Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MANAJEMEN FARMASI DAN AKUNTANSI

“PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DI TOKO OBAT”

OLEH :
1. CAROLINA DIAN LARISSA
2. AVILA TITAWINDA RADJA TUKA
3. DERFIANA JENAUS
4. DEBRINA LEOKOI
5. DERNIS ABI

POLTEKKES KEMENKES KUPANG

PROGRAM STUDI FARMASI

TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat, dan perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
dengan judul “Pengelolaan Sediaan Farmasi di Toko Obat” ini. Semoga makalah ini dapat
digunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
administrasi Pendidikan dalam profesi kefarmasian.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang di miliki penulis. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Dalam penulisan, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tidak terhingga kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Penyusun

Maret 2023

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................6
1.3 Tujuan...........................................................................................................................6
BAB II.........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................6
2.1 Manajemen Pengelolaan Obat...........................................................................................6
2.2 Pengelolaan Sediaan Farmasi di Toko Obat.....................................................................7
2.2.1 Toko Obat...................................................................................................................7
2.2.2 Pengelolaan Sediaan Farmasi di Toko Obat...............................................................8
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP.................................................................................................................................12
Kesimpulan............................................................................................................................12
Saran......................................................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tokoh obat adalah sarana yang memiliki izin untuk menyimpan obat bebas dan obat
bebas terbatas untuk di jual secara eceran. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk menungkatkan hasil mutu kehidupan. Tenaga
Teknis Kefarmasiaan (TTK) adalah sarjana farmasi yang memberikan pelayanan di Tokoh
Obat. Izin tokoh obat adalah persetujuan pemerintah untuk penyelenggaraan Tokoh Obat.
Sertifikat Standar Toko Obat adalah bukti pemenuhan seluruh persyaratan perizinan
perusahaan Tokoh Obat yang di keluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setelah
dilakukan penilaian kesesuaian . Surat Tanda Register Tenaga Teknis Kefarmasian yang
selanjutnya disingkat (STRTTK) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil
Kefarmasian kepada TTK yang telah diregistrasi. Surat Izin Praktek Tenaga Teknis
Kefarmasian (SIPTTK) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota kepada tenaga teknis kefarmasian sebagai pemberian kewenangan untuk
menjalankan praktek kefarmasian. Obat adalah bahan atau paduan bahan termasuk produk
biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, peningkatan kesehatan dan kotrasepsi untuk
manusia.

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendirisendiri


atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,
kelompok dan atau masyarakat. Selain itu juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan
praktek profesi apoteker dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasiaan (Anonim, 2001).
Standar Pelayanan Kefarmasian di toko obat disusun bertujuan sebagai pedoman praktek
apoteker dalam menjalankan profesi, untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak
profesional, dan melindungi profesi dalam menjalankan praktik kefarmasian (Anonim, 2004).
Perkembangan toko obat ini sangat ditentukan oleh pengelolaan sumber daya dan pelayanan
di apotek tersebut. Oleh sebab itu, standar pelayanan farmasi sangat diperlukan dalam

4
menjalankan suatu apotek. Jika suatu apotek tidak menggunakan standar pelayanan farmasi
dalam menjalankan apotek maka tidak akan tercapai derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Karena pelayanan farmasi adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung
profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien/masyarakat (Hartini dan Sulasmono, 2006).

Salah satu penelitian yang dilaksanakan di DKI Jakarta pada tahun 2003 mengenai
standar pelayanan kefarmasian di toko obat DKI Jakarta tahun 2003 23,5% toko obat tidak
memenuhi standar pelayanan obat non resep, 92,6% apotek tidak memenuhi standar
pelayanan KIE, 11,8% apotek tidak memenuhi standar pelayanan obat resep dan 26,5%
apotek tidak memenuhi standar pengelolaan obat di apotek. Rerata skor pelaksanaan dari
keempat bidang tersebut adalah 38,60% masuk dalam kategori kurang baik (Purwanti, dkk,
2004). Berdasarkan gambaran tersebut perlu dilakukan penelitian untuk memperoleh
informasi tentang pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di toko obat kabupaten
Sukoharjo. Dari data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan tahun 2010 di kabupaten Sukaharjo
terdapat 10 toko obat. Dari 20 toko obat, terdapat 6 toko obat yang tutup. Alasan dipilihnya
kabupaten Sukoharjo karena karena merupakan suatu daerah yang mempunyai toko obat
dengan kondisi yang bermacammacam, mulai dari toko obat yang sepi dari pasien hingga
toko obat yang ramai dengan pasien dengan besar kecil toko obat yang berbeda pula. Selain
itu daerah Sukoharjo juga merupakan daerah yang memiliki luas dan jumlah penduduk yang
padat sehingga sarana kesehatan seperti apotek sangat diperlukan oleh masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa itu manajemen pengelolaan obat?

1.2.2 Bagaimana pengelolaan sediaan farmasi di toko obat?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui apa itu manajemen pengelolaan obat
1.3.2 Mengetahui bagaimana pengelolaan sediaan farmasi di toko obat

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Pengelolaan Obat


Manajemen berasal dari bahasa Inggris “management” dengan kata kerja to manage
yang secara umum berarti mengurusi. Dalam arti khusus manajemen dipakai bagi pimpinan
dan kepemimpinan, yaitu orang-orang yang melakukan kegiatan memimpin, disebut
“manajer” (Oxford, 2005). John D. Millet membatasi manajemen sebagai management is the
proceess of directing and facilitating the work of people organized in formal groups to achive
a desired goal, yaitu suatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada orang
yang diorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan (Millet, 1954). Secara
umum, pengertian manajemen merupakan suatu seni dalam ilmu dan pengorganisasian seperti
menyusun perencanaan, membangun organisasi dan pengorganisasiannya, pergerakan, serta
pengendalian atau pengawasan.

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi untuk manusia.

Manajemen obat adalah sebuah rangkaian kegiatan dengan pemanfaatan sumber daya
yang tersedia seperti tenaga serta dana sarana untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam
berbagai unit kerja. Pengendalian biaya dan peningkatan efisiensi sangat ditekankan dalam
manajemen pengendalian obat (Devnani et al., 2012). Manjamen obat juga merupakan suatu
kemampuan atau keterampilan untuk menyediakan obat tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu,
tepat sasaran serta tepat penggunaan secara efisien dengan melaksanakan serangkaian
kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pengendalian persediaan,
pendistribusia dan penggunaan obat.

6
2.2 Pengelolaan Sediaan Farmasi di Toko Obat
2.2.1 Toko Obat
Toko Obat adalah sarana yang memiliki izin untuk menyimpan obat bebas dan obat
bebas terbatas untuk dijual secara eceran. Pelayanan Kefarmasian di Toko Obat
diselenggarakan dalam rangka menjamin ketersediaan dan akses masyarakat terhadap Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas yang aman, bermutu dan bermanfaat, dengan tujuan
mencapai patient outcome dan menjamin patient safety. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)
adalah sarjana farmasi dan ahli madya farmasi yang memberikan pelayanan di Toko Obat.
Toko Obat menyelenggarakan Pelayanan Kefarmasian berupa:

 Pengelolaan Obat Bebas Terbatas dan Obat Bebas; dan


 Pelayanan Obat Bebas Terbatas dan Obat Bebas

Toko Obat juga dapat memberikan Pelayanan Kefarmasian berupa pengelolaan dan
pelayanan Obat Tradisional, Kosmetika, Suplemen Kesehatan, dan/atau Alat Kesehatan.

Toko Obat dalam penyelenggaraan dilarang untuk:


1 melayani dan menyerahkan obat keras, psikotropika, narkotika, dan Alat Kesehatan di
luar yang diatur dalam peraturan perundang undangan;
2 menerima dan/atau melayani resep dokter dan/atau dokter gigi;
3 meracik dan/atau mengemas kembali Obat;
4 melakukan kegiatan distribusi/ penyaluran Obat; dan/atau
5 melayani dan menyerahkan Obat diluar satuan kemasan terkecil dan/atau tanpa
disertakan informasi dari pabrik.

2.2.2 Pengelolaan Sediaan Farmasi di Toko Obat

1. Seleksi Obat
Salah satu fungsi pengelolaan obat adalah seleksi terhadap obat yang benar-
benar diperlukan bagi sebagian besar populasi berdasarkan pola penyakit yang ada.
Proses seleksi obat akan tercermin berapa banyak item obat yang akan dikonsumsi
dimasa datang. Tujuan seleksi obat yaitu adanya suplai yang menjadi lebih baik,
pemakaian obat lebih rasional, dilihat dari biaya pengobatan lebih terjangkau atau
rendah. Dalam hal ini ada dampak dari seleksi obat yaitu tingginya kualitas perawatan
(Quality of care) dan biaya pengobatan lebih efektif. Proses pemilihan obat seharusnya
7
mengikuti pedoman seleksi obat yang disusun oleh WHO (1993) antara lain obat
dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statistik yang memberikan efek terapi
jauh lebih baik dibandingkan risiko efek samping yang akan ditimbulkan . ) yang
paling menguntungkan bagi pasien; kualitas harus terjamin, termasuk stabilitas dan
praktis dalam penggunaan dan penyerahan sesuai dengan tenaga, sarana dan fasilitas
kesehatan; menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penggunaan oleh pasien.

2. Perencanaan
Perencanaan obat merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah,
dan harga obat yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk periode pengadaan
yang akan datang. Perencanaan dipengaruhi berbagai hal seperti beban epidemiologi
penyakit, keefektifan obat terhadap suatu penyakit dan dipertimbangkan pula harga
obat. Perencanaan obat merupakan proses kegiatan dalam menetukan jumlah dan
periode pengadaan sediaan farmasi, dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin
terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan
dilakukan untuk menghindari kekosongan obat.

Perencanaan merupakan tahap awal pada pengadaan obat. Ada beberapa


macam metode perencanaan yaitu:

 Metode morbiditas/epidemiologi

Metode ini diterapkan berdasarkan jumlah kebutuhan perbekalan farmasi seperti pada
tokoh obat lebih menggunakan obat bebas dan bebas terbatas yang digunakan untuk
beban kesakitan (morbidity load), yang didasarkan pada pola penyakit, perkiraan
kenaikan kunjungan dan waktu tunggu (lead time). Beberapa hal yang menjadi
pertimbangan dalam metode ini, yaitu menentukan jumlah pasien yang akan dilayani
dan jumlah kunjungan kasus berdasarkan prevalensi penyakit, menyediakan
formularium/ standar/ pedoman perbekalan farmasi, menghitung perkiraan kebutuhan
perbekalan farmasi, dan penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia. Pedoman
perencanaan metode epidemiologi harus mempertimbangkan anggaran, penetapan
prioritas, sisa persediaan, data pemakaian periode lalu, waktu tunggu pemesanan,
rencana pengembangan (Menkes RI 2016)

8
 Metode konsumsi

Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan metode konsumsi berupa daftar nama
obat, stok awal, penerimaan, pengeluaran, sisa stok, obat rusak/ hilang/ kedaluwarsa,
kekosongan obat, pemakaian obat per tahun, waktu tunggu (lead time), stok pengaman
(buffer stok) dan pola kunjungan.

3. Pengadaan
Pengadaan adalah suatu proses untuk mendapatkan barang atau obat yang
dibutuhkan untuk menunjang pelayanan kesehatan. Termasuk dalam pengadaan adalah
pengambilan keputusan dan tindakan untuk menentukan jumlah obat yang spesifik,
harga yang harus dibayar, kualitas obat yang diterima, pengiriman barang tepat waktu,
proses berjalan lancar tidak memerlukan waktu dan tenaga berlebihan. Pemborosan
waktu, tenaga dan dana akan meningkatkan biaya obat dan akan menurunkan kualitas
pelayanan kesehatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengadaan adalah penentuan
pemasok, penentuan jumlah item obat, jumlah barang tiap item obat dan kelengkapan
surat pesanan atau kontrak, negoisasi harga, kapan dipesan dan cara pembayaran.
Proses pengadaan yang efektif harus dapat menghasilkan pengadaan obat yang tepat
jenis maupun jumlahnya, memperoleh dengan harga murah, menjamin semua obat
yang dibeli memenuhi standard dan kualitas, dapat diperkirakan waktu pengiriman
obat sehingga tidak terjadi penumpukan atau kekurangan obat, pada tokoh obat.

4. Penerimaan
Penerimaan obat adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan dari dari
distributor ke bagian gudang atau logistik.Dalam penerimaan obat harus dilakukan
pengecekan terhadap obat-obat yang diterima, mencakup jumlah kemasan, jenis dan
jumlah obat sesuai faktur pembelian pada tokoh obat dalam penerimaan obat
mencakup kesesuaian obat yang digunakan di tokoh obat seperti obat bebas dan obat
bebas terbatas.

5. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan, memelihara dan
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan penyimpanan
9
adalah untuk memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang tidak
bertanggung jawab, menjaga ketersediaan dan memudahkan pencarian serta
pengawasan. Kegiatan dalam penyimpanan meliputi penyiapan sarana penyimpanan,
pengaturan tata ruang, penyusunan obat dan pengamatan mutu obat (Kemenkes RI &
JICA 2010). Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan obat dengan cara
menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman, mengatur
obat agar mudah ditemukan kembali pada saat diperlukan, mengatur kondisi ruang dan
penyimpanan agar obat tidak mudah rusak/ hilang, serta melakukan pencatatan dan
pelaporan obat. Selain persyaratan fisik, penyimpanan obat juga memerlukan prasyarat
yang lebih spesifik serta pengaturan yang rapi. Hal ini dikarenakan obat memerlukan
perlakuan tersendiri seperti: suhu tertentu, memerlukan pengamanan yang ketat, zat
yang eksplosif dan pencahayaan tertentu. Obat luar harus disimpan terpisah dari obat
dalam. Obat diatur sesuai sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired
First Out), serta obat yang hampir kedaluwarsa diberi tanda agar bisa selalu dimonitor
(Quick et al. 1997). Obat yang terbukti rusak dan atau kedaluwarsa perlu dilakukan
tindak lanjut dengan cara dikumpulkan, inventarisasi kemudian disimpan terpisah
dengan penandaan/ pelabelan khusus, dikembalikan/ diklaim sesuai aturan yang
berlaku, dihapuskan sesuai aturan yang berlaku serta dibuat Berita Acaranya.

6. Distribusi
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan sediaan farmasi, dari tempat penyimpanan sampai kepada
unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan
ketepatan waktu.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen obat adalah sebuah rangkaian kegiatan dengan pemanfaatan sumber daya
yang tersedia seperti tenaga serta dana sarana untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam
berbagai unit kerja. Setiap fasilitas pelayanan kefarmasian memiliki manajemen
pengelolaannya masing-masing, salah satu contohnya di toko obat.
Toko Obat adalah sarana yang memiliki izin untuk menyimpan obat bebas dan obat bebas
terbatas untuk dijual secara eceran.

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

11
https://s2.universitassuryadarma.ac.id/2019/06/13/pengertian-dan-fungsi-manajemen/

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 14 Tahun 2021 Tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk pada Penyelenggaraan

Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Kesehatan.

12

Anda mungkin juga menyukai