Anda di halaman 1dari 10

LEMBAR KERJA

a. Alat

1. Batang pengaduk
2. Bunsen
3. Cawan petri
4. Erlenmeyer 250 ml
5. Gelas ukur 10 ml
6. Incubator
7. Oven
8. Pinset
9. Pipet ukur
10. Rak tabung
11. Sendok tanduk
12. Spoid 10 ml
13. Tabung reaksi
14. Vial

b. Bahan

1. Aluminium voil
2. Alkohol
3. Amoxicilin
4. Aquadest
5. Cefadroxil
6. Candida albicans
7. Ciprofloksesin
8. E.coli
9. Kapas
10. Label
11. Malessezia fulfur
12. Nutrient Agar (NA)
13. Potato dextrose agar (PDA)
14. Pipet disk
15. Staphylococcus aureus
16. Tetrasiklin.
c. Skema kerja

* Penyiapan anti mikroba uji

1. Digerus obat yang akan digunakan kemudian dimasukkan kedalam vial,lalu di buat
suspensi
2. Dimasukkan paper disk kedalam suspensi obat yang telah dibuat.

* Pengujian potensi antibiotik secara difusi paper disk (Candida albicans)

1. Dimasukkan 10 ml NaCl kedalam tabung reaksi


2. Ditambahkan 1 ose kultur jamur kedalam tabung reaksi yang berisi 10 NaCl
3. Dimasukkan 5 ml medium kedalam tabung reaksi kosong, lalu ditambahkan 1 ml (NaCl +
1 ose kultur) yang telah dibuat sebelumnya. Setelah itu dihomogenkan.
4. Dipindahkan medium kedalam caper secara aseptis, didiamkan hingga memadat.
5. Dimasukkan paper disk yang telah direndam dengan suspensi antibiotik (Amoxicilin,
tetrasiklin, cefadroxil, dan ciprofloksesin) dengan jarak tertentu kedalam capet
menggunakan pinset.
6. Disimpan pada suhu ruang untuk jamur dan diinkubasi dengan inkubator untuk bakteri
7. Diamati perubahan yang terjadi (1×24 jam)

d. Lebar pengamatan

1. Tabel hasil pengamatan

* Bakteri staphylococcus aureus

Sebelum di inkubasi Setelah di inkubasi


*

Bakteri E.coli

Sebelum di inkubasi Setelah di inkubasi


*

Jamur candida albicans

Sebelum di inkubasi Setelah di inkubasi


* Jamur malassezia furfur

Sebelum di inkubasi Setelah di inkubasi

2.
Tabel hasil pengamatan tingkat sensitivitas antibiotik terhadap mikroba.

Zona bening yang terbentuk diukur dengan penggaris mm dan dibandingkan dengan CLSI
(2012).

* Bakteri staphylococcus aureus

Antibiotik

Sensitif Intermediet Resisten

Amoxicilin - + ( 15 mm) -

Tetrasiklin + ( 30 mm) - -

Cefadroxil + (21 mm) - -

Ciprofloksesin + (35 mm) - -

* Bakteri E.coli

Antibiotik

Sensitif Intermediet Resisten

Amoxicilin + (21 mm)- - -

Tetrasiklin + ( 30 mm) - -

Cefadroxil + (25 mm) - -

Ciprofloksesin + (38,3 mm) - -

* Jamur candida albicans dan melassezia furfur

Antibiotik
Sensitif Intermediet Resisten

Amoxicilin - - -

Tetrasiklin - - -

Cefadroxil - - -

Ciprofloksesin - - -

e. Perhitungan

1. Bakteri staphylococcus aureus


* Amoxicillin
Dik : Replikasi 1 = 23
Replikasi 2 = 20
Replikasi 3 = 22
Rata-rata. = 23+20+22 = 21,6
3
* Ciprofloksesin
Rata-rata replikasi = 40+35+40 = 38,3
3
* Cafadroxil
Rata-rata replikasi = 25+25+25 =25
3
* Tetrasiklin
Rata-rata replikasi = 30+30+30 = 30
3

2. Bakteri Escherichiacoli

* Amoxicillin

Rata-rata replikasi = 15+15+15 = 15

* Ciprofloksesin
Rata-rata replikasi = 35+35+35 = 35
3
* Cafadroxil
Rata-rata replikasi = 20+20+20 = 20
3
* Tetrasiklin
Rata-rata replikasi = 30+30+30 = 30
3

3. Jamur candida albicans = tidak memiliki zona hambat

4. Jamur malassezia furfur = tidak memiliki zona hambat

F. Pembahasan

Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan mengenai "uji sensitifitas antibiotik", yang
bertujuan untuk mengetahui antibiotika yang akan diuji, apakah sensitif, intermediet atau
resisten.

Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan mikroorganisme atau sintesis yang dalam jumlah
kecil mampu menekan, menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya. Antibiotik
memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang beragam. ( Yuniawati, 2013).

Uji sensitivitas antibiotik merupakan tes yang digunakan untuk menguji kepekaan suatu
bakteri terhadap antibiotik. Uji kepekaan/sensitivitas bertujuan mengetahui daya
kerja/efektivitas dari suatu antibiotik dalam membunuh bakteri (Wahyutomo, 2009)

Berdasarkan spektrum kerjanya antibiotik dibagi atas dua kelompok yaitu antibiotik spektrum
luas dan antibiotik spektrum sempit. Antibiotik spektrum luas dapat bekerja terhadap lebih
banyak bakteri, baik gram positif maupun gram negatif serta jamur. Sedangkan antibiotik
spektrum sempit hanya bekerja terhadap beberapa jenis bakteri saja. (Djide, 2008).

Pada percobaan ini digunakan 4 antibiotik yaitu amoxicillin, cafadroxil, tetrasiklin, dan
ciprofloksesin. Keempat antibiotik ini merupakan antibiotik yang bekerja secara spektrum luas,
yaitu antibiotik yang dapat membunuh bakteri baik gram positif maupun gram negatif.

Amoxicillin merupakan antibiotik generik turunan penisilan dengan aktivitas antibakteri


spektrum luas yang dapat efektif terhadap gram negatif dan positif yang menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan bakteri penyebab infeksi di organ paru-paru, saluran kemih, kulit
serta bagian telinga, hidung dan tenggorokan (Wahyutomo, 2009).
Cafadroxil merupakan antibiotik golongan sefalosforin yang merupakan antibiotik spektrum
luas, dapat mengatasi infeksi bakteri di tenggorokan, saluran kencing, kulit atau jantung (Djide,
2008).

Tetrasiklin merupakan antibiotik spektrum luas yang kegunaannya sudah menurun karena
meningkatnya resistensi bakteri. Namun antibiotik ini tetap merupakan pilihan untuk infeksi
yang disebabkan oleh klemide ( trakoma, spitakosis, salpingitis, uretris, dan limtogra nulama
venereum), tiketsia (termasuk Q-fever).brusela (dosisklin dengan steroptomisin/rifampisin),
dan spiraketa, bercila brug derferi) ( lymedisease). Tetrasiklin juga digunakan pada infeksi
saluran pernapasan, mikroplasma genital, akne, deetruvtife periodontal disease, oksaserbase
bronkitis dan untuk reptospirasi pada pasien yang hiper sensitif terhadap penisilin
( Wahyutomo, 2009).

Ciprofloksesin merupakan antibiotik spektrum luas terhadap mikroorganisme gram positif


dan gram negatif. Obat ini biasanya digunakan untuk mengatasi infeksi akibat bakteri seperti
pneumonia, gonore, demam tifoid, diare bahkan infeksi pada kulit, tulang, sendi, abdomen
hingga kelenjar prostat. Obat ini juga dapat digunakan untuk iritasi inhalasi, bronkitis, infeksi
sinus atau infeksi saluran kemih, komplikasi.

Sedangkan kultur bakteri yang digunakan yaitu staphylococcus aureus dan E.coli serta jamur
candida albicans dan jamur molassezia furfur.

staphylococcus aureus merupakan bakteri yang gram positif berbentuk anggur bakteri ini
berperan sebagai flora normal yang ada di permukaan kulit jika jumlahnya berlebih maka akan
menyebabkan infeksi seperti bisul jerawat invertigo dan luka ( Warsa, 1994).

bakteri E.coli merupakan bakteri gram negatif yang terdapat dalam saluran pencernaan
berupa flora normal yang jika berlebih maka akan mengakibatkan infeksi saluran kemih, diare,
sepsis dan menginitis. ( Jawets, 1996).

candida albicans merupakan jamur yang menginfeksi kulit, mulut dan organ intim sedangkan
jamur malassezia furfur merupakan jamur yang jika berlebih maka akan menyebabkan panu
ketombe dan dermatitis seboroik.

pada uji sensitifitas mikroba terhadap antibiotik dapat dilakukan dengan beberapa metode uji
salah satunya yaitu metode difusi cakram dengan menggunakan paper disk, metode ini
digunakan pada praktikum kali ini karena metode ini merupakan cara yang paling banyak
digunakan dan dengan pemeriksaan mudah dilakukan.

adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam percobaan ini yaitu pertama-tama penyiapan
antimikroba uji, yang dilakukan dengan cara membuat suspensi obat antimikroba yang
digunakan dan disimpan ke dalam vial, lalu dimasukkan paper disk ke dalam masing-masing file
yang berisi suspensi obat yang berbeda.

langkah kedua, pengujian potensi antibiotik secara difusi paper disk. yang pertama dilakukan
yaitu mengukur 10 ml NaCl lalu dimasukkan ke dalam gelas tabung reaksi, kemudian dalam 10
ml NaCl ditambahkan kultur bakteri ataupun jamur sebanyak 1 ose. langkah selanjutnya yaitu
mengambil 5 ml medium yang telah dibuat (PDA untuk jamur dan Na untuk bakteri) lalu
dimasukkan ke dalam tabung reaksi kosong. kemudian diambil 1 ml NaCl yang telah
ditambahkan kultur mikroba tadi ke dalam tabung reaksi yang berisi medium, lalu
dihomogenkan.

setelah homogen, medium yang telah berisi kultur mikroba tadi dipindahkan kedalam cawan
petri secara aseptis, dibiarkan hingga memadat, setelah memadat dimasukkan paper disk ke
dalam capek dengan jarak tertentu menggunakan pinset. paper disk yang ditambahkan
berjumlah 4 yaitu paper disk yang direndam dalam antibiotik amoksisilin, tetrasiklin, cefadroksil
dan ciprofloksesin pada masing-masing capet yang didalamnya terdapat kultur bakteri
staphylococcus aureus E.coli dan jamur candida albicans serta furfur.

langkah terakhir yaitu capek yang berisi bakteri diinkubasi dalam inkubator dengan suhu 36-
37 derajat Celcius dan capet yang berisi jamur didiamkan dalam suhu ruangan selama 1 × 24
jam lalu diamati zona hambat yang terbentuk.

semakin besar zona hambat yang terbentuk pada uji sensitifitas suatu mikroba terhadap
antibiotik maka pertumbuhan mikroba di dalamnya semakin terhambat. ( Saemarno, 2000)

hasil yang diperoleh dalam percobaan ini yaitu pada bakteri staphylococcus aureus
ciprofloxacin merupakan antibiotik yang paling sensitif terhadap bakteri sedangkan diameter
zona hambat 36,3 mm kemudian tetrasiklin dengan mm zona hambat 30 mm dan cefadroksil
yang juga sensitif terhadap bakteri SA dengan diameter zona hambat 25 mm serta amoxicillin
yang juga sensitif terhadap bakteri SA dengan diameter zona hambat yang paling kecil dari
antibiotik sebelumnya yaitu 21,6 mm. (CLSI, 2012).

hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jamiletun (2019) dalam uji sensitivitas
antibiotik terhadap bakteri SA yang memperoleh hasil bahwa antibiotik ciprofloxacin ,
tetrasiklin dan sefadroksil sensitif terhadap bakteri SA.

dan hasil percobaan pada bakteri E.coli diperoleh semua antibiotik yang digunakan pada
penelitian atau percobaan ini sensitif terhadap bakteri E.coli. Dengan diameter zona hambat
pada ciprofloksasin 28 mm, merupakan antibiotik yang sensitivitasnya paling tinggi dibanding
antibiotik yang digunakan pada percobaan ini di mana zona hambat tetrasiklin 30 mm,
sefadroksil 21 mm dan amoxicillin 25mm intermedient.
hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumampow (2018), di dalam
penelitiannya menyatakan bahwa ciprofloxacin merupakan anti bakteri yang paling baik
digunakan untuk menghambat pertumbuhan E.coli sebagai agen penyebab diare.

Tingkatan sensitivitas anti bakteri baik pada bakteri maupun E.coli diambil pada tabel
literatur clinical and laboratory standards institute tahun 2012, yang dibandingkan dengan hasil
pengukuran di laboratorium.

Untuk hasil uji sensitifitas antibiotik terhadap jamur candida albicans dan malassezia furfur
diperoleh hasil resistensi terhadap keempat antibiotik. hal ini sudah sesuai dengan literatur
menurut Florencia (2019) yang menyatakan bahwa antibiotik tidak mengobati infeksi yang
disebabkan oleh virus (seperti flu) dan jamur (kutu air atau kedas), hanya dapat
menyembuhkan infeksi yang disebabkan oleh bakteri.

g. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Uji sensitifitas antibiotik merupakan suatu teknik untuk menetapkan sensitifitas antibiotik
dengan mengukur efek senyawa antibiotik uji dengan melihat daya hambat mikroba uji. Uji ini
bertujuan untuk mengetahui sensitifitas antibiotik dan membunuh bakteri.

2. Antibiotik tetrasiklin, sefadroksil, ciprofloxacin sensitif terhadap bakteri SA dengan diameter


zona hambat berturut-turut 30, 25, 38, 3 mm dan amoxicillin yang juga terhitung diameter zona
hambat 21,6 mm.

3. Antibiotik tetrasiklin, sefadroksil, ciprofloxacin sensitif terhadap bakteri E.coli dengan


diameter zona hambat berturut-turut 30, 21, 35 mm dan intermediet terhadap amoxicillin
dengan diameter zona hambat 15 mm.

4. Candida albicans dan melassezia furfur sensitif terhadap antibiotik.


DAFTAR PUSTAKA

Clinical and laboratory standards institute, 2012. Performance Standards For Anti-microbial
Susceptibility Testing : Twenty Second Information Supplement.

Djide, M. N, dkk 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi Farmasi : Lembaga Penerbit UNHAS Makassar.

Florensia, G. 2019. Ini Jenis-jenis Penyakit Yang Memerlukan Antibiotik. Https//id.


Cherrybell.com/doc/219841925/uji-Sensitivitas-Antibiotik. Diakses tanggal 26 Juni 2019.

Jamilatun, M. 2019. Uji Resistensi Antibiotik Staphylococcus Aureus Isolat Kolam Renang. Jurnal
Biomedika. 12(01) : 1-8.
Jawets, E. Dkk. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. Diterjemahkan Oleh E. Nugroho dan R.
F. Maulana. Jakarta : Buku Kedokteran EGC hal 211-215.

Soemarno, 2000. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik. Am Yogyakarta DEPKES RI.

Sumampow, o. J. 2018. Uji Sensitivitas Antibiotik Terhadap Bakteri E.coli Penyebab Diare Balita
Di Kota Manado. Journal JEPS. 2(1) : 2598-2095.

Wahyutomo, R. 2009. Tes Sensitivitas Untuk Menentukan Resistensi Antibiotika.


Http//www.tributememories. Diakses 5 April 2012.

Warsa, U . C. 1994. Kakus Positif Gram : UI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai