I. DASAR TEORI
I.1 Natrium Klorida
Natrium klorida atau NaCl memiliki berat molekil sebesar 58,44
gram/mol. Pemerian dari NaCl yaitu hablur berbentuk kubus, tidak berwarma atau
serbuk hablur putih, rasa asin. NaCl larut dalam 2,8 bagian air, 2,7 bagian air
mendidih, lebih kurang 30 bagian gliseriol P dan sukar larut dalam etanol 95% P.
NaCl mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% NaCl
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995).
I.2 Infus Natrium Klorida
Infus natrium klorida mengandung natrium klorida (NaCl) tidak kurang
dari 0,85 % dan tidak lebih dari 0,95%. Pemerian dari infus Natrium Klorida
berupa larutan jernih, tidak berwarna, rasa agak asin, pH dari infus NaCl adalah
4,5-7,0 (Depkes RI, 1979). Penetapan kadar natrium klorida dengan menimbang
seksama lebih kurang 250 mg, masukkan ke dalam wadah porselen, tambahkan
140 mL air dan 1 mL diklorofluoresein LP, campur. Titrasi dengan perak nitrat 0,1
N LV sampai perak klorida menggumpal dan campuran berwarna merah muda
lemah. 1 mL perak nitrat 0,1 N setara dengan 5,844 mg NaCl (Depkes RI, 1995).
I.3 Perak Nitrat
Perak nitrat atau argenti nitras memiliki rumus molekul AgNO 3 dengan
berat molekul sebesar 169,87 gram/mol. Perak nitrat mengandung tidak kurang
dari 99,8% dan tidak lebih dari 100,5% AgNO 3. Pemerian dari perak nitrat adalah
berupa hablur, tidak berwarna atau putih, bila dibiarkan terpapar cahaya dengan
adanya zat organik menjadi berwarna abu-abu atau hitam keabu-abuan, dan pH
larutan kurang dari 5,5. Kelarutan AgNO3 yaitu sangat mudah larut dalam air,
terlebih dalam air mendidih, agak sukar larut dalam etanol, mudah larut dalam
etanol mendidih, sukar larut dalam eter.. (Depkes RI, 1995).
I.4 Kalium Kromat
Kalium kromat memilki rumus molekul K2CrO4 dengan berat molekul
sebesar 194,19 gram/mol. Kalium kromat dibuat dengan dilarutkan 10 gra, kalium
kromat P dalam air hingga 100 mL (Depkes RI, 1995). Pemerian dari kalium
kromat yaitu berupa massa hablur berwarna kuning, kalium kromat mengandung
tidak kurang dari 99,0% K2CrO4. Kelarutan dari kalium kromat adalah sangat
mudah larut dalam air (Depkes RI, 1979).
I.5 Titrimetri
Titrimetri atau analisis volumetri adalah analisi kuantitatif dengan
mengukur volume, sejumlah zat yang diselidiki direaksikan dengan larutan baku
(standar) yang kadar atau konsentrasinya telah diketahui secara teliti dan
reaksinya berlangsung secara kuantitatif. Metode titrimetri ini memiliki kelebihan
yaitu tahan, murah dan mampu memberikan presisi yang tinggi. Kelemhannya
adalah metode ini kurang spesifik. Larutan standar dibagi menjadi dua yaitu baku
primer dan baku sekunder. Larutan baku primer mempunyai kemurnian yang
tinggi. Larutan baku sekunder harus dibakukan dengan larutan baku primer.
Berdasarkan reaksi kimianya titrimetri dibagi menjadi reaksi asam basa, reaksi
reduksi-oksidasi, reaksi pengendapan (argentometri) dan reaksi kompleks
(kompleksometri) (Gandjar dan Rohman, 2007).
I.6 Titrasi Argentometri
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar
halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak
nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga dengan
metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan
senyawa yang relatif tidak larut atau endapan (Gandjar dan Rohman, 2007).
Titrasi pengendapan termasuk golongan prosedur kombinasi ion. Titrasi
pengendapan didasarkan atas terjadinya pengendapan kuantitatif yang dilakukan
dengan penambahan larutan pengukur yang diketahui kadarnya pada senyawa atau
larutan yang hendak ditentukan. Titik akhir titrasi tercapai bila semua bagian
sudah membentuk endapan (Roth dan Balschke, 1994).
Sesuai dengan namanya titrasi argentometri, penetapan kadar ini
menggunakan perak nitrat (AgNO3). Garam ini merupakan satu-satunya garam
perak yang terlarutkan air sehingga reaksi perak nitrat dengan garam lain akan
menghasilkan endapan. Garam-garam, seperti natrium klorida (NaCl) dapat
ditentukan kadarnya dengan cara berikut ini :
b. Metode Volhard
Perak dapat ditetapkan secara teliti dalam suasana asam dengan
larutan baku kalium atau amonium tiosianat yang mempunyai hasil
kali kelarutan 7,1x10-13. Kelebihan tiosianat dapat ditetapkan secara
jelas dengan garam besi (III)-nitrat atau besi (III) amonium sulfat
sebagai indikator yang membentuk warna merah dari kompleks besi
(III)-tiosianat dalam lingkungan asam nitrat 0,5-1,5 N (Gandjar dan
Rohman, 2007).
Titrasi ini harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion besi
(III) akan diendapkan menjadi Fe(OH)3. Jika dititrasi dalam suasana
basa, maka titik akhir titrasi tidak dapat diketahui. Metode volhard
dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida, bromida, dan iodida
dalam suasana asam (Gandjar dan Rohman, 2007). Reaksi yang terjadi
saat menghasilkan endapan adalah :
(Bassett et al.,1994)
c. Metode K. Fajans
Pada metode ini digunakan indikator adsorbsi. Pada saat titik
ekuivalen, indikator akan teradsorbsi oleh endapan. Indikator ini tidak
memberikan perubahan warna pada larutan tetapi pada permukaan
endapan (Gandjar dan Rohman, 2007).
Hal-hal yang harus diperhatikan pada metode ini adalah endapan
dalam bentuk koloid, menghindari garam netral dalam jumlah besar,
dan ion bervalensi banyak karena memiliki daya koagulasi. Larutan
tidak boleh terlalu encer karena endapan yang terbentuk akan sedikit
sekali, sehingga perubahan indikator tidak jelas. Ion indikator harus
memiliki muatan yang berlawanan dengan ion pengendap. Ion
indikator harus tidak teradsorbsi sebelum tercapai titik ekuivalen,
namun harus segera teradsorbsi kuat setelah tercapai titik ekuivalen
(Gandjar dan Rohman, 2007).
Metode argentometri yang digunakan untuk penetapan kadar
halida (Cl-, Br-, I- ) dalam suasana asam dengan mengunakan larutan
AgNO3, sebagai larutan standar atau titer dan indikator adsorbsi
(Fluorescein). Dimana, Indikator ini tidak memberikan perubahan
warna kepada larutan tetapi pada permukaan endapan (Suwarni,
2008 ; Gandjar dan Rohman, 2007).
Larutan uji (halida) dalam suasana asam dititrasi langsung
dengan larutan standar perak nitrat (AgNO3) menggunakan indikator
adsorbsi (Fluorescein). Titik akhir titrasi ditandai dengan berubahnya
warna endapan menjadi merah karena adanya adsorbs indikator pada
permukaan endapan. Adapun reaksi yang terjadi adalah :
(Suwarni, 2008)
d. Metode Leibig
Pada metode ini, penentuan titik akhir titrasi tidak menggunakan
indikator, namun ditunjukkan dengan adanya kekeruhan. Ketika
larutan perak nitrat ditambahkan ke dalam larutan alkali sianida akan
terbentuk endapan putih, namun pada penggojogan akan larut kembali
karena terbentuk kompleks sianida yang stabil dan larut. Cara leibig
hanya menghasilkan titik akhir yang memuaskan apabila pemberian
pereaksi pada saat mendekati titik akhir dilakukan perlahan-lahan.
Cara leibig ini tidak dapat dilakukan pada keadaan larutan amoni-
alkalis karena ion perak akan membentuk kompleks Ag(NH3)2+ yang
larut. Hal ini dapat diatasi dengan menambahkan sedikit larutan
kalium iodida (Gandjar dan Rohman, 2007).
Dalam Farmakope Indonesia, titrasi argentometri digunakan
untuk penentuan kadar: amonium klorida, fenoterol hidrobromida,
kalium klorida, klorbutanol, melfalan, metenamin mandelat dan
sediaan tabletnya, natrium klorida, natrium nitroprusida, sistein
hidroklorida dan tiamfenikol (Gandjar dan Rohman, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Suwarni, E. 2008. Kimia Analisis Farmasi Kelas XII. Denpasar: SMK Farmasi
(SMF) Saraswati 3 Denpasar.