi hand sanitizer yang
aman bagi kesehatan telah banyak dilakukan seiring dengan
meningkatnya dampak negatif yang timbul akibat salah penggunaan
dan efek dari bahan kimia, serta meningkatnya keinginan masyarakat
untuk menggunakan bahan alami atau “back to nature”. Salah satu
bahan alami yang dapat diharapkan sebagai alternatif yang cukup
potensial untuk mengganti penggunaan alkohol pada hand sanitizer
adalah daun gaharu (Aquilaria malaccensis) dan daun sirih hijau (Piper
betle Linn).
Tanaman gaharu (Aquilaria malaccensis) merupakan salah satu
tanaman penghasil gaharu. Gaharu merupakan jenis kayu yang berasal
dari beberapa spesies pohon dari genus Aquileia. Kayu ini umumnya
memiliki warna kehitaman pekat yang khas yang mengandung resin
pada bagian gubalnya. Resin ini digunakan sebagai bahan pelengkap
wangi- wangian karena memiliki aroma harum yang sangat khas yang
digunakan dalam industri pembuatan parfum serta kosmetika. Selain
bagian kayu, tanaman gaharu memiliki bagian daun yang mengandung
senyawa metabolit sekunder cukup potensial antara lain alkaloid,
saponin, tanin, fenol, danterpenoid. Nurmiati et al. (2018) melaporkan
bahwa daun gaharu (Aquilaria malaccensis) mengandung senyawa
flavonoid, alkaloid, terpenoid, steroid, triterpenoid. Flavonoid dapat
digunakan sebagai antiinflamasi untuk mengatasi peradangan, tanin
berfungsi sebagai antiseptik, dan alkaloid bermanfaat sebagai antibiotik
apabila digunakan pada dosis yang tepat. Pranakhon et al. (2011) dan
Zulkifle et al. (2013) di dalam ekstrak daun gaharu (Aquilaria
malaccensis) memiliki sifat antipiretik, antimikrobia, dan berpotensi
sebagai agen penyakit antidiabetes melitus. Mahmod et al. (2017)
menambahkan bahwa daun gaharu mengandung sifat antioksidan dan
memiliki potensi sebagai sumber anti oksidan alami.
Daun sirih hijau (Piper betle L.) merupakan salah satu tanaman
yang digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional.
Ekstrak etilasetat daun sirih hijau mengandung senyawa antibakteri
yang terdiri dari senyawa fenol dan turunannya (Mahiyagsi et al., 2020).
Penggunaan ekstrak tumbuhan yang memiliki aktivitas antimikroba
sangat membantu dalam penyembuhan. Salah satu tanaman yang
memiliki kemampuan sebagai antibakteri adalah sirih hijau (Piper betle
L.). Daun sirih hijau digunakan sebagai obat batuk, obat cacing, dan
antiseptik luka. Daun sirih hijau mengandung berbagai macam
kandungan kimia, antara lain minyak atsiri, terpenoid, tanin, polifenol
serta steroid. Senyawa-senyawa yang terkandung dalam tumbuhan
sirih hijau tidak seluruhnya merupakan senyawa polar, namun juga
terdapat senyawa non polar ataupun semi polar dan bersifat lipofil,
sebagaimana yang terkandung pada tanaman tingkat tinggi pada
umumnya. Pelarut etanol, etilasetat dan n-heksan merupakan pelarut
organik yang banyak digunakan dalam proses ekstraksi, yang dapat
melarutkan senyawa flavonoid, saponin, aglikon flavonoid, steroid dan
lain-lain (Mahiyagsi et al., 2020).
Berdasarkan latar belakang maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Formulasi dan uji karakeristik fisikokomia
sediaan gel hand senitizer kombinasi ekstrak daun gaharu (aquilaria
malaccensis) dan daun sirih (piper betle linn).”
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah formulasi dan uji karakteristik fisikokimia kombinasi
ekstrak daun gaharu (Aquilaria malaccensis) dan daun sirih hijau (Piper
betle Linn) pada sediaan gel hand sanitizer.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formulasi dan uji
karakteristik fisikokimia kombinasi ekstrak daun gaharu (Aquilaria
malaccensis) dan daun sirih hijau (Piper betle Linn) pada sediaan
gel hand sanitizer dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengatahui uji fitokimia kombinasi ekstrak daun gaharu
(Aquilaria malaccensis) dan daun sirih hijau (Piper betle Linn)
meliputi uji tanin, uji saponin, uji flavonoid, uji triterpenoid.
b. Untuk mengatahui formulasi kombinasi ekstrak daun gaharu
(Aquilaria malaccensis) dan daun sirih hijau (Piper betle Linn)
pada sediaan gel hand sanitizer dengan konsentrasi 5%, 10%,
15%.
c. Untuk mengatahui uji karakteristik fisikokimia kombinasi
ekstrak daun gaharu (Aquilaria malaccensis) dan daun sirih
hijau (Piper betle Linn) pada sediaan gel hand sanitizer meliputi
uji organoleptis, uji homogenitas, uji ph, uji daya sebar, uji daya
lekat, uji viskositas dan uji iritasi.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan
konsep teori mengenai sediaan gel kombinasi ektrak daun gaharu
(Aquilaria malaccensis) dan ekstrak daun sirih (Piper betle linn)
2. Bagi Universitas Muhammadiyah Kudus
a. sebagai bahan referensi bagi institut pendidikan dalam penelitian
selanjutnya dengan metode penelitian sejenis.
b. sebagai bahan masukan bagi institut pendidikan untuk
menambahkan wawasan bagi pembaca agar lebih kreatif inovatif
dalam pengelolaan sumber kekayaan alam.
3. Bagi Masyarakat
a. Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dibangku perkuliahan dan
pengalaman nyata dalam melakukan penelitian.
b. diharapkan dapat memberikan informasi mengenai sediaan
kombinasi ektrak daun gaharu dan daun sirih hijau sebagai
antiseptik yang dapat dipasarkan di masyarakat.
E. KEASLIAN PENELITIAN
Keaslian penelitian yang dilakukan penulis berjudul “Formulasi Dan
Uji Karakeristik Fisikokomia Kombinasi Ekstrak Daun Gaharu (Aquilaria
Malaccensis) Dan Daun Sirih (Piper Betle Linn) Sediaan Gel Hand
Senitizer.” Adapun penelitian sejenis yang pernah dilakukan adalah :

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Nama peneliti Judul penelitian Hasil penelitian Perbedaan


penelitian

Anugrah Umar FORMULASI Hasil penelitian Perbedaan dari


MINYAK ATSIRI formulasi gel penelitian adalah
Kaswinda sari
DAUN SIRIH antiseptik dari dari konsentrasi
HIJAU (Piper ekstrak daun sirih yang digunakan
Batle L.) DALAM menunjukkan bahwa dan kombinasi
BENTUK GEL dari uji organoleptip ekstrak
PENCUCI tidak mengalami
TANGAN (Hand perubahan warna,
sanitizer ) bau d an bentuk. Uji
homogenitas
memperlihatn semua
formula homogen
dan uji pH
memunjukkan tidak
terjadi perubahan pH
selama
penyimpanan.

Nama peneliti Judul penelitian Hasil penelitian Perbedaan


penelitian
Zulfikri FORMULASI Menunjukkan Perbedaan dari
EKSTRAK esktrak etanol daun penelitian ini
Cici Dianti
ETANOL DAUN sirih hijau (Piper adalah pelarut
SIRIH HIJAU betle Linn.) dapat yang digunakan
(Piper betle Linn.) diformulasikan dan konsentrasi
SEBAGAI GEL dalam bentuk yang digunakan
HAND sediaan gel hand dan kombinasi
SANITIZER sanitizer dan stabil ekstrak
baik fisik sediaan,
homogenitas, pH,
daya sebar sediaan
serta tidak
menimbulkan iritasi
kulit. Uji organoleptik
pada sediaan
diperoleh pada
semua F0 memiliki
warna putih
sedangkan pada
formula 1 sampai 4
memiliki warna
kuning kehijauan,
pada uji
homogenitas
diperoleh hasil
homogen untuk
semua formula, pada
uji pH diperoleh nilai
pH berkisar antara 4-
5, pada uji daya
sebar diperoleh hasil
pada F0 (Blanko)
yaitu 6 cm, pada F1
(5%) yaitu 6,5 cm,
pada F3 (15%) yaitu
6,5 cm dan pada F4
(20%) yaitu 5,5 cm,
untuk uji stabilitas
yaitu stabil, uji iritasi
yaitu tidak
menyebabkan iritasi
pada kulit.

Nama peneliti Judul penelitian Hasil penelitian Perbedaan


penelitian

Yenny Formulasi dan Hasil formulasi yang Perbedaan dari


Harliantika Evaluasi Hidrogel dapat penelitian ini
Ekstrak Etanol mempertahankan adalah pelarut
Noval
Daun Gaharu stabilitas evaluasi yang digunakan
(Aquilaria selama dan konsentrasi
malacensis penyimpanan 28 hari yang digunakan
Lamk.) dengan pada suhu ruangan dan kombinasi
Kombinasi Basis adalah F2. Hasil uji ekstrak
Karbopol 940 dan statistik pH,
HPMC K4M viskositas, daya
sebar dan daya

lekat <0,05, p-value


<0,05 menunjukkan
adanya perbedaan
yang signifikan pada
tiap formula. Adanya
pengaruh kombinasi
basis karbopol 940
dan HPMC K4M
terhadap formulasi
hidrogel ekstrak
daun gaharu dan
formulasi yang baik
terdapat pada F2.
F. RUANG LINGKUP
1. Ruang Lingkup Waktu
Ruang lingkup waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni 2022 –
Januari 2023
2. Ruang lingkup tempat
Ruang lingkup tempat dalam penelitian adalah di laboratorium
farmasi (farmasetika) Universitas Muhammadiyah Kudus.
3. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi dalam penelitian adalah “Formulasi Dan Uji
Karakeristik Fisikokomia Sediaan Gel Hand Senitizer Kombinasi
Ekstrak Daun Gaharu (Aquilaria Malaccensis) Dan Daun Sirih (Piper
Betle Linn).”
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. URAIAN TEORI
1. Tinjauan tentang tanaman gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk)
a. Klasifikasi tanaman gaharu
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Sub-class : Dialypetalae
Ordo : Myrtales
Famili : Thymelaeaceae
Genus : Gyrinops
Spesies : Gyrinops spp. (Susilo, et.al., 2014).
b. Morfologi tanaman gaharu

Gambar 2.1 Tanaman Gaharu


Habitus pohon dengan tinggi 25-50 m, diameter 60 cm.
Batang tegak,lurus, kadang berbanir, kulit batang licin, beretak
tipis, warna coklat kelabu, kulit dalam putih, kayu gubal putih
kekuningan (coklat muda). Daun bundar telur lonjong, tipis tidak
berbulu, ukuran 5-14 x 2,5-5 cm, ujung lancip, pangkal
lancip,tirus, tumpul, tepi bergelombang, warna daun hijau tua,
permukaan bawah hijau terang, kadang berbulu, panjang tangkai
4-6 mm dan berbulu, tulang daun sekunder menyirip tidak
teratur, jumlah 12-16 pasang, terlihat jelas menonjol di
permukaan atas, tulang daun permukaan bawah berbulu halus.
Perbungaan bentuk payung, muncul di ujung ranting, bawah
ketiak daun, dan di atas ketiak tangkai, bercabang 2-3, masing-
masing cabang 10 bunga, panjang tangkai perbungaan 5-15
mm. Bunga bentuk tabung, panjang 5-6 mm, warna hijau
kekuningan, panjang tangkai bunga 3-6 mm, tabung bunga
bagian dalam tidak berbulu dan bagian luar berbulu. Buah
kapsul, licin, bulat telur sungsang, ukuran 2,5-3,5 x 2,5 cm, ujung
buah tumpul dan pangkal buah menyempit, daging buah tebal
tidak berbulu, panjang tangkai buah 1 cm. Biji bentuk bulat telur,
hitam, berukuran 10 x 6 mm, bagian pangkal biji bengkok seperti
ekor berbulu lebat, warna merah, jumlah biji 1-2 (Kalima, et al.,
2014).
c. Kandungan kimia dan sifat sifat kimia
Nurmiati et al. (2018) melaporkan bahwa daun gaharu
(Aquilaria malaccensis Lamk) mengandung senyawa flavonoid,
alkaloid, terpenoid, steroid, triterpenoid. Flavonoid dapat
digunakan sebagai antiinflamasi untuk mengatasi peradangan,
tanin berfungsi sebagai antiseptik, danalkaloid bermanfaat
sebagai antibiotic apabila digunakan pada dosis yang tepat.
Kamonwannasit et al. (2013) mengungkapkan bahwa daun
gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) mengandung total fenol
sebesar 176,61±24,46 mgAE/g dan bersifat antibakteri terhadap
bakteri Staphylococcus epidermidis dengan DDH sebesar 12
mm. Menurut Pranakhon et al. (2011) dan Zulkifle et al. (2013)
di dalam ekstrak daun gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk)
memiliki sifat antipiretik, antimikrobia, dan berpotensi sebagai
agen penyakit antidiabetes melitus. Mahmod et al. (2017)
menambahkan bahwa daun gaharu mengandung sifat
antioksidan dan memiliki potensi sebagai sumber antioksidan
alami
2. Tinjauan tentang tanaman sirih hijau (Piper battle Linn)
a. Klasifikasi tanaman sirih hijau
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Piperales
Suku : Piperaceae
Marga : Piper (The Plant List, 2018).
b. Morfologi tanaman sirih hijau

Gambar 2.2 Tanaman Sirih Hijau


Tanaman sirih tumbuh merambat dengan batang berbuku-
buku, berwarna hijau saat muda dan saat tua batang berwarna
coklat keputihan dan memiliki permukaan kasar Daun tunggal
bertangkai, berbentuk bulat telur, dengan panjang 8-14 cm dan
lebar 5-11 cm. Bunga berwarna hijau saat muda dan berwarna
putih ketika tua (Evival, 2013).
c. Kandungan kimia dan sifat sifat kimia
Tanaman sirih hijau mengandung Alkaloid, asam amino,
steroid, tannin, terpen (cinoele, cadinene, camphene,
caryophyllene, pinene, limonene, chavicol, ally pyrocatechol,
carvacrol, safrole, eugenol, dan chavibetol) (Pradhan dan
Biswasroy, 2013).
3. Simplisia
Dalam buku Materia Medika Indonesia, ditetapkan definisi
bahwa simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai
obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali
dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia
dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia
pelikan (mineral). (Endarini, 2016)
a. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh,
bagian tumbuhsn atau eksudat tumbuhan. Simplisia nabati
sering berasal dan berupa seluruh bagian tumbuhan, tetapi
sering berupa bagian atau organ tumbuhan seperti akar, kulit
akar, batang, kulit batang, kayu, bagian bunga dan sebagainya.
Di samping itu, terdapat eksudat seperti gom, lateks, tragakanta,
oleoresin, dan sebagainya.
b. Simplisia hewan, seperti halnya dengan simplisia dari tumbuhan
diperoleh dari hewan piaraan atau hewan liar. Hewan liar harus
diburu, misalnya ikan paus, menjangan dan lain-lain. Untuk
mendapatkan simplisia dengan kondisi optimum maka
diusahakan sejauh mungkin hewan untuk simplisia berasal dari
hewan piaraan seperti pada tumbuhan dibudidaya, misal tawon
untuk menghasilkan madu yang baik.Bahan obat seperti lanolin,
produk susu, hormon, produk endokrin dan beberapa enzim
diperoleh dari hewan piaraan seperti domba, sapi, babi dan
sebagainya. Sebagai sumber produk kelenjar hewan dan enzim
biasanya rumah penjagalan, dan dalam jumlah besar dapat
dijadikan bahan obat dalam farmasi. Mengenai proses dan
pemurnian bahan dari hewan tergantung dari simplisia masing-
masing. (Endarini, 2016)
c. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa
bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah
dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
(Parwarta, 2016)
4. Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai
berikut: (Emelda, 2019)
a. Pengumpulan bahan baku
Pengumpulan bahan baku kualitas bahan baku simplisia sangat
dipengaruhi beberapa faktor, seperti : umur tumbuhan atau
bagian tumbuhan pada waktu panen, bagian tumbuhan, waktu
panen dan lingkungan tempat tumbuh.
b. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran
atau bahan-bahan asing lainnya dari tumbuhan sebelum
pencucian dengan cara membuang bagian-bagian yang tidak
perlu sebelum pengeringan, sehingga didapatkan herba yang
layak untuk digunakan. Cara ini dapat dilakukan secara manual.
c. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan
pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia.
Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata
air, air sumur atau air PAM. Pencucian dilakukan sesingkat
mungkin agar tidak menghilangkan zat berkhasiat dari tumbuhan
tersebut.
d. Perajangan
Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Sebelum dirajang
tumbuhan dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari.
Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin
perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan
dengan ukuran yang dikehendaki. (Wahyuni, 2014)
e. Pengeringan
Pengeringan mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,
sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan
mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan
dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. (Emelda,
2019)
f. Sortasi kering
Sortasi kering proses pengeringan berpengaruh terhadap
kandungan senyawa kimia maupun efek farmakologis yang
terkandung dalam suatu tanaman obat terutama senyawa yang
berkhasiat sebagai antioksidan. (18) tujuannya untuk
memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman
yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain (16)
Terdapat berbagai metode dalam pengeringan yaitu antara lain
pengeringan dengan sinar matahari langsung, pengeringan
dengan oven, dan kering angin. Pengeringan dengan matahari
langsung merupakan proses pengeringan yang paling ekonomis
dan paling mudah dilakukan, akan tetapi dari segi kualitas alat
pengering buatan (oven) akan memberikan produk yang lebih
baik. (Winangsih, 2013)
g. Pengepakan dan penyimpanan.
Proses pengepakan dilakukan untuk mempertahankan mutu
simplisia dalam rentang waktu tertentu sebelum dilakukan
proses lanjutan termasuk dilakukannya perlakuan-perlakuan
tertentu didalam pabrik.(Emelda, 2019).
h. Pemeriksaan mutu.
pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada saat proses
pembelian
i. Penyimpanan
Tujuan penyimpanan adalah agar simplisia tetap tersedia setiap
saat jika dibutuhkan dan sebagai stok saat hasil panen
terlampaui kebutuhan. Proses ini berfungsi intuk menjaga
kualitas fisik dan stabilitas senyawa aktif, sehingga tetap
memenuhi syarat mutu (Ningsih, 2016).
5. Ekstrak
Ekstrak merupakan sediaan kental yang diperoleh dengan
mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia
hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian hingga memenuhi buku yang telah
ditetapkan.(Emelda, 2019)
Beberapa tujuan serta keuntungan dari pembuatan ekstrak tanaman
obat, yaitu: (Emelda, 2019)
a. Kesempatan untuk menstandarisasi kandungan kimia sehingga
menjamin keseragaman mutu, keamanan, dan khasiat produk
akhir.
b. Penggunaan secara lebih simple dibanding penggunaan pada
simplisia asal, terutama dari segi bobot pemakaian yang lebih
akhir
c. Penurunan khasiat dalam ekstrak simplisia dari simplisia asal
tidak begitu signifikan karena memang tidak semua zat
berkhasiat dalat tersari dalam pelarutnya.
d. Badan pengawas obat dan makanan telah bekerjasama dengan
perguruan tinggi dan lembaga penelitian untuk menetapkan
parameter tumbuhan obat (terdiri dari 45 ekstrak tumbuhan
obat).
Ekstrak pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu
padatan atau cairan. Ekstrak juga diartikan sebagai proses
pengambilan sari senyawa kimia yang terkandung didalam
bahan alami atau yang berasal dari dalam sel dengan
menggunakan pelarut dan yang tepat. Ekstraksi tanaman obat
berarti proses pemisahan secara kimia atau fisika suatu bahan
padat atau cair dan suatu tanaman obat. Pada prinsipnya,
ekstraksi merupakan kegiatan untuk melarutkan dan menarik
senyawa dengan menggunakan pelarut yang tepat. Adapun
bahan yang diekstraksi adalah bahan yang berasal dari alam.
Hasil proses ekstraksi disebut dengan ekstrak. Ekstrak
merupakan sediaan kental yang didapatkan dengan proses
pengekstraksian senyawa aktif dari simplisia nabati atau
simplisia hewani dengan menggunakan pelarut yang sesuai
dengan karakter simplisia tersebut, kemudia hamper semua atau
semua pelarut diuapkan, sedangkan masa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi baku
yang telah ditentukan.

Metode ekstraksi dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan


energi yang digunakan dan berdasarkan bentuk fasenya.
(Emelda, 2019).

a. Metode ekstraksi berdasarkan energi yang digunakan.


Berdasarkan energi yang digunakan, ekstraksi dapat
dilakukan dengan cara panas dan dengan cara dingin.
Refluks, soxhlet, distilasi, Infusa, dan dekoxta merupakan
ekstraksi dengan cara panas, sedangkan pengocokan,
maserasi, dan perkolasi adalah metode ekstraksi dengan
cara dingin.
Ekstraksi dengan cara panas relatif cepat dalam
mendapatkan senyawa yang diinginkan karena energi panas
akan memperbesar kelarutan senyawa. Pada ekstraksi
panas terdapat kelemahan, diantaranya kadang-kadang
akan terbentuk suatu senyawa baru akibat peningkatan
suhu, menjadi senyawa yang berbeda.
Keuntungan yang diperoleh jika melakukan ekstraksi
dengan cara dingin adalah dalam proses ekstraksi total
meminimalkan kerusakan pada senyawa termolabil yang
terdapat pada sampel. Diantara ekstraksi cara dingin dan
panas, yang dianggap paling sederhana dan mudah adalah
ekstraksi cara dingin.
b. Metode ekstraksi berdasarkan bentuk fasenya
Ekstraksi dapat dilakukan berdasarkan pada larutan
yang bercampur dan pelarut yang tidak bercampur. Cara
mengekstrakai merupakan hal yang penting dalam teknologi
farmasi. Penentuan jenis ekstraksi dan cairan yang
sebaiknya digunakan sangat tergantung pada kelarutan
bahan kandungan dan stabilitasnya. Teknik ekstraksi yang
dianggap penting ideal adalah teknik yang mampu
mengekstraksi bahan aktif yang diinginkan sebanyak
mungkin, prosesnya cepat, mudah dilakukan, biayanya
murah, ramah lingkungan, dan hasil yang diperoleh Selalu
konsisten jika dilakukan berulang-ulang.
Terkait dengan keamanan bagi manusia maupun
hewan coba, cairan pelarut harus memenuhi syarat
kefarmasian atau pharmaceutical grade (istilah yang lazim
dalam perdagangan). Terdapat atauran-aturan yang baku
bahan pelarut yang diperbolehkan dipakai dan aman bagi
manusia atau hewan coba, adalah air, alkohol (etanol),
maupun campuran keduanya (air dan alcohol).
Beberapa cara atau metode ekstraksi yang dapat
dilakukan dengan menggunakan pelarut, yaitu cara dingin
dan cara panas. (Emelda, 2019)

1. Cara dingin
a. Maserasi
Maserasi yaitu proses pengekstrakan simplisia
dengan menggunakan perlarut organik yang
dilakukan melalui beberapa kali pengocokan atau
pengandukan pada suhu ruangan. Proses
perendaman sampel akan berdampak pada larutnya
berbagai produk metabolit sekunder akibat terjadinya
perbedaan tekanan yang merusak dinding dan
membrane sel maupun akibat terjadinya penetrasi
pelarut organik yang masuk dan menembus kedalam
sel. Oleh karenanya pemilihan pelarut harus
dilakukan dengan cermat sehingga dapat sesuai
dengan Sifat maupun karakteristik senyawa aktif dari
bahan simplisia yang akan dilarutkan. Sedangkan
yang dimaksud dengan remaserasi adalah proses
pengulangan dalam hal penambahan pelarut setelah
dilakukan penyaringan maserat pertama, dan
seterusnya.
b. Perkolasi
Perkolasi yaitu, mekanisme ekstraksi yang
dilakukan dengan prinsip pengikatan senyawa aktif
bahan simplisia dengan memanfaatkan pelarut
organik tertentu sebagai pengikat. proses ekstraksi
dilakukan dengan mengalirkan atau melewatkan
pelarut keserbuk simplisia yang telah dibasahi
sebelumnya. cairan pelarut dialirkan dari atas
sehingga selama perjalanannya, pelarut tersebut
akan melarutkan berbagai kandungan aktif simplisia.
Meskipun demikian, proses ini terkandung dinilai
kurang efektif dan juga harus diperhatikan tingkat
kelarutan senyawa aktif yang menjadi target terutama
dikaitkan dalam kesesuaiannya dalam pelarut yang
digunakan. Perkolasi dilakukan dengan
menggunakan pelarut yang selalu baru dan
digunakan untuk melarutkan zat-zat aktif dari sel
bahan simplisia hingga berada dalam keadaan jenuh
dan sempurna (exhaustive extraction).
2. Cara panas
a. Refluks
Refluks yaitu ekstraksi dengan pelarut pada
temperatur titik didihnya. selama waktu tertentu dan
jumlah pelarut terbatas yang relativ konstan dengan
adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan
pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5
kali dengan waktu setiap tahapnya sekitar 4 jam.
b. Soxhletasi
Soxhletasi yaitu proses ekstraksi yang
dilakukan dengan prinsip pengaliran pelarut yang
dilakukan secara berulang atau berkesinambungan.
Pelarut pada mulanya dipanaskan hingga
menghasilkan uao panas dan dialirkan keatas melalui
bagian samping yang berbentuk pipa. Sesampainya
dibagian atas, uap pelarut kemudian didinginkan atau
diembunkan lalu uap akan turun kebawah, masuk dan
melewati tabung yang telah berisi simplisia ke kembali
kebagian labu. Didalam proses ini, sampel simplisia
akan dibasahi dengan uap pelarut yang telah
mendingin, sehingga dapat mempertahankan
terutama untuk sampel yang memang tidak tahan
terhadap panas yang berlebih. Uap pelarut yang telah
sampai pada labu dasar kemudian dipanaskan
kembali dan akan dialirkan ke atas melalui pipa
samping, sebagaimana proses sebelumnya.
Sehingga dalam mekanisme ini akan terjadi sirkulasi
aliran uap pelarut yang terjadi secara berulang.
Proses sirkulasi uao pelarut dalam rangka
membasahi simplisia secara terus menerus juga
dinilai mampu menghemat jumlah penggunaan zat
pelarut yang dibutuhkan.
c. Digesti
Digesti yaitu maserasi kinetik (dengan
pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih
tinggi dari temperatur kamar, secara umum dilakukan
pada temperatur 40°C hingga 50°C. Teknik digesti
dilakukan terutama untuk bahan-bahan simplisia
dengan kandungan zat aktif yang relative tahan
terhadap panas. Pemanasan yang cukup tinggi akan
mampu mendukung proses pelarutan zat penyari,
yang dilain sisi proses pemanasan ini juga mampu
meningkatkan terjadinya difusi kedalam sel simplisia.
d. Destilasi
Destilasi yaitu cara destilasi yang dilakukan
terhadap simplisia yang mengandung minyak mudah
menguap ( misal minyak atsiri) yang tidak bisa
dilakukan dengan mekanisme ekstraksi pada
umumnya.
e. Infundasi, meliputi
1. Infusa
Infusa yaitu proses ekstraksi yang dilakukan
dengan penyarian menggunakan air pada suhu
90°C selama 15 menit. Meski hasil sarian kurang
stabil dan mudah terserang kontaminan, namun
cara ini dipandang sebagai cara ekstraksi yang
ekonomis dan sederhana. Pengekstraksian
Dengan infus dilakukan dengan mencelupkan
bejana infus kedalam penangas air. Umumnya
metode infusa digunakan untuk bahan simplisia
dengan struktur yang lunak seperti pada daun dan
bung.
2. Dekokta
Dekokta yaitu mekanisme ekstraksi yang
dilakukan dengan prinsip sebagaimana pada
metode infus namun dengan waktu yang lebih
lama (bisa selama 30 menit) dan temperatur
sampai pada titik didih. Simplisia dimasukkan ke
dalam panci lalu ditambahkan air dalam jumlah
tertentu. Panci tersebut dicelupkan kedalam
penangas air lalu dipanaskan. Selama proses
infudasi, baik dengan metode infusa maupun
dekokta dapat dilakukan pengadukan
secukupnya.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode


ekstraksi dengan cara dingin yaitu dengan menggunakan
metode maserasi. Dikarenakan metode maserasi dianggap
paling sederhana diantara metode ekstraksi.

Prinsip metode maserasi adalah melarutkan bahan


kandungan simplisia dari sel yang rusak ( yang terbentuk
pada saat penghalusan) ekstraksi (difusi) bahan kandungan
dari sel yang masih utuh. Ekstraksi dikatakan selesai jika
terdapat keseimbangan antara bahan yang di ekstraksi pada
bagian dalam sel dengan bagian yang masuk kedalam
pelarut.

Tahapan-tahapan maserasi

Tahap-tahap ekstraksi dengan metode maserasi adalah :


(Emelda, 2019)

a. Bahan (simplisia) yang masih utuh atau sudah digiling


kasar direndam dengan pelarut didalam bejana tertutup
pada suhu kamar sekurang-kurangnya tiga hari dengan
pengadukan atau pengocokan berkali-kali sampai semua
bagian simplisia dapat larut dalam cairan pelarut. Pelarut
yang biasanya digunakan berupa alkohol atau air saja
b. Campuran disaring
c. Ampas yang diperoleh kemudian ditekan-tekan untuk
mendapatkan bagian cairnya.
Cairan tersebut dijernihkan dengan penyaring atau
dekantasi setelah dibiarkan selama waktu tertentu. Pada
saat maserasi dilaukan pengocokkan berulang-ulang
untuk menjamin keseimbangan konsentrasi bahan
ekstraksi yang lebih cepat didalam cairan. Secara teoritis,
pada suatu maserasi tidak memungkinkan terjadinya
ekstraksi absolut. Semakin tinggi perbandingan simplisia
terhadap cairan pengekstraksi, hasil yang diperoleh akan
semakin banyak.
Keuntungan dan kerugian metode maserasi. (Emelda,
2019).
Keuntungan :
a. Bagian tanaman yang akan di ekstraksi tidak harus
selalu berwujud serbuk halus .
b. Tidak diperlukan keahlian khusus untuk melakukan
ekstraksi ini.
c. Hanya diperlukan peralatan sederhana sehingga biaya
relative tidak besar.

kerugian:

a. Perlu dilakukan penggojogan/ pengadukan berulang-


ulang.
b. Perlu pengepresan dan penyaringan ampas yang
diperoleh
c. Memiliki residu pelarut didalam ampas
d. Mutu ekstrak yang diperoleh biasanya tidak konsisten
e. Waktu yang digunakan untuk mengekstraksi cukup
lama.
f. Dibutuhkan pelarut yang cukup banyak.
g. Tidak dapat digunakan untuk mengekstraksi bahan
(simplisia) bertekstur keras seperti benzoin, tiraks dan
lilin
6. Gel
Gel mempunyai potensi lebih baik sebagai sarana untuk
mengelola obat topikal dibandingkan dengan salep, karena gel tidak
lengket, memerlukan energi yang tidak besar untuk formulasi, stabil,
dan mempunyai estetika yang bagus. Sediaan gel yang baik dapat
diperoleh dengan cara memformulasikan beberapa jenis bahan
pembentuk gel, namun yang paling penting untuk diperhatikan
adalah pemilihan gelling agent. Dalam formulasi gel, komponen
gelling agent merupakan faktor kritis yang dapat mempengaruhi sifat
fisika gel yang dihasilkan. (Ardana, 2015)
7. Uji fisik gel
a. Uji organoleptis
Uji organoleptis meliputi bentuk, warna, dan bau dari gel yang
dilakukan secara visual.
b. Uji pH
Pemeriksaan pH dilakukan menggunakan stick pH, warna
yang muncul dibandingkan dengan standar warna pada kisaran
pH yang sesuai.

c. Uji homogenitas
Homogenitas gel diamati secara visual dengan mengoleskan
gel pada permukaan kaca objek. Diamati apakah terdapat
butiran kasar atau bagian yang tidak tercampur dengan baik. Jika
tidak ditemukan berarti homogen.
d. Uji viskositas
Penentuan viskositas dilakukan menggunakan viskosimeter
seri VT 04. Gel dimasukkan ke dalam tabung pada viskotester,
kemudian dipasang rotor nomor 2 hingga spindel terendam
seluruhnya dalam gel. Alat dinyalakan dan diamati jarum
penunjuk rotor nomor 2 pada skala viskositas hingga berhenti
stabil. Angka yang ditunjukkan jarum penunjuk dalam satuan
dPa.S (1 dPa.S = 1 poise).
e. Uji daya sebar
Gel sebanyak 0,5 gram diletakkan di tengah kaca, ditutup
dengan kaca lain yang telah ditimbang dan dibiarkan selama 1
menit, lalu diukur diameter sebar gel. Selanjutnya diberi
penambahan beban setiap 1 menit sebesar 50 gram, 100 gram,
150 gram, 200 gram, dan 250 gram lalu diukur diameter sebar
gel.
f. Uji daya lekat
Gel sebanyak 0,1 gram dioleskan di atas kaca objek yang
ditandai dengan luas 2x2 cm. Kaca objek lain diletakkan di atas
gel tersebut. Beri beban 1 kg di atas kaca objek selama 5 menit,
kemudian kaca objek dipasang pada alat uji daya lekat yang
telah diberi beban 80 gram. Waktu dicatat setelah kedua objek
tersebut memisah/terlepas.
g. Cycling test gel
Pada formula optimum minyak atsiri sirih dan gaharu
dilakukan selama 3 siklus. Tiap siklus disimpan 24 jam di kulkas
dengan suhu 40°C kemudian dipindahkan ke dalam oven
dengan suhu 40°C selama 24 jam. Setiap selesai 1 siklus,
dilakukan uji fisik yang meliputi daya sebar, daya lekat, pH dan
viskositas. (Tambunan, 2018)
8. Kulit
Kulit adalah suatu pembungkus yang elastik yang melindungi
tubuh dari pengaruh lingkungan, kulit juga merupakan alat tubuh
terberat dan terluas ukurannya yaitu 15% dari berat tubuh manusia,
rata rata tebal kulit 1-2 mm, kulit terbagi atas 3 lapisan pokok yaitu,
epidermis, dermis dan subkutan atau subkutis. Tikus putih (Rattus
novergicus) memiliki struktur kulit dan homeostatis yang serupa
dengan manusia (Dwi Prasetyaningati, 2019).
Kulit melapisi seluruh permukaan eksternal kulit pada tubuh
manusia dan merupakan situs pertama dari interaksi dengan dunia
luar. Kulit bekerja sebagai pelindung yang mencegah jaringan
internal dari paparan trauma, radiasi ultra violet, suhu, racun, dan
bakteri. Fungsi penting lain dari kulit meliputi persepsi sensori,
pengawasan immunologi, termoregulasi, dan pengaturan
kehilangan cairan (Amirlak, 2015)
Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi
pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan juga bergantung
pada lokasi tubuh. Kulit bervariasi dalam hal lembut, tipis dan
tebalnya. Kulit yang elastis dan longga terdapat pada palpebra, bibir
dan preputium, kulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki
dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, yang
berambut kasar terdapat pada kepala (Dwi prasetyaningati, 2019).
Sistem integumen terdiri dari 2 lapis, berupa epidermis dan dermis.
Epidermis berasal dari permukaan ektoderm yang dikolonisasi oleh
pigmen yang menggandung melanosit berasal dari neural crest,
antigen processing sel langerhans yang berasal dari sum-sum
tulang dan perasa tekanan pada sel merkerl berasal dari neural
crest. Dermis berasal dari mesoderm dan mengandung kolagen,
serabut elastik, pembuluh darah, struktur sensori, fibroblast
(Amirlak, 2015).
B. KERANGKA TEORI

Determinasi Daun Gaharu (Aquilaria malaccensi


limk) dan Daun Sirih (Piper betle
linn)

Sortasi

Meserasi

Skrining Fitokimia
1. Uji Flavonoid
Ekstrak 2. Uji Tanin
kental 3. Uji Triterpenoid
4. Uji Saponin
Formulasi Sediaan Gel
Hand Sanitizer

Formulasi 1 Formulasi 2 Formulasi 3


Ekstrak Daun Gaharu Ekstrak Daun Gaharu Ekstrak Daun Gaharu
(Aquilaria malaccensi (Aquilaria malaccensi (Aquilaria malaccensi
limk) konsentrasi dan limk) konsentrasi dan limk) konsentrasi dan
Daun Sirih (Piper betle Daun Sirih (Piper Daun Sirih (Piper
linn) konsentrasi betle linn) konsentrasi betle linn) konsentrasi

Uji karaktersitik fisik


sabun mandi cair :
A. Uji organonoleptik
B. uji ph
C. uji homogenitas
D. uji viskositas
E. uji daya sebar
F. uji daya lekat
G. uji iritasi pada kulit.

Analisis Hasil

Gambar 2.3 Kerangka teori

C. HIPOTESIS
Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian merumuskan hipotesis
untuk penelitian ini yaitu :
Ha : penambahan variasi kombinasi konsentrasi ekstrak daun gaharu
dan daun sirih hijau mempengaruhi uji stabilitas fisik sediaan gel
handsanitizer
Ho : penambahan variasi kombinasi konsentrasi ekstrak daun gaharu
dan daun sirih hijau tidak mempengaruhi uji stabilitas fisik sediaan gel
handsanitizer.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental.
menurut Sugiyono (2019) metode penelitian eksperimen adalah
metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap satu dengan yang lain dalam kondisi
yang terkendali. penelitian bersifat kuantitatif yang bertujian untuk
mengetahui pengaruh masing - masing kombinasi konsentrasi
ekstrak terhadap stabilitas fisik sediaan gel handsanitizer ekstrak
Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) Dan Daun Sirih (Piper
betle Linn)
B. DESAIN PENELITIAN
Rancangan penelitian ini adalah post test control design ,
penelitian ini bersifat kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui
stabilitas fisik pada sediaan gel ekstrak etanol daun gaharu dan daun
sirih hijau dengan variasi konsentrasi 1%, 3%, dan 5%.
a. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai
dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulanya. (sugiyono, 2019)
Menurut Sugiyono (2019) variabel penelitian terdiri dari variabel
bebas dan variabel terikat, yaitu
1. Variabel bebas (Independent variable)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel
dependen (terikat). Untuk penelitian ini variabel bebasnya adalah
formulasi sediaan sabun cair ekstrak Daun Gaharu (Aquilaria
malaccensi Lamk) dan Daun Sirih (Piper betle linn) dengan
konsentrasi ekstrak yang berbeda.
2. Variabel terikat (Dependent variable)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel
bebas pada penelitian ini adalah uji karakteristik fisik meliputi
ujiorganoleptik, uji pH, uji homogenitas, uji viskositas, uji tinggi
busa dan uji iritasi pada kulit.
b. Definisi konseptual dan operasional
1. Definisi konseptual adalah abstraksi yang diungkapkan dalam
kata- kata sehingga dapat membantu pmahaman terhadap suatu
hal, bahkan diangap mampu untuk menggambarkan sesuatu
dalam hal karakteristik abstrak dan hubungannya dengan
pemahaman konseptual lainnya.

Ekstrak Daun Gaharu


Uji karakteristik fisik
(Aquilaria malaccensi meliputi ujiorganoleptik, uji
Limk) dan Daun Sirih pH, uji homogenitas, uji
viskositas, uji tinggi busa
(Piper betle linn)
dan uji iritasi pada kulit.

Gambar 3.1 Kerangka konsep

2. Definisi operasional merupakan pedoman bagi peneliti untuk


mengukur/memanipulasi variabel tersebut untuk memudahkan
pengumpulan data dan menghindarkan perbedaan interprestasi
serta membatasi ruang lingkup variabel (Saryono, 2013).

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran


Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Penelitian Operasional

Variabel Bebas

Variasi Ekstrak Daun Timbangan Perbandingan Rasio


konsentrasi Gaharu analitik, konsentrasi
bahan aktif (Aquilaria Gelas ukur bahan aktif
malaccensi
Limk) dengan
konsentrai dan
Daun Sirih
(Piper betle
linn) dengan
konsentrasi

Variabel terikat

Pengujian Menunjukkan Visual Sediaan tidak Ratio


Organoleptis tampilan fisik berubah
sediaan gel bentuk,warna
yang meliputi dan tidak berbau
bentuk, warna
dan bau dari
sediaan gel

Pengujian Menunjukkan Visual dan Memenuhi Ratio


Homogenitas sediaan gel gelas objek syarat jika warna
yang sudah gel merata dan
tercampur tidak ada yang
merata menggumpal

Pengukuran Menunjukkan pH pH sediaan yang Rasio


PH tingkat universal memenuhi
keasaman dari kriteria pH kulit
sediaan gel yaitu dalam
intervasi 4,5
sampai 6,5

Pengujian Dilakukan Alat uji Daya lekat gel Rasio


daya sebar untuk daya sebar yang baik adalah
menjamin lebih dari satu
kemerataan gel detik
saat
diaplikasikan
pada kulit

Pengujian Dilakukan Alat uji Daya lekat gel Rasio


daya lekat untuk daya lekat yang baik adalah
mengetahui lebih dari satu
kemampuan detik
melekatnya gel
pada
permukaan
kulit

Pengujian Menunjukkan Viskometer Viskositas gel Rasio


Viskositas kekentalan dari Brookfield yang baik
sediaan gel berada pada
rentang 2000-
4000 cPs

c. Detail proses penelitian


1. Determinasi tanaman
Determinasi tanaman dilaksanakan di laboratorium biologi
fakulitas MIPA, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
2. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel daun gaharu dilakukan didesa barasang
kecamatan kisam tinggi kabupaten OKUS , dan daun sirih hijau
diambil dipati jawa tengah.
3. Pembuatan simplisia
Daun gaharu dan daun sirih hijau diambil dan dipisahkan antara
daun dan ranting lalu dicuci bersih menggunakan air mengalir
dengan tujuan menghilangkan kotoran yang menempel pada
daun kemudian dijemur tanpa terkena sinar matahari sampai
tidak basah setelah itu dihaluskan menggunakan blender agar
menjadi serbuk simplisia, selanjutnya diekstraksi.
4. Penetapan kadar air serbuk simplisia Pemeriksaan dilakukan
dengan cara serbuk daun gaharu dan daun sirih ditimbang
sebanyak 2 gram, kemudian hitung kadar air serbuk daun
menggunakan moisture balance. Hasil penetapan kadar air
dihitung dalam satuan (%) kadar air yang terukur. Kadar lembab
memenuhi syarat jika kurang dari 10%.
5. Pembuatan Ekstrak
a. Simplisia kering daun gaharu dan sirih hijau dimaserasi
dengan merendam 250 gram simplisia ke dalam etanol 70%
sebanyak 2,5 L, dimasukkan kedalam beaker glass dan
ditutup dengan aluminium foil. Perbandingan yang digunakan
adalah 1:10. Dilakukan selama 3x24 jam, dan diaduk selama
5 menit setiap harinya (Ibrahim dkk, 2014).
b. Hasil maserasi diambil filtratnya dengan cara penyaringan.
Penyaringan dilakukan untuk memisahkan filtrat dengan
ampasnya. Filtrat kemudian dievaporasi dengan
menggunakan rotary evaporator dan kemudian dipekatkan
dengan waterbath sampai menjadi ekstrak kental. Ekstrak
kemudian disimpan dan terhindar dari sinar matahari
langsung.
6. Prosedur Uji Bebas Etanol Terhadap Fraksi Etil Asetat (semi
polar)
Dengan cara memasukkan sejumlah kecil masing-masing
fraksi dalam tabung reaksi yang berbeda dengan penambahan 1
mL asam asetat glasial dan 1 mL asam sulfat pekat, homogenkan
kemudian panaskan, bagian atas tabung ditutup kapas. Jika tidak
berbau etanol maka positif bebas etanol.
7. Uji fitokimia yang dilakukan meliputi :
a. Uji Tanin
Ekstrak diteteskan di atas pelat tetes dan ditambah larutan
FeCl3 1%. Hasil positif ditandai dengan perubahan warna
larutan menjadi biru atau hitam kehijauan. (Yunus dkk, 2018)
b. Uji Saponin
1 ml ekstrak kental dimasukkan kedalam tabung reaksi dan
ditambahkan 10 ml air panas, dinginkan dan kocok kuat.
Amati terbentuknya busa setinggi 1-2 cm dan busa tetap stabil
ketika ditetesi larutan HCl (Illing dkk, 2017).
c. Uji Flavonoid
1 ml ekstrak kental dimasukkan kedalam tabung reaksi,
tambahkan 2 tetes HCl pekat lalu kocok kuat. Selanjutnya
tambahkan 0,5 gram serbuk magnesium (Mg) dan kocok kuat.
Adanya senyawa flavonoid dtandai dengan adanya larutan
berubah warna menjadi jingga, merah, orange atau kuning
(Wijaya, 2014).
d. Uji triterpenoid
Timbang 0,5 gram ekstrak kental dimasukkan dalam tabung
reaksi, tambahkan 0,5 mL asam asetat anhidrat, lalu
tambahkan 2 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung.
Jika terdapat senyaaa triterpenoid ditandai terbentungnya
cincin kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan (Balafif,
et al., 2013).
8. Rancangan formulasi gel hand sanitizer
Formulasi dirancang dengan variasi konsentrasi ekstrak daun
gaharu dan daun sirih hijau pada tiap formula.
Tabel 3.2 Formulasi basis gel

Nama F1 % F2 % F3% Kegunaan


bahan

Na-CMC 3% 3% 3% Pengental

Gliserin 10% 10% 10% omelion

TEA 1,50% 1,50% 1,50% Surfaktan

DMDM 0,60 0,60 0,60 Pengawet


Hydontion

Carbopol 3% 3% 3% Gelling

Vitamin E 0,5 0,5 0,5 Antioksidan

Oleum citri 5 tetes 5 tetes 5 tetes Pewangi

Aquadest Add 100 Add 100 Add 100 Pelarut

a. Basis gel dibuat dengan menaburkan NaCMC serbuk di atas


air panas, biarkan selama 15 menit sampai mengembang dan
diaduk perlahan dalam mortir sampai mengembang (massa 1)
b. Campurkan gliserin dan sebagian TEA, aduk sampai
homogen, tambahkan DMDM hydantoin aduk sampai
homogen (massa 2)
c. Campurkan massa 1 dan 2, aduk perlahan sampai homogen
(massa 3)
d. Larutkan carbapol 3 gram dalam air panas sebanyak 300ml
e. Kemudian timbang basis carbapol sebanyak 3 gram,lalu
masukan dalam massa 3 gerus hingga homogen
f. Campurkan Vitamin E dengan sisa TEA, aduk perlahan
sampai homogen .
g. Tambahkan 5 tetes oleum citri Tambahkan aquades sampai
100%, aduk sampai homogen.

Tabel 3.3 Formulasi gen hand sanitizer

Nama bahan F1% F2% F3%

Ekstrak Daun 5% 10% 15%


Gaharu

Ekstrak Sirih 5% 10% 15%


Hijau

TEA 0,50 0,50 0,50

Basis gel Add 100 Add 100 Add 100

a. campurkan minyak atsiri dengan TEA sampai homogeny


b. Tambahkan basis gel hingga 100%, aduk perlahan sampai
homogen.
c. Masukan kedalam botol 100ml, tutup rapat.
9. Uji sifat fisik gel
a. Uji organoleptis
Uji organoleptis meliputi bentuk, warna, dan bau dari
gel yang dilakukan secara visual.
b. Uji pH
Pemeriksaan pH dilakukan menggunakan stick pH,
warna yang muncul dibandingkan dengan standar warna
pada kisaran pH yang sesuai.
c. Uji homogenitas
Homogenitas gel diamati secara visual dengan
mengoleskan gel pada permukaan kaca objek. Diamati
apakah terdapat butiran kasar atau bagian yang tidak
tercampur dengan baik. Jika tidak ditemukan berarti
homogen.
d. Uji viskositas
Penentuan viskositas dilakukan menggunakan
viskosimeter seri VT 04. Gel dimasukkan ke dalam tabung
pada viskotester, kemudian dipasang rotor nomor 2 hingga
spindel terendam seluruhnya dalam gel. Alat dinyalakan dan
diamati jarum penunjuk rotor nomor 2 pada skala viskositas
hingga berhenti stabil. Angka yang ditunjukkan jarum
penunjuk dalam satuan dPa.S (1 dPa.S = 1 poise).
e. Uji daya sebar
Gel sebanyak 0,5 gram diletakkan di tengah kaca,
ditutup dengan kaca lain yang telah ditimbang dan dibiarkan
selama 1 menit, lalu diukur diameter sebar gel. Selanjutnya
diberi penambahan beban setiap 1 menit sebesar 50 gram,
100 gram, 150 gram, 200 gram, dan 250 gram lalu diukur
diameter sebar gel
f. Uji daya lekat
Gel sebanyak 0,1 gram dioleskan di atas kaca objek
yang ditandai dengan luas 2x2 cm. Kaca objek lain diletakkan
di atas gel tersebut. Beri beban 1 kg di atas kaca objek selama
5 menit, kemudian kaca objek dipasang pada alat uji daya
lekat yang telah diberi beban 80 gram. Waktu dicatat setelah
kedua objek tersebut memisah/terlepas.
g. Uji Iritasi Kulit
Uji iritasi kulit dilakukan untuk mengetahui efek
samping dari penggunaan gel hand sanitizer terhadap kulit
tangan. Uji iritasi kulit dilakukan dengan mengoleskan hand
sanitizer dengan variasi konsentrasi 15%, 20% dan 25% pada
telapak tangan 24 orang sukarelawan. Uji iritasi kulit dilakukan
dengan kriteria khusus diantaranya sehat, berusia 20-25
tahun, tidak terdapat luka di telapak tangan, tidak
menggunakan kosmetik ditelapak tangan dan tidak
menggunakan antibiotik topical.
C. SUBJEK, TEMPAT, DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian eksperimental dengan metode pendekatan prospective.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Kudus.
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
subjek/objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya.
Dalam penelitian ini pengambilan sambel daun gaharu
dilakukan di desa Barasang Kecamatan Kisam Tinggi Kabupaten
OKUS , dan daun sirih hijau diambil di Pati Jawa Tengah.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi objek
penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1
kg serbuk daun gaharu dan daun sirih.
3. Detail Teknik Pemilihan Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti oleh
peneliti yaitu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Pradana, 2016). sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 5 kg daun gaharu dilakukan di desa
Barasang Kecamatan Kisam Tinggi Kabupaten OKUS, dan daun
sirih hijau diambil di Pati Jawa Tengah.
Kriteria Inklusi sampel : bagian daun gaharu dan daun sirih hijau
yang segar, berwarna hijau, tidak kering, tidak berlubang, tidak
busuk dan tidak layu.
Kriteria Eksklusi sampel : bagian daun gaharu dan daun sirih
hijau yang tidak segar, berwarna coklat, berjamur, busuk,
berlubang/dimakan hama
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
Purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik
pengambilan sampel yang dilakukan atas dasar pertimbangan
peneliti semata yang menganggap bahwa unsur-unsur yang
dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil
(Surahman 2016).
4. Tempat Penelitian
a. Penelitian uji fisikokimia dan karakteristik dari sediaan gel
ekstrak daun gaharu dan daun sirih ini dilakukan di
Laboratorium farmasetika Universitas Muhammadiyah Kudus.
b. Penelitian ethical clearance dari sediaan gel ekstrak daun
gaharu dan daun sirih ini dilakukan di Laboratorium
farmasetika Universitas Ahmad Dahlan.
5. Kode Etik Penelitian
Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku
untuk setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak
peneliti. Pihan yang diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat
yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut
(Notoadmojo, 2018). Masalah etika yang harus diperhatikan
antara lain adalah sebagai berikut :
a. Menghormati harkat dan martabat manumur (respect for
human dignity). Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak
responden penelitian untuk mendapatkan informasi tentang
tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut, dan peneliti juga
mempersiapkan lembar formulir persetujuan (informed
concent) kepada responden. Menghormati privasi dan
kesejahteraan subjek penelitian (respect for privacy and
confidentiality). Setiap responden mempunyai hak-hak dasar
individu termasuk privasi dan kebebasan individu dalam
memberikan informasi, maka dari itu seorang peneliti tidak
boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan
kerahasiaan identitas responden.
b. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an
inclusiveness). Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh
peneliti dengan kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian.
Untuk itu lingkungan penelitian perlu dikondisikan sehingga
memenuhi prinsip keterbukaan yakni dengan menjelaskan
prosedur penelitian.
Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
(balancing harms and benefits). Sebuah penelitian hendaknya
memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi masyarakat
pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya. Peneliti
hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan
bagi subjek. Penelitian ini menggunakan surat kelayakan etik
karena tidak melibatkan hewan uji maupun manusia dalam
perlakuan ujinya.
6. Waktu Penelitian
Oktober - desember 2022
D. METODE PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini
adalah dengan melihat dan membandingkan karakteristik fisik yang
baik dari sediaan hand sanitizer dengan perbedaan konsentrasi pada
ekstrak daun gaharu (Aquilaria malaccensis) dan daun sirih hijau
(Piper betle Linn).
E. INSTRUMEN PENELITIAN
1. Alat
Alat - alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan
analitik, gelas ukur, beaker glass, sendok tanduk, batang
pengaduk, pipet tetes, waterbath, gelas objek, ph universal,
viskometer brookfield, blender, kaca arloji, penggaris, gunting,
aluminium foil, masker, sarung tangan.
2. Bahan
Ekstrak daun gaharu (Aquilaria malaccensis) dan daun sirih hijau
(Piper betle Linn), Na-CMC, Gliserin, TEA, DMDM Hydontion,
Carbopol, Vitamin E, Oleum citri, Aquadest

F. TEKNIK ANALISIS DATA


Teknik analisis data dilakukan dengan cara hasil penelitian yang
diperoleh uji organoleptis, uji daya sebar, uji daya lekat, uji viskositas,
uji homogenitas, uji ph, uji dan uji iritasi dari tiga formulasi hand
sanitizer dengan variasi konsentrasi ekstrak daun gaharu dan daun
sirih hijau dianalisis dengan cara deskriptif analitik dan ragram SPSS
dengan membandingkan sifat fisik yang baik dan masing masing
sediaan hand sanitizer.
Persyaratan dalam menggunakan uji ANOVA adalah sebagai
berikut (Sudibyo dkk, 2014) :
1. Variabel dependen dapar bersifat kontinyu (continuous), artinya
bisa berupa data interval atau ratio
2. Variabel independen bersifat kategorial, yaitu terdiri dari dua
kelompok atau lebih.
3. Kasus/individu/sampel yang dianalisis memiliki nilai baik pada
variabel dependen maupun independent
4. Sampel/kelompok bersifat independent
5. Distribusi data untuk tiap kelompok (tiap level dari faktor)
mendekati nornal. Bila distribusi data tidak normal, khususnya
yang memiliki kecondongan yang berat (heavily skewed) atau
ekor yang panjang, maka akan mengurangi kekuatan uji ini.
Dengan sampel yang moderat atau besar pelanggaran
normalitas alan menghasilkan nilai ρ yang tidak begitu akurat
6. Varians harus homogen. Artinya varians kira-kira sama antar
kelompok. Bila asumsi ini dilanggar dan ukuran sampel berbeda-
beda antar kelompok, nilai ρ untuk uji F menjadi tidak dapat
dipercaya
7. Tidak ada nilai ekstrim (outliers)
8. Apabila asumsi normalitas varians atau nilai ekstrim yang
melandasi Uji Anova tidak dipenuhi maka dapat menggunakan
uji nonparametrik Kruskal-Wallis
G. Kode Etik Penelitian
Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk
setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti,
pihak yang diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan
memperoleh dampak hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2018).
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai
berikut :
a. Menghormati harkat dan martabat manumur (respect for human
dignity), Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak responden
penelitian untuk mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti
melakukan penelitian tersebut, dan peneliti juga mempersiapkan
lembar formulir persetujuan (informed concent) kepada
responden. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek
penelitian (respect for privacy and confidentiality), Setiap
responden mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi
dan kebebasan individu dalam memberikan informasi, maka dari
itu seorang peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai
identitas dan kerahasiaan identitas responden
b. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an
inclusiveness), Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh
peneliti dengan kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk
itu, lingkungan penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi
prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur
penelitian.
Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
(balancing harms and benefits), Sebuah penelitian hendaknya
memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi masyarakat pada
umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya. Peneliti
hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi
subjek.
Penelitian ini menggunakan surat kelayakan etik karena tidak
melibatkan manusia dalam perlakuan ujinya.
H. ETHICAL KLIRENS
Klirens Etik Penelitian adalah instrumen untuk mengukur
keberterimaan secara etik dalam proses penelitian. (LIPI, 2019).
a. Klirens Etik Penelitian bertujuan untuk:
1. Mengukur keberterimaan secara etik dalam rangkaian proses
Penelitian.
2. Melindungi subjek Penelitian manusia dari bahaya secara fisik
(ancaman), psikis (tertekan dan penyesalan), sosial (stigma,
diasingkan dari masyarakat) dan konsekuensi hukum (dituntut)
sebagai akibat turut berpartisipasinya dalam suatu Penelitian.
3. Melindungi objek Penelitian Hewan Coba berdasarkan prinsip
kesejahteraan hewan dalam kegiatan Penelitian.
b. Klirens Etik Penelitian terdiri atas:
1. Klirens Etik Penelitian bidang ilmu sosial dan Kemanusiaan
2. Klirens Etik Penelitian menggunakan Hewan Coba.
I. Jadwal Penelitian
(TERLAMPIR)
DAFTAR PUSTAKA

Susilo, A., Kalima, T., Santoso, E., 2014. Panduan Pengenalan Jenis Pohon
Penghasil Gaharu (Gyrinops spp). Di Indonesia. Kementrian
Kehutanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Konservasi daj Rehabilitasi-
Internasional Tropical Timber Organization (ITTO). Bogor,
Indonesia.

Nurmiati, Wijayanti, E.D. 2018. Perbandingan kadarfenolik total antara


seduhan daun gaharu dan kombucha daun gaharu (Aquailaria
malaccensis). Journal Cis-Trans (JC-T), 2(1):6-11. DOI:
10.17977/um026v2i12018p006

Kamonwannasit, S, Nantapong, N, Kumkrai, P, Luecha, P, Kupitt ayanant,


S, Chudapongs e , N. 2013 . Antibacterial activity of Aquilaria crassna
leaf extract against Staphylococcus epidermidis by disruption of
cell wall. Annals of Clinical Microbiology and Antimicrobial, 12(20):2-
7. DOI 10.1186/1476-0711-12- 20

Pranakhon, R, Patchareewan, P, Aromdee, C. 2011. Anthyperglycemic


activity of agarwood leaf extracts in STZ-induced diabetic rats and
glucose uptake e n h a n c e m e n t a c ti v it y i n r a t a d i p o c y t
e s . SongklanakarinJournal ScienceTechnology, 33(4):405-410.

Zulkifle, NL, Omar, NAM, Tajudin, SN, Shaari, MR. 2013. Antidiabetic
Activities of Malaysian Agarwood (Aquilaria SPP) Leaves Extract.
Conference on industry-acamedia joint initiatives in Biotechnology
CIA:BIOTECH 2013), 5 -7 December 2013, Equatorial
CameronHighlands, Pahang. pp. 1-4.

Mahmod, NH, Johar, AJ, Abdul Hamid, MH, Ali, AM. 2017. Comparative
Assessment of Antioxidant Activities in Aquilaria malaccensis Leaf
Extracts. Journal of Agrobiotechnology, 8(2):77-85.
Endarini, L.H farmakognosi dan Fitokimia. Pusat pendidikan sumber daya
manusia kesehatan badan pengembangan dan pemberdayaan
sumber daya manusia kesehatan, 2016.

Parwarta, I.M.O.A Obat tradisonal, bali : FMIPA Universitas Udayana


(Diklat). 2016.

Hartini, S.H & Wulandari, E.T. Praktikum Farmakognosi Fitokimia


Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma (Modul). 2016.

Wahyuni, R. et.al. Pengaruh Cara Pengeringan Dengan Oven, Kering


Angin, dan Cahaya Matahari Langsung Terhadap Mutu Simplisia
Herba Sambiloto. Jurnal Farmasi Higea. 2014. 6(20), hlm, 126-133

Luliana, S., et.al. Pengaruh Cara Pengeringan Simplisia Daun Senggani


(Melastoma Malabathricum L) Terhadap Aktivitas Anti-Oksidan
Menggunakan Metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Pharm Sci
Res.2016. 3(3), hlm. 120-129

Winangsih, et.al. Pengaruh Metode Pengeringan Terhadap Kualitas


Simplisia Lempuyang Wanvi (Zingiber aromaticum L.) Buletin
Anatomi dan fisiologi 2013. XXI(1), hlm 19-25.

Emelda. Farmakognosi Untuk Mahasiswa Kompetensi Keahlian Farmasi.


Pustaka Baru Press, Yogyakarta. 2019

Ardana, M., Aeyni, V., & Ibrahim, A. Formulasi dan Optimasi Basis Gel
HPMC (Hidroxy Propyl Methyl Cellulose) dengan Berbagau Variasi
Konsentrasi. Journal Of Tropical Pharmacy And Chemistry. 2015.
3(2), 101-108. https://doi.org/10.25016/jtpc.v3i2.95

Tambunan, S., & Sulaiman, T.N.S. Formulasi Gel Minyak Atsiri Sereh
dengan Basis HPMC dan Karbopol. Majalah Farmaseutik. 2018.
14(2): 87-95. https://doi.org/10.22146/farmaseutik.v14i2.42598
Swatika, N.S.P., et al. Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Sari Tomat
(Solanum lycopersium L.) Medical Journal 2013. 18(3): 132-140.

Purwanti & Verryanti. Aktivitas antioksidan dan evaluasi fisik sediaan


masker gel peel off dari ekstrak kulit terong ungu (salonum
melongena L.) Indonesia Natural Research Pharmaseutikal Journal.
2016: 1(2): 10-21.

Anda mungkin juga menyukai