“BROMOMETRI”
Dosen :
DisusunOleh :
Melani Indah sari (15330106)
Laura Risma (
Rosani Marlinda (15330114)
Ninda Aprilia (15330119)
2018
BAB I
Pendahuluan
Bromometri merupakan salah satu metode titrimetri. Pada metode ini digunakan
bromin, sebagai oksidator. Brom akan direduksi oleh zat-zat organik dan terbentuk senyawa
hasil subtitusi yang tidak larut dalam air. Brom juga dapat digunakan untuk menetaplam
kadar senyawa-senyawa organik yang mampu bereaksi secara adisi atau subtitusi dengan
brom
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Titrasi BROMOMETRI
Titrasi Bromometri adalah suatu cara penetapan kadar dengan menggunakan larutan
brom atau dengan brom yang dihasilkan oleh larutan KBrO3 dengan KBr dalam suasana
asam.
Reaksi yang mungkin terjadi pada titrasi brometri adalah reaksi substittusi, reaksi
adisi, dan reaksi redoks. Reaksi substitusi pada suatu zat, menggantikan atom H. reaksi adisi
terjadi apabila ada pemutusan atau penjenuhan ikatan rangkap pada suatu molekul karena
terikat oleh brom. Reaksi redoks terjadi karena sifat brom sebagai oksidator yang akan
mengalami reduksi. Reduksi subtitusi sering terjadi pada fenol dan turunannya seperti nipagin
dan nipasol, serta pada amin aromatis dan turunannya. Reaksi adisi terjadi pada zat yang
banyak memiliki ikatan rangkap seperti barbital, minyak lemak, coffein, antipirin, dan lain-
lain. Reaksi redoks umumnya terjadi pada vitamin C dan INH.
Setelah semua zat bereaksi dengan KBro3-, BrO3- yang berlebih pada titik akhir
titrasi akan mengoksidasi Br- menjadi Br2 bebas yang membuat larutan berwarna kuning.
Dapat pula digunakan indicator untuk. memudahkan pengamatan.
Indicator yang dapat digunakan dalam titrasi bromometri terbagi menjadi indicator
yang bersifat reversibel dan irreversibel. Indicator bersifat irreversibel karena dapat
teroksidasi oleh brom (Br2). Contohnya indikator metal merah, metal jingga, fuchsin, dll.
Titrasi tidak langsung adalah titrasi dengan menggunakan brom yang dihasilkan oleh
KbrO3 dan KBr dalam suasana asam, kelebihannya dinyatakan secara langsung dengan
indicator metal merah secara langsung dengan indicator metal merah atau secara tidak
langsung, dengan cara idometri, yaitu dengan menitrasi jumlah I2 yang dilepaskan karena
pengaruh oksidasi dengan Br2.
Br2 + I- Br- + I2
Keuntungan bromometri langsung adalah sisa brom yang terjadi banyak sehingga
dapat menghindari brominasi berlebihan dan oksidasi yang tidak diizinkan. Selain itu juga
mengurangi jumlah brom yang hilang karena penguapan. Kekurangannya adalah
kemungkinan tidak sempurnanya reaksi brominasi yang terjadi dan tidsk jelasnya
pengamatan titik akhir titrasi. Selain itu, titrasi berjalan lambar dan tidak semua zat dapat
dititrasi langsung dengan KBrO3.
Keutungan brometri tidak langsung adalah titik akhir titrasi jelas, reaksi berlangsung
cepat, dan hampir semua zat dapat dititrasi dangan cara ini. Kekurangannya adalah banyak
brom yang berlebih sehingga penguapan juga besar dan kemungjinan terbentuknya zat lain
akibat oksidasi brom berlebih juga besar.
Salisilat termasuk dalam golongan obat anti inflamasi non steroid (AINS). Mekanisme
kerja adalah menghambat sintesis Prostaglan-din dengan menghambat kerja enzim
siklooksigenase pada pusat termoregulator di hipothalamus dan perifer. Salisilat sudah
digunakan lebih dari 100 tahun. Salisilat digunakan sebagai analgetik, antipiretik, anti
inflamasi, anti fungi. Pemberian secara per oral, salisilat akan di absorpsi di dalam lambung
dan usus halus melalui cara difusi pasif. Mencapai plasma dalam waktu 30 menit dan
mencapai konsentrasi puncak setelah 1 -2 jam. Pada dosis kecil , mempunyai waktu paruh
kira-kira 4 jam. Pada dosis yang digunakan sebagai antiinflamasi (4-6 g /hari) dengan kadar
salisilat serum mencapai 200-300 mg/L, menunjukkan waktu paruh 12-25 jam. Kecepatan
absorpsi dan ekskresi bergantung pada jenis preparat, besarnya dosis dan individu (Darsono,
2002).
1. Keasamaan suasana titrasi. Jika kurang asam pembentukan brom kurang sempurna,
tetapi jika terlalu asam akan memperlambat reaksi brominasi karena brom yang
terbentuk berbentuk Br- dan suhu titrasi tidak boleh terlalu tinggi untuk mencegah
penguapan brom atau iodium berlebih.
2. Lamanya brominasi. Lamanya harus tepat untuk tiap-tiap zat karena jika terlalu lama
akan terbentuk derivate lain yang tidak diinginkan dan jika terlalu sebentar maka
reaksinya belum sempurna.
3. Jumlah brom yang diberikan tidak boleh terlalu banyak atau terlalu sedikit.
4. Harus dihindari penguapan brom dan pengaruh sinar matahari.
5. Jika terbentuk derivate brom yang lain, dapat ditambahkan pelarut yang sesuai
BAB III
PEMBAHASAN
RM/BM : C8H10N2O3S
2. ASAM SALISILAT
Uraian Bahan :
Uraian Bahan :
Sinonim : Isoniazid
RM / BM : C6H7NO2 / 137,14
Kandungan : Tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 102,0 %
C6H7NO2
Pemerian : Hablur putih, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak
berbau, perlahan-lahan dipengaruhi oleh udara dan cahaya.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P,
larut dalam kloroform dan eter,
Isoniazid
- Disiapkan alat dan bahan
- Ditimbang 10 mg sampel
- Dilarutkan dengan 10 ml air
- Ditambahkan 5 ml KBrO, 0,1 N
- Ditambahkan 5 gr KBr
- Ditambahkan 2 ml HCl P
- Dibiarkan selama 5 menit di tempat gelap
- Ditambahkan KI 10% b/v
- Dititrasi dengan natrium trosianat hingga kuning dan sampai tak berwarna
Asam Salisilat
- Disiapkan alat dan bahan
- Ditimbang 30 mg sampel
- Dilarutkan dalam 10 ml air
- Ditambahkan 30 ml KBr
- Ditambahkan 5 ml HCL P
- Ditambah di tempat gelap selama 5 menit
- Ditambahkan 10 ml KI 10%, kemudian dikocok
- Ditambahkan 5 ml kloroform
- Titrasi dengan Na tiosionat sampai warna kuning dan tidak berwarna
Sulfasetamida
a. Reaksi Roux
Sulfacetamid (di atas plat tetes) + 1 tetes pereaksi Roux, aduk dengan batang
pengaduk sampai warna hijau zamrud
b. Reaksi Erlich dengan p-DAB-HCl
Sulfacetamid (di atas plat tetes) + 1-2 tetes p-DAB-HCl sampai warna hijau tua segera
menjadi kuning jingga
c. Reaksi dengan KBrO3
Sulfacetamid + 1mL H2SO4 4N + 1 tetes KBrO3 jenuh sampai kuning jingga-coklat
tua
d. Reaksi Indophenol
Panaskan zat 50-100 mg dalam tabung reaksi + 2cc air sampai mendidih lalu segera
tambahkan 2 tetes NaOH dan 2 ml Kaporit + 1 tetes fenol liq. Segar seperti hijau tua
segera
e. Esterifikasi
Zat + etanol + H2SO4 pekat seperti etil asetat (bau cutex)
f. Reaksi dengan CuSO4
Zat dalam tabung reaksi + 2 mL air dipanaskan hingga mendidih + 2 tetes NaOH,
setelah dingin + 1 tetes CuSO4 + 1 tetes HCl encer sampai netral atau asam lemah
(indicator congo red, tetap merah) jika negatif (tidak terbentuk endapan)
g. Pyrolisa
Zat warna kuning, bau aniline + NH3
Zat + HCl sulfanilamide (lakukan tes sulfanilamide)
h. Reaksi Kristal
v 10mg zat + 1ml HCL 0,5N + CuO ammoniak à lihat mikroskop
v Dengan p-DAB-HCl
v Dengan aseton-air
v Dengan asam pikrat
v Sublimasi
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.
4.2 SARAN
Bagi para mahasiswa agar dapat memahami titrasi dengan cara bromatometri.
Kepada para dosen agar dapat membimbing para mahasiswa untuk lebih dapat memahami
prosedur dan tata cara analisis dengan cara bromatometri, misalnya dengan mengadakan
praktikum
DAFTAR PUSTAKA
1.
2. Rivai, H., (1995), “Asas Pemeriksaan Kimia”, Universitas Indonesia Press, Jakarta,
3. Dirjen POM, (1994), “Farmakope Indonesia”, edisi IV, Depatemen Kesehatan RI.,
Jakarta, 649