Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam bidang farmasi khususnya kimia farmasi sering dilakukan analisis


sediaan farmasi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kuantitatif
seperti identifikasi organoleptik , sedangkan analisis kualitatif digunakan untuk
menentukan kadar suatu senyawa. (Knitz, 2000)

Analisis kualitatif berkaitan dengan identifikasi zat-zat kimia yaitu dengan


mengenali unsur senyawa apa yang terdapat pada suatu sampel. Umumnya,
analisis kualitatif dilakukan terlebih dahulu untuk mengidentifikasi suatu
senyawa. (Knitz, 2000)

Pada percobaan kali ini akan dilakukan pengujian kualitatif bahan baku
gabapentin. Gabapentin merupakan obat antikonvulsan yang berfungsi untuk
mengatasi kejang. Gabapentin bekerja dengan mempengaruhi sistem saraf dan
senyawa kimia didalam tubuh yang terlibat dalam munculnya kejang dan nyeri
untuk pasien yang menderita epilepsi dan peredaran nyeri pada saraf. (Tjay.2007)

Sistem saraf pusat (ssp) memiliki kriteria yang sama dengan organ tubuh
lainnya Yitu kerjNY sangat bergantung pada aliran darah yang memadai untuk
nutrisi dan pembuangan sisa-sisa metabolismenya. Suplai darah ke otak
merupakan suatu jalinan pembuluh-pembuluh darah yang bercabang-cabang,
berhubungan satu dengan yang lain sehingga dapat menjamin suplai darah yang
adekuat untuk sel. Suplai darah, ini dijamin oleh dua arteria yaitu a.carotis interna
dan a vertebralis yang cabang-cabangnya beranastomosis membentuk sirkulus
arteriosus willisi. (Price dan Wilson, 2006). Sistem saraf merupakan suatu sistem
koordinasi yang bertugas menerima rangsangan dan menghantarkan rangsangan
ke semua bagian tubuh sekaligus memberikan tanggapan terhadap rangsangan
tersebut.

Sistem persarafan dibagi menjadi dua yaitu sistem saraf pusat(ssp) yang
bekerja berdasarkan kemauan otak, serta sistem saraf otonom (sso) yang bekerja
berdasarkan keinginan sendiri.
1.2 Tujuan Praktikum

Mempelajari bagaimana cara mengidentifikasi obat golongan sistem saraf


pusat melalui uji kualitatif dengan metode organoleptik, kelarutan, dan uji warna.

1.3 Manfaat Praktikum

Mengetahui dan memahami cara mengidentifikasi obat golongan sistem


saraf pusat melalui uji kualitatif dengan metode organoleptik, kelarutan, dan uji
warna.

1.4 Prinsip Kerja

Mengidentifikasi obat golongan sistem saraf pusat melalui uji kualitatif


dengan metode organoleptik, kelarutan, dan uji warna
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

A. Aanalisis Kualitatif

Kimia analisis dapat dibagi dalam dua bidang yang disebut dengan analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membagi identifikasi zat-zat.
Urusannya adalah unsur-unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu
sampel. Analisis kualitatif berurusan dengan penetapan banyaknya suatu zat
tertentu dalam sampel zat yang ditetapkan yang sering dirujuk sebagai konstituen
yang diinginkan atau analit, dapat merupakan sebagian kecil atau sebagian besar
dari contoh yang dianalisis. (lay dan underwood, 1986)

Analisis kualitatif adalah pemeriksaan ion atau unsur yang terdapat suatu
unsur tunggal atau campuran senyawa. Dalam analisis kualitatif, suatu zat atau
unsur dalam sampel dapat ditentukan melalui tahap-tahap :

1) Analisis Pendahuluan
Analisis pendahuluan merupakan pengamatan terhadap bentuk dan warna
zat, reaksi nyala, mengamati reaksi terhadap senyawa-senyawa tertentu
dan lain-lain. (Rahman, 2009)
2) Analisis Sistematis
Analisis sistematis adalah menganalisis zat berdasarkan golongan yang
paling sering digunakan adalah analisis golongan sistem H2S. Syarat
utamanya sampel harus dalam bentuk larutan. (Tim analitik, 2012)
Prinsip pemeriksaan kation menurut H2S adalah :
a) Pemeriksaan Reagen selektif untuk mengendapkan ion-ion dalam
golongan
b) Pembagian dalam golongan dan sub golongan serta pemisahan ion-ion,
dan
c) Reaksi identifikasi dengan menggunakan reagen spesifik. (Tim Analitik,
2012)
Untuk tujuan analisis kualitatif, sistematik kation-kation diklasifikasikan
dalam lima golongan berdsarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia.
Golongan secara sistematik dapat kita tetapkan ada atau tidaknya golongan-
golongan ini untuk pemeriksaan lebih lanjut. (Syehia, 1990)
Cara yang digunakan dalam melakukan uji analisis kualitatif dapat berupa
cara kualitatif dan cara modern. Cara klasik dapat berupa uji warna, sedangkan
cara modern dapat menggunakan instrumen, seperti spektrofotometer UV-VIS,
HPLC, Spektofotometer IR dan lain-lain. (Mahfuzh, 2014)
Kelebihan dan Kerugian Analisis Kualitatif
- Kelebihan
1) Deskripsi dan interprestasi dari informan dapat diteliti secara mendalam
2) Mempunyai landasan teori yang sesuai fakta
3) Penelitian lebih berjalan subyektif
4) Sangat efektif digunakan dalam mencari tanggapan dan pandangan karena
bertemu langsung
5) Adanya pemahaman khusus dalam menganalisa
- Kekurangan
1) Peneliti bertanggung jawab besar terhadap informasi yang disampaikan
informan
2) Bersifat sirkuler
3) Perbedaan antara fakta dan kebijakan kurang jelas
4) Ukuran penelitian kecil
5) Tidak efektif jika ingin meneliti secara keseluruhan. (Gandjan, 2010)

Analisis kualitatif merupakan identifikasi elemen spesies atau senyawa ysng


ada didalam sampel dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan cara
untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang ditulis dalam suatu sampel.

Dalam analisis kualitatif/ identifikasi senyawa-senyawa anorganik dan


senyawa-senyawa organik, terdapat perbedaan-perbedaan yang penting. Sebagian
besar senyawa-senyawa ionik yang dapat ditentukan dengan suatu bagian tertentu
dalam identifikasinya secara konvensional (senyawa kimiawi)

Dalam melakukan identifikasi obat secara konvensional dapat digunakan


sifat-sifat fisik maupun sifat kimiawinya.

Metode identifikasi obat secara konvensional dapat dilakukan melalui tiga


tahap yaitu :

1)Uji Pendahuluan
a. Penginderaan/ Penyandraan (Organoleptik)
Adalah uji identifikasi sifat fisik obat meliputi bentuk, bau, warna dan rasa
obat menggunakan indera. Uji organoleptik merupakan pengamatan sifat fisik
obat secara langsung dan hasil pengamatannya merupakan informasi awal
yang berguna untuk analisis selanjutnya. Pada umumnya bahan baku obat
tidak berwarna atau berwarna putih
b. Tes Kelarutan
Kelarutan zat dalam pelarut tertentu merupakan sifat kimia fisik yang dapat
digunakan untuk identifikasi obat. Zat mempunyai kelarutan yang berbeda-
beda terhadap beberapa pelarut (air, alkohol, atau pelarut lainnya). Tes
kelarutan dilakukan dengan memasukan sedikit zat kedalam tabung reaksi
kemudian didalamnya ditambahkan pelarut kemudian digoyang-goyang dan
diamati apakah zat tersebut dapat larut.
c. Uji keasaman
Pada saat menguji kelarutan obat, perlu diuji pula keasaman larutan atau Ph
larutan obat/zat. Uji keasaman larutan obat atau zat secara sederhana
dilakukan menggunakan kertas lakmus merah atau biru.
d. Penentuan unsur-unsur dalam identifikasi senyawa obat adalah tahap untuk
menentukan keberadaan unsur selain karbon (c), hidrogen (H), dan
Oksigen(O) pada obat yang diidentifikasi
2)Uji penentuan gugus fungsional (Uji Golongan)
a. Pemeriksaan golongan senyawa karbohidrat
Pemeriksaan golongan senyawa karbohidrat dilakukan dengan pereaksi
molish (Larutan a-naftol 3% dalam etanol dan asam sulfat pekat)
b. Pemeriksaan golongan senyawa asam organik
Pemeriksaan golongan senyawa asam organik dilakukan dengan menguji
larutan zat dalam air menggunakan kertas lakmus biru. Larutan zat uji akan
mengubah lakmus biru menjadi merah. Senyawa yang termasuk dalam
golongan asam antara lain asam sitrat, asam benzoat, asam salisilat, asetosal,
asam askorbat, dan lain-lain.
c. Pemeriksaan golongan senyawa alkaloid
Dilakukan dengan menguji larutan zat dalam asam klorida encer dengan
pereaksi mayer(larutan HgCl2 direaksikan dengan kl berlebih) dan pereaksi
Bouchardat (larutan iodium)
d. Pemeriksaan senyawa sulfonamide
Pemeriksaan senyawa sulfonamide, dilakukan dengan menguji zat dalam
asam klorida dengan batang korek api. Kberedaan senyawa sulfonamide
dalam asam klorida kan mengubah batang korek api menjadi berwarna
jingga.
e. Pemeriksaan senyawagolongan barbiturat
Pemeriksaan senyawa barbiturta dilakukan dengan pengujian larutan zat
dalam etanol dengan pereaksi zwikker (campurkan zwikker I [CO(NO3)2]
1% dalam etanol dan zwikker II
(elridin 10% dalam etanol).
3) Uji penentuan jenis zat (uji pengasan) dan pengamtan bentuk kristal
Penentuan jenis zat/uji penegasan merupakan pengujian untuk memastikan
senyawa yang di identifikasi/di periksa. Penentuan jenis zat ini dilakukan
secara konvensional menggunakan pereaksi-pereaksi tertentu dan
pengamatan kristal zat yang diperiksa menggunkan mikroskop. Uji
penagasan ini dilakukan untuk membedakan antar satu senyawa dengan
senyawa lainnya yang segolongan (Gandjari, 2010).
B. Penyakit
1) Definisi Epilepsi
Epilepsi merupakan gangguan kronik otak yang menunjukkan gejala-
gejala berupa serangan yang berulang yang terjadi akibat adanya ketidak
normalam kerja yang sementara sebagian atau seluruh jaringan otak yang
karena cetuskan listrik pad neuron peka langsung yang berlebihan, yang
dapat menimbulkan kalainan motorik, sensorik, otonom atau psikis yang
timbul tiba-tiba dan sesaat desebabkan lepasnya muatan listrik abnormal
sel-sel otak (WHO, 2006).
2) Etiologi Epilepsi
Etiologi Epilepsi dapat dibagi ats dua kelompok:
a. Epilepsi ediopatik, yaitu epilepsi yang faktor penyebabnya tidak
diketahui.
b. Epilepsi sistomatik, penyebabnya sangat bervariasi tergantung pada usia
awitan.
3) Tipe Bangkitan Epilepsi
a. Bangkitan parsial
b. Bangkitan umum
c. Tak tertolongkan
4. Epilepsi Pada Anak
Pada anak atau bayi pertumbuhan membran sel belum sempurna. Hal ini
menyebabkan rendahnya nilai ambang kejang, didampingi itu proses
inhibisi pada kortek bayi atau anak belum sempurna. Hal-hal tersebut
menyebabkan bayi atau anak lebih peka terhadap rangsang yang
menimbulkan kejang dibanding dengan orang dewasa (Freeman,1987).
5. Penatalaksanaan Epilepsi
Pengobatan epilepsi bertujuan untuk menyembuhkan atau bila tidak
mampu menyembuhkan, paling tidak membatasi gejala-gejala dan
mengurangi efek samping pengobatan. Pengobatan dihentikan secara
berangsur dengan menurunkan dosisnya (Low, 1998).
Menurut Basjirudin (1992) Tujuan utama pengobatan adalah agar tidak
terjadi bangkitan berlulang dan tidak menggangu fungsi normal susunan
saraf pusat, sehingga penderita epilepsi hidup seperti orang normal. Pada
dasarnya prinsip penanggulangan epilepsi adalah dengan pemberian OAW
sebagai upaya menekan timbulnya bangkitan mengatasi penyebab, faktor
pencetus, dan meningkatkan kesehatan nasional, fisik, maupun bprikis.
C. Gabapentin
Gabapentin merupakan asam I (aminometil) sikloheksaneasetat, suatu obat
anti kejang. Gabapentin pertama di daftarkan bke FDA pada tahun 1993.
Gabapentin merupakan analog dari GABA (Gamma Aminobuturic Acid).
Suatu asam amino yang banyak terdapat di otak.
Gabapentin merupakan neurotransmiter inhibitor dikonteks selebral,
neurotransmiter inhibitor berguna untuk memblok aktivitas otak yang
berlebihan. Mekanisme gabapentin sebagai anti kejang dan psikotropik
masih belum sepenuhnya di pahami. Studi preklinik memperlihatkan
gabapentin meningkatkan kadar GABA di otak dan intraseluler. Penelitian
invitro juga menunjukkan bahwa gabapentin meningkatkan aktivitas dari
glutamic Acid decarboxylase, enzim yang merubah glutamat menjadi
GABA. Selain itu, gabapentin juga menghambat GABA transminase,
enzim utama yang bertanggung jawab mematabolosme GABA.
Gabapentin juga di laporkan meningkatkan kadar serotonin pada orang
sehat (Nemeroff, 2009).
Mekanisme gabapentin sebagai antinyeri melibatkan a28-1 yakni sebuah
subnit kanal kalsium yang sensitif voltase, dimana target utama dan
peningkatan spesifik subnit ni dapat menghasilkan hasil yang bertanggung
jawab untuk menurunkan nyeri. Peningkatan pada subnit a28-1
menghambat cedera saraf dimana dapat menginduksi transfer A1
poreforming units kanal kalsium dari sitoplasma ke membran plasma
diterminal presinap dorsalrool ganglion (DRG) dan saraf dorsal born.
Gabapentin juga telah terbukti memodulasi target lainnya termasuk
reseptor NMDA, protein kinase C dan sitokin inflamasi. Hal ini dapat
berefek pada daerah supraspinal untuk merangsang noradrenalin yang
memediasi penurunan penghambatan, yang memberikan kontribusi
sebagai anti-hipersensitivitas pada nyeri neuropatik (A. kukkar et al,
2013).
Efek samping gabapentin yang bisa minal seperti sedasi, mulut kering,
pusing, hipotensi postural, oraxia, konstipasi, letargi, edema, sakit kepala,
pruritis, rasa sakit yang tidak nyaman, diarea, mual, pandangan kabur dan
lainnya b(Morello, 1999)
2.2 URAIAN BAHAN

2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1997)

Nama Resmi : AETHANOLUM

Nama Lain : Alkohol, Etanol, ethyl alkohol

Rumus Molekul : C2 H6 O

Rumus Struktur : H-C C-OH

Berat Molekul : 46.07

Pemerian : Cairan tidak berwarna jernih, mudah menguap,


dan mudah bergerak; bau khas rasa panas, mudah
terbakar dan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.

Kelarutan : Sangat larut dalam air, dalam kloroform P, dan


dalam enter p.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya,


ditempat sejuk jauh dari nyala api.

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

2.2.2 Aquadest (Dirjen POM, 1979)

Nama Resmi : AQUADESTILATA

Nama Lain : Aquadest

Rm/Bm : H2O/18,02

Rumus Struktur:

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut


2.2.3 Metanol (Dirjen POM, 1979)

Nama Resmi : METANOL

Nama Lain : Metanol absolut

Rm/Bm: CH3 OH/-

Rumus Struktur:

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, membentuk cairan


jernih tidak berwarna.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai pengendap

2.2.4 Ferri Chlorida (FI edisi III, 659)

Nama Resmi : FERRI CHLORIDA

Nama Lain : Besi (III) klorida

Rm/Bm : FeCl3

Pemerian : Hablur atau hablur serbuk hitam kehijauan, bebas


warna jingga dari garam hidrat yang telah
terpengaruhi oleh kelembapan.

Kelarutan : Larut dalam air, larutan berfluoresensi berwarna


jingga

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai Pereaksi.


2.2.5 Gabapentin (Martindale, 2009)

Nama Resmi : GABAPENTIN

Rm/Bm : C9 H17 NO2/ 172,237 g/mol

Kelarutan : Larut dalam air, larutan basa dalam larutan asam.

Pemerian : Berbentuk kristal berwarna putih rasa pahit.

Indikasi : Antikonsulvan/antiepilepsi, meredakan nyeri


Neuropati

Efek samping : Nafas lambat, depresi, kejang, reaksi alergi,


kuning pada mata, atau kulit, muntah darah, urin
berwarna gelap.

Interaksi Obat : Gabapentin meningkat bersama penggunaan


morfin.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat

 Timbanan analitik
 Gelas ukur (volume disesuaikan)
 Tabung reaksi
 Pipet tetes
 Beker gelas/ Gelas kimia/ Gelas piala
 Batang pengaduk
 Lumpang dan alu
 Sudip
 Corong
 Kaca arloji
 Cawan petri

3.2 Bahan
 Aquadest
 Sampel obat golongan ssp
 HCl
 Pereaksi dragendrof

3.3 Cara kerja


3.3.1 Uji Organoleptik
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Amatilah bentuk, warna,bau, dan rasa dari sampel yang
digunakan.
3.3.2 Uji Kelarutan
Didalam air
1. Siapkan alat dan bahan
2. Gerus sampel sampai halus
3. Sampel yang sudah halus ditimbang 100mg
4. Masukan dalam tabung reaksi
5. Tambahkan air
6. Amati kelarutannya
Di dalam Etanol
1. Siapkan alat dan bahan
2. Gerus sampel sampai halus
3. Sampel yang sudah halus ditimbang 100mg
4. Masukan dalam tabung reaksi
5. Tambahkan etanol
6. Amati kelarutannya

Didalam Metanol
1. Siapkan alat dan bahan
2. Gerus sampel sampai halus
3. Sampel yang sudah halus ditimbang 100mg
4. Masukan dalam tabung reaksi
5. Tambahkan metanol
6. Amati kelarutannya

3.3.3 Uji Pembentukan Kristal


1. Siapkan alat dan bahan
2. Gerus sampel sampai halus
3. Timban 1 g sampel, masukan dalam kaca arloji/ cawan petri
4. Tambahkan 4-5 tetes FeCl3 dan 3 tetes pereaksi dragendorf
5. Panaskan
6. Amati apa yang terjadi
7. Hasil dinyatakan positif, jika terlihat kristal

Anda mungkin juga menyukai