Anda di halaman 1dari 13

Pembalikan Polaritas

Pembalikan polaritas adalah proses perubahan sifat atom karbon dari sinton donor
(bersifat nukleofilik) menjadi sinton akseptor (bersifat elektrofilik) atau sebaliknya.
Pembalikan polaritas (umpolung) sangat penting dalam sintesis senyawa organik,
karena sinton dari hasil diskoneksi tidak selalu tersedia reagennya secara langsung,
melainkan harus melalui proses pembalikan polaritas atau terkadang melalui proses
pengalihan pusat kereaktifan. Contohnya sintesis etana dari metil iodida. Metil iodida,
yang merupakan reagen dari sinton akseptor (elektrofil) dapat diubah menjadi reagen
dari sinton donor (nukleofil) melalui reaksi dengan logam litium.(Cahyono, E., 2010,)

Ada beberapa cara yang dilakukan untuk proses


pembalikan polaritas termasuk pengalihan pusat kereaktifan, seperti :

1. Pertukaran atom hetero


2. Memasukkan atom hetero
3. Addisi fragmen karbon

Sikloadisi adalah suatu reaksi kimia perisiklik, ketika "dua atau lebih molekul tak jenuh (atau
bagian dari molekul yang sama) bergabung dengan pembentukan suatu aduk siklik di mana
terdapat reduksi bersih dari multiplisitas ikatannya Hasil dari reaksi ini adalah reaksi siklisasi.
Banyak namun tidak semua sikloadisi berlangsung serentak. Sebagai kelas reaksiadisi sikloadisi
mengizinkan pembentukan ikatan karbon-karbon tanpa penggunaan nukleofil atau elektrofil.
(Cahyono, E., 2010,)

Reaksi Diels-Alder

Reaksi Diels-Alder mungkin merupakan reaksi sikloadisi yang paling penting dan umum
diajarkan. Secara formal reaksi ini merupakan suatu reaksi sikloadisi [4+2] dan hadir dalam
berbagai bentuk, termasuk reaksi Diels-Alder heksadehidro dan trimerisasi alkuna terkait. Reaksi
juga dapat berjalan dalam arah sebaliknya seperti dalam reaksi retro-Diels–Alder.(Reetz, M.T,
2002,)

reaksi Diels- Alder merupakan salah satu cara membuat cincin pada sintesis organik.
Reaksi Diels- Alder berlangsung antara diena terkonjugasi (1) dengan suatu dienofil (2).
Selain alkena, alkuna (3) juga dapat bertindak sebagai dienofil.
Adanya gugus penarik elektron pada dienofil akan reaksi semakin mudah berlangsung.
Reaksi ini bersifat regioselektif dan stereoselektif karena proses pembentukan cincin
berlangsung dalam satu tahap sehingga tidak ada waktu untuk berotasi.Trans  dienofil
(4) akan memberikan produk trans, dan begitu sebaliknya untuk cis dienofil.

Pada reaksi Diels-Alder biasanya terdapat istilah produk ekso dan produk endo. Istilah
ini mengacu pada hubungan antara gugus penarik elektron dari dienofil terhadap ikatan
rangkap pada cincin sikloheksena yang baru terbentuk. Dalam praktek, produk endo
umumnya lebih dominan karena merupakan produk kinetik, sementara produk ekso
yang lebih stabil merupakan produk termodinamik
Siglure (5) merupakan atraktan sintetik yang digunakan sebagai umpan untuk lalat buah
Mediteranean. Senyawa ini memiliki hubungan trans dan dapat dibuat dari
trans dienofil.
Dalam pabrik etil ester lebih mudah digunakan dan baru diganti dengan alkohol yang
lebih kompleks setelah reaksi Diels-Alder.

Limonen (7), senyawa pemberi aroma pada buah jeruk adalah produk nyata dari reaksi
Diels-Alder. Diskoneksi Diels-Alder akan memberikan diena dan dienofil yang berupa
trans diena. Agar reaksi berlangsung sesuai dengan harapan, salah satu ikatan rangkap
pada dienofil ditransformasi menjadi karbonil yang nantinya dapat dibuat melalui reaksi
Wittig.(Reetz, M.T, 2002,)
SINTESIS AMINA

Pembuatan amina prinsipnya dapat dijalankan melalui substitusi nukleofilik, reaksi reaksi
reduksi dan reaksi penyusunan ulang.

I. Reaksi Substitusi

Pembuatan amina dengan cara substitusi melalui mekanisme SN 2 antara amonia atau amina
dengan alkil halida primer atau sekunder. Ikatan yang baru terbentuk menunjukan bahwa atom N
mengikat gugus alkil dari alkil halida.

Kelemahan reaksi diatas ialah garam ammonium yang terjadi bereaksi dengan amonia atau amina
kembali secara setimbang. Amina yang terjadi dapat bertindak sebagai nukleofil atau yang dapat
bereaksi dengan metil iodida sehingga terbentuk amina sekunder dan seterusnya. Sehingga pada
hasil reaksi sering dijumpai campuran amina primer, sekunder, tersier dan kuarterner.
II. Pembuatan amina oleh reduksi

Metode ini biasa digunakan untuk menghasilkan amina aromatik karena gugus nitro mudah
direduksi baik dengan katalis maupun dengan pereduksi logam (besi, timah, seng) dan asam.
Reaksi berlangsung melalui nitrasi aromatik eletrofilik.

Amina sekunder dan tersier,terutama yang mengandung R yang berbeda dapat disintesis dari
amida seperti persamaan reaksi dibawah ini:
Pada reduksi diatas gugus karbonil diubah menjadi CH2 sedangkan atom N tidak mengalami
perubahan. Oleh akrena itu hasil reduksi amida dapat berbentuk amina primer sekunder dan
tersier tergantung dari senyawa amida yang digunakan.

Nitril bila direduksi dapat menghasilkan amina. Pada reduksi nitril, amina yang dihasilkan hanya
amina primer dan reduksi dapat dilakukan dengan LiAlH4 atau secara katalitik.( Ningrum, N. S.
2009)

III. Pembuatan Amina Dari Penataan Ulang

Salah satu reaksi penataan ulang amina adalah dari amida yang disebut penataan ulang Hofmann.
Prinsip penataan ulang Hofmann adalah amida direaksikan dengan air brom (Br 2) atau air klor
(Cl2) dalam larutan natrium hidroksida.(Fatimah, Is. 2008)
IKHTISAR STRATEGI

Analisis:

 Mengenal gugus fungsional dalam molekul target


 Diskonek dengan metode yang dapat dipercaya dan dikenal, atau dengan menggunakan
IGF bila diperlukan untuk menghasilkan gugus fungsional (GF) yang tepat untuk
diskonek :
a. Ikatan yang menghubugkan cincin aromatic pada sisa molekul, baik Ar-C ataupun
Ar-x
b. Setiap ikatan dua gugus (1,1-,1,2- dan 1,3-)
 Ulang secukupnya agar tercapai startng material yang tersedia.
Sintesis:

1. Tulis rencana menurut analisis 1 dengan menambah reagen dan kondisi


2. Cek bahwa urutan peristiwa-peristiwa yang rasional telah dipilih.
3. Cek aspek-aspek kemoselektivitas telah dipertimbangkan, terutama reaksi-reaksi yang
tidak dikehendaki terjadi dalam molekul, bila perlu gunakan gugus-gugus pelindung.
4. Ubah rencana bila terjadi kegagalan dalam laboratorium
Contoh

Salbutamol mempunyai struktur yang mirip dengan adrenalin (20) adanya karbon ekstra
mencegah efeksamping yang berbahaya pada jantung dan gugus t-butil membuat obat
berkerja lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, E., M. Muchalal., Triyono & Harno, D.P. 2010. Kinetic Study
CyclisationAsetilation of (R)-(+)-Citronellal by Modified Natural Zeolite as Solid Solvent.
Indonesian Journal of Chemistry, vol 10:194- 198.

Fatimah, Is., Dwiarso R. & Torikul H. 2008. Perenan Katalis TiO2/SiO2- Mormorillonit
pada reaksi konversi sitronellal menjadi isopulegol. Reaktor. vol.12 No. 2. Hal: 83-89

Ningrum, N. S. 2009. Pengkajian Pengaruh Penambahan Nikel dan Krom Pada Katalis
Berbasis Besi Untuk Pencairan Batubara. Vol 5. No 3. Jurnal Teknologi Mineral dan
Batubara. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai