ABSTRAK
Tumbuhan digunakan oleh masyarakat Karo dalam berbagai upacara adat, juga untuk makanan, obat-
obatan, dan keperluan industri. Pengobatan tradisional untuk berbagai macam penyakit sudah dikenal
masyarakat Karo. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan lokal tentang
pemanfaatan tanaman herbal yang digunakan suku Karo di Desa Ujung Deleng. Serta mengidentifikasi bagian
tanaman obat yang dimanfaatkan suku Karo di Desa Ujung Deleng. Tiga tahapan metode penelitian adalah
wawancara, pengambilan spesimen tumbuhan obat, dan kajian pustaka. Hasil penelitian yang dilakukan di Desa
Ujung Deleng adalah kearifan lokal suku Karo yang menggunakan empat bagian tumbuhan yaitu daun, rimpang,
buah dan akar. Terdapat 14 jenis tanaman obat di Desa Ujung Deleng yang terbagi dalam 11 famili. Cepcepan
(Macaranga denticulata), Katubini (Bridelia glauca), dan Taritik/Patikan Kebo (Euphorbia hirta) merupakan
anggota dari famili Euphorbiaceae.
Kata kunci: Etnomedisin, Obat Tradisional, Suku Karo, Tumbuhan Obat.
Prosedur Penelitian
1. Analisis Kearifan Lokal
Wawancara dilakukan untuk
mengumpulkan data tentang spesies, habitat,
komponen tanaman yang digunakan, teknik
pengolahan, dan kategori konsumsi tanaman.
Sampel ditentukan dengan menggunakan metode
purposive sampling. Terdapat 250 KK yang tinggal
di desa Ujung Deleng. Alwi (2015) menyatakan
2
Jumlah informan perempuan lebih banyak
dibandingkan informan laki-laki seperti terlihat pada
Tabel 1. Masyarakat umur produktif yang telah
berumur 40 tahun keatas, lebih banyak mengetahui
dan masih banyak menggunakan tumbuhan obat,
karena sudah memiliki banyak pengalaman
dalam menggunakan tumbuhan obat yang masih
diterapkan hingga sekarang. Sesuai dengan riset Gambar 2. Karakteristik Informan Desa Ujung
Ernikawati et al. (2020) yang menyatakan bahwa Deleng
dapat dilihat dari bagian pengguna tumbuhan obat
didominasi oleh masyarakat dari umur 41 tahun Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa
hingga 65 tahun, yaitu sebesar 46,67%. informan di Desa Ujung Deleng terdiri dari yang
tidak menggunakan tanaman obat dan pengguna
Sumber penghasilan informan dibagi tanaman obat. Pengguna tanaman obat memiliki
menjadi lima kategori berdasarkan wawancara: nilai sebesar 96,7%, hampir seluruh responden
petani, bidan, wiraswasta, pengurut dan pengobat pengguna tumbuhan obat. Penyebab ada yang tidak
kampung. Tabel 2 menunjukkan persentase berbagai menggunakan tanaman obat ialah karena orang
jenis pekerjaan kelompok masyarakat Desa Ujung tersebut lebih percaya terhadap obat sintetik yang
Deleng. sudah teruji efektif serta orang tersebut berprofesi
Tabel 2. Persentase Jenis Mata Pencaharian sebagai Bidan. Mabel et al. (2016) dalam
Masyarakat di Desa Ujung Deleng penelitiannya menyatakan bahwa pengetahuan yang
No. Jenis Jumlah Persentase (%) diwariskan secara turun temurun, dukun ataupun
Pekerjaan buku-buku tentang tanaman obat. Pengalaman ini
1. Bidan 1 3,3 menyadarkan masyarakat akan manfaat tanaman
2. Pengobat 2 6,7 sehingga masyarakat sering menanamnya di
Kampung pekarangan rumah atau kebun dekat rumah warga.
3. Tukang Pijit 1 3,3 Berdasarkan hasil wawancara dengan
4. Petani 23 76,7
responden, warga Desa Ujung Deleng menderita
5. Wiraswasta 3 10
Total 30 100 berbagai jenis penyakit. Persentase jenis penyakit ini
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Persentase Jenis Penyakit yang Dialami
Mayoritas masyarakat Suku Karo di Desa
Ujung Deleng bermata pencaharian sebagai petani Masyarakat Karo di Desa Ujung Deleng
sebanyak 76,7% (23 Orang), yang mendominasi No. Jenis Jumlah Persentase (%)
Penyakit
sebagai petani di Desa Ujung Deleng adalah
1. Masuk Angin 22 13,50
perempuan. Wiraswasta sebanyak 10% (3 Orang), 2. Luka Luar 18 11,04
Pengobat Kampung sebanyak 6,7% (2 Orang), yang 3. Demam 17 10,43
bekerja sebagai Tukang Pijit 1 Orang dan bekerja 4. Sakit Perut 17 10,43
sebagai Bidan 1 Orang. Masyarakat desa ujung 5. Diare 16 9,82
deleng juga berpartisipasi dalam menjaga dan 6. Diabetes 14 8,59
melestarikan tumbuhan obat yang berada di hutan, 7. Sakit 12
Pinggang 7,36
mereka membudidayakan tumbuhan obat supaya
8. Nyeri Otot 10 6,13
sumber tumbuhan obat di hutan tidak habis. 9. Maag 8 4,91
Utami et al. (2019) menyatakan dalam penelitiannya 10. Sakit Kepala 5 3,07
bahwa keterlibatan petani dalam penggunaan 11. Batuk 5 3,07
tanaman herbal di hutan merupakan salah satu cara 12. Sakit Gigi 4 2,45
untuk menjaga keamanan dan kelestarian hutan 13. Luka Dalam 4 2,45
sebab masyarakat memandang hutan sebagai sumber 14. Hipertensi 3 1,84
15. Kurang 2
ekonomi keluarga, sumber obat-obatan, dan sumber
Tenaga 1,23
air untuk menjamin kehidupan masyarakat desa. 16. Rematik 2 1,23
Karakteristik informan dapat dilihat pada Gambar 2. 17. Asma 2 1,23
18. Malaria 2 1,23
Total 163 100
3
Berdasarkan Tabel 3, masuk angin 2. Berobat Ke 1 3,3
merupakan penyakit yang paling banyak dialami Puskesmas
oleh warga Desa Ujung Deleng. Karena Total 30 100
kesederhanaan dan biaya rendah, obat tradisional
Berdasarkan Tabel 5 terdapat 2 tindakan
sering digunakan. Triratnawati (2010) menyatakan
pengobatan, Masyarakat yang memilih untuk
dalam penelitiannya bahwa masuk angin merupakan
membuat obat sendiri sebanyak 96,7%, yang
istilah yang digunakan untuk menggambarkan
memilih berobat ke puskesmas sebanyak 3,3%,
keadaan tidak sehat, masuk angin merupakan
alasan lebih memilih membuat obat sendiri secara
penyakit yang sering diderita masyarakat akibat
tradisional adalah bahan mudah didapat dan tidak
perubahan cuaca lingkungan dan kerja berlebihan.
mengeluarkan biaya yang besar serta percaya
Kelelahan karena pekerjaan, kurang tidur atau
terhadap khasiat obat tradisional yang manjur dalam
terus-menerus terkena angin, akibatnya tubuh sering
mengobati penyakit yang diderita, Hikmat et al.
menderita masuk angin, pusing dan flu.
(2011) pada penelitiannya menyatakan beberapa
Masyarakat Desa Ujung Deleng masih
informan tetap menggunakan jamu dan obat
menggunakan tanaman obat tradisional hingga saat
tradisional dengan memproduksi bahan bakunya di
ini. Khasiat dari penggunaan tumbuhan obat sudah
kebun mereka. Penyebab mereka menggunakan obat
terbukti efektif sejak dahulu dan tidak menyebabkan
tradisional pada umumnya karena dipercaya
efek samping yang berbahaya. Dari hasil penelitian
khasiatnya dapat mengobati penyakit sekaligus
di Desa Ujung Deleng mengungkapkan bahwa dari
menjaga kesehatan, serta karena kesederhanaan dan
14 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai
biaya rendah.
bahan obat tradisional, terdapat 2 bagian tumbuhan
Berdasarkan hasil wawancara, sebagian
yang digunakan sebagai bahan untuk pengobatan,
besar tumbuhan yang biasa digunakan adalah Talu
bagian yang digunakan yaitu daun dan akarnya.
Dagang (Ageratum conyzoides), dan Pegagan
Persen jenis tumbuhan yang digunakan
(Centella asiatica).
sebagai bahan obat tradisional oleh masyarakat
1. Pegagan (Centella asiatica)
Ujung Deleng berdasarkan habitus dapat dilihat
Pegagan dimanfaatkan masyarakat Desa
pada Tabel 4.
Ujung Deleng sebagai obat luka luar. Masyarakat
Tabel 4. Jenis Tumbuhan yang Digunakan untuk
Obat oleh Masyarakat Ujung Deleng Desa Ujung Deleng mengunyah langsung daun
berdasarkan habitus Pegagan lalu mengoleskan langsung ke luka.
No. Habitus Jumlah Persentase(%) Ramadhan et al. (2015) pada penelitiannya
1. Pohon 3 21, 43 menyatakan Pegagan merupakan tanaman obat yang
2. Perdu dan Semak 8 57,14 sering dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional.
3. Herba 3 21,43 Pegagan memiliki khasiat mencegah kusta dan
Total 14 100 menyembuhkan luka.
2. Talu Dagang/Bandotan (Ageratum conyzoides)
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 14 jenis
Masyarakat Desa Ujung Deleng
tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat,
memanfaatkan Daun Talu Dagang sebagai obat
sebanyak 8 jenis (57,14 %) berupa perdu/semak, 3
demam. Silalahi (2018) dalam penelitiannya
jenis (21,43 %) berasal dari pohon, dan 3 jenis
mengatakan bahwa Di Indonesia Talu Dagang tidak
(21,43 %) berasal dari herba. Pujirahayu et al.
sulit dicari di lahan-lahan gundul, baik di
(2016) pada penelitiannya menyatakan 37 jenis
pekarangan maupun di kebun. Talu Dagang
tumbuhan, meliputi 15 jenis pohon, 8 jenis
digunakan untuk mengobati demam dan bisul.
perdu/semak, 8 jenis herba, 5 jenis rerumputan, dan
2 jenis bambu, dimanfaatkan sebagai obat di Desa Identifikasi Bagian Tumbuhan Obat Desa Ujung
Alolama di wilayah Tahura Nipa-nipa bagian barat. Deleng
Tabel 5. Persentase Tindakan Berobat yang Tabel 6. Persentase Bagian Tumbuhan yang
Dilakukan Masyarakat di Desa Ujung Digunakan Masyarakat Karo sebagai
Deleng Jika Sakit Obat Tradisional di Desa Ujung Deleng
No. Tindakan Jumlah Persentase(% No. Bagian yang Jumlah Persentase(%
Pengobatan ) Dimanfaatkan )
1. Membuat Obat 29 96,7 1. Daun 13 93
Sendiri Secara 2. Akar 1 7
Tradisional
4
Total 28 100 dengan cara direbus. Akar Abang-abang
dimanfaatkan masyarakat untuk obat diare dengan
Berdasarkan Tabel 6, masyarakat Desa cara menumbuk akar lalu direbus dengan
Ujung Deleng lebih banyak menggunakan daun menambahkan garam. Orang membutuhkan jumlah
dibandingkan bagian tumbuhan lainnya. Hal ini waktu yang berbeda dari perawatan hingga
disebabkan karena daun dapat dengan mudah penyembuhan dari penyakit.
diperoleh dari bagian lain. Menurut penelitian Penelitian dan perbincangan dengan
Mabel et al. (2016), daun merupakan bagian masyarakat desa dilakukan untuk lebih mengenal
tanaman yang sering digunakan sebagai obat oleh berbagai macam tanaman obat yang terdapat di Desa
masyarakat. Cara penggunaan tumbuhan obat Ujung Deleng. Kegiatan ini mengarah pada
diketahui oleh masyarakat setempat berdasarkan identifikasi tanaman obat. Dari penelitian dan
informasi yang diturunkan secara turun-temurun wawancara dengan informan Di Desa Ujung Deleng
dari para pendahulu, orang pintar (dukun), dari buku terdapat 14 jenis tanaman obat yang dapat dilihat
tentang tumbuhan obat. pada Tabel 7.
Berdasarkan hasil penelitian, lebih banyak
orang yang memanfaatkan daunnya sebagai obat
6
Masyarakat Desa Ujung Deleng sebagai diuretik, membantu membuang terlalu
memanfaatkan Daun Gagatan Harimau sebagai banyak asam urat dalam darah sehingga tidak terus
penguat daya tahan tubuh serta penambah energi. menumpuk di tubuh.
Sinaga (2019) mencatat dalam penelitiannya bahwa
Gagatan Harimau merupakan tanaman yang Tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh
digunakan masyarakat Karo untuk mengobati masyarakat Desa Ujung Deleng untuk habitus herba
berbagai macam penyakit, antara lain diare, sakit adalah sebagai berikut:
perut, dan penambah energi. 1. Pegagan (Centella asiatica)
3. Galunggung/ Sembung (Blumea balsamifera) Masyarakat Desa Ujung Deleng
Masyarakat Desa Ujung Deleng memanfaatkan Daun Pegagan untuk penyembuhan
memanfaatkan Daun Galunggung untuk mengobati luka. Ramadhan et al. (2015) mencatat dalam
diare. Widhiantara et al. (2018) menyatakan dalam penelitiannya bahwa Pegagan merupakan tanaman
penelitiannya bahwa masyarakat Indonesia yang memiliki khasiat penyembuhan, bermanfaat
umumnya menggunakan tanaman Sembung untuk untuk menyembuhkan luka dan juga untuk penyakit
mengobati asma, flu, rematik, nyeri haid, demam, kusta.
diare dan perut kembung. 2. Talu Dagang/Bandotan (Ageratum conyzoides)
4. Katubini (Bridelia glauca) Masyarakat Desa Ujung Deleng
Masyarakat Desa Ujung Deleng memanfaatkan Daun Talu Dagang sebagai obat
memanfaatkan Daun Katubini sebagai obat sakit demam. Silalahi (2019) dalam penelitiannya
perut. Suryatinah et al. (2020) pada penelitiannya mengatakan bahwa beberapa suku bangsa Di
menyatakan tumbuhan Bridelia glauca dalam dunia Indonesia memanfaatkan tumbuhan liar Talu
medis, efeknya adalah menangkal bakteri, diabetes, Dagang untuk mengobati demam dan bisul dalam
diare, radang, malaria, virus, sakit perut dan pengobatan.
penyakit kelamin. 3. Taritik/Patikan Kebo (Euphorbia hirta)
5. Keji Beling (Strobilanthes crispus) Masyarakat Desa Ujung Deleng
Masyarakat Desa Ujung Deleng menggunakan Daun Taritik/Patikan Kebo sebagai
memanfaatkan Daun Keji Beling untuk mengobati obat asma. Fitmawati dan Juliantari (2017) dalam
sakit perut. Larasati et al. (2021) pada penelitiannya penelitiannya menyatakan bahwa Taritik/Patikan
menyatakan bahwa tanaman Keji Beling memiliki Kebo digunakan sebagai obat batuk, disentri, flu,
manfaat seperti mengobati batu ginjal, batu empedu, bronkitis, perangsang kencing, bisul, tipus, asma,
diabetes, wasir, kesulitan buang air kecil dan buang faringitis.
air besar. Bahan obat tradisional yang terdiri dari
6. Lancing (Solanum erianthum) habitus pohon, perdu, semak dan herba merupakan
Masyarakat Desa Ujung Deleng pemanfaatan dari sumberdaya hutan, mereka yang
menggunakan Daun Lancing untuk mengobati mengerti pengobatan tradisional mengumpulkan
masuk angin. Wulandari (2020) menyatakan dalam tanaman obat dengan tujuan untuk mengobati
penelitiannya bahwa Daun Lancing mempunyai masyarakat. Juliarti (2013) dalam penelitiannya
manfaat yang digunakan untuk mengobati masuk menyatakan pemanfaatan tumbuhan obat dapat
angin dan luka dalam. berkembang karena 1) Di Desa Tasik Betung
7. Rimbatasik (Petiveria alliacea) Kabupaten Siak, Provinsi Riau, teknologi modern
Masyarakat Desa Ujung Deleng masih sangat terbatas sehingga pengobatan penyakit
memanfaatkan Daun Rimbatasik sebagai obat mayoritas masih dilakukan oleh dukun desa, 2) obat
meningkatkan kekebalan tubuh. Mulyani et al. modern sudah banyak tersedia di toko, tetapi hanya
(2011) pada penelitiannya menyatakan Daun ditujukan untuk mengobati penyakit ringan dan
Rimbatasik digunakan sebagai obat penenang umum, 3) pengolahan obat tradisional yang sudah
aromatik, influenza, radang, tumor, bakteri, jamur, ada masih dilakukan oleh dukun desa, dan 4)
diabetes dan penyakit lainnya. metode tradisional masih digunakan dalam
8. Sibaguri (Sida rhombifolia) pengobatan modern.
Masyarakat Desa Ujung Deleng Dari 14 jenis tumbuhan yang digunakan
memanfaatkan Daun Sibaguri untuk mengobati sebagai bahan obat, sebanyak 8 jenis berupa
asam urat. Syafrullah (2015) pada penelitiannya perdu/semak, 3 jenis berasal dari pohon, dan 3 jenis
menyatakan bahwa tumbuhan Sibaguri ini bertindak berasal dari herba. Dari jenis habitus pohon, Daun
7
Angsana lebih dominan dan banyak diketahui Bangun A. 2012. Ensiklopedia Tanaman Obat
masyarakat yang digunakan sebagai obat demam, Indonesia. IPH. Bandung.
dari habitus perdu dan semak yang dominan
Emilta SS, Ardoni. 2019. Informasi Budaya Suku
digunakan yaitu Daun Gagatan Harimau, Daun Karo Sumatera Utara. Jurnal Ilmu Informasi
Gagatan Harimau dikunyah langsung sebagai Perpustakaan dan Kearsipan. 8(1) : 413-414.
penambah stamina pada saat mencari hasil hutan,
dari habitus herba daun pegagan banyak digunakan Ernikawati, Ervizal AMZ, Yanto S. 2020.
masyarakat untuk menyembuhkan luka pada saat Karakteristik Pengguna Tumbuhan Obat di
Hutan Lindung Jompi Kabupaten Muna
mencari hasil hutan dengan cara meremas Daun
Sulawesi Tenggara. Jurnal Penelitian
Pegagan lalu mengoleskan langsung ke bagian Kehutanan Bonita. 2(1) : 11-19.
tubuh yang terluka.
Firmansyah M, Anugerah AW, Salmiati. 2022.
KESIMPULAN DAN SARAN Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Angsana
(Pterocarpus indicus Willd) Terhadap
Kesimpulan Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit
1. Masyarakat suku Karo di Desa Ujung Deleng Jantan (Mus musculu s). Jurnal Pharmacy
and Sciences. 12(2) : 60-67.
memanfaatkan sebanyak 14 jenis tumbuhan yang
berupa beberapa pohon, herba, dan sebagian Fitmawati, Erwina J. 2017. Tanaman Obat Dari
besar adalah perdu dan semak yang tumbuh Semak Menjadi Obat. UR Press. Pekanbaru.
subur secara alami. Berdasarkan hasil yang
diperoleh, tanaman obat yang paling banyak Hasbullah UHA. 2016. Kandungan Senyawa
Saponin Pada Daun, Batang dan Umbi
digunakan berasal dari famili Euphorbiaceae
Tanaman Binahong (Anredera cordifolia).
hingga 3 spesies. Famili Euphorbiaceae terdiri Jurnal of Agro Science. 4(1) : 20–24.
dari Cepcepan (Macaranga denticulata),
Katubini (Bridelia glauca), Taritik/Patikan Kebo Hikmat A, Ervizal AMZ, Siswoyo, Edhi S, Rita KS.
(Euphorbia hirta). 2011. Revitalisasi Konservasi Tumbuhan
2. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai Obat Keluarga (TOGA) guna Meningkatkan
Kesehatan dan Ekonomi Keluarga Mandiri di
obat tradisional pada suku Karo di Desa ujung
Desa Contoh Lingkar Kampus Ipb Darmaga
Deleng adalah daun dan akar. Banyak orang Bogor. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia.
yang merebus daunnya untuk digunakan sebagai 16(2).
obat. Penduduk setempat telah belajar
bagaimana menggunakan tanaman obat dari Juliarti A. 2013. Pemanfaatan HHBK (Hasil Hutan
nenek moyang mereka. Bukan Kayu) dan Identifikasi Tanaman Obat
di Areal Cagar Biosfir Giam Siak Kecil,
Bukit Batu Siak.
Saran
1. Banyaknya jenis tumbuhan yang dimanfaatkan Larasati, Meiwa RABP. 2021. Uji Efektivitas Daun
oleh masyarakat, perlu melestarikan Keji Beling (Strobilanthes crispus [Sinonim
pengetahuan dan informasi mengenai tumbuhan = Sericocalyx crispus L]) sebagai Anti
obat tersebut dan menurunkan pengetahuannya Diabetes Mellitus. JK Unila. 5(1) : 16–24.
kepada keturunannya dan mempublikasikan cara Mabel Y, Herny S, Roni K. 2016. Identifikasi Dan
menggunakan serta manfaat tumbuhan tersebut. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Suku Dani Di
2. Pengelolaan tumbuhan obat tradisional untuk Kabupaten Jayawijaya Papua. Jurnal MIPA
dikonsumsi perlu dikembangkan agar anak-anak Unsrat Online. 5(2) : 103-107.
serta orang yang tidak tahan bau dari ramuan
Mulyani Y, Elin YS, Ketut A. 2011. Kajian aktivitas
bisa meminumnya.
anti bakteri ekstrak etanol dan fraksi daun
singawalang (Petiveria alliaceae) terhadap
DAFTAR PUSTAKA bakteri resisten. Majalah Farmasi Indonesia.
4(22) : 293–299.
Alwi I. 2015. Kriteria Empirik dalam Menentukan
Ukuran Sampel pada Pengujian Hipotesis
Statistika dan Analisis Butir. Jurnal
Formatif. 2 (2) :140-148.
8
Pujirahayu N, La OA, Harianti. 2016. Pemanfaatan Etnik Anak Rawa Kampung Penyengat
Hasil Hutan Bukan Kayu sebagai Bahan Sungai Apit Siak Riau. Jurnal Media
Obat oleh Masyarakat Sekitar Kawasan Konservasi. 24(1) : 40-50.
Tahura Nipa-nipa. Jurnal Ecogreen. 2 (1) :
41-50. Wulandari F. 2020. Studi Etnobotani Ramuan
Pengobatan Penyakit Sistem Pencernaan dan
Ramadhan NS, Roslaili RE. 2015. Daya Hambat Peredaran Darah pada Masyarakat Karo
Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica) Gugung, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
yang Diambil di Batusangkar terhadap
Pertumbuhan Kuman Vibrio cholerae secara
In Vitro. Jurnal Kesehatan Andalas. 4(1) :
202–206.