Anda di halaman 1dari 27

FORMULASI SEDIAAN SABUN PADAT DENGAN

PENAMBAHAN EKSTRAK DAUN SUJI (Pleomele angustifolia)


SEBAGAI ANTISEPTIK ALAMI

PROPOSAL PENELITIAN

RAMAYADI R.G
193030403060

TEKNOLOGI INDUSTRI
PERTANIAN JURUSAN BUDIDAYA
PERTANIAN FAKULTAS
PERTANIAN UNIVERSITAS
PALANGKARAYA 2022
FORMULASI SEDIAAN SABUN PADAT DENGAN
PENAMBAHAN EKSTRAK DAUN SUJI (Pleomele angustifolia)
SEBAGAI ANTISEPTIK ALAMI

RAMAYADI R.G
193030403060
Program Studi Teknologi Industri
Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian

Disetujui oleh :
Pembimbing I Pembimbing II

Selvie Mahrita, SP.MP Ir. Suparno, M.Si


NIP.197112202003122002 NIP.196209281993021001

Mengetahui :
Pembahas I Pembahas II

NIP. NIP.

ii
KATA PENGANTAR

Segala hormat, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan karunia Nya kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Formulasi
Sediaan Sabun Padat Dengan Penambahan Ekstrak Daun Suji (Pleomele
angustifolia) Sebagai Antiseptik Alami”. Proposal ini disusun untuk melengkapi
salah satu syarat mengikuti ujian sarjana di Program Studi Teknologi Industri
Pertanian, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka
Raya.
Dalam proses penyelesaikan proposal ini, tidak sedikit kesulitan yang
dihadapi oleh penulis, namun berkat dukungan, bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini juga, penulis mengucapkan terima kasih
kepada ibu Selvie Mahrita, SP., MP dan bapak Ir. Suparno, M.Si . Selaku dosen
pembimbing I dan pembimbing II saya dalam menyelesaikan proposal penelitian
ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal penelitian ini, ada banyak
kekurangan sehingga kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan
demi kesempurnaan proposal penelitian ini.

Palangka Raya, 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................. 3
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................. 3
1.4. Hipotesis Penelitian .......................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian ........................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Daun Suji (Pleomele angustifolia) .................................... 4
2.2. Sabun Padat....................................................................... 5
2.3. Antiseptik ......................................................................... 6
2.4. Komposisi Sabun Padat ..................................................... 7
2.4.1 NaOH (Natrium Hidroksida) ................................... 8
2.4.2 Aquadest (Aqua destilata) ........................................ 9
2.4.3 Ekstrak Daun Suji .................................................... 9
BAB III. BAHAN DAN METODE
3.1. Tempat dan Waktu ............................................................ 10
3.2. Alat dan Bahan.................................................................. 10
3.3. Rancangan Penelitian ........................................................ 10
3.4. Tahap - Tahap Penelitian................................................... 11
3.4.1. Pembuatan Ekstrak Daun Suji .................................. 11
3.4.2. Pembuatan Sabun .................................................... 14
3.5. Analisis Penelitian............................................................. 16
3.5.1. Uji Homogenitas ..................................................... 16
3.5.2. Uji pH .................................................................... 16
3.5.2. Uji Organoleptik ...................................................... 16
3.5.3. Uji Ketinggian Busa ............................................... 17
3.5.3. Uji Kadar Air ........................................................... 17
3.5.4. Uji Alkali Bebas ...................................................... 17
3.6. Analisis Data .................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Persyaratan Mutu Sabun Mandi Padat Dalam SNI 3532:2016..... 6
Tabel 2. Jenis Asam Lemak Terhadap Sifat Sabun Padat.......................... 8
Tabel 3. Komposisi Perlakuan Ekstrak Daun Suji .................................... 11
Tabel 4. Formulasi Sabun Padat Ekstra Daun Suji ................................... 11

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Daun Suji ............................................................................... 4

i
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Daun suji (Pleomele angustifolia) merupakan salah satu jenis tumbuhan
perdu yang banyak ditemukan tumbuh liar ataupun ditanam dipekarangan rumah.
Masyarakat di Indonesia pada umumnya memanfaatkan daun suji sebagai obat
herbal tradisional secara turun - temurun dan sebagai pewarna alami pada
makanan serta minuman serta sebagai bahan dari produk kecantikan. Berdasarkan
kajian etnobotani dan farmakologi daun suji di Asia Tenggara digunakan sebagai
obat tradisional yang mengobati gigitan serangga, sakit perut, asma, sesak nafas,
kencing nanah, beri beri, nyeri haid, gastritis, anti konstipasi, penambah nafsu
makan, pengurang berat badan, penurun kolesterol, penurun reaksi anafilaksis,
sebagai antioksidan, antiinflamasi, antiproliferasi, antibakteri, dan antijamur (Fitri
et al., 2017).
Daun suji mengandung vitamin C, dan zat fitokimia seperti flavonoid,
alkoloid, terpenoid, saponin, dan polifonol yang berpotensi sebagai antibakteri.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Andarini et al., (2021 ), terhadap
ekstrak daun suji menggunakan etanol konsentrasi 25% menunjukan bahwa,
senyawa aktif pada ekstrak daun suji mengandung zat flavonoid, saponin dan
terpenoid yang dapat berfungsi sebagai antioksidan, antiseptik dan antimikroba
yang dapat menghambat aktivitas antibakteri pada Staphylococcus aureus dan
Shigella sp. Adapun berdasakan penelitian Faridah., et al (2014), menunjukkan
bahwa daun suji memiliki kandungan flavonoid, saponin, tanin, dan fenolik yang
berkhasiat sebagai antibakteri terhadap Mycobacterium tuberculosis,
Streptococcus pneumoniae dan mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Shigella dysenteriae, Shigella flexneri, Eschericia coli serta bakteri Salmonella
typhi. Maka esktrak daun suji memiliki potensi dalam pemanfaatannya sebagai
bahan tambahan pembuatan antiseptik alami.
Sabun padat merupakan sabun yang dibuat dari reaksi saponifikasi dari
lemak padat dengan NaOH yang digunakan untuk membersihkan tubuh.
Pembuatan sabun umumnya ditambahkan bahan alami untuk menambah nilai jual
dan manfaat ketika
digunakan. Sabun dapat ditambah sifat aktivitasnya sesuai dengan yang
dikehendaki, misalnya untuk pemutih kulit, pelembut dan penghalus kulit,
antiacne (jerawat), antijamur atau bahkan antibakteri. Sebagian besar masyarakat
masih menggunakan sabun padat sebagai bahan pembersih karena pemakaian
sabun padat yang digosok ke permukaan kulit, membuat secara tak langsung
kotoran dan sel kulit mati terangkat. Selain itu, sabun mandi padat di banding
dengan sabun jenis lainnya yaitu sabun padat memiliki kandungan gliserin yang
bagus untuk mereka yang punya masalah kulit eksim, sabun padat memiliki
tingkat pencemaran yang lebih rendah sehingga tidak akan terlalu membahayakan
jika limbahnya dibuang ke lingkungan. Namun penggunaan sabun padat
antibakteri dari bahan sintetik dapat mencegah terjadinya infeksi, namun tidak
sedikit yang memberikan efek samping seperti iritasi. Sabun padat juga memiliki
beberapa kelemahan seperti, potensi menurunnya homogenitas dan licin pada saat
digunakan. Hal ini mendorong beralihnya penggunaan sediaan yang berasal dari
alam (Rosdiyawati, 2014).
Antiseptik merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh
atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme (bakteri, virus, dan jamur) pada
berbagai jenis permukaan yang ada pada kulit. Umumnya sabun padat antiseptik
terbuat dari bahan triclosan. Triclosan merupakan bahan zat yang ditemukan
dalam sabun antiseptik sebagai antibakteri. Namun penggunaan triclosan yang
berkepanjangan dan berlebihan dapat membunuh flora normal kulit dimana
merupakan salah satu perlindungan kulit, salah satunya dari infeksi jamur dan
juga membawa dampak negatif bagi tubuh yang dapat mengganggu hormon untuk
pertumbuhan otak dan reproduksi serta bisa merusak kekebalan tubuh secara
berkala. Berdasarkan dari banyaknya dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari
bahan sintetik maka perlunya inovasi atau bahan alternatif yang dapat dijadikan
sebagai sedian sabun padat antiseptik (Gusviputri, Arwinda., et al 2017).
Berdasarkan penjelasan diatas sehingga perlu dilakukan penelitian ekstrak
dari daun suji sebagai sediaan sabun padat antiseptik alami. Pada penelitian ini
akan dilihat Formulasi Sediaan Sabun Padat Dengan Penambahan Ekstrak Daun
Suji (Pleomele angustifolia) sebagai Antiseptik Alami.

2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana pengaruh formulasi kosentrasi ekstrak daun suji terhadap sabun
padat antiseptik alami?
2. Apa perlakuan formulasi kosentrasi ekstrak daun suji yang terbaik terhadap
mutu sabun padat antiseptik alami?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan pada penelitian ini, yaitu:
1. Menentukan pengaruh formulasi kosentrasi terbaik ekstrak daun suji sebagai
sabun padat antiseptik alami.
2. Menentukan pengaruh penambahan ekstrak daun suji yang terbaik terhadap
mutu sabun padat antiseptik alami.

1.4 Hipotesis Penelitian


Adapun hipotesis penelitian ini adalah diduga bahwa ekstrak daun suji
berpengaruh pada perlakuan formulasi sabun padat antiseptik alami.

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian ini meliputi:
1. Penelitian ini sebagai sumber informasi mengenai pengaruh ekstrak daun suji
dan perlakuan formulasi yang terbaik terhadap ekstrak daun suji menjadi
sabun padat antiseptik alami.
2. Sebagai penambah wawasan bahwa daun suji memiliki potensi untuk diolah
menjadi sabun padat antiseptik alami.
3. Sebagai bahan referensi dalam pengembangan studi bagi peneliti maupun
pihak-pihak yang lain dalam pengolahan tanaman lokal.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daun Suji (Pleomele angustifolia)


Daun suji adalah tanaman perdu yang daunnya dapat dimanfaatkan sebagai
pewarna hijau alami makanan dan minuman yang dapat diolah untuk campuran
baik pada kue modern, jajanan dan minuman tradisional, Produk yang
menggunakan zat pewarna adalah minuman, produk olahan susu, kembang gula,
biskuit, es krim, sari buah serta kue-kue yang terdapat di pasar tradisional. Daun
Suji dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan pewarna alami, gonorrhoea, beriberi,
dan gastritis anti bakteri, anti spasmodik, antiinflamasi, antinyeri, anti diabetes,
dan anti tumor. Selain sebagai pewarna pangan, daun suji dapat dimanfaatkan
untuk pewarna kertas, minyak jarak dan minyak kelapa, serta ekstrak daun suji
dapat dimanfaatkan untuk penyubur rambut. Daun suji memiliki bentuk yang
memiliki kemiripan dengan daun pandan. Akan tetapi aroma dan warna hijau
yang dihasilkan oleh daun suji lebih pekat jika dibandingkan dengan daun pandan
(Andila, 2014).
Daun suji memiliki kandungan kimia diantaranya alkaloid, saponin,
flafoniod, tannin, poliferol, klorofil (porfin dan hemoglobin). Salah satu bahan
yang banyak mengandung antiseptik alami adalah daun suji. Sehingga daun suji
dapat dimanfaatkan sebagai zat antiseptik alami dalam pembuatan sabun. Daun
suji memiliki manfaat yang berkhasiat untuk mengobati penyakit seperti disentri,
kencing nanah, beri-beri serta keputihan (Winarno, 1992).

Gambar 1. Daun Suji


(Sumber: Dokumen Pribadi)
Klasifikasi tanaman daun suji adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Ordo : Liliopsida
Kelas : Liliaceae
Genus : Pleomele
Spesies : Pleomele angustifolia.
Karakteristik daun suji yaitu, memiliki akar tunggang yang berwarna putih.
Batang daun suji tegak, berkayu, beralur dan melintang dengan tinggi 6-8 m.
Memiliki daun berwarna hijau gelap, meruncing dengan panjang 10-25 cm dan
lebar 0,9-1,5 cm. Jenis bunga termasuk bunga majemuk, berbentuk malai dengan
banyak bunga yang panjangnya 8-30 cm. Pada tiap kelopak terdapat 1-4 bunga,
tangkai bunga pendek 2,5-2,7 cm. Mahkota bunga berwarna putih kekuningan,
dan jika malam hari berbau harum. Buah yang matang berwarna jingga dengan
diameter 1-2 cm (Prangdimurti, 2008).

2.2 Sabun Padat


Sabun merupakan sediaan pembersih yang terdiri atas senyawa natrium dan
kalium dengan asam lemak dari minyak dan atau lemak hewani. Sabun adalah
produk yang dihasilkan dari reaksi antara asam lemak dengan basa kuat yang
berfungsi untuk mencuci dan membersihkan lemak (kotoran). Sabun mandi yang
ditambahkan zat pewangi atau antiseptik dapat digunakan untuk membersihkan
tubuh dan tidak membahayakan untuk kesehatan. Sabun menurut fungsinya dapat
berberda-beda, sabun mandi pada umumnya digunakan pada saat mandi untuk
membersihkan kotoran maupun digunakan untuk antioksidan. Sedangkan sabun
cuci dapat digunakan untuk mencuci atau membersihkan kotoran, mencuci
pakaian, mencuci piring dan membersihkan bahan-bahan kotor yang lain dan
biasanya digunakan bersama-sama dengan air. Sabun memiliki fungsi sebagai
pembersih karena mengandung dua gugus yang memiliki sifat berbeda yaitu yang
dapat berantaraksi dengan air yang disebut gugus hidrofil dan yang dapat
berintaraksi dengan minyak atau lemak yang disebut gugus hidrofob (Fitriati,
2013).

5
Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku saat ini adalah SNI Sabun
mandi padat 3532:2016 dengan persyaratan mutu seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Persyaratan mutu sabun mandi padat dalam SNI 3532:2016 (Badan
Standarisasi Nasional, 2016).
No Parameter Satuan Persyaratan
mutu
1 Kadar air % fraksi massa Maks. 15,0
2 Total lemak % fraksi massa Min. 65,0
3 Bahan tak larut dalam etanol % fraksi massa Maks. 5,0
4 Alkali bebas (dihitung sebagai % fraksi massa Maks. 0,1
NaOH)
5 Asam lemak bebas (dihitung % fraksi massa Maks. 2,5
sebagai asam oleat)
6 Kadar klorida (Cl-) % fraksi massa Maks. 1,0
7 Lemak tidak tersabunkan % fraksi massa Maks. 0,5

Sabun memiiki dua komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai
karbon C16 dan sodium atau potasium. Sabun merupakan senyawa garam dari
asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stearat, C17H35COO-Na+. Sabun dibuat
dengan reaksi kimia antara kalium atau natrium dengan asam lemak dari minyak
nabati atau lemak hewani. Sabun padat (keras) dibuat dengan cara menambahan
NaOH, sedangkan sabun yang dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak
(soft soap). Sabun dibuat dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan proses
netralisasi minyak. Proses saponifikasi minyak akan memperoleh produk
sampingan yaitu gliserol, sedangkan proses netralisasi tidak akan memperoleh
gliserol. Proses sponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali,
sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak bebas dengan
alkali (Simanjuntak, R. (2018).

2.3 Antiseptik
Antiseptik merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh
atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang hidup dipermukaan tubuh
pada jaringan yang hidup seperti pada permukaan kulit dan membran mukosa.
Kandungan yang terdapat pada daun suji mengandung antiseptik alami seperti zat

6
flavonoid, saponin dan terpenoid. Dalam hal ini maka esktrak daun suji dapat
menjadi alternatif sebagai bahan utama dalam pembuatan sabun padat antiseptik.

2.4 Komposisi Sabun Padat


Sabun dibuat dengan cara mencampurkan larutan NaOH (Natrium
Hidroksida) yang digunakan untuk pembuatan sabun padat atau KOH (Kalium
Hidroksida) yang digunakan untuk pembuatan sabun cair dengan minyak atau
lemak. Melalui reaksi kimia, NaOH atau KOH mengubah minyak atau lemak
menjadi sabun. Proses ini disebut Saponifikasi (reaksi penyabunan). Pembuatan
sabun mandi padat dilakukan dengan cara menyabun lemak – lemak atau minyak
– minyak dengan natrium hidroksida. Minyak dan lemak mengandung asam lemak
dan trigliserida yang dapat digunakan dalam pembuatan sabun (Pangestika, 2021).
Asam lemak bebas (ALB) adalah asam lemak yang berada dalam sabun yang
tidak terikat sebagai senyawa natrium ataupun senyawa trigliserida. Tingginya
asam lemak bebas pada sabun akan mengurangi daya membersihkan sabun
tersebut, karena asam lemak bebas merupakan komponen yang tidak diinginkan
dalam proses pembersihan. Pada saat sabun digunakan, sabun tersebut tidak
langsung menarik kotoran (minyak), tetapi akan menarik komponen asam lemak
bebas yang masih terdapat dalam sabun, sehingga mengurangi daya
membersihkan sabun tersebut. Trigliserida apabila bereaksi dengan air maka
menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas. Sedangkan alkali bebas memiliki
sifat yang keras dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Kelebihan alkali pada
sabun dapat disebabkan karena konsentrasi alkali yang terlalu pekat atau
penambahan alkali yang berlebihan pada proses penyabunan (Fani, 2019).
Sementara trigliserida merupakan komponen utama minyak dan lemak yang
terdiri dari kombinasi berbagai macam asam lemak yang terikat dengan gugus
gliserol disebut asam lemak bebas. Setiap jenis asam lemak memberikan sifat yang
berbeda dalam sabun yang terbentuk. Asam laurat dan palmitat dapat ditemukan
pada minyak kelapa dan minyak kelapa sawit yang merupakan bahan baku yang
biasa digunakan dalam pembuatan sabun. Asam oleat dan stearat yang ditemukan
dominan pada minyak atau lemak hewani, dan memberikan sifat melembabkan

7
(moisturizing). Asam palmitat dan stearat memberikan sifat mengeraskan/
memadatkan sabun dan menghasilkan busa yang stabil dan lembut (Pangestika,
2021).
Tabel 2. Jenis Asam Lemak Terhadap Sifat Sabun Padat
Asam Lemak Sifat yang Dihasilkan Sabun
Asam Laurat Mengeraskan, membersihkan, menghasilkan busa, lembut
Asam Linoleat Melembabkan
Asam Miristat Mengeraskan, membersihkan, menghasilkan busa, lembut
Asam Oleat Melembabkan
Asam Palmitat Mengeras, menstabilkan busa
Asam Ricinoleat Melembabkan, menghasilkan busa yang stabil, lembut
Asam Stearat Mengeras, menstabilkan busa
Berikut bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan sabun padat, antara
lain:
2.4.1 NaOH (Natrium Hidroksida)
NaOH adalah singkatan dari natrium hidroksida atau sodium hidroksida atau
dikenal sebagai soda kaustik atau soda api di industri. NaOH merupakan suatu
senyawa alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun padat, berbentuk butiran,
hablur atau keping, kering, keras dan rapuh, mudah meleleh dan basah. NaOH
bersifat sangat alkalis dan sangat mudah larut dalam air (Departemen Kesehatan,
1986). NaOH dalam penelitian ini digunakan untuk pembuatan sabun cair dengan
minyak atau lemak. Melalui reaksi kimia, NaOH mengubah minyak atau lemak
menjadi sabun padat. NaOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun padat
karena sifatnya yang tidak mudah larut dalam air (Aznury, 2021).
NaOH merupakan salah satu jenis alkali, NaOH harus dilakukan dengan
takaran yang tepat. Apabila terlalu pekat atau lebih, maka alkali bebas tidak
berikatan dengan trigliserida atau asam lemak akan terlalu tinggi sehingga dapat
menyebabkan iritasi pada kulit. Sebaiknya apabila terlalu encer atau jumlahnya
terlalu sedikit, maka sabun yang dihasilkan akan mengandung asam lemak bebas
yang tinggi, asam lemak bebas pada sabun dapat mengganggu proses emulsi
sabun dan kotoran pada saat sabun digunakan.

8
2.4.2 Aquades (Aqua destilata)
Aquadest merupakan cairan jernih yang tidak berwarna, tidak berasa dan
tidak berbau yang biasa digunakan sebagai pelarut (Departemen Kesehatan,
1986). Memiliki berat molekul 18 merupakan air penyulingan. Aquades tidak
memiliki rasa, tidak berbau dan tidak berwarna. Aquades menghasilkan rendemen
terbaik dibandingkan dengan pengekstrak asam pada gel agar-agar dari rumput
laut (Sari, et al., 2010). Pada penelitian ini aquadest digunakan untuk perlakuan
formulasi dalam pembuatan sabun padat antiseptik alami.
2.4.3 Ekstrak Daun Suji
Adapun ektrak daun suji dimanfaatkan untuk penambahan bahan antiseptik
dan pewarna alami pada sabun yang memiliki kandungan vitamin C dan
mengandung senyawa fitokimia seperti falavonoid, alkoloid, terpenoid, saponin,
dan flofonol. Berdasarkan komponennya daun suji dapat membunuh dan
menghambat pertumbuhan pada bakteri. Dalam hal ini maka esktrak daun suji
dapat menjadi alternatif sebagai bahan utama dalam pembuatan sabun padat
antiseptik (Zulfa, 2018).
Pembuatan ekstrak daun suji (Pleomele angustifolia) daun suji yang di
gunakan berwarna hijau tua karena semakin hijau pada daun suji semakin banyak
mengandung zat fitokimia yang terkandung, dan daun suji yang digunakan kurang
lebih 500 g. Perlakuan yang dilakukan terhadap daun suji yang pertama yaitu
sortasi daun suji kemudian menimbang daun suji 500 g. Selanjutnya mencuci daun
suji dengan air bersih yang mengalir untuk menghilangkan kotoran pada daun suji
dan tiriskan pada sebuah wadah sampai benar – benar tiris.
Selanjutnya daun suji dikeringkan menggunakan metode oven dengan suhu
40oC selama 6 jam. Setelah daun suji kering, daun suji di belender hingga halus
dan diayak dengan menggunakan ayakan 60 mesh sehingga menghasilkan 20 g
serbuk daun suji, selanjutnya bubuk daun suji dimasukan kedalam sebuah wadah
lalu di larutkan dengan etanol 70% dengan metode maserasi selama 24 jam,
kemudian dilakukan penyaringan hasil maserasi menggunakan penyaring dengan
kertas saring whatman no.1 sehingga menghasikan ekstrak cair daun suji.

9
III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di bulan Maret – April 2023. Bertempat di
laboratorium Teknologi Industri Pertanian Universitas Palangka Raya,
Laboratorium Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya,
dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Palangka Raya.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mixer, blender, beaker
glass, timbangan digital, baskom (mangkuk), sendok, ayakan, kertas saring, oven
dan cetakan sabun. Sedangkan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah Bahan: minyak kelapa sawit 20 g, NaOH 10 g, Aquadest 10 g, etanol 70%
dan daun suji (Pleomele angustifolia).

3.3 Metode Penelitian


Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
terdiri dari 1 faktor, yaitu ekstrak daun suji sebagai bahan pembuatan sabun,
dengan 4 taraf perlakuan.
S0 = Ekstrak Daun Suji Dengan Kosentrasi
2% S1 = Ekstrak Daun Suji Dengan
Kosentrasi 4% S2 = Ekstrak Daun Suji Dengan
Kosentrasi 6% S3 = Ekstrak Daun Suji
Dengan Kosentrasi 8%
Masing – masing sebanyak 40 gram dalam komposisi yang sama. Maka
terdapat 4 perlakuan 5 kali pengulangan sehingga diperoleh 20 unit percobaan.
Komposisi perlakukan ekstrak daun suji pada sampel dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Komposisi Perlakuan Ekstrak Daun Suji
Perlakuan Perlakuan Sampel
1 2 3 4 5
S0 S01 S02 S03 S04 S05
S1 S11 S12 S13 S14 S15
S2 S21 S22 S23 S24 S25
S3 S31 S32 S33 S34 S35
formulasi sabun padat ekstrak daun suji sebanyak 40g dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Formulasi Sabun Padat Ekstra Daun Suji Untuk 40 g
Bahan Formulasi ekstrak daun suji Fungsi
S0 S1 S2 S3
Ekstrak daun 2 4 6 8 Zat aktif
suji (%)
Minyak kelapa 20 20 20 20 Mengeraskan dan mestabilkan
sawit (g) busa
NaOH (g) 10 30 50 70 Pembentuk sabun
NaCl (g) 5 5 5 5 Pembentuk sabun dan
mempercepat padatan sabun
Aquadest (g) 10 10 10 10 Pelarut

Model linear rancangan percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini


sebagai berikut:
Yij = μ + Ti + ∈ij
Dimana :
Yij : pengamatan pada perlakuan i, ulangan ke-j
μ : rataan umum
Ti : pengaruh perlakuan ke-i
∈ij : pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j

3.4 Tahap - Tahap Penelitian


Pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan tahapan pembuatan ekstrak daun
suji dan pembuatan sabun padat antiseptik alami.

1
3.4.1 Pembuatan Ekstrak Daun Suji (Pleomele angustifolia)
Daun suji segar yang diperoleh dari Kota Palangka Raya, Kalimantan
Tengah. Pembuatan ekstrak daun suji (Pleomele angustifolia) daun suji yang di
gunakan berwarna hijau tua karena semakin hijau pada daun suji semakin banyak
mengandung zat fitokimia yang terkandung, dan daun suji yang digunakan kurang
lebih 500 g.
Perlakuan yang dilakukan terhadap daun suji yang pertama yaitu sortasi
daun suji kemudian menimbang daun suji 500 g. Selanjutnya mencuci daun suji
dengan air bersih yang mengalir untuk menghilangkan kotoran pada daun suji dan
tiriskan pada sebuah wadah sampai benar – benar tiris. Selanjutnya daun suji
dikeringkan menggunakan metode oven dengan suhu 40oC selama 6 jam. Setelah
daun suji kering, daun suji di belender hingga halus dan diayak dengan
menggunakan ayakan 60 mesh sehingga menghasilkan 20 g serbuk daun suji.
Selanjutnya bubuk daun suji dimasukan kedalam sebuah wadah lalu di
larutkan dengan etanol 70% dengan metode maserasi selama 24 jam, kemudian
dilakukan penyaringan hasil maserasi menggunakan penyaring dengan kertas
saring whatman no.1 sehingga menghasikan ekstrak cair daun suji. Berikut adalah
proses pembuatan ekstrak cair daun suji dapat dilihat pada gambar 2.

1
Diagram alir pembuatan ekstrak cair daun suji

Daun suji 500 g

Sortasi daun suji

Penimbangan

Pencucian dan penirisan

Pengeringan dengan oven


suhu
Penyaringan 40maserasi
hasil o
C, 6 jamdaun suji

Penghalusan bahan
dengan blender
Ekstrak cair daun suji

Pengayakan 60 mesh
Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Ekstrak Cair Daun Suji
Serbuk daun suji (20 g)

Pelarutan etanol 70% Maserasi selama 24 jam

1
3.4.2 Pembuatan Sabun
Adapun langkah – langkah dalam formulasi sedian sabun padat antiseptik
alami ekstrak daun suji sebagai berikut. Langkah pembuatan sabun dilakukan
dengan cara perlakuan yang dilakukan terhadap daun suji yang pertama yaitu
sortasi daun suji kemudian menimbang daun suji 500 g. Selanjutnya mencuci daun
suji dengan air bersih yang mengalir untuk menghilangkan kotoran pada daun suji
dan tiriskan pada sebuah wadah sampai benar – benar tiris.
Menimbang NaCl sebanyak 10g kemudian masukkan kedalam mangkuk,
setelah itu menimbang aquadest sebanyak 10 g kedalam beaker glass kemudian
tuangkan ke mangkuk. Kemudian menimbang NaOH sebanyak 10, 30, 50,70g
masukkan kedalam mangkuk yang berbeda- beda. Kemudian mencampurkan
NaOH kedalam mangkuk yang berisi Aquadest secara perlahan. Setelah
dicampurkan kemudian NaOH diaduk menggunakan sendok hingga larut ke
dalam aquadest kemudian diamkan dua sampai tiga jam. Langkah kedua
menimbang minyak kelapa sawit sebanyak 20 g, kemudian dicampurkan kedalam
larutan NaOH yang sudah larut, setelah itu dimixer selama tiga menit hingga
campuran tercampur merata.
Langkah ketiga mencampurkan NaCl 10g dan ekstrak daun suji (4,6 dan 8
%) dengan cara sambil di aduk menggunakan mixer sampai tercampur merata.
Kemudian sabun dicetak kedalam cetakan sabun, setelah itu didiamkan selama 24
jam sampai sabun benar - benar padat (mengeras), setelah itu cetakan baru dilepas
dari cetakan sabun. Perlakuan dilakukan sebanyak 4 kali dengan 5 kali
pengulangan sehingga dihasilkan 20 unit percobaan. Setelah itu sabun padat siap
digunakan, selanjutnya akan dilakukan analisis data berupa, Uji Homogenitas, Uji
pH, Uji Organoleptik dan uji lainnya agar mengetahui kandungan yang ada pada
sabun padat dapat berpengaruh nyata atau tidak. Berikut adalah diagram alir
proses pembuatan sabun padat antiseptik alami ekstrak daun suji dapat dilihat pada
gambar 3.

1
Diagram alir pelaksanan penelitian

Aquadest 10 g

Dilakukan Disortasi, dicuci, dirajang,


pencampuran NaOH ditimbang, dan dikeringkan
10,30,50,70g
Diekstraksi dengan metode
Minyak kelapa sawit 20 gLarutan NaOH didiamkan selama 2-3 maserasi
jam menggunakan
Daun suji
pelarut etanol 70 %

Penambahan NaCl 10g


Ekstrak daun suji (2,4,6,8 %)
dan ekstrak daun

Minyak kelapa sawit dan larutan NaOH dicampurkan dan dimixer selama 3 menit

Setelah terbentuk trace,


dimasukkan ke dalam
Didiamkan selama 24 jam, Analisis data:
kemudian lepaskan dari - Uji Homogenitas
- Uji pH
Sabun padat - Uji Organoleptik
- Uji Ketinggian Busa
- Uji Kadar Air
- Uji Alkali Bebas

Gambar 3. Diagram alir proses formulasi sabun padat antiseptik alami ekstrak
daun suji.

1
3.5 Analisis Penelitian
Pada penelitian ini akan dilakukan analisa terhadap sabun mandi padat yang
meliputi, analisa pH (derajat keasaman), uji homogenitas, uji organoleptik, uji
hedonik dan uji daya bersih sabun.
3.5.1 Uji Homogenitas
Potongan sabun dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi aquadest
dengan perbandingan sabun dan akuades 1 : 10, dikocok dengan vortex selama
satu menit. Kemudian, dengan menggunakan penggaris busa yang terbentuk
diukur tingginya. Ukuran tersebut menjadi ukuran tinggi busa awal. Untuk
mengetahui stabilitas busa dilakukan dengan mengukur tinggi busa satu jam
setelah busa tersebut terbentuk, dan dimasukkan ke dalam Persamaan 2 untuk
menghitung persentase busa yang hilang.
Persentase Busa yang hilang = (𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑢𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑢𝑠𝑎 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟)/
(𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑢𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙) × 100%

Stabilitas busa = 100% - Persentase Busa yang hilang (%).


3.5.2 Analisa pH (Derajat Keasaman)
Pengujian pH atau derajat keasaman dilakukan untuk mengetahui kadar pH
pada sabun. Pengujian ini dilakukan dengan cara sabun pada masing – masing
perlakuan dipotong sedikit, kemudian dilarutkan dalam air hingga larut. pH
masing- masing perlakuan sabun diukur dengan menggunakan pH meter digital.
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui tingkat derajat keasaman pH yang di
hasilkan sabun dengan penambahan ekstrak daun suji. pH yang tinggi maupun
rendah dapat menambah daya absorbsi kulit sehingga dapat mengiritasi kulit. pH
sabun umumnya berkisar antara 9-11 (Nurmilatina dan Prabawa, 2017).
3.5.3 Uji Orgnoleptik
Uji organoleptik sabun diamati dengan menggunakan panca indera.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan indera manusia karena penilaiannya
dilakukan berdasarkan rangsangan sensori pada organ indera. Parameter fisik
yang dinilai pada sabun padat meliputi: bentuk, warna, tekstur, dan aroma sabun
yang dilakukan setelah proses curing atau setelah tiga minggu proses
penyimpanan.

1
Pengujian dilakukan dengan parameter yang dinilai adalah bentuk, warna,
tekstur, dan aroma untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen. Pengujian ini
melibatkan 30 orang panelis tidak terlatih. Skala hedonik yang digunakan pada uji
ini adalah skala 1-9, dimana skala 9: amat sangat suka; skala 8: sangat suka; skala
7: suka; skala 6: agak suka; skala 5: netral; skala 4: agak tidak suka; skala 3: tidak
suka; skala 2: sangat tidak suka; dan skala 1: amat sangat tidak suka (Fasseden,
1992).
3.5.4 Uji Ketinggian Busa
Uji tinggi busa dilakukan dengan cara yaitu diambil 1 gram sabun kemudian
dimasukkan ke dalam gelas ukur 25 ml dan ditambahkan 10 ml aquadest lalu
ditambahkan air suling, kocok dengan membolak-balikkan gelas ukur.
Selanjutnya diamati tinggi busa yang dihasilkan dan 5 menit kemudian amati
kembali tinggi busanya. Kriteria stabilitas busa yang baik yaitu, apabila dalam
waktu tersebut diperoleh kisaran stabilitas busa dengan tinggi lebih dari 9,5 cm
(Hambali, et al, 2005).
3.5.5 Uji Kadar Air
Analisa uji kadar air dari sabun, dilakukan dengan metode gravimetri.
Ditimbang 4 g sabun yang telah disiapkan menggunakan botol timbang yang telah
ditimbang. Dipanaskan dalam oven pada suhu 105º C selama 2 jam dan
didinginkan sampai berat tetap. Berdasarkan SNI 3532:2016, kadar air dalam
sediaan sabun padat maksimal 15% (Badan Standarisasi Nasional, 2016).
3.5.6 Uji Alkali Bebas (Asam Lemak Bebas)
Disiapkan alkohol netral dengan mendidihkan 100 mL alkohol dalam labu
erlenmeyer 250 mL. Ditambahkan 0,5 mL indikator pp dan didinginkan sampai
suhu 70ºC kemudian dinetralkan dengan KOH 0,1 N dalam alkohol. Ditimbang 5
g sabun dan dimasukkan ke dalam alkohol netral di atas, dan dipanaskan agar
cepat larut di atas penangas air, dididihkan selama 30 menit. Apabila larutan tidak
berwarna merah, didinginkan sampai suhu 70ºC dan titrasi dengan larutan KOH
0,1 N dalam alkohol, sampai timbul warna yang tetap selama 15 detik.

1
Apabila larutan tersebut di atas ternyata berwarna merah maka diperiksa
bukan asam lemak bebas tetapi alkali bebas dengan dititrasi menggunakan HCl
0,1 N dalam alkohol dari mikro buret, sampai warna merah cepat hilang.
Parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas minyak bahan baku dan
sabun padat pada kadar asam lemak bebas (Free Faty Acid) sebagai berikut, untuk
mengukur asam lemak dari minyak kelapa sawit, dilakukan penimbangan minyak
sebanyak 3 gram kemudian memasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml dan
menambahkan 50 ml alkohol 96% dan dipanaskan selama ± 5 menit. Selanjutnya
menambahkan indikator Phenolptalein (pp) sebanyak 3 tetes. Dan melakukan
tiitrasi dengan NaOH standar. Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya
perubahan warna merah muda yang tetap (tidak berubah warna selama 15 detik)
(Badan Standarisasi Nasional, 2016). Kadar asam lemak bebas dihitung dengan
menggunakan persamaan:

Kadar Asam Lemak Bebas = V×N× × 100%


200 W ×
Keterangan: 1000
V = Volume NaOH standar yang digunakan ( ml)
N = Normalitas NaOH yang digunakan 200 = Berat molekul (BM) asam laurat
W = Berat minyak yang digunakan ( gram) (SNI 3532:2016)

3.6 Analisa data


Analisa data menggunakan analisa kuantitatif, data hasil penelitian dianalisis
menggunakan analisis ragam (Uji F) pada taraf α = 5% dan α = 1% untuk
mengetahui adanya pengaruh perlakuan. Jika terdapat pengaruh dari perlakuan,
maka dilanjutkan dengan uji nilai tengah menggunakan uji BNJ pada taraf α =
5%.

1
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Hariana. 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, seri 2. Jakarta. Penebar
Swadana, 163-165.
Andila, Putri Sri, Tri Warseno. 2019. Studi Potensi Daun Suji (Pleomele
angustifolia) Sebagai Bahan Obat: Sebuah Kajian. Jurnal Widya Biologi, 10
(02), 148-158.
Andriani, Risma, et al. 2021. Formulasi Sediaan Sabun Padat Ekstrak Etanol
Rimpang Jahe (Zingiber officinale Rosc) Dengan Kombinasi Virgin Coconut
Oil (VCO) Dan Palm Oil.
Aznury, Martha, Ayu Serlina. 2021. Optimasi Formula Pembuatan Sabun Padat
Antiseptik Alami Dengan Penambahan Ekstrak Daun Sirih Hijau (piper
betle l)." Kinetika 12.1 : 51-59.
Badan Standarisasi Nasional. 2016. SNI 3532: 2016: Sabun Mandi Padat. Badan
Standarisasi Nasional. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1986. Sediaan Galenik. Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.

Desmanova. 2020. Pembuatan Sabun Dari Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper
Crocratum) dengan Penambahan Tea (Tri Etil Amin). Proceeding IAIN
Batusangkar, 1(3), 63-68.
Fani, D, 2019. Pengaruh Penambahan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L) Pada
Formula Sabun Transparan dan Sumbangsihnya Pada Materi Plantae
Dikelas X SMA/MA (Doctoral dissertation, UIN Raden Fatah Palembang).
Faridah, et al., 2014. Isolation, Identification, and Antibacterial Activity of
Chemical Compounds from Ethanolic Extract of Suji Leaf (Pleomele
angustifolia NE. Brown)”, AIP Conference Proceedings 1589(1), pp. 431-
435.
Fesseden. J. Ralph, 1992. Analisa dan Pembuatan Sabun Mandi. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Fitri et al., 2017. Analisis Fisik dan Kimia Ekstrak Daun Suji (Pleomele
angustifolia) Sebagai Pewarna Alami Dengan Berbagai Jenis Bahan
Pengekstrak (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau).
Fitriati. 2013. Formula Sabun Transparan Antijamur Dengan Bahan Aktif Ekstrak
Lengkuas. Jurnal litbang pertanian, 192-205.
Gusviputri, Arwinda. et al., 2017. Pembuatan Sabun Dengan Lidah Buaya (Aloe
vera) Sebagai Antiseptik Alami. Widya Teknik 12. (1) : 11-21.
Hambali, et al., 2005, Sabun Transparan untuk Gift &Kecantikan, Jakarta:
Penebar Swadaya.
Hartati, Rizka Utami Ayu. Et al., 2018. Uji Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun
Tin (Ficus carica L) pada tikus jantan galur wistar yang diinduksi karagenin.
Diss. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Heinrich, M, et al., 2012. Fundamentals of Pharmacognosy And Phytotherapy.
Edisi II. Elsevier Health Sciences. Churcill Livingstone. London.
Islamiati, Hania. et al., 2022. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Suji
(Pleomale angustifolia) Hasil Metode Maserasi dan Microwave Assisted
Extraction (MAE) Terhadap Streptocuccus Mutans. Diss. Universitas
Pakuan.
Josika, E, 2020. Standarisasi Parameter Spesifik Dan Non Spesifik Ekstrak Etanol
Tumbuhan Anting-Anting (Acalypha Indica L) (Doctoral dissertation,
STIKES Muhammadiyah Klaten).
Khino, J. 2011. Tumbuhan Obat Tradisional di Sulawesi Utara Jilid II. Manado:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kementrian Kehutanan.
Maakh, Yorida Febry, Maria Y. Lenggu. 2018. Formulation And Antioxidant
Activity Solid Bath Soap Ethanol Extract Of Bidara Leaves (Ziziphus
mauritianaLamk). Proceeding 1st. International Conference Health
Polytechnic of Kupang.
Mihra, M. et al. 2018. Analisis Kadar Tanin dalam Ekstrak Daun Mimba
(Azadirachta indica a. Juss) dengan Pelarut Air Dan Etanol. Jurnal
Akademika Kimia, 7(4), 179-184.
Nurmilatina, Prabawa, 2017. Pemanfaatan Ekstrak Etanol Daun Gulinggang
(Cassia alata Linn) sebagai Bahan Antijamur pada Produk Sabun Mandi
(Utilization of Ethanol Extract of Gulinggang (Cassia alata Linn) Leaves as
Antifungal in Body Soap Bar). Jurnal Riset Industri Hasil Hutan, 9(2), 57-
64.
Pangestika, Abrian, Adauwiyah, R, 2021. Pembuatan Sabun Mandi Padat dengan
Penambahan Ekstrak Daun Avicennia marina. Jurnal Teknologi Agro-
Industri, 8(2), 135-153.
Poucher, William Arthur. 2012. Poucher’s Perfumes, Cosmetics and Soaps:
Volume 3: Cosmetics. Springer Science & Business Media.
Prangdimurti, Endang. et al., 2008. Pengembangan Produk Minuman Klorofil
Daun Suji (Pleomele angustifolia NE Brown) dan Evaluasi Mutunya Selama
Penyimpanan. Prosiding Seminar Nasional dan Kongres PATPI 2008:
Penerapan Ilmu dan Teknologi untuk Meningkatkan Kualitas dan Ketahanan
Pangan dalam Memperluas Akses Pasar. Palembang, 14-16 Oktober 2008.

2
Putri, Anjani Rizkia. et al. 2019. Uji Antibakteri daun Stevia Dalam Formulasi
Sabun Padat Jeruk Nipis. Edusaintek 3.
Ratnani, R. D. 2009. Bahaya bahan tambahan makanan bagi kesehatan.
Momentum. 5(1): 16-22.
Rohadi, Didi, et al., 2021. Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun Suji (Pleomele
angustifolia NE Brown) Terhadap Pertumbuhan Bakteri (Staphylococcus
aureus). Medical Sains: Jurnal Ilmiah Kefarmasian 5.2 : 99-106.
Rosdiyawati, R, 2014. Uji Efektivitas Antibakteri Sediaan Sabun Mandi Cair
Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Pontianak (Citrus nobilis Lour. Var.
microcarpa) Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Jurnal
Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN, 1(1).
Sari, Tuti Indah, et al., 2010. Pembuatan Sabun Padat dan Sabun Cair Dari
Minyak Jarak. Jurnal Teknik Kimia 17.1.
Setiawati, Ira, Auliyah Ariani. 2020. Kajian pH dan Kadar Air Dalam SNI Sabun
Mandi Padat di Jabedebog. Prosiding, Pertemuan dan Presentasi Ilmiah
Standardisasi 293-300.
Simanjuntak, R. 2018. Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Sabun Mandi
Cair Merek “Lx” Dengan Metode Titrasi Asidimetri. Jurnal Ilmiah Kohesi,
2(4).
Spitz, L et al., 1996. Soaps and Detergents. A Theoretical and Practical Review.
AOCS Press.
Syamsuni, 2006. Farmasetika Dasar & Hitungan Farmasi. Edisi I. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Wasitaatmadja, Sjarif M, et al., 2018. Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana
Melasma di Indonesia. Universitas Indonesia Publishing.
Winarno, F.G., 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Zulfa, Elya, Rima Andriani. 2018. Aktivitas Antibakteri Daun Suji (Pleomele
angustifolia NE Brown) Pada Bakteri Streptococcus Mutans. Cendekia
Eksakta 3.1.

Anda mungkin juga menyukai