Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL PENELITIAN

JUDUL PENELITIAN : UJI EFEKTIFITAS REBUSAN DAUN


SIRSAK (Ammomi muricatal SEBAGAI
HEMOSTATIK TERHADAP MENCIT
NAMA MAHASISIWI : RAHMAWATI
NIM : 13.134.AF
PEMBIMBING : 1. DRS JUMAIN.,M.Kes.,Apt
2. ARIEF AZIS,S.SI.,M.Kes.,Apt

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sudah sejak zaman dahulu, masyarakat Indonesia mengenal

dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya

menanggulangi berbagai masalah kesehatan, jauh sebelum

pelayanan kesehatan formal dengan obat-obatan modern menyentuh

masyarakat. Selain lebih ekonomis, efek samping ramuan herbal

sangat kecil. Karena itu, penggunaan obat herbal alami dengan

formulasi yang tepat dan tentunya lebih aman serta efektif.

(Redaksi Agromedia, 2008)

Pemanfaatan tumbuhan sebagai ramuan obat telah lama

dilakukan oleh nenek moyang kita. Sebenarnya di alam sekitar kita

banyak macam tumbuhan yang berkhasiat obat. Namun, masih

banyak orang yang belum mengenalnya. (Thomas, 2007)

1
Hemostatik adalah suatu proses yang dapat menghentikan

pendarahan pada pembuluh darah yang cedera. Faktor-faktor yang

berperan adalah pembuluh darah, trombosit dan fibrin. Obat

hemostatik adalah obat yang digunakan untuk menghentikan

pendarahan. Obat hemostatik ini diperlukan untuk mengatasi

perdarahan yang meliputi daerah yang luas. Pemilihan obat

hemostatik harus dilakukan secara tepat sesuai dengan patogenesis

perdarahan.

Penyakit yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah

menyebabkan banyak orang melakukan penelitian untuk mencari obat

alternatif yang dapat menyembuhkan tanpa harus mengeluarkan

biaya yang mahal. Pada kehidupan sehari-hari sering terjadi

kecelakaan kecil yang berkaitan dengan kulit, misalnya kulit terkena

benda tajam atau sebagainya sehingga menyebabkan pendarahan.

Dengan keanekaragaman tumbuhan berkhasiat obat yang ada

terdapat beberapa tumbuhan yang mempunyai nama sama walaupun

jenisnya berbeda. Hal tersebut dikarenakan beberapa tumbuhan

belum teridentifikasi secara lengkap dan belum banyak ragam yang

diketahui masyarakat. (Dalimartha, 2005)

Di kalangan masyarakat Kab. Kolaka Utara Kecamatan

Lasusua, memilih untuk menggunakan obat tradisional yang telah

dipercaya turun-temurun memberi efek terapi yang baik lebih besar

dari pada harus mengeluarkan biaya dan waktu untuk berkonsultasi

2
medis untuk gangguan-gangguan kesehatan yang ringan. Sebagai

contoh berdasarkan pengamatan secara langsung masyarakat di

Lasusua menggunakan getah anakan Pisang sebagai obat untuk

menghentikan perdarahan akibat terkena benda tajam atau

sebagainya. Hal ini terbukti memberikan efek terapi yang baik pada

penghentian pendarahan.

Khasiat Getah Anakan Pisang Kepok (Musa acuminata L.) telah

dikenal untuk mengobati penyakit. Indonesia memang kaya dengan

berbagai tanaman herbal yang sangat bermanfaat baik untuk

pengobatan, kecantikan dan berbagai macam kegunaan lainnya.

Manfaat Getah Anakan Pisang Kepoktelah banyak digunakan oleh

dunia medis untuk mengatasi berbagai masalah. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui efek hemostatik yang nantinya akan

digunakan sebagai dasar penggunaan Getah Anakan Pisang Kepok

(Musa acuminata L.) dan akan bermanfaat untuk memberikan

informasi atau pengetahuan tambahan mengenai cara melakukan

penelitian dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka

permasalah yang timbul dalam penelitian ini adalah apakah Getah

Anakan Pisang kepok (Musa acuminata L.) dapat memberikan efek

Hemostatik terhadapMencit (Mus musculus)?

3
1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui efek Getah Anakan Pisang kepok (Musa

acuminata L.) sebagai Hemostatik terhadap Pembekuan Darah pada

Mencit (Mus musculus).

1.4 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi

tentang pemanfaatan Getah Anakan Pisang kepok

(Musaacuminata L.) sebagai Hemostatik.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

terhadap pengembangan obat tradisional, dalam hal ini Getah

Anakan Pisang kepok (Musa acuminata L.) sebagai hemostatik.

3. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Tumbuhan

Pisang adalah tanaman herbal yang berasal dari kawasan Asia

Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman buah ini kemudian

menyebar luas ke kawasan Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan,

dan Amerika Tengah. Penyebaran tanaman ini selanjutnya hampir

merata keseluruh dunia, yakni meliputi daerah tropik dan subtropik,

dimulai dari Asia Tenggara ke Timur melalui Lautan Teduh sampai ke

Hawai. Selain itu, tanaman pisang menyebar ke Barat melaui

Samudra Atlantik, Kepulauan Kenari, sampai Benua Amerika.

(Suyanti, 2012)

II.1.1 Klasifikasi tumbuhan

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Seitamineae / Zingiberaceae

Famili : Musaceae

Genus : Musa

Spesies : Musa acuminata L.

5
II.1.2 Nama Daerah

Jawa : Cau, gedang, pisang, kisang, ghedhang,

kedhang, pesang, pisah.

Sumatera : Pisang, galuh, gaol, punti, puntik, puti, pusi, galo,

awal pisang, gae.

Kalimantan : Harias, peti, pisang, punsi, pute, puti, rahias.

Nusa Tenggara : Biu, pisang, kalo, mutu, punti, kalu, muu, muku,

muko, busaa, busa, wusa, huni, hundi, uki.

Sulawesi : tagin, see, lambi, lutu, loka manurung, unti, pepe,

sagin, punti, uti manurung.

Maluku : Fudir, pitah, uki, temai, seram, kula, uru, temae,

empula, fust, fiat, tela, tele, luke.

Irian : Nando, rumaya, pipi, mayu.(Dalimartha, 2005)

II.1.3 Jenis-jenis pisang

Pisang buah ditanam dengan tujuan untuk dimanfaatkan

buahnya. Pisang buah terdiri dari beberapa jenis yaitu:

1. Pisang yang dapat dimakan langsung setelah matang. Pisang ini

disebut juga pisang meja. Contoh pisang jenis ini adalah pisang

mas, raja, ambon kuning, ambong lumut, barangan, serta pisang

cavendish.

2. Pisang yang diolah terlebih dahulu baru dimakan. Contoh jenis

pisang ini adalah pisang tanduk, pisang kepok, pisang nangka,

6
pisang uli, pisang kapas, pisang bengkulu, pisang agung, dan

lain-lain.

3. Pisang yang dapat dimakan langsung setelah masak maupun

diolah terlebih dahulu. Contoh jenis pisang ini adalah pisang

kepok dan pisang raja.

4. Pisang yang dimakan sewaktu masih mentah. Contoh jenis

pisang ini adalah pisang klutuk atau pisang batu. Pisang ini

terasa sepat sewaktu buahnya masih hijau.(Nobertus

kaleka,2013)

II.1.4 Morfologi Tumbuhan

Tanaman pisang tumbuh di daerah tropis karena menyukai

iklim panas dan memerlukan matahari penuh. Tanaman ini dapat

tumbuh ditanah yang cukup air pada daerah dengan ketinggian

sampai 2000 m. Umumnya pisang merupakan tanaman pekarangan,

walau dibeberapa daerah sudah diperkebunkan untuk diambil

buahnya. Pisang merupakan tanaman yang berbuah hanya sekali,

kemudian mati. Tingginya antara 2-9 m, berakar serabut dengan

batang bawah tanah(bonggol) yang pendek. Dari mata tunas yang

ada pada bonggol inilah bisa tumbuh tanaman baru. Pisang

mempunyai batang semu yang sebenarnya tersusun atas tumpukan

pelepah daun yang tumbuh dari batang bawah tanah sehingga

mencapai ketebalan 20-50 cm. Daun yang paling muda terbentuk di

bagian tengah tanaman, keluarnya menggulung dan terus tumbuh

7
memanjang, kemudian secara progresif membuka. Helaian daun

bentuk lancet memanjang, mudah koyak, panjang 1,5-3 m, lebar 30-

70 cm, permukaan bawah berlilin, tulang tengah menopang jelas

disertai tulang daun yang nyata, tersusun sejajar dan menyirip,

warnanya hijau. (Dalimartha, 2005)

II.1.5 Kandungan Kimia

Pada pohon pisang terdapat berbagai kandungan yang

dapat memberi manfaat bagi kita. Di dalam getahnya terdapat

kandungan saponin, antrakuinon, dan kuinon yang dapat berfungsi

sebagai antibiotik dan penghilang rasa sakit. Selain itu, di dalam

getah pisang juga terdapat kandungan lektin yang berfungsi untuk

menstimulasi pertumbuhan sel kulit. Kandungan-kandungan

tersebut dapat membunuh bakteri agar tidak dapat masuk pada

bagian tubuh kita yang sedang mengalami luka.

Getah pisang bersifat mendinginkan. Zat tanin pada getah

batang pisang bersifat antiseptik, sedangkan zat saponin berkhasiat

mengencerkan dahak.

II.1.6 Manfaat Getah AnakanPisang

Cairan dariankan pisang digunakan untuk mengatasi: berak

darah karena panas dalam, disentri, diare, wasir berdarah,

pendarahan setelah melahirkan (perdarahan nifas), pembersihan

sehabis melahirkan, rambut rontok dan beruban, radang ginjal,

sifilis, dan digigit ular berbisa.

8
II.2 Uraian tentang Getah

Getah adalah istilah umum untuk menyebut cairan agak cair

sampai kentalyang keluar dari organ tumbuhan maupun hewan (getah

alami) atau residu sistem mesin. Getah pada umumnya mengeras

setelah beberapa waktu karena mengalami kondensasi.

Pada hewan, getah digunakan untuk menyebut cairan limfatik

(getah bening). Pada tumbuhan, getah adalah segala sesuatu yang

bersifat agak cair sampai kental yang keluar dari batang, daun, bunga

atau buah yang terluka. Tidak dibedekan apakah cairan itu merupakan

cairan nutrisi dari pembuluh tipis atau cairan yang berisi banyak

metabolit sekunder dari pembuluh lateks atau pembuluh resin. Bagi

tumbuhan, fungsi cairan-cairan adalah sebagai alat pertahanan diri

atau penanganan luka. (https://id.wikipedia.org/wiki/Getah)

II.3 Uraian tentang Anakan

Anakan atau seedling adalah anakan muda yang tumbuh dari

biji. Terdapat empat jenis anakan pisang, yaitu sebagai berkut:

a. Bibit rebung berupa tunas yang belum berdaun sehingga

menyerupai rebung. Bibit dengan tinggi antara 20-40 cm ini disebut

juga tunas anakan.

b. Bibit anakan berupa tunas yang daunnya telah keluar, tetapi masih

menggulung sehingga berbentuk seperti pedang dengan tinggi

antara 41-100 cm.

c. Bibit anakan sedang dengan tinggi antara 101-150 cm.

9
d. Bibit anakan dewasa berupa tunas yang berdaun mekar lebih dari 2

helai. Tingginya antara 151- 175 cm. (suyanti, 2012)

II.4Uraian tentang Hemostatik

Hemostatis merupakan proses fisiologis untuk mencegah

perdarahan dan menjaga aliran darah reguler. Proses ini berkaitan

dengan penghentian pendarahan oleh vasokontriksi dan koagulasi.

Proses ini melibatkan tiga unsur penting yaitu pembuluh darah,

platelel, dan protein plasma. Proses hemostatis, segera setelah ada

luka maka terjadi vasokontriksi untuk mencegah perdarahan, dan

platel bergerak menuju sisi luka untuk melepakan mediator granul

untuk keperluan agregrasi untuk merangsang jalur koagulasi.

Selanjutnya, terjadi pembentukan enzim trombon (dari protombinC,

memperantarai perubahan fibrinogen menjadi fibrin, yang kemudian

menjadi fibrin yang stabil berupa klot yang dinamakan trombus.

Proses koagulasi darah secara normal dikontrol oleh sistem

fibrinolisis, yang berfungsi mencegah pembentukan klot dalam proses

koagulasi, melarutkan klot dan mengembalikan aliran darah normal

dalam pembuluh darah. Proses ini melibatkan plasminogen activator

yang mengubah plasminogen menjadi plasmin, senyawa yang

berfungsi mendegradasi klot fibrin.

Ringkasnya, proses hemostatis dibagi menjadi tiga fase 1) fase

vaskuler (kerusakan jaringan), 2) fase platelet (agregrasi platelet), dan

3) fase koagulasi (aktivitasi faktor instrinsik dan ekstrinsik jalur

10
koagulasi) yang kemudian menghasilkan proses trombosi. Pada

pembentukan klot fibrin melibatkan dua jalur, yaitu jalur intrinsik

(melibatkan komponen yang terdapat pada darah) dan ekstrinsik

(sebagian besar komponennya dari luar darah). Keduanya

menghasilkan faktor X, yang mengubah protonbin menjadi trombosit.

Proses koagulasi diatas dikontrol oleh inhibitor enzim, antitrombin III

dan sistem fibrinolisis untuk mencegah terbentuk klot darah.

Gangguan pada keseimbangan tersebut bisa menyebabkan dua

kemungkinan 1) pendarahan dan 2) trombosis (pembentukan

trombus). Pembentukan trombus dihasilkan oleh beberapa hal antara

lain kerusakan lapisan endotelium, penurunan aliran darah yang

tinggi, faktor genetik yang menyebabkan hiperkoagulasi.

Pembentukan trombus pada pembuluh darah merupakan faktor

penting dalam penyakit atherosklerosis, yang terjadi pada pembuluh

darah arteri yang dapat mengganggu aliran darah sehingga

mengakibatkan iskemia atau infark. Sedangkan adanya trombus pada

vena, bila berubah menjadi embolus maka mudah terbawah olehaliran

darah, bila menuju ke pembuluh darah lebih kecil akan menjadi

penyumbatan, atau dapat menetap dibeberapan organ sehingga

mengganggu fungsi organ tersebut. (Nugroho, 2013)

11
II.5 Obat-obat Hemostatik(http://nurindahs4ri.blogspot.com)

II.5.1 Obat hemostatik sistemik

a. Aprotinin

Sebagai antihemostatik diindikasikan untuk :

1. Pengobatan pasien dengan resiko tinggi kehilangan banyak

darah selama bedah buka jantung dengan sirkulasi

ekstrakorporal.

2. Pengobatan pasien yang konservasi darah optimal selama

bedah buka jantung merupakan prioritas absolut.

b. Ethamsylate

Ethamsylate Adalah senyawa yang dapat menstabilkan

membran yang menghambat enzim spesifik postglandin dalam

proses sintesanya. Obat hemostatik ini juga digunakan pada

waktu operasi melahirkan sebaik operasi lain dengan kondisi

hemoragik lainnya.

c. Carbazochrome

Carbazochromemerupakan obat hemostatik yang diindikasikan

untuk:

1. Perdarahan karena penurunan resistensi kapiler dan

meningkatnya permeabilitas kapiler.

2. Perdarahan dari kulit, membran mukosa dan internal.

3. Perdarahan sekitar mata, perdarahan nefrotik dan

metroragia.

12
4. Perdarahan abnormal selama dan setelah pembedahan

karena menurunnya resistensi kapiler.

d. Asam Traneksamat

Merupakan obat hemostatik yang merupakan penghambat

bersaing dari aktivator plasminogen dan penghambat plasmin.

Oleh karena itu dapat membantu mengatasi perdarahan berat

akibat fibrinolisis yang berlebihan.

II.5.1 Obat hemostatik lokal

Yang termasuk dalam golongan ini dapat dibagi lagi menjadi

beberapa kelompok berdasarkan mekanisme hemostatiknya.

a. Hemostatik serap

1. Mekanisme kerja

Hemostatik serap ( absorbable hemostatik ) menghentikan

perdarahandengan pembentukan suatu bekuan buatan atau

memberikan jalaserat-serat yang mempermudah bila

diletakkan langsung pada pembekuanyang berdarah.

Dengan kontak pada permukaan asing trombosit akanpecah

dan membebaskan faktor yang memulai proses pembekuan

darah.

2. Indikasi

hemostatikgolongan ini berguna untuk mengatasi

perdarahan yang berasal dari pemubuluh darah kecil saja

misalnya kapiler dan tidak efektif untukmenghentikan

13
perdarahan arteri atau vena yang tekanan intravaskularnya

cukup besar.

3. Contoh obat

Antara lain spon, gelatin, oksi sel ( seluloisa oksida ) dan

busa fibrin insani (Kuman fibrin foam ). Spon, gelatih, dan

oksisel dapat digunakan sebagai penutup luka yang akhirnya

akan diabsorpsi.

b. Astrigen

1. Mekanisme kerja

Zat ini bekerja local dengan mengedepankan protein darah

sehingga perdarahan dapat dihentikan sehubungan dengan

cara penggunaanya, zat ini dinamakan juga styptic.

2. Indikasi

Kelompok ini menghentikan perdarahan kapiler tetapi kurang

efektif bila dibandingkan dengan vasokontriktor yang

digunakan lokal.

3. Contoh Obat

Antara lain Feri klorida, nitras argenti dan asam tanat.

c. Koagulan

1. Mekanisme kerja

Kelompok ini pada penggunaan lokal menimbulkan

hemostatik dengan 2cara yaitu dengan mempercepat

14
perubahan protrombin menjadi trombindan secara langsung

menggumpalkan fibrinogen.

2. Carapemakaian

Untuk tujuan ini kapas dibasahi dengan larutan segar 0,1%

dan ditekankan pada alveolus sehabis ekstrasi gigi. Trombin

zat ini tersedia dalam bentuk bubuk atau larutan untuk

penggunaaan lokal.Sediaan ini tidak boleh disuntikkan IV,

sebab segera menimbiulkanbahaya emboli.

d. Vasokonstriktor

1. Indikasi

Epinetrin dan norepinetrin berefek vasokontriksi , dapat

digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler suatu

permukaan.

2. Cara pemakaian

Cara penggunaanya ialah dengan mengoleskan kapas

yangtelah dibasahi dengan larutan 1: 1000 tersebut pada

permukaan yangberdarah. Vasopresin, yang dihasilkn oleh

hipofisis, pernah digunakan untuk mengatasi perdarahan

pasca bedah perslinan. Perkembangan terahir menunjukkan

kemungkinan kegunaanya kembali bila disuntikkan langsung

ke dalam korpus uteri untuk mencegah perdarahan yang

berlebihan selama operasi korektif ginekolog.

15
II.6 Uraian Hewan Uji

1. Taksonomi Hewan Uji

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub filum : Vertebrata

Kelas : Mamalia

Sub kelas : Theria

Ordo : Rhodentia

Famili : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

2. Karakteristik Hewan Uji

a. Hewan pengerat yang cepat berkembang biak, mudah

dipelihara dalam jumlah banyak, Variasi genetik cukup besar.

b. Berat lahir 0.5-1,5 gram, berat jantan dewasa 20-40 gram

c. Berat betina dewasa 25-40 gram. Luas permukaan tubuh 20

gram adalah 36 cm.

d. Jumlah anak perkelahiran 10-12 ekor.

Sifatnya:

a) Mudah ditangani

b) Penakut

c) Cenderung berkumpul sesamanya

d) Bersembunyi

16
e) Fotofobiak (takut cahaya)

f) Lebih aktif pada malam hari. (Murjiah,2011)(Dalam

Najmah,2012)

Pemilihan suatu metode uji dengan menggunakan hewan

sangat ditentukan oleh kepekaan hewan terhadap metode uji

tersebut. Dengan demikian, kepekaan menjadi faktor utama.

Faktor-faktor lain yang dapat menjadi pertimbangan adalah

kemudahan berkembang biak sehingga mudah didapat

replikasinya, masalah harga, faktor ketahanan hewan dan

kemudahan beradaptasi dengan lingkungan. Dalam suatu uji

khasiat obat atau bahan obat umumnya dimulai dari hewan spesies

rendah, misalnya udang kresik dan berlanjut ke hewan spesies

tinggi seperti mencit, tikus, marmut, kelinci, kucing, anjing sampai

simpanse yang struktur dan fisiologisnya mirip dengan manusia.

Penggunaan hewan uji mencit (Mus musculus) hendaknya

harus diamati dahulu kondisi mencit telah memenuhi syarat. Kriteria

dapat digunakan untuk uji farmakologi adalah sehat. Selama masa

adaptasi 1 – 2 munggu maka bobot mencit tidak boleh berkurang

10%. Bulu mencit sehat tampak bersih, halus dan mengkilat. Bola

mata tampak kemerahan dan jernih, hidung dan mulut tidak

berlendir atau mengeluarkan air liur terus-menerus. Konsistensi

fesesnya normal dan padat, tidak cair atau diare. Hewan tampak

aktif dan selalu bergerak ingin tahu.

17
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen dengan

pendekatan observasi laboratorium.

III.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai Mei

2015 di Laboratorium Farmakologi Jurusan Farmasi Akademi Farmasi

Yamasi Makassar.

III.3 Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

Gelas kimia,gelas ukur, gunting, kandang untuk hewan uji, pisau,

stopwatch, timbangan.

2. Bahan yang digunakan

Aquadest, FeCl3, Getah Anakan Pisang Kepok (Musa acuminata

L.), Hewan uji mencit, tissue.

III.4 Prosedur Kerja

1. Pengambilan sampel

Pengambilan sampel Getah Anakan Pisang Kepok (Musa

acuminata, L) dilakukan dengan mengambil langsung dari batang

Anakan Pisang kepok. Sampel yang diperoleh selanjutnya dibawah

ke laboratorium untuk di uji.

18
2. Pemeliharaan dan Penyiapan Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian adalah mencit

(Mus musculus) dewasa, dengan bobot 18 – 30 gram, digunakan

sebanyak 15 ekor yang dibagi dalam 5 kelompok perlakuan, tiap

kelompok terdiri dari 3 ekor mencit.

3. Pembuatan Konsentrasi Zat Uji

a. Getah asli adalah 100%

b. Untuk membuat konsentrasi 75%, diukur 75 ml getah

dicukupkan dengan aquades sampai volume 100 ml.

c. Untuk membuat konsentrasi 50%, diukur 50 ml getah

dicukupkan dengan aquades sampai volume 100 ml.

4. Perlakuan Terhadap Hewan Uji

Mencit sebanyak 15 ekor dipuasakan selama ± 3 jam,

ditimbang dan dicatat berat mencit (Mus musculus). Mencit ini

kemudian dibagi dalam 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 3

ekor mencit.

a. Kelompok I diberi aquadest sebagai kontrol negatif.

b. Kelompok II diberi getah anakan pisang kepok dengan

konsentrasi 50%.

c. Kelompok III diberi Getah Anakan Pisang kepok dengan

konsentrasi 75%.

d. Kelompok IV diberi Getah Anakan Pisang kepok dengan

konsentrasi 100%.

19
e. Kelompok V diberi FeCl3 sebagai kontrol positif.

Mencit kemudian dimasukkan kedalam tabung pemegang

mencit, kemudian ekor mencit digunting sepanjang 2 mm. Pada

kelompok I setelah ekor mencit digunting, kemudian dicelupkan

dengan aquadest selama 3 detik. Lalu darah yang keluar diserap di

tissue penyerap kemudian dicatat berapa waktu yang dibutuhkan

hingga darah berhenti menetes. Pada kelompok II, III, IV mencit

mendapat perlakuan yang sama, tetapi setelah ekor mencit

digunting kemudian ekor mencit dicelupkan kedalam Getah Anakan

Pisang kepok dengan konsentrasi masing-masing kelompok adalah

50%, 75% dan 100% selama 3 detik kemudian darahnya diserap di

tissue penyerap kemudian dicatat berapa waktu yang dibutuhkan

hingga darah berhenti menetes. Sedangkan kelompok V mencit

juga mendapat perlakuan yang sama, tetapi setelah ekor mencit di

gunting kemudian dicelupka kedalam larutan FeCl3 selama 3 detik

kemudian darahnya diserap pada tissue penyerap kemudia dicatat

berapa waktu yang dibutuhkan hingga darahnya berhenti menetes.

III.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil dikelompokkan, lalu

ditabulasikan dan dianalisa dengan menggunakan uji Anava untuk

melihat adanya pengaruh efek hemostatik Getah Anakan Pisang

Kepok terhadap perdarahan pada Mencit dan dilanjutkan dengan uji

20
Beda Nyata Terkecil(BNT) untuk melihat adanya perbedaan antara

kelompok dengan syarat:

- Tidak bermakna bila P > 0,05

- Bermakna bila P < 0,05

21
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian

Tabel 1. Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap Uji

Hemostatik Getah Anakan Pisang kepok (Musa

acuminata L.) terhadap Mencit (Mus musculus) diperoleh

hasil seperti yang terlihat pada tabel berikut:

Kontrol Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Kontrol


Replikasi
Negatif 50% 75% 100% positif
I 9,27 8,09 5,52 2,58 2,56
II 16,15 8,25 4,11 2,56 2,42
III 13,20 11,43 7,03 2,31 2,50
Total 38,62 27,77 16,66 7,45 7,48
Rata-rata 12,87 9,26 5,55 2,48 2,49

IV.2 Pembahasan

22
23
DAFTAR PUSTAKA

Agromedia Redaksi, 2008. Buku pintar tanaman obat.

Dalimartha,2005. Atlas Tumbuhan Indonesia. Jakarta

Hardoko, Dalam Najmah, 2012.Uji Efek Analgetik Rebusan Daun Jarak


Pagar terhadap Mencit, Poltekes Makassar.

http://nurindahs4ri.blogspot.com/p/obat-anti-pendarahan.html?m=1
(diakses pada tanggal 24 januari 2015)

http://fungsiumum.blogspot.com/2013/07/kandungan-yang-terdapat-
dalam-getah.html (diakses pada tanggal 25 januari 2015).

https://id.wikipedia.org/wiki/Getah (diakses pada tanggal 30 maret 2015)

Kaleka Nobertus ,2013. Pisang-pisang komersial. Penerbit Arcita, solo.

Laili Fitriyah,2011. Pengaruh Getah Pohon Pisang Ambon (Musa


acuminata L.) terhadap Waktu Perdarahan, Koagulasi dan
Penutupan Luka pada Mencit (Mus musculus). (phttp://digilib.uin-
suka.ac.id/5972/1/BAB%20I,V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
diakses pada tanggal 9 Januari 2015)

Nugroho, 2013. Farmakologi Obat-Obat Penting dalam Pembelajaran Ilmu


Farmasi dan Dunia Kesehatan

Suyanti Dkk, Pisang Budidaya, Pengolahan, dan Prespek Pasar cetakan


ke-3. Penebar Swadaya, 2012)

Thomas, 2007. Tanaman obat tradisional 2.

24
Lampiran 1

Mencit (Mus musculus) Getah Anakan Pisang Kepok


(Musa acuminata L.)

− Dipelihara − Ditebang
− Diambil getahnya
− Dipuasakan − Pengenceran

− Ditimbang
 Konsentrasi 50%
− Dikelompokkan
 Konsentrasi 75%
 Konsentrasi 100%

Perlakuan hewan uji

KLP I KLP II KLP III KLP IV KLP V


Aquadest Getah Anakan Getah Anakan Getah Anakan FeCl3
(Kontrol negatif) Pisang Kepok Pisang Kepok Pisang Kepok (Kontrol positif)
50% 75% 100%

Diamati berapa waktu yang


dibutuhkan hingga darah berhenti
menetes.

Analisa Data

Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar Skema Kerja Uji Hemostatik Getah Anakan Pisang Kepok


Terhadap Mencit

25
Lampiran 2

Tabel 2. Hasil penelitian Uji Hemostatik Getah Anakan Pisang kepok


(Musa acuminata L.) terhadap mencit (Mus musculus)

Kontrol Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Kontrol


Replikasi Total
Negatif 50% 75% 100% positif

I 9,27 8,09 5,52 2,58 2,56 28,02


II 16,15 8,25 4,11 2,56 2,42 33,49
III 13,20 11,43 7,03 2,31 2,50 36,47
Total 38,62 27,77 16,66 7,45 7,48 97,98
Rata-rata 12,87 9,26 5,55 2,48 2,49 -

I. Hipotesa
Ho : Tidak ada perbedaan bermakna efek Hemostatik Getah Anakan

Pisang kepok (Musa acuminata L.) terhadap Mencit (Mus

musculus) setelah diberikan FeCl3.

Ha : Ada perbedaan bermakna Efek Hemostatik Getah anakan

Pisang kepok (Musa acuminata L.) terhadap Mencit (Mus

musculus) setelah dibeikan FeCl3.

II. Analisa Varians


1. Faktor Koreksi (FK)

(97,98)²
FK =
15

9600,08
=
15

640,01

26
2. Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)

27,77² 16,66² 7,45² 7,48² 38,62²


JKP = + + + + - 640,52
3 3 3 3 3

771,17 277,55 55,50 55,95 1491,50


= + + + + - 640,52
3 3 3 3 3

2657,67
= - 640,52
3

885,89
= - 640,52
3
= 245,37

3. Jumlah Kuadrat Total (JKT)

JKT =8,09² + 8,25² + 11,43² + 5,52² + 4,11² + 7,03² + 2,58² + 2,56²

+ 2,31² + 2,56² + 2,42² + 2,50² + 9,27² + 16,15²+ 13,20²

- 640,52

= 65,44 + 68,06 + 130,64 + 30,47 + 16,89 + 49,42 + 6,66 +

6,55 + 5,33 + 6,55 + 5,86 + 6,25 + 85,93 + 260,82 +

174,24 - 640,52

= 919,11 - 640,52

= 278,59

27
4. Jumlah Kuadrat Galat (JKG)

JKG = JKT – JKP

= 278,59 – 245,37

= 33,22

III. Perhitungan Derajat Bebas


IV. Analisis Lanjutan dengan Uji beda Nyata Terkecil (BNT) (α = 0,05)

28

Anda mungkin juga menyukai