PROPOSAL
Disusun oleh:
RAJA SAMUEL SIREGAR
1801021012
PROPOSAL
Disusun oleh:
RAJA SAMUEL SIREGAR
1801021012
PROPOSAL
Medan, 2021
Pembimbing
Medan, 2021
Ketua Program Studi D3 Farmasi
Institut Kesehatan Helvetia
Telah Diuji, Diperiksa dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Program Studi
D3 Farmasi Pada Tanggal ..... dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima dan Diperbanyak
Tim Penguji
Ketua Penguji,
(...........................................................)
Medan, 2021
Identitas
Nama : Raja Samuel Siregar
Tempat/Tanggal lahir : Batam / 09-08-1998
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Katholik
Anak ke- :1
Nama Ayah : Maju Siregar
Nama Ibu : Ramenna Regina Rumahorbo
Status Perkawinan :
Riwayat Pendidikan
Tahun 19……… :
Tahun 19………
ABSTRAK
JUDUL
TITLE
Kemudian kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu. Dalam kesempatan kali ini penulis mengharapkan kritik ataupun saran
yang bermanfaat dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan karunia dan
hidayahNya kepada kita semua sehingga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi
para pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Medan, 2021
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
pekerjan yang melelahkan. Bagian tubuh yang terpenting dari tubuh kita yang
melindungi bagian dalam tubuh dari gangguan fisik maupun mekanik, gangguan
panas atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman,
bakteri, jamur, atau virus adalah kulit. Kulit juga berfungsi sebagai tempat
keluarnya keringat atau sisa metabolisme dalam tubuh, fungsi pengindera serta
pengatur suhu tubuh. Sabun merupakan sediaan kosmetik yang dapat digunakan
dapat membuat tubuh kembali bersih. Sediaan tersebut adalah sabun. Sabun
berasal dari campuran minyak dengan kalium karbonat yang terdapat pada abu
kayu. Bangsa mesir pun telah menuliskan tentang sabun yang berkaitan dengan
ilmu kedokteran. Sabun dikenal dengan soap pada bahasa inggris yang bahasa
latinnya sapo yang telah digunakan pertama kali tahun 77 Masehi oleh Plinny.
Sabun mandi adalah senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak dari
minyak nabati dan atau lemak hewani berbentuk padat, lunak atau cair, berbusa
digunakan sebagai pembersih, dengan menambahkan zat pewangi, dan bahan
Indonesia, 1994)
Sabun tidak hanya dapat membersihkan kulit dari partikel – partikel yang
mengotori tubuh saja seperti debu dan keringat, melainkan memiliki kandungan
senyawa/zat yang tidak merusak kulit selain itu dapat melindungi kulit, yaitu salah
satunya yang dapat merusak kulit adalah efek radikal bebas. Senyawa yang dapat
menangkal efek tersebut adalah antioksidan. Senyawa ini sudah diuji coba dari
Terdapat 2 (dua) tanaman yang memiliki efek radikal bebas yaitu, nangka dan
radikal bebas. Bagian tanaman yang terdapat efek radikal bebas maupun
antibakteri ada pada daun mereka. Menurut Rica Dwi Adnyani 2016, ekstrak
etanol pada daun nangka memiliki nilai IC50 paling kecil sehingga dapat
sebagai antioksidan alternatif yang berasal dari alam. Sedangkan untuk daun
antioksidan yang paling baik dan kadar fenol total paling tinggi dibandingkan
Tumbuhan – tumbuhan ini juga mampu atau memiliki kekuatan untuk menjadi
sediaan yang memiliki efek antibakteri. Menurut penelitian Nurul 2019 adanya
kandungan zat aktif dari ekstrak daun Nangka yang dapat memberikan efek
membuktikan bahwa zat aktif dari daun nangka yaitu flavanoid, tannin, dan zat
lainnya dapat berfungsi sebagai antibakteri. Untuk ekstrak daun kecombrang dapat
yang terdapat pada daun nangka dan daun kecombrang berfungsi sebagai
Oleh karna itu penulis tertarik ingin mengembangkan manfaat daun nangka
kulit tubuh.
pembuatan sabun padat dari ekstrak etanol daun nangka (Artocapus heterophyllus
1.5 Hipotesis
penelitian :
:, 5%
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliosida
Ordo : Rosales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus
hutan hujan tropis di Ghats Barat, India, dan merupakan salah satu sumber pangan
timbul, sukun, peusar dan marang. Daun nangka, secara botani, merupakan daun
makanan). Zat karbondioksida di udara dapat diserap dan diubah menjadi oksigen
dan zat gula secara cepat. (Fatimah and Nuryaningsih, 2018) Flavonoid yang
gugus fenol yang dapat menyebabkan denaturasi protein dan merusak membran
berikut:
1. Pohon nangka
m. kayunya yang keras, bila telah tua berwarna kuning hingga kemerahan.
buah – buahan yang banyak ditanam pada tanah yang tidak tergenang air dan
2. Bunga nangka
Bunganya ada dua macam, yakni bunga jantan dan bunga betina. Letak bunga
terpisah, tetapi dalam satu pohon (berumah satu, monoecris) bunganya keluar
durian(Sunarjono, 2006).
3. Daun nangka
Daun nangka lonjong, lebar tebal, dan agak kaku. Permukaan daun berbulu
halus hingga kasar. Daunnya bergertah(Sunarjono, 2006). Daun tebal seperti kulit,
letak berseling, panjang tangkal 1- 4 cm. Helaian daun memanjang atau bulat telur
permukaan atas mengkilap, panjang 7 – 15 cm, lebar 4,5 – 10 cm, berwarna hijau
tua(Dalimartha, 2008).
4. Buah nangka
Buah nangka relatif besar dan berbiji banyak. Kulitnya berduri lunak. Buah
nangka adalah buah majemuk (sinkarpik), yakni berbunga banyak dan tersusun
tegak lurus pada tangkai buah (poros), membentuk bangunan besar yang kompak,
dan bentuknya bulat hingga bulat lonjong yang disebut babal. Duri buah yang
terlihat sebenarnya adalah bekas kepala putik. Kulit buah berwarna hijau hingga
kuning kemerahan. Daging buahnya tipis hingga tebal. Setelah matang, daging
2006).
Bentuk dari buah nangka adalah memanjang atau berbentuk ginjal dengan
panjang 30 – 90 cm, lebar sekitar 50 cm, berkulit tebal dengan duri temple pendek
berbentuk piramida, berwarna hijau kekuningan, dan berbau keras. Berat buah
dapat mencapai 20 kg. daging buah tebal berwarna kuning di sekeliling
biji(Dalimartha, 2008).
5. Biji nangka
Biji nangka dibalut oleh daging buah (endocarp) dan eksokarp (dami) yang
mengandung gelatin(Sunarjino, 2006). Biji lonjong, panjang 2,5 – 4 cm, biji dapat
Rasa manis pada buah, agak asam, bersifat netral. Berkhasiat merangsang
(analgesik). Rasa biji manis, sedikit asam, bersifat netral, dan mengandung zat
antiviral, antikanker dan antibakteri. Senyawa flavonoid yang telah diisolasi dan
Flavonoid sebagai antibakteri bekerja dalam mendenaturasi protein sel bakteri dan
tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan kloidal dalam air dan membentuk
busa yang mantap jika di kocok dan tidak hilang dengan penambahan asam.
Flavonoid pada tumbuhan tinggi terdapat pada bagian vegetatif maupun dalam
bunga. Flavonoid salah satu pigmen pada bunga yang berperan menarik
c. Tanin : senyawa bahan alam yang terdiri dari sejumlah besar gugus
pada tanaman yang mengandung protein tinggi karena tanin diperlukan oleh
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Etlingera
buah dan biji. Sepintas ciri morfologi tanaman kecombrang sebagai berikut:
1. Akar
kuning gelap.
2. Batang
membentuk rimpang.
3. Daun
panjang 20-30 cm dan lebar 5-15 cm. Tepinya bergelombang dan ujungnya
4. Bunga
berbentuk jorong 7-18 cm x 1-7 cm berwarna merah jambu hingga merah terang
5. Buah
6. Biji
Tanaman kecombrang mempunyai bji banyak berwarna coklat
kecombrang terkandung zat aktif seperti saponin, flavonoida, dan polifenol. Zat
aktif tersebut dikenal sebagai deodorant alami yang akan mengurangi bau badan
yang kurang enak bagi orang yang mengkomsumsinya. Khasiat lain dari
kecombrang adalah memperbanyak ASI, dan pembersih darah. Hal ini sangat baik
2018).
kecombrang tidak memiliki efek toksik. Menurut Elisabeth dkk 2016, daun
daun kecombrang nilai kematian dari larva Ae. Aegypti lebih kecil daripada
bioaktif seperti polifenol, alkaloid, flavonoid, steroid, saponin dan minyak atsiri
2.3 Kulit
kelenjar lemak, kelenjar keringat, organ pembuluh perasa, dan urat syaraf,
jaringan pengikat, otot polos, dan lemak. Diperkirakan luas permukaan kulit ±18
kaki kuadrat. Berat kulit tanpa lemak adalah ± 8 pound (Moh. Anief, 2007)
Kulit merupakan organ yang esensial yang vital serta merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif,
bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi
tubuh. Warna kulit bermacam - macam, misalnya warna terang (fair skin), pirang,
kuning, sawo matang dan hitam, merah muda pada telapak kaki dan tangan, serta
Begitu pula, kelembutan kulit bervariasi dimulai dari tebal, kemudian tipis
dan juga elastisitasnya. Kulit yang elastis dan longgar terdapat pada kelopak mata,
bibir, dan prepusium. Kulit yang tebal dan tegang terdapat pada kelopak mata,
bibir, dan prepusium.Kulit yang tebal dan tegang terdapat pada telapak kaki.Kulit
yang kasar terdapat pada skrotum (kantong buah zakar) dan labia mayor (bibir
kemauluan besar), sedangkan kulit yang halus terdapat di sekitar mata dan leher.
(IRHAMNA, 2019)
Gambar 2. 4 Struktur Kulit
(Sumber : Microsoft Bing)
1. Lapisan Epidermis
Lapisan epidermis yaitu lapisan paling luar, yang terdiri dari (IRHAMNA, 2019):
Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar.
Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal
2. Lapisan Dermis
Lapisan dermis adalah lapisan bawah epidermis yang jauh lebih tebal dari
pada epidermis.Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan
elemen-elemen seluler dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua
bagian yaitu :
3. Lapisan Subkutis
longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat,
besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah (Djuanda
A, 2013) .
iritasi seperti radiasi. Kulit juga merupakan alat proteksi rangsangan kimia
karena stratum korneum ini bersifat impermeable terhadap zat kimia dan air.
b. Fungsi absorpsi : Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan
benda padat tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap yang
diserap ( kulit bersifat permeabel terhadap O2, CO2 dan uap air), begitu juga
yang larut dalam lemak. Penyerapan terjadi melalui celah antar sel menembus
c. Fungsi ekskresi : Kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi
atau sisa metabolism dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan
ammonia.
kelenjar keringat sehingga suhu tubuh dapat dijaga tidak terlalu panas.
lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Melanosid membentuk warna
g. Fungsi keratinisasi : Sel basal akan berpindah ke atas dan berubah bentuk
2013)
2.4 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
Simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya
2.5 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses penyarian zat aktif dari bagian tanaman obat
yang bertujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam bagian
tanaman obat tersebut. Proses ekstraksi pada dasarnya adalah proses perpindahan
massa ke dalam pelarut organik yang digunakan. Pelarut akan menembus dinding
sel dan selanjutnya akan masuk ke dalam rongga sel tumbuhan yang
menggandung zat aktif. Zat itu akan terlarut dalam pelarut organik pada bagian
luar sel untuk selanjutnya berdifusi masuk ke dalam pelarut. Proses ini terus
berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi zat aktif antara di dalam sel
Tujuan dari suatu proses ekstraksi adalah untuk memperoleh suatu bahan
aktif yang tidak diketahui, memperoleh suatu bahan aktif yang sudah diketahui,
hidup sebagai penanda kimia atau kajian metabolisme (Endarini LH, 2016).
dibuat. Oleh karena itu, sebelum ekstraksi dilakukan perlu pemilihan proses yang
a) Ekstraksi padat-cair
sebagai berikut :
1. Maserasi
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
bahan.
1. Refluks
2. Soxhlet
baik.
3. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengaduk kontinu) pada
4. Infus
5. Dekok
Dekok adalah infuse pada waktu yang lebih lama (≥ 30°C) dan
2.6 Sabun
Sabun mandi adalah sediaan pembersih kulit yang dibuat dari proses
saponifikasi atau netralisasi dari lemak, minyak, wax, rosin atau asam dengan
basa organik atau anorganik tanpa menimbulkan iritasi pada kulit(SNI, 2016).
Menurut Amelia, 2010 Sabun merupakan hasil hidrolisa dari asam lemak dengan
basa. Sabun dihasilkan dengan mereaksikan lemak dengan basa. Peristiwa ini
lemak, alkali NaOH dan KOH, air, zat aditif dan gliserin. Asam lemak
menghasilkan sifat sabun yang berbeda sesuai asam lemaknya yaitu asam laurat
asam linoleate dan asam oleat menghasilkan sifat melembabkan, dan asam
ricinoleat menghasilkan sifat melembabkan, busa stabil, dan lembut (Fauzi et al.,
2019).
opaque, sabun transparan, sabun translusen, dan sabun herbal. Jenis sabun tersebut
dapat dibedakan dengan mudah dari penampakannya. Sabun opaque adalah jenis
sabun yang biasa digunakan sehari-hari yang berbentuk kompak dan tidak tembus
cahaya jika pada batang sabun dilewatkan cahaya, sedangkan sabun translusen
merupakan sabun yang sifatnya berada di antara sabun transparan dan sabun
opaque. Sabun transparan mempunyai harga yang relatif lebih mahal dan
umumnya digunakan oleh kalangan menengah atas. Sabun transparan juga dapat
1. Gliserin
Gliserin berbentuk cairan seperti sirup jernih, tidak berwarna, tidak berbau
kemudaian manis yang diikuti dengan rasa hangat. Saat disimpan dalam waktu
lama pada suhu yang rendah maka gliserin dapat memadat membentuk massa
tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20º. Untuk
kelarutannya dapat larut dengan air dan etanol (95%) P ; praktis tidak larut dalam
Sabun yang dibuat dari natrium hidroksida dikenal dengan sebutan sabun
keras (hard soap), sedangkan sabun yang dibuat dari KOH dikenal dengan sebutan
Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan sabun padat sehingga alkali yang
dipakai adalah NaOH. Berat molekul dari natrium hidroksida adalah sebesar 40
serta merupakan basa kuat yang larut dalam air dan etanol. NaOh berbentuk
batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, keras, berwarna putih dan
mudah meleleh. Sangat alkalis dan korosif. Jika dibiarkan ditempat terbuka akan
3. Asam Stearat
Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak,
C 18 H 32O2) Berupa zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur, putih
atau kuning pucat, sedikit berbau mirip lemak lilin, larut dalam 20 bagian etanol
(95%) P, dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P. Asam stearat
4. Natrium Klorida
NaCl ini berbentuk hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak
berbau; dan rasa asin. Bahan ini larut dalam air yang mendidih dan sukar larut
5. Asam Sitrat
serbuk putih; tidak berbau; rasa sangat asam; agak higroskopik, mudah rapuh
6. Propilenglikol (Humektan)
Bentuknya adalah cairan kental, jernih, tidak berwarna; tidak berbau dengan
rasa agak manis dan sifatnya yang higroskopik. Larut dalam air, etanol P,
kloroform P dan eter P. Tetapi tidak dapat tercampur dengan eter minyak tanah P
dan dengan minyak lemak(Depkes RI, 1979). Dalam sediaan formulasi sabun ini
Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Aquadest
berupa cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Aquadest
memiliki pH 5.0-7.0. Disimpan dalam wadah tertutup baik. Pada formula ini
8. Ethanol (Pelarut)
Ethanol (etil alkohol) berbentuk cair, jernih dan tidak berwarna, merupakan
senyawa organik dengan rumus kimia C 2 H 5OH. Ethanol pada proses pembuatan
sabun digunakan sebagai pelarut karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan
lemak.
9. Trietanolamina (TEA)
Virgin coconut oil (VCO) merupakan minyak yang diproses dari buah kelapa
sabun karena memiliki struktur molekul minyak yang kecil sehingga mudah
2.7 Kosmetik
Produku yang termasuk dalam definisi ini adalah pelembab kulit, lipstik,
cat kuku, produk riasan mata atau wajah, sampo, produk pengeriting rambut
permanen, produk pewarna rambut, dan deodoran, serta setiap bahan yang
METODE PENELITIAN
Objek dalam penelitian ini adalah daun nangka dengan daun kecombrang
yang akan diperoleh dari daerah Jln. Kapten Rahmad Buddin Gg. Jambu, Medan
Marelan
Alat Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: alat alat gelas
3.4.2 Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Minyak VCO, asam
stearat, propilen glikol, asam sitrat, NaOH, etanol, natrium lauril sulfat, gliserin,
:, 5%
membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang
yang tidak terpapar sinar matahari. Sampel yang telah kering dihaluskan dengan
ke dalam wadah, kemudian dimaserasi dengan pelarut etanol 96% sebanyak 1250
ml. Ditutup dengan alumunium foil dan dibiarkan selama 5 hari sambil sesekali
kertas saring sehingga menghasilkan filtrat I dan residu I. Residu yang ada
kemudian diremaserasi dengan pelarut etanol sebanyak 750 ml, ditutup dengan
aluminium foil dan dibiarkan selama 3 hari sambil sesekali diaduk. Setelah 3 hari
II dan residu II. Filtrat I dan II digabungkan, lalu diuapkan menggunakan oven
pada suhu 40℃ sehingga diperoleh ekstrak kental dari daun Nangka dan daun
Kecombrang. Setelah itu ekstrak ditimbang dan disimpan dalam wadah
Formulasi yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada formulasi sabun
padat(Ayu, 2019).
Komposisi (% b/v)
Bahan
F0 F1 F2 F3
Simplisia EDN : EDK - 5:6 7:7 8:9
Minyak VCO
25 g 25 g 25 g 25 g
Asam Stearat
8,0 g 8,0 g 8,0 g 8,0 g
NaOH 5g 5g 5g 5g
Etanol 25 g 25 g 25 g 25 g
Gliserin 15 g 15 g 15 g 15 g
Asam Sitrat 5g 5g 5g 5g
NaCl 2g 2g 2g 2g
Propilen Glikol
15 g 15 g 15 g 15 g
SLS 2g 2g 2g 2g
TEA 5 tts 5 tts 5 tts 5 tts
Aquades ad 60 ml 60 ml 60 ml 60 ml
Parfum q.s q.s q.s q.s
3.8 Prosedur Pembuatan Sediaan Sabun Padat
11. Ditambahkan bagian 4, parfum dan pewarna serta TEA sebanyak 5 tetes
Uji organoleptis dilakukan terhadap tekstur, warna, dan aroma dari sediaan
sabun padat.
dengan larutan buffer pH 9 – 11. Kemudian sabun dipotong kecil dan ditimbang
aquadest sebanyak 10 ml kedalam beaker glass, dan dikocok hingga sabun larut.
Setelah itu, masukkan pH meter yang sudah dikalibrasi kedalam beaker glass.
sukarelawan, dilihat dan diamati perubahan yang terjadi. Dilihat bisa terjadi iritasi
Dengan cara 1 g sabun padat yang sudah dipotong dimasukkan kedalam gelas
ukur 10 ml diisi dengan aquades secukupnya kemudian dikocok dengan
membolak – balikkan gelas ukur, lalu diamati tinggi busa yang dihasilkan
ditunggu selama 10 menit kemudian diukur kembali tinggi busa yang bertahan.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Sunardi, dr. 2008. Nabi Saja Suka Buah. Solo : Aqwamedika, hal. 121
Sunaryono H, 2006. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Jakarta : Penebar
Swadaya, hal. 53-54
Dalimartha S, 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5. Jakarta : Pustaka
Bunda, hal 118 – 119
Baki G & Alexander K.S, 2019. Formulasi dan Teknologi Kosmetik. Jakarta :
EGC
X.
LAMPIRAN 1